Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. S.

DENGAN
CRHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI DESA SUKORAMBI
KECAMATAN SUKORAMBI
KABUPATEN JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Keluarga

Oleh:
Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan Crhronic Kidney Disease (CKD) di


Desa Sukorambi Jember telah selesai dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2020
oleh mahasiswa profesi ners:
Nama : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep
NIM : 1901031007

Diagnosa Keperawatan

Jember, 6 Maret 2020


Mahasiswa Ners

Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.


NIM. 1901031007
Mengetahui,
Pembimbing Akademik PJMK Keperawatan Keluarga
Fikes Unmuh Jember

Ns. Susi Wahyuning Asih, S. Kep. Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S. Kep.
NIDN. 0720097502 NIDN. 0717058603

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. s. dengan Crhronic
Kidney Disease (CKD) di desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi Kabupaten
Jember”. Laporan ini dibuat guna memenuhi penugasan dalam keperawatan keluarga
program studi profesi ners.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya dibidang keperawatan.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujuan Penelitian...........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................


A. Konsep Keluarga............................................................................
B. Konsep CKD..................................................................................

BAB III ANALISA DATA.............................................................................


A. Pengkajian .....................................................................................
B. Analisa Data...................................................................................
C. Intervensi ......................................................................................
D. Implementasi..................................................................................
E. Evaluasi .........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
BAB V PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran .............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi ginjal  yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang
dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan di mana ginjal mengalami
kerusakan yang serius sehingga tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya.
Fungsi utama ginjal adalah untuk menyaring darah dari limbah beracun
ataupun cairan berlebih dalam tubuh, jika ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul di
dalam tubuh. Hal inilah yang nantinya memberikan masalah bagi kesehatan
Anda. Bahkan, jika tidak segera ditangani, ginjal yang mengalami kerusakan ini
akhirnya bisa berhenti berfungsi sepenuhnya. Akibatnya, bisa fatal bahkan
mematikan.
Penyebab penyakit ini umumnya akibat komplikasi dari penyakit diabetes dan
hipertensi. Harus waspada jika mengalami kencing berdarah, kencing berbusa,
dan pembengkakan di beberapa bagian tubuh. Hal tersebut bisa jadi tanda
penyakit gagal ginjal kronis. Selalu diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan
diagnosis, pengobatan serta perawatan yang terbaik.
Adanya penyakit CKD pada masyarakat disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya pekerjaan yang rata-rata masyarakat perdesaan sebagai petani dan
buruh tani. Dimana masyarakat meningkatkan konsumsi air dalam jumlah banyak
dan menambah minuman dengan minuman energe yang mengandung soda setiap
saat. Dianggap minuman berenergi dapat meningkatkan kebugaran tubuh saat
mengalami kelelahan. Masyarakan tidak menyadari efek samping dari minuman
energi yang dikonsumsinya hampir setiaap hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan keluarga Tn. S
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajiann pada keluarga Tn. S dengan CKD di Desa
Sukorambi Kabupaten Jember.
b. Mengidentifikasi masalah keparawatan yang muncul pada keluarga Tn. S
dengan CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
c. Mengidentifikasi intervensi yang muncul pada keluarag Tn. S dengan
CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
d. Mengidentifikasi pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S
dengan CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
e. Mengidentifikasi evaluasi dari asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan
CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
setiap anggota.
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas
dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi
sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai
keluarga (Fajri, 2017).
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2008) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
b Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang
– barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
3. Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010;
dalam Fajri, 2017).
b. Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi,
biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi
asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi
diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka (Fajri, 2017).

c. Keluarga besar ( Extended Family )


Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan
rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik,
dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh
generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk
pola perilaku mereka (Friedman, 2010 dalam Fajri, 2017).
d. Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Fajri, 2017).
e. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas
kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang
sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup
bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga
yang penting (Fajri, 2017)
f. Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks
dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan
sering kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru
terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun
seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga
yang baru, anak – anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih
besar karena usia dan tugas perkembangan mereka (Fajri, 2017).
g. Keluarga binuklear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota
dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti,
maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan
waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Fajri, 2017)
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama
orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya (Fajri, 2017).
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat
ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika (Fajri,
2017).
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat (Fajri, 2017).
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan
perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah
fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga (Fajri, 2017).
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan (Fajri, 2017).
5. Struktur Keluarga
a. Struktur peran
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat
seseorang dalam suatu system sosial (Fajri, 2017).
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang
nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat
anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum
(Fajri, 2017).
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan
keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai
pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi
pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai
intruksi (Fajri, 2017).
2) Proses komunikasi disfungsional
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dar
komuniasi disfungsional dari pengirim danpenerima serta komunkasi
disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima (Fajri, 2017).
d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan
Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah
kemampua atau potensial, aktual dari individu anggota keluarga yang lain.
Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik
kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang
dewasa), kekuasaan orang tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan.
Sedangkan pengambil keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan
anggota keluarga dalam upaya mereka untuk memperoleh kendali dan
bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan (Fajri, 2017).
Lain halnya menurut menurut Padila (2012 dalam Fajri, 2017), struktur
keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga
dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga yang ada di Indonesia
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah (Fajri, 2017).
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu (Fajri, 2017).
c. Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu (Fajri,
2017).
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah (Fajri,
2017).
e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri (Fajri, 2017).
6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan
yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah (Fajri, 2017).
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan (Fajri, 2017).
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
7. Peran Perawat Keluarga
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan (Fajri, 2017).
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif
Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan
(Fajri, 2017).
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif (Fajri, 2017).
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko
tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan
terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui
apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat (Fajri,
2017).
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak- hak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap
hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga (Fajri, 2017).
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah (Fajri, 2017).
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.Masalah kesehatan
yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau
budaya yang dipraktikkan keluarga (Fajri, 2017).
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada keluarga
sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal
untuk setiap anggota keluarga.Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi
keluarga menjadi optimal, setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki
karakter yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya
negative sehingga memiliki kemampuan berpikir yang cerdas.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru
dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga (Fajri, 2017).

b. Tahap II (Childbearing family)


Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah
membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil
(menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan
yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/ nenek (Fajri, 2017).
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki- laki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan
yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil
sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak lain, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan
diluar keluarga (Fajri, 2017)..
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga
maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah
menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkanrestasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Fajri, 2017).
e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap
tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama
pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan
keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda
(Fajri, 2017).
f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak
dewas muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal
dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua
suami dan istri yang sudah menua dan sakit (Fajri, 2017).
g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau
kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan kepuasan dan hubungan yangbermakna antara
orangtua yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan
pernikahan (Fajri, 2017).
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan
perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan
kehidupan yang memuaskan (Fajri, 2017).

B. Konsep CKD
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi ginjal  yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
2. Klasifikasi CKD
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung
GFR dokter akan memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium
untuk melihat kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang
berasal dari aktivitas otot yang seharusnya disaring dari dalam darah oleh
ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
a. Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
b. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
c. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
d. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah (15 s.d 29 ml/min)
e. Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin
Test) dapat digunakan dengan rumus :

( 140−age ) × mass ( kg ) [× 0,85 if female]


Creatinine Clearance=
mg
72× serum creatinine ( )
dL
a. Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada
ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun
tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak penderita
yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1. Kalaupun hal
tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
b. Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda-tanda seseorang berada pada
stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap
dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat
penderita memeriksakan diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan
hipertensi.
c. Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini
akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut
uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala-gejala juga terkadang
mulai dirasakan seperti :
1) Fatigue
Rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
2) Kelebihan cairan
Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini
membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian
bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak
nafas akibat terlalu banyak cairan yang berada dalam tubuh.

3) Perubahan pada urin


Urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya kandungan
protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.
Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita
sering terbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

4) Rasa sakit pada ginjal


Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami oleh
sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik
dan infeksi.

5) Sulit tidur
Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.

Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke


seorang ahli ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan
rekomendasi terbaik serta terapi-terapi yang bertujuan untuk
memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu sangat disarankan
juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan perencanaan
diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta
untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor
yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam
darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu
penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan
dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali
didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat
biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes.
Mengontrol minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk
penderita hipertensi.

d. Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15–30 persen saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu
dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan
transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan
muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia,
penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :

1) Fatigue
2) Kelebihan cairan
3) Perubahan pada urin
4) Rasa sakit pada ginjal.
5) Sulit tidur
6) Nausea
7) Perubahan cita rasa makanan
Dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak terasa seperti
biasanya.
8) Bau mulut uremic
9) Ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
10) Sulit berkonsentrasi
e. Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :

1) Kehilangan nafsu makan


2) Nausea.
3) Sakit kepala.
4) Merasa lelah.
5) Tidak mampu berkonsentrasi.
6) Gatal-gatal.
7) Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
8) Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
9) Keram otot
10) Perubahan warna kulit
3. Etiologi
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefriti
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
4. Manifestasi Klinis
a. Kelainan hemapoetik
1) Anemia
a) Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoetis
pada sumsum tulang menurun
b) Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik
c) Defisiensi besi, asam folat dan nutrisi akibat nafsu makan yang
berkurang
d) Perdarahan saluran cerna dan kulit
e) Abrosis sum-sum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder
2) Purpura / diatesis hemoragic trombositopenia
b. Kelainan saluran cerna
1) Mual, muntah, anoreksia dan vomitus yang berhubungan dengan
gangguan metabolism bakteri usus seperti ammonia dan metal quinidin
seperti lembarnya membrane mukosa usus.
2) Fosfor uremik disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur, diubah
oleh bakteri di mulut manjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia,
akibat lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.
3) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
4) Gastritis, erosive, ulkus peptikum dan colitis uremik.
c. Kelainan kulit
1) Pruritus / gatal – gatal dengan ekskuriasi akibat toksin uremia dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
2) Uremic frost akibat kristalisasi yang ada pada keringat (jarang di jumpai)
3) Kulit berwarna pucat akibat uremia dan kekuning-kuningan akibat
timbunan urokrom.
4) Bekas – bekas garukan karena gatal.

d. Kelainan kardiovaskular
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam / peningkatan aktivitas
system rennin angiotensin – aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis dini akibat penimbunan cairan dan
hipertensi.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, akibatkan
hiperkalemi
4) Edema akibat penimbunan cairan dan elektrolit.
e. Kelainan neurologi
1) Retless leg syndrome. Penderita merasa gatal ditungkai bawah dan selalu
menggerakkan kakinya.
2) Burning feet syndrome. Rasa kesemutan seperti terbakar terutama di
telapak kaki.
3) Ensefalopati metabolic
a) Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi
b) Tremor, asteriksis, miokionus
c) Kejang-kejang
d) Miopat
e) Kelemahan dan hipotropi otot – otot ekstremitas proksimal
f) Disfungsi endokrin. Gangguan seksual, gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolic lemak dan gangguan metabolism vitamin D.
5. Patofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darh
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal.Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh
tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibagi 2 golongan:
a. Pengobatan konservatif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa pengobatan konservatif masih
mungkin dilakukan, bila klirens kreatinin lebih dari 5 ml/menit , tetapi
bila sudah turun sampai kurang dari 5 ml/menit, harus ditetapkan apakah
penderita tersebut mungkin diberi pengobatan pengganti. Tujuan
pengobatan konservatif adalah memanfaatkan faal ginjal yang masih bisa,
mencegah faktor-faktor pemberat dan di mana mungkin mencoba
memperlambat progresi gagal ginjal. Pengobatan pengganti pada dasarnya
adalah dialisis dan transplantasi.
Pengobatan konservatif terdiri dari:

1) Minum yang cukup


2) Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
3) Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema
(penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi
4) Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet
ketat atau menjalani dialisa.
5) Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam
darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi,
seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan kadar
trigliserida, diberikan gemfibrozil.
6) Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya
kadar garam (natrium) dalam darah.
7) Makanan kaya kalium harus dihindari. Hiperkalemia (tingginya kadar
kalium dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko
terjadinya gangguan irama jantung dan cardiac arrest.
8) Jika kadar kalium terlalu tinggi, maka diberikan natrium polisteren
sulfonat untuk mengikat kalium, sehingga kalium dapat dibuang
bersama tinja.
9) Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan
makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong,
kacang-kacangan dan minuman ringan).
10) Bisa diberikan obat-obatan yang bisa mengikat fosfat, seperti kalsium
karbonat, kalsium asetat dan alumunium hidroksida.
11) Anemia terjadi karena ginjal gagal menghasilkan eritropoeitin dalam
jumlah yang mencukupi. Eritropoietin adalah hormon yang
merangsang pembentukan sel darah merah.
12) Respon terhadap penyuntikan poietin sangat lambat.
13) Transfusi darah hanya diberikan jika anemianya berat atau
menimbulkan gejala.
14) Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara waktu
bisa diatasi dengan transfusi sel darah merah atau platelet atau dengan
obat-obatan (misalnya desmopresin atau estrogen).
15) Tindakan tersebut mungkin perlu dilakukan setelah penderita
mengalami cedera atau sebelum menjalani prosedur pembedahan
maupun pencabutan gigi.
16) Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan dan
natrium.
17) Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natrium atau
diberikan diuretik (misalnya furosemid, bumetanid dan torsemid).
18) Hipertensi sedang maupun hipertensi berat diatasi dengan obat
hipertensi standar.
19) Jika pengobatan awal untuk gagal ginjal tersebut tidak lagi efektif,
maka dilakukan dialisa jangka panjang atau pencangkokan ginjal.
b. Replacement Therapy
1) Transplantasi ginjal
Merupakan salah satu terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal
tahap akhirdengan mentransplantasi ginjal penderita untuk diganti
dengan ginjal lain yang berasal dari donor. Transplantasi ginjal dapat
memanfaatkan ginjal donor yang sehat ataupun ginjal donor jenazah.
Manfaat dari transplantasi ginjal sudah jelas terbuktidalam
meningkatkan kualitas hidup pada pasien CKD dibandingkan dengan
dialisis. Karena dialisishanya mengatasi sebagian akibat dari
penurunan fungsi ginjal.
Selain itu transplantasi ginjal juga meningkatkan harapan hidup dari
pasien CKD khususnya pada pasien usia muda dan pasien dengan
diabetes mellitus.
Akan tetapi transplantasi ginjal juga memiliki beberapa kerugian
seperti, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan transplantasi cukup
banyak, susah untuk mendapatkan donor hidup ataupun donor yang
tepat bagi resipien.
Transplantasi ginjal juga memiliki komplikasi yaitu besarnya angka
infeksi pada resipien, dikarenakan pasca operasi resipien harus
meminum obat immunosupresan. Kemudian transplantasi ginjal
tersebut dapat menjadi gagal atau tidak berhasil karena apabila
membran sel ginjal transplan memiliki antigen yang tidak sesuai
dengan resipien, akan terjadi destruksi sel ginjal transplan oleh sel
limfosit T sehingga dapat menyebabkan thrombosis pembuluh darah.

2) Hemodialisa
Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
membuang elemen tertentu dari darah dengan memanfaatkan
perbedaan kecepatan difusi melalui membran semipermeabel yang
dilakukan menggunakan hemodialyzer (Suwitra K, 2009).
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis
emergency atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik.
Keadaan akut tindakan dialisis dilakukan pada : Kegawatan ginjal
dengan keadaan klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria (produksi
urine <200 ml/12 jam), anuria (produksi urine <50 ml/12 jam),
hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG, biasanya K >6,5
mmol/I), asidosis berat (PH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/I), uremia
(BUN >150 mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati
uremikum, perikarditis uremikum, disnatremia berat (Na>160 atau
<115 mmol/I), hipertermia, keracunan akut (alkohol, obat-obatan)
yang bisa melewati membran dialysis.
3) Peritoneal dialysis
Dialisis peritoneal (DP) adalah salah satu bentuk dialisisuntuk
membantu penanganan pasien CKD maupun pasien gagal ginjal akut,
dengan menggunakan membrane peritoneum yang semipermeable.
Dialisis peritoneal biasa menggunakan styletcatheter (kateter
peritoneum) untuk dipasang pada abdomen hingga masuk kedalam
kavum peritoneum, sehingga ujung kateter memasuki kavum
Douglasi. Kateter tersebut dimasukkan dengan cairan dialisat
sebanyak 2 liter setiap kali waktu dilakukannya DP Membran
peritoneum bertinfak sebagai membrane dialisisyang memisahkan
antara cairan dialisisdalam kavum peritoneum dan plasma darah
dalam pembuluh darah di peritoneum. Pada keadaan faal ginjal yang
terganggu, sisa-sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, kalium,
dan toksin laik akan tertimbun dalam plasma darah. Karena kadarnya
yang tinggi akan mengalami difusi melalui membrane peritoneum dan
akan masuk dalam cairan dialisat dan dari sana akan dikeluarkan dari
tubuh. Sementara itu setiap waktu cairan dialisat dikeluarkan dengan
cairan dialisat yang baru.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine
1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
4) Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
6) Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
7) Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
1) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
2) Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7- 8 gr/dl
3) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
4) GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
5) Natrium serum : rendah
6) Kalium: meningkat
7) Magnesium: meningkat
8) Kalsium ; menurun
9) Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg.
d. Pielogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasound ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa.
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

8. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan kegiatan strategis yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan (Kholifah & Widagdo, 2016).
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk
mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga (Kholifah &
Widagdo, 2016).
1) Data pengenalan keluarga
Pengkajian apa saja yang perlu dilakukan pada komponen pengenalan
keluarga. Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,
alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang
budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi keluarga.
Data ini merupakan data dasar untuk mengkaji data selanjutnya
(Kholifah & Widagdo, 2016).
2) Data perkembangan dan sejarah keluarga
Pengkajian kedua yang dapat dilakukan adalah mengkaji tahap
perkembangan dan sejarah keluarga. Data yang perlu Anda kaji pada
komponen pengkajian ini, yaitu tahap perkembangan keluarga saat
ini, diisi berdasarkan umur anak pertama dan tahapperkembangan
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti (data yang dimaksud
adalah data kesehatan seluruh anggota keluarga inti yang terdiri atas
ayah, ibu, dan anak), riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang
tua termasuk riwayat kesehatan (Kholifah & Widagdo, 2016).
3) Data lingkungan
Data ketiga yang perlu dikaji adalah data lingkungan. Apa saja data
yang dikaji pada komponen ini. Data yang perlu dikaji adalah
karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas. Data
Komunitas terdiri atas tipe penduduk, apakah termasuk penduduk
pedesaan atau perkotaan, tipe hunian rumah, apakah sebagian besar
tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah. Karakteristik
demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas sosial, etnis,
pekerjaan, dan bahasa sehari-hari (Kholifah & Widagdo, 2016).
Data selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis
keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal
di tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana
pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, penggunaan pelayanan di komunitas,
dan keikutsertaan keluarga di komunitas. Data berikutnya adalah
sistem pendukung keluarga. Data yang perlu dikaji adalah siapa yang
memberikan bantuan, dukungan, dan konseling di keluarga, apakah
teman, tetangga, kelompok sosial, pegawai, atau majikan, apakah ada
hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan dan agensi (Kholifah
& Widagdo, 2016).
4) Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur keluarga,
antara lain pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi
antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan perasaannya
selama berkomunikasi dan berinteraksi (Kholifah & Widagdo, 2016).
Data berikutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga, yang
terdiri atas data siapa yang membuat keputusan dalam keluarga,
seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data
struktur peran, meliputi data peran formal dan peran informal dalam
keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota keluarga,
tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan dalam
menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel
(Kholifah & Widagdo, 2016).
Data selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan
yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan
dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan,
orientasi masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai
pelindung dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara
nilai-nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga, bagaimana
pentingnya nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada
konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana
nilai- nilai memengaruhi kesehatan keluarga (Kholifah & Widagdo,
2016).
5) Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi keluarga.
Ada lima fungsi keluarga yang perlu Anda pahami antara lain berikut
ini.
a) Fungsi afektif.
b) Fungsi sosialisasi.
c) Fungsi perawatan kesehatan
(1)Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
(2)Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
(3)Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
(4)Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
d) Fungsi ekonomi merupakan.
e) Fungsi reproduksi
6) Data Koping Keluarga
Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data yang perlu
dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data tentang
stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan
sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan
stresor yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stresor dan
ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak
berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang
menyebabkan stres. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi
yang penuh dengan stres, strategi koping bagaimana yang diambil
oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang
berbeda-beda (Kholifah & Widagdo, 2016)

BAB III

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Jl. Karimata no 49 Telp. (0331) 332240, Fax. (0331) 337957 Kotak Pos 104
Jember 68121

Website:http://www.unmuhjember.ac.id e-mail: Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. S Pendidikan : SD
Umur : 50 tahun Pekerjaan : Buruh Tani
Agama : Islam Alamat : Dusun Manggisan
Suku : Madura Nomor Telp :-
b. Komposisi Keluarga :
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan

1. Tn. S L 50 thn KK Buruh Tani SD

2. Ny. S P 48 thn Istri Buruh Tani SD

3. An. S L 18 thn Anak Pelajar SMP

c. Genogram :

Keterangan:

Laki- laki

Perempuan Tinggal serumah

Laki- laki meninggal

Perempuan meninggal

d. Type Keluarga :
a) Jenis Type Keluarga : Nuclear family
b) Masalah yang terjadi dengan type
tersebut :
Istri mengatakan masalah yang sering dialami oleh keluarga adalah KK
harus dapat berperan besar di rumah selain itu KK harus mengambil
keputusan segera jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Madura
b) Budaya yang berhubungan dengan
kesehatan :
Istri mengatakan jika anggota keluarga sakit akan periksa ke dokter
terdekat, jika darurat baru akan beli obat di warung.

f. Agama dan keperacayaan yang mempengaruhi kesehatan :


Istri mengatakan keadaan sakit adalah cobaan dari Allah, selain itu istri
juga percaya bahwa datangnya penyakit bukan hanya disebabkan karena
faktor fisik namun juga dipengaruhi oleh faktor psikologis.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :


a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Kepala keluarga dan istri
b) Penghasilan :Rp. 1.500. 000, 00
c) Upaya lain : tidak ada
d) Harta benda yang dimiliki (perabot,
transportasi,dll)
Televisi, sepeda, meja, kasur, buku, peralatan makan dan memasak,
setrika.
e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Kebutuhan makan, sekolah, listrik, dan pengeluaran untuk kesehatan.

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :


Menonton televisi dan berbincang- bincang bersama keluarga

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua) :
Tahap perkembangan ke 6 keluarga dengan anak remaja masa pelepasan

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :


Keluarga dengan anak dewasa, kendala yang dihadapi keluarga adalah
anak kedua klien adalah anak yang pendiam.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti :


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Klien mengatakan dalam satu keluarga KK, istri, dan anak sulung
sering kali mengalami gastritis. Selain itu KK juga memiliki alergi
terhadap makanan ikan dan telur yang diturunkan pada ke-2 anaknya.
Anak bungsu klien saat ini mengalami masalah gatal- gatal.

b) Riwayat penyakit keturunan :


Ny. S memiliki riwayat alergi terhadap makanan ikan dan
menimbulkan reaksi gatal- gatal seluruh tubuh, dan hal tersebut
diturunkan pada ke-2 anaknya.

c) Riwayat kesehatan masing-masing


anggota keluarga
Keadaan Imunisasi Tindakan
Masalah
No Nama Umur BB Kesehata (BCG/Polio/DP yang telah
Kesehatan
n T/HB/Campak) dilakukan
1 Tn. S 50 thn 68 Sehat Tidak tahu Tidak ada

2 Ny. S. 48 thn 65 CKD Tidak tahu Pasien Berobat ke


mengalami dokter/
gagal ginjal bidan
sejak 3 tahun
mengalami
gastritis dan Berobat ke
3 An. S 14 thn 43 Sehat Lengkap gatal- gatal dokter/
bidan
Gatal- gatal

d) Sumber pelayanan kesehatan yang


dimanfaatkan :
Dokter praktek swasta, bidan, dan kadang- kadang ke Puskesmas
Sukorambi

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :


Tn. S tidak memiliki riwayat penyakit, Ny. S memiliki riwayat penyakit
CKD sejak 3 tahun yang lalu, dan An. S tidak memiliki riwayat penyakit.

III. PENKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas Rumah: 20x15 m2
b) Type Rumah: Permanen
c) Kepemilikan : milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan :1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, i kamar mandi
e) Ventilasi/cendela: Ada ventilasi, jumlah
jendela 6. 4 tidak dibuka
f) Pemanfaatan ruangan: ruang tamu
digunakan untuk menyambut tamu, makan, dan menonton televisi,
kamar digunakan untuk tidur, dapur digunakan untuk memasak, kamar
mandi digunakan untuk mandi BAB, dan BAK.
g) Septic tank: ada, dibelakang rumah
h) Sumber air minum: air PAM
i) Kamar mandi/WC: Ada/ ada
j) Sampah : Dibakar
k) Kebersihan lingkungan : lingkungan di
depan rumah klien bersih, barang- barang di rumah klien berantakan,
lantai bersih, kamr mandi kotor.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan : Tetangga di sekitar rumah
klien rutin mengikuti pengajian setiap hari selasa dan sabtu.
b) Aturan dan kesepakatan: Keluarga Tn. S
mengatakan tidak ada aturan dan kesepakatan antar warga dalam
mengikuti kegiatan pengajian
c) Budaya: Keluarga mengatakan lingkungan
di sekitar rumah klien adalah orang yang pengertia, jika tetangga
mengalami kesulitan akan langsung dibantu. Sangat menghargai
tetangga.
c. Mobilitas Geografis Keluarga : Ny. S. Mengatakan sejak menikah
sampai sekarang tinggal di dusun Masnggisan.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Ny. S mengatakan mengikuti kegitan pengajian rutin yang diadakan oleh
lingkungan sekitar rumah, di laksanakan hari selasa dan jumat.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: Ny. S mengatakan sering
berkomunikasi dengan suaminya berkumpul dengan ruang tamu untuk
berkomunikasi lebih lanjut
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Ny. S mengatakan selalu memperdulikan kesehatan keluarganya, terutama
anak- anak klien yaitu An. S dan A Tn. S menyebut bahwa cara dirinya
dalam menjaga kesehatan keluarga adalah dengan menyediakan obat-
obatan yang sering dibutuhkan oleh keluarga.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
1. Ny. S: berperan sebagai kepala keluarga, bertugas sebagai pencari
nafkah dan pelindung bagi seluruh anggota keluarga, selain itu Tn. S
juga sebagai pengambil keputusan utama dalam rumah tangga
2. Ny S: berperan sebagi istri, bertugas sebagai ibu dan membantu
mencari nafkah untuk keluarganya
3. An. S: berperan sebagai anak bungsu dalam keluarga
d. Nilai dan Norma Keluarga
Ny. S mengatakan tidak memiliki nilai dan norma yang dianut yang
berhubungan dengan kesehatan keluarganya

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Ny. S mengatakan anggota keluarganya saling menghargai dan saling
mendukung satu sama lain. Perasaan saling memiliki antar anggota
keluarga sangat kuat serta hubungan psikososialnya baik.

b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : Ny. S
mengatakan selama ini keluarganya selalu rukun
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
interaksi dalam keluarga baik, Tn. S selalu menyempatkan waktu untuk
berkomunikasi dengan keluarga.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam
pengambilan keputusan :pengambilan keputusan mayoritas diambil
oleh Tn. S, namun jika dalam keadaan mendesak maka Ny. S yang
akan mengambil keputusan, namun atas persetujuan dari Tn. S
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Menonton televisi dan berkumpul bersama di dalam rumah dan pergi
ke sawah
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Ny. S mengatakan mengikuti kegitan pengajian rutin yang diadakan
oleh lingkungan sekitar rumah.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan presesi keluarga tentang
penyakit/masalah kesehatan keluarganya : Ny. S. Menagatakan
mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga yaitu GGK sejak 3
tahunyang lalu. Ny. S melakukan cuci darah setiap hari selasa dan
jum’at ke RS Dr. Soebandi Jember.
b) Kemampuan keluarga mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat: Ny. S mengatakan jika
anggota keluarganya mengalami sakit, akan diberikan obat yang sudah
disediakan di rumah, jika tidak ada sediaan obat di rumah akan beli
obat di warung.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit :
Ny. S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit yang dilakukan
adalah memberikan obat- obatan yang dimiliki, selain itu jika anggota
keluarga belum kunjung sembuh baru akan berobat ke dokter/ bidan.

d) Kemampuan keluarga memelihara


lingkungan rumah yang sehat :
Ny. S mengatakan cara keluarga memelihara lingkungan rumah adalah
dengan membersihkan lingkungan rumah dan sekitar ruamh secara
teratur. Ny. S juga mengatakan rutin menguras bak mandi setiap
seminggu sekali.

e) Kemampuan keluarga menggunakan


fasilitas kesehatan di masyarakat :
Ny. S mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang sakit
terkadang langsung pergi ke pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat seperti bidan atau dokter.

d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 2
b) Akseptor: Tidak, keluarga tidak
menggunakan reseptor KB
e. Fungsi ekonomi
a) Usaha pemenuhan sandang pangan: Ny. S
mengatakan kebutuhan sandang pangan dipenuhi oleh Tn S dan Ny. S
bekerja menjadi buruh tai dan menanam sawi.
b) Pemanfaatan sumber dimasyarakat : Ny. S
mengatakan tidak menggunakan sumber daya di masyarakat sebagai
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek : Ny. S mengatakan penyebab stres jangka
pendek adalah kesehatan dirinya
b. Stressor jangka panjang: Ny. S mengatakan yang menjadi penyebab
stres jangka panjang adalah masalah ekonomi dan kesehatan
c. Respon keluarga terhadap stressor : Ny.S mengatakan lebih memilih
untuk mendiskusikannya dengan Tn S sebagai KK.
d. Strategi koping : Ny. S. mengatakan jika ada masalah, keluarga Tn.S
menyelesaikan dengan jalan keluar bermusyawarah dengan anggota
keluarga yang lain.
e. Strategi adaptasi disfungsional : Ny. S mengatakan anggota
keluarganya adaptif apabila mengalami masalah

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


Pemenuhan gizi : Ny. S mengatakan keluarganya makan 3x sehari dengan lauk
dan sayur.

Upaya lain : Ny. S mengatakan anak-anaknya disuruh makan yang bersih dan
sehat.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Identitas
Nama : Tn. S

Umur : 48 tahun

L/P : Perempuan
Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh Tani

b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini


Pusing

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Ny. S mengatakan sakit gagal ginjak kronik sejak 3 tahunyang lalu

d. Tanda-tanda vital :
Kesadaran : composmentis

KU : Pusing

TD :110/80

N : 88

e. System Cardio Vascular


Tidak terkaji

f. System Respirasi
Tidak terkaji.

g. System Gastrointestinal (Gl Tract)


Tidak terkaji

h. System Persyarafan
Tidak terkaji

i. System Muskoloskeletal
Tidak terkaji

j. System Genitalia
Tidak terkaji

IX. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya : Ny. S mengatakan berharap semoga
keluarganya selalu diberi kesehatan dan terhindar dari penyakit yang
berbahaya. Dan semoga sakit gijalnya membaik.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Ny. S berharap semoga petugas
kesehatan di Puskesmas lebih sering turun ke masyarakat dalam
memberikan pelayanan kesehatan, selain itu klien berharap dibukanya pos
posyandu yang lebih dekat dengan rumah.

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Tn. S Ny. S An. S


.

1 Rambut Rambut hitam, Rambut hitam,


hitam, tidak tidak ada tidak ada
Kepala ada hematoma, hematoma,
hematoma, rambut bersih rambut bersih
rambut bersih

2 130/90 TD: 150/ 90 Nadi: 100x/


mmHg, Nadi mmHg, Nadi: menit, Suhu:
TTV 89 x/mnt, 88x/ menit, 36,6°C, RR:
suhu 35,9°C Suhu: 36,8°C, 28x/ menit
RR: 22x/ menit

3 BB : 68 kg BB: 65 kg BB: 58 kg
BB,TB,PB
TB: 152 cm TB: 160 cm

4 Tidak terkaji Konjungtiva Konjungtiva


merah muda, merah muda,
sklera tidak sklera tidak
Mata
ikterik, tidak ikterik, tidak
ada edema ada edema
periorbital periorbital

5 Hidung Tidak terkaji Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri


di area di area
sinusitis, sinusitis,
hidung bersih hidung bersih

6 Tidak terkaji Mukosa bibir Mukosa bibir


lembab, tidak lembab, tidak
mengalami mengalami
Mulut
sariawan, lidah sariawan, lidah
tidak tidak
berselaput berselaput

7 Tidak terkaji Tidak terjadi Tidak terjadi


pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
Leher tidak tidak
mengalami mengalami
distensi vena distensi vena
junggularis junggularis,

8 Tidak terkaji Paru: Tidak ada Paru: Tidak ada


retraksi dinding retraksi dinding
dada, tidak ada dada, tidak ada
benjolan, suara benjolan, suara
ketuk paru ketuk paru
sonor, suara sonor, suara
napas vesikuler napas vesikuler

Dada Jantung: ictus Jantung: ictus


cordis tidak cordis tidak
terlihat namun terlihat namun
teraba di ICS 3 teraba di ICS 3
parasternal parasternal
sinistra, suara sinistra, suara
ketuk jantung ketuk jantung
redup, S1dan redup, S1dan
S2 tunggal S2 tunggal

9 Abdomen Tidak terkaji Bentuk buncit, Bentuk buncit,


Bising usus 8x/ Bising usus 8x/
menit, perkusi menit, perkusi
timpani, tidak timpani, tidak
mengalami mengalami
ascites ascites

10 Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot


5 5, terdapat 5
Tangan
afisan di tangan
kanan.

11 Tidak terkaji Tidak ada Tidak ada


Kaki edema, edema,
kekuatan otot 5 kekuatan otot 5
FORMAT ANALISA DATA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S.Kep

Tanggal Analisa: 26 Februari 2020

No. Tanggal Data Diagnosa Keperawatan

1. 26-02-2020 DS: Kesiapan meningkatkan


manejemen kesehatan
Ny. S mengatakan
melakukan kegiatan
bersawah dan menjaga
pola makan dengan baik

DO:

1. TD: 155/100 mmHg


2. GDA: 120 mg/dL
3. Klien mengatakan
melakukan cuci darah
2 kali dalam
seminggu
2. 26-02-2020 DS: Ny. S mengatakan Kesiapan meningkatkan
keluarga selalu koping keluarga
mendukung dala
melakukan pengobatatan
rutin

DO:

1. Dukungan keluarga
kurang
2. Ny. S melakukan HD
dengan bantuan ojek
3. Dalam 1 bulan klien 2
kali tidak melakukan
HD

DS:
3. 26-02-2020
Ny. S mengatakan Resiko kerusakan integritas
kulitnya kering kulit

DO:

1. Kulit kering

2. bersisik

3. sedikit mengelupas
SCORING/PRIORITAS

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan manejemen kesehatan

No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : 1 1 1/3x1= 1 Ny. Smengatakan


sudah melakukan cuci
darah dengan teratur
dan pola hidup sehat

2. Kemungkinan masalah 1 2 1/2x2=1 Ny. S mengatakan


dapat dicegah : sudah lebih baik

3. Potensial untuk dicegah : 2 1 2/3x1= Masalah CKD pada Ny.


2/3 S sudah lebih baik
namun cuci darah harus
dilakukan selama
hidupnya

4. Menonjolnya masalah : 1 2 1/2x1= Masalah kesehatan Nys


1/2 terancam bila tidak
melakukan cuci darah
tiap 2 kali /minggu.

Jumlah 3
Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : 1 1 1/3x1= Keluarga Tn S sangat


1/3 mengdukung dalam
kesembuhan Ny. S

2. Kemungkinan masalah 2 2 2/2x2=2 Keluarga Tn S sudah


dapat dicegah : sadar akan pentingnya
kesehatan sehingga
memudahkan dalam
melakukan intervensi

3. Potensial untuk dicegah : 3 1 3/3x1=3 Masalah dapat dicegah


/3

4. Menonjolnya masalah : 1 1 1/2x1= Keluarga Tn. S masalah


1/2 kesehtan Ny S
berlangsung selama 3
tahun terahir

Jumlah 3 5/6
Diagnosa Keperawatan : Resiko kerusakan integritas kulit

No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran

1. Sifat Masalah : 2 1 2/3x1= Risiko kerusakan


2/3 integritas kulit
merupakan masalah
risiko yang terjadi pada
Ny. S adalah pencetus
dari proses cuci darah

2. Kemungkinan masalah 1 2 1/2x2=1 Masalah kerisakan


dapat dicegah : integritas
membutuhkan
perawatan tiap saat
untuk mengurangi
kerusakan

3. Potensial untuk dicegah : 2 1 2/3x1= Melakukan pemberian


2/3 lotian secara teratur

4. Menonjolnya masalah : 2 1 2/2x1=1 Masalah resiko


kerusakan integritas
kulit menjadi resiko
terbesar kare efek dari
proses cuci darah

Jumlah 2 4/3

Diagnosa Kepeawatan Sesuai Prioritas :

1. Ketidakseim Kesiapan meningkatkan koping keluarga


2. Kesiapan meningkatkan manejemen kesehatan
3. Resiko kerusakan integritas kulit
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.


Tanggal : 28 Februari 2020

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standar

Kesiapan Siap meningkatkan Keluarga mampu: Kognitif Mampu menjelaskan: 1. Kontrak waktu
meningkatkan manajemen dengan keluarga
1. Mengetahui pengertian Afektif 1. Mampu menanggapi
manejemen kesehatan dalam 2. Bina hubungan
CKD penyebab masalah
kesehatan waktu 7x24 jam Psikomotor saling percaya
2. Keluarga mampu yang dialami..
3. Motivasi keluarga
memenuhi kebutuhan 2. Penanganan masalah
untuk melakukan
nutrisi yang sesuai yang terjadi pada
pola hidup sehat
3. Keluarga mampu keluarga
4. Atur pemberian
menegtahui bahaya CKD Memiliki sikap positif:
minum harian
4. Keluarga mampu
Mendiskusi masalah 5. Beri pendidikan
mengatasi masalah CKD
yang terjadi dengan kesehatan kepada
keluarga keluarga tentang
CKD
Mengaplikasikan
perilaku: 6. Mengkaji
pengetahuan
Penanganan pada
keluarga dengan CKD

Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi

TUM TUK Kriteria Standar


Keperawatan
Kesiapan Siap meningkatkan Keluarga mampu: Kognitif Mampu menjelaskan: 1. Bina hubungan saling
meningkatkan koping keluarga dalam percaya
1. Mampu berdiskusi Afektif 1. Masalah CKD
koping keluarga waktu 7x24 jam 2. Diskusikan bersama
bersama keluarga 2. Konsumsi harian
keluarga dalam
2. Meningkatkan 3. Minum hararian
mengambil keputusan
motivasi 4. Penatalaksanaan
tentang cara
3. Mampu Memiliki sikap positif:
pencegahan
melaksanakan
Mendiskusi masalah yang 3. Motivasi keluarga
penatalaksanaan
terjadi dengan keluarga untuk selalu
kepelayanan
Mengaplikasikan
4. Mengolah pola hidup
perilaku:
sehat dan istirahat yang
Pemberian konsumsi cukup
rendah protein 5. Dukungan keluarga
dalam taat dalam
pengobatan
6. Pemahaman keluarga
dalam masalah
kesehatan
7. Pertahankan dukungan
dan pengetahuan

Diagnosa Tujuan Evaluasi


Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standar

Resiko Risiko kerusakan Keluarga mampu: Kognitif Mampu menjelaskan: 1. Bina hubungan saling
kerusakan integritas kulit percaya
1. Menjelaskan Afektif 1. Masalah pada kulit
integritas kulit teratasi dalam 2. Puji ibu atas tindakan yang
pengertian 2. Cara melembabkan
waktu 7x24 jam psikomoto dilakukan
perkembagan 3. Penatalaksanaan
r 3. Motivasi ibu untuk
2. Menjelaskan tugas
melembabkan tubuh
perkembangan anak Memiliki sikap positif:
4. Anjurkan untuk mengoles
sesuai usia Mendiskusi masalah
lotion atau minyak zaitun
3. Mengetahui yang terjadi dengan
5. Jaga kebersihan daerah luka
pentingnya tumbuh keluarga
HD agar tidak terjadi infeksi
kembang
Mengaplikasikan 6. Beri pengertian terkait
4. Menstimulasi anak
perilaku: penyeab mengelupasnya kulit
dengan gangguan
perembangan Mengoleskan lotion
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

Tanggal : 3 Maret 2020

No. Diagnosa
Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Kesiapan meningkatkan 1. Mengontrak waktu dengan S: Ny. S memahami
keluarga pengertian CKD dan
manejemen kesehatan
2. Membina hubungan saling istirahat yang cukup
percaya
3. Memotivasi keluarga untuk O: keluarga mampu
melakukan pola hidup sehat 1. Mampu
4. Mengatur pemberian minum menjadwal
harian minum harian
5. Memerikan pendidikan yang sesuai
kesehatan kepada keluarga
tentang CKD 2. Mampu
6. Mengkaji pengetahuan terkait memahami
CKD pengertian CKD
7. Mengkaji keluarga terkait
pengobatan 3. Mampu
8. Cek TD 157/98 mmHg memahami
penyebab CKD
4. Mampu
mengenali tanda
dan gejala CKD
5. Mampu
memahami pola
istirahat yang
cukup

A: Tujuan teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi

S: Keluaga Tn.S
2 Kesiapan mengatakan mengetahui
meningkatkan koping bahaya CKD dan
1. Mendiskusikan bersama
keluarga mendukung Ny. S rutin
keluarga dalam mengambil
melakukan cuci darah 2
keputusan tentang cara
kali dalam seminggu
pencegahan CKD
2. Memotivasi keluarga patuh
O: Keluarga mampu
dalam melakukan cuci darah
mengetahui
3. Mengolah pola hidup sehat dan
1. Memahami
istirahat yang cukup
pentingnya minum
4. Mendukungan keluarga dalam
air putihuntuk
taat dalam pengobatan
pencegahan CKD
5. Meningkatkan pemahaman
2. Memahami cara
keluarga dalam masalah
memotivasi Ny. S
kesehatan dan pengobatan
untuk melakukan
6. Mempertahankan dukungan dan
cuci darah
pengetahuan
3. Memahami cara
memotivasi dalam
melakukan
pengobatan dengan
dukungan keluarga

A: Tujuan teratasi
P: Hentikan intervensi

S: Ny. S mengatakan
3 Resiko kerusakan mengerti dan akan
menerapkan
integritas kulit 1. Memberikan anjuran untuk
melembabkan kulit yang kering
O: dapat memahami:
2. Menjaga kebersihan daerah luka
1. Memahami
HD agar tidak terinfeksi
pentingnya menjaga
3. Mengedukasi tidak memakan
kelembaban kulit
makanan yang menyebabkan
2. Memahami
alergi
penyebab alergi
4. Anjurkan untuk mengoles lotion
3. Memahami
atau minyak zaitun
kepatuhan dalam
5. Memberikan pengertian terkait
menjaga kebersihan
penyeab mengelupasnya kulit
A: tujuan teratasi
6.
sebagian
P: lanjutkan intervensi
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

Tanggal : 05 Maret 2020

Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Kesiapan meningkatkan 1. Membina hubunngan saling S: Keluarga Tn. S
percaya dengan keluarga memahami
manejemen kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk pengertian CKD dan
melakukan pola hidup sehat istirahat yang cukup
3. Mengatur pemberian minum
harian O: keluarga mampu
4. Memberikan nutrisi seimbang 1. Mampu
bagi penderita CKD menjadwal
minum harian
yang sesuai
2. Mampu
melakukan
anjuran minum
yang sesuai
3. Mampu
memahami
dalam memilih
nutrisi yang baik

A: Tujuan teratasi
P: hentikan
intervensi
EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.


Tanggal : 3 Maret 2020
Diagnosa Keperawatan : kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan


1 Mengetahui pentingnya pola  Ny S mampu menyebutkan
hidup sehat pentingnya pola hidup sehat
2 Mampu memahami pengertian  Ny S mampu menyebutkan
CKD pengertian CKD
3 Mampu mengenali tanda dan  Ny S mampu mengenali tanda
gejala CKD dan gejalah CKD
4 Keluarga mampu menegtahui  Ny S mampu menyebutkan
bahaya CKD bahaya kurang gizi pada anak
5 Keluarga mampu mengatasi  Ny S belum mampu mengatasi
masalah CKD masalah
6 Mampu mengetahui aturan  Tn S belum mengetahui aturan
minum pasien CKD masalah gizi pada anak
EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

Tanggal : 5 Maret 2020

Diagnosa Keperawatan : kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan


1 Mengetahui pentingnya pola  Ny S mampu menyebutkan
hidup sehat pentingnya pola hidup sehat
2 Mampu memahami pengertian  Ny S mampu menyebutkan
CKD pengertian CKD
3 Mampu mengenali tanda dan  Ny S mampu mengenali tanda
gejala CKD dan gejalah CKD
4 Keluarga mampu menegtahui  Ny S mampu menyebutkan
bahaya CKD bahaya kurang gizi pada anak
5 Keluarga mampu mengatasi  Ny S mampu mengatasi
masalah CKD masalah
6 Mampu mengetahui aturan  Tn S mengetahui aturan
minum pasien CKD masalah gizi pada anak
EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

Tanggal : 3 Maret 2020

Diagnosa Keperawatan : kesiapan meningkatkan koping keluarga

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan


1 Mampu nutrisi harian  Ny. S mampu menyebutkan
2 Mampu melaksanaan  jenis makanan yang sehat
pengobatan kepelayanan Ny S. Mampu melaksanaan
3 Memberi dukungan kepada  pengobatan kepelayanan
keluarga yang sakit Keluarga Tn S Memberi
4 Mengambil keputusan  dukungan kepada keluarga
Menyampaikan masalah yang sakit
kesehatan kepada keluarga Tn S Mengambil keputusan
Menyampaikan masalah
kesehatan kepada keluarga
EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.

Tanggal : 3 Maret 2020

Diagnosa Keperawatan : Resiko Kerusakan integritas kulit

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan


1 Memahami pentingnya menjaga  Ny S Memahami pentingnya menjaga
kelembaban kulit kelembaban kulit
2 Memahami penyebab alergi yang  Ny. S Memahami penyebab alergi
3 mengakibatkan keparahan yang mengakibatkan keparahan
Memahami kepatuhan  Ny.S Memahami kepatuhan
dalam menjaga kebersihan dalam menjaga kebersihan
BAB IV
PEMBAHASAN
Keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan
yang sejahtera baik dari segi fisik, mental, dan sosial yang kemudian
memungkinkan sebiah keluarga yang utuh (terdiri dari kepala keluarga, istri dan
anak). Dalam keluarga tiap individu memiliki peran dan tanggung jawab dalam
menjaga kesejahteraan keluarga. Keluarga binaan yang saya pegang adalah
keluarga Tn. S dimana merupakan tipe keluarga nulear family dimana dalam satu
rumah terdiri suami, istri dan anak. Usia Tn. S sebagai kepala keluarga, Ny. S usia
48 tahun sebagai istri dan Sdr. S usia 18 tahun sebagai anak ke dua yang tinggal
dalam satu rumah.
Asuhan keperawatan keluarga memiliki lima tujuan yaitu: mengenalkan
masalah kesehatan, memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan
perawatan terhadap keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan keluarga untuk
menjamin kesehatan keluarga, dan menggunakan pelayanan kesehatan dalam
mengatasi penyakit. Tujuan keperawatan kesehatan tersebut dapat deberikan
melalui bentuk pemberian asuhan yang difokuskan pada masalah kesehatan yang
dialami oleh salah satu anggota keluarga dan diharapkan keluarga mampu
mengatasi masalah tersebut dengan keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengkajian didapakan keluarga Tn. S adalah jenis
keluarga inti (nuclear family) dengan patokan bahwa dalam satu KK terdapat KK,
istri dan anak. Selain itu keluarga Tn. S adalah Tahap perkembangan ke 6
keluarga dengan anak remaja masa pelepasan. Status kesehatan Tn. S BB: 68 kg
TD 130/90 mmHg tidak memiliki keluhan, Ny. S BB 65 kg TD 150/90 mmHg
memiliki riwayat sakit CKD sejak 3 tahun yang lalu yang diakibatkan karena
kurangnya meminum air putih dan terlalu banyak konsumsi minuman berenergi.
Dikarenakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten
dan irreversible. Sedangkan gangguan  fungsi ginjal  yaitu penurunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat (Mansjoer, 2007). Sehingga meningkatkan kerja gijal dalam memfiltrasi sisa
metabolisme tubuh tekanan darah meningkat (hipertensi) kesehatan memburuk
Ny. S mengalami nyeri punggung berhari-hari, lemas dan mual munta. Setelah
gejala dirasakan kurang lebih 5 hari Ny. S tidak sadarkan diri dibawa ke PKM
Sukorambi dinyatakan gagal ginjal Kronik dan dirujuk RS Dr. Soebandi Jember.
Dalam waktu 3 tahun ini Ny. S melakukan HD rutin setiap hari selasa dan jum’at
namun kadang kala Ny. S tidak disiplin dalam melakukan HD. Mungkin 2 kali
dalam sebulan tidah HD tuturnya. Sedangkan Sdr. S usia 18 tahin tidak memiliki
masalah kesehatan.
Data fokus yang didapat dalam menegakkan diagnosis keperawatan yaitu
mempertahankan pola hidup sehat, mendiskusikan pengetahuan, meningkatkan
pemahaman terkait penyakit, dukungan yang kurang dalam pengobatan sehingga
dapat ditegakkan diagnosis prioritas kesiapan meningkatkan koping keluarga
dengan scoring 4 1/6, kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dengan
scoring 3 dan resiko kerusakan integritas kulit dengan scoring 3 1/3. Dari tiga
diagnosa tersebut dapat merencanakan intervensi yang akan diberikan untuk
meningkatkan taraf hidup lebih sehat dan mengurangi kejadian sakit yang sama
pada kelurga.
Untuk meningkatkan kualitas taraf hidup keluarga Tn. S telah dilakukan
pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi sebagai berikut
1. Kesiapan meningkatkan koping
keluarga
Dalam meningkatkan koping keluarga penulis melakukan diskusi
terkait dukungan keluarga yang telah diberikan selama proses berobat dan
cuci darah. Dukungan materi maupun non materi. Didapat dukungan yang
kurang maksimal dan kurang pemahaman terkait proses cuci darah sehingga
Ny. S tidak patuh melakukan pengobatan dikarenakan biaya transportasi.
Maka penulis memberikan asuhan keperawatan yang telah di intervensikan
yaitu: Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan tentang
cara pencegahan CKD, motivasi keluarga patuh dalam melakukan cuci
darah, Mengolah pola hidup sehat dan istirahat yang cukup, Mendukungan
keluarga dalam taat dalam pengobatan, tingkatkan pemahaman keluarga
dalam masalah kesehatan dan pengobatan, pertahankan dukungan dan
pengetahuan.
Setelah di berikan implementasi kepada kepada keluarga Tn. S di
dapat evaluasi yaitu keluarga Tn. S dapat memahami penjelasan mengenai
masalah-masalah kesehatan dan kepatuhan dala cuci darah, keluarga
memahami pentingnya proses cuci darah untuk meningkatnkan kehidupan,
serta dukungan untuk memerikan diri kepada pelayanan kesehatan secepat
mungkin jika ada keluarga yang sakit. Keluarga sangat antusia dalam
menirima informasi dan berdiskusi terkait pola perfikir kedepannya.
2. Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan
Mengatasi masalah kesehatan penulis melakuka pemberian asuhan
keperawatan yang dapat diterima dan di pahami. Dimana intervensi yang
diberikan antara lain kontrak waktu dengan keluarga, bina hubungan saling
percaya, motivasi keluarga untuk melakukan pola hidup sehat, atur
pemberian minum harian, berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang CKD, kaji pengetahuan terkait CKD, kaji keluarga terkait
pengobatan, cek tekanan darah. Intervensi teseut di implementasikan
sebanyak 2 kali pertemuan. Dimana hasi pertemuan pertama keluarga Tn. S
tidak banyak memahami terkait penangan dan pencegahan penyakit CKD
setelah proses penyuluhan keluarga memahami penyebab CKD. Pertemuan
kedua penulis meningkatkan pemahaman dengan mengulang dan
menanbahkan nutrisi dimana konsumsi daging 12-15 g/kg rendah natrium,
batasi minum air putih sekitar 600-800 cc/ hari.
Proses implementasi telah terlaksanan dengan baik didapat hasil
evaluasi pada pertemuan berikutnya keluarga mengatakan akan
mempertahankan pengetahuan, masukan, motifasi serta pla hidup sehat
kedepannya.
3. Resiko kerusakan integritas kulit
Diagnosis ke 3 yang penulis tegakkan adalah resiko kerusakan kulit
telah melalui serangkaian proses intervensi yang telah diberikan kepada
keluarga Tn. S adalah berikan anjuran untuk melembabkan kulit yang
kering, jaga kebersihan daerah luka HD agar tidak terinfeksi, edukasi tidak
memakan makanan yang menyebabkan alergi, Anjurkan untuk mengoles
lotion atau minyak zaitun, dan berikan pengertian terkait penyeab
mengelupasnya kulit. Implementasi yang telah diberikan dan dilakukan
secara berkala oleh Ny. S dan diingatkan oleh Sdr. S. Pemberian pelembab
pada kulit kering sangatlah beguna untuk mengurangi tingkat kerusakan
kulit yang disebabkan oleh pembengkakan (odema).
Evaluasi yang di dapat pada pertemuan terahir, keluaga patuh dan
menerapkan anjuran dalam proses implementasi. Keluarga menerima
anjuran yang diberikan. Proses kembaliannya kulit yang rusak akan
berangsur membaik jika dilakukan secara rutin dan bertahap.
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Dari serangkaian kegiatan pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
implementasi, serta evaluasi penulis dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Masala fokus pada Ny. S yang memiliki peran sebagai istri dalam
keluarga
2. Keluarga Tn. S merupakan keluarga dengan tipe keluarga inti (nuclear
family).
3. Masalah yang dialami oleh keluarga Tn. S adalah berfokus pada Ny. S
yang mengalami masalah CKD selam 3 tahun terahir.
4. Adapun masalah keperawatan yang dapat dirumuskan yaitu kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan, kesiapan meningkatkan koping
keluarga, dan resiko kerusakan integritas kulit
5. Intervensi yang diberikan berupa pemberian penyuluhan tentang penyakit
CKD, pemberian nutrisi sesuai, dan pembatasan air per hari.
6. Evaluasi yang didapat selama implementasi, keluarga dapat
meningkatkan dan memahami tentang CKD dan diharapkan keluarga
tidak mengalami masalah yang sama dikemudian hari.

B. SARAN
1. Bagi Keluarga
Mempertahankan atau meningkatkan pola hidup sehat kedepannya.
Konsumsi air minimal 20 cc/kg BB agar terhindar dari penyakit CKD,
memperbaikiki nutrisi, melakukan aktifitas fisik seperti olahraga lari,
jalan maupun senam, melakukan pengecekan kesehatan secara berkala
untuk mengurangi penyakit lainnya, dan menerapkan anjuran penulis
dalam meningkatkan kesehatan dan taraf hidup sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M, Bowden, V, R, Jones, E, G. (2010). Buku Ajar Keperawatan


Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC.XKholifah, S. N., &
Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas (1st ed.).
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
NANDA. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (11th ed.).
Jakarta: EGC.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 1)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH

CKD DI DESA SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

Nama mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep

NIM : 1901031007

Nama KK : Ny. S

Alamat : Dusun Manggis RT 3 RW 6, Desa Sukorambi

Kunjungan ke :1

A. FASE PERSIAPAN
1. Latar belakang kegiatan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, dimana di
dalam keluarga anggota keluarga terikat oleh ikatan pernikahan. Adanya
keluarga dalam ruang lingkup kesehatan merupakan hal yang sangat
penting, mengingat keluarga adalah orang terdekat dari klien yang
mengalami masalah kesehatan. Selain itu salah satu fungsi keluarga adalah
mengenali masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit,
sehingga keluarga berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan
seseorang.

Keluarga juga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,


sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat mendapatkan keuntungan dua sekaligus yaitu memenuhi
kebutuhan individu dan memenuhi kebutuhan masyarakat dimana keluarga
itu berada. Selain itu pemberian pelayanan kesehatan pada keluarga juga
dapat meningkatkan tataran kesehatan di lingkungan masyarakat. Oleh
karena itu dalam pemeberian pelayanan kesehatan, dibutuhkan tindakan
yang dapat meningkatkan ststus kesehatan keluarga, salah satunya melalui
pemberian asuhan keperawatan keluarga.

Keperawatan keluarga merupakan kegiatan strategis yang


mempunyai daya ungkit besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan (Kholifah & Widagdo, 2016). Mengingat pentingnya peran
keluarga dalam peningkatan status kesehatan, maka diperlukan pemberian
asuhan keperawatan keluarga yang komperhensif dan menyeluruh.
Pemeberiana asuhan keperawatan keluarga secara komperhensif juga
dimaksudkan agar peningkatan ststus kesehatan keluarga dapat meningkat
seiring berlangsungnya pemberian asuhan keperawatan

Berkaitan dengan praktek keperawatan komunitas yang sudah


mulai memasuki kegiatan intervensi keperawatan, maka dilaksanakan juga
penerapan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga/klien yang
memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan. Salah satunya adalah asuhan
keperawatan keluarga Ny. S dengan masalah CKD di Desa Sukorambi
Kabupaten Jember.

2. Tujuan Umum
Setelah kegiatan, maka keluarga Ny. .S mampu menerapkan asuhan
keperawatan keluarga pada anggota keluarga Tn. S.

3. Tujuan khusus
Setelah kegiatan pada kunjungan pertama, maka keluarga Ny. S mampu
mengenal masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarganya dan rumah
tempat tinggalnya.

B. FASE PENDAHULUAN
1. Perkenalan
Pada tahap perkenalan, mahasiswa memperkenalkan diri (identitas:
nama, asal institusi) kepada klien. Klien juga memperkenalkan identitas
diri dan keluarganya.
2. Kontrak belajar asuhan
Menetapkan kontrak waktu pertemuan dengan klien yang disepakati oleh
klien dan mahasiswa, yaitu:
3. Tujuan kunjungan
a. Mengadakan dan menyepakati kontrak waktu dengan keluarga Tn..
S.
b. Mengadakan pengkajian tahap I.

C. FASE KERJA
Pertanyaan inti meliputi:
1. Data umum keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
3. Pengkajian lingkungan tempat tinggal
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Stres dan koping keluarga
7. Pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
Kegiatan yang dilaksanakan

1. Anamnesa untuk mengumpulkan data klien dan keluarga.


2. Observasi terhadap keadaan lingkungan fisik tempat tinggal keluarga
Tn. S.
3. Pemeriksaan fisik terhadap Tn. S

D. FASE TERMINASI
1. Resume kegiatan.
Resume kegiatan yang telah dilaksanakan.

2. Kontrak waktu kegiatan berikut.


Kontrak waktu dsesuaikan dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan
keluarga.

Lampiran:

Format pengkajian asuhan keperawatan keluarga


RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 2)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH

CKD DI DESA SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

N Nama mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep

NIM : 1901031007

Nama KK : Ny. S

Alamat : Dusun Manggis RT 3 RW 6, Desa Sukorambi

Kunjungan ke :2

1. Fase Persiapan
a. Analisis Situasi

Tn. S adalah salah satu kepala keluarga di Dusun Manggis, dalam 1 KK


terdapat 3 anggota keluarga diantaranya Tn. S sendiri, Ny. S sebagai istri,
dan An. S sebagai anak. Tn. S sendiri bekerja sebagai buruh tani dan
pengantar sayuran kepasar, istrinya adalah Ny. S bekerja sebagai buruh
tani dan anaknya tamat SMP tidak bekerja. Keluhan yang dialami
keluarga adalah Ny. S mengalami sakit CKD sejak 3 tahun yang lalu
selama 3 tahun pula Ny. S melakukan cuci darah rutin di RS. Dr. Soebandi
Jember setiap hari selasa dan jum’at.

b. Tujuan Umum
Setelah kunjungan kedua, mahasiswa mampu merencanakan asuhan
keperawatan.

c. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah keperawatan bersama
keluarga Tn. S
- Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan
prioritas yang telah disepakati bersama keluarga Tn. S

2. Fase Orientasi
- Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu pada
hari Rabu, tanggal 26 Februari 2020, jam 10.00 WIB s/d selesai di rumah
Tn. S.
- Mahasiswa menyampaikan tujuan kunjungannya, yaitu membuat asuhan
keperawatan, prioritas masalah keperawatan dan merencanakan asuhan
keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan keluarga Tn. S.

3. Fase Kerja
- Mahasiswa membahas asuhan keperawatan bersama keluarga Tn. S yang
meliputi penentuan masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana
asuhan keperawatan bagi keluarga Tn. S.
- Mahasiswa dan keluarga Tn. S mencapai kesepakatan mengenai penentuan
masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
bagi keluarga Tn. S.

4. Fase Terminasi
- Mahasiswa mencatat dan meresume hasil kegiatan yang telah dilakukan,
yaitu terbentuk kesepakatan antara mahasiswa dengan keluarga Tn. S
mengenai penentuan masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana
asuhan keperawatan bagi keluarga Tn. S.
- Mahasiswa mengakhiri pertemuan dan melakukan kontrak untuk
kunjungan berikutnya, yaitu melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan keluarga Tn. S
dengan melakukan kegiatan penyuluhan pada hari selasa, tanggal 03 Maret
2020, jam 14.00 WIB s/d selesai di rumah Tn. S

RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 3)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH

CKD DI DESA SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

N Nama mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep

NIM : 1901031007

Nama KK : Ny. S

Alamat : Dusun Manggis RT 3 RW 6, Desa Sukorambi

Kunjungan ke :3

4. Fase Persiapan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan penyuluhan selama 30 menit, keluarga diharapkan
mampu memahami tentang pengertian, tanda gejala, penyebab,
penatalaksanann, dan pencegahan.
b. Tujuan Khusus
- Keluarga mampu menjawab pengertian CKD
- Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah CKD
- Keluarga mampu menyebutkan penyebab CKD
- Keluarga mampu menjelaskan penatalaksanaan CKD
- Keluarga mampu menjelaskan cara pencegahan CKD
-
5. Fase Orientasi
- Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu
pada hari Selasa, tanggal 03 Maret 2020, jam 16.00 WIB s/d selesai di
rumah Tn. S
- Mahasiswa menjelaskan tujuan kunjungannya, yaitu melakukan
penyuluhan tentang CKD selama ± 30 menit.
6. Fase Kerja
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang pengertian CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tanda dan gejalah CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang penyebab CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang penatalaksanaan CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang cara pencegahan CKD

4. Fase Terminasi
- Mahasiswa mencatat dan meresume hasil kegiatan yang telah
dilakukan, yaitu penyuluhan tentang arti pengertian, tanda gejalah,
penyebab, penatalaksanaan, pencegahan.
- Mahasiswa menyepakati kontrak untuk melakukan evaluasi akhir
pada hari Kamis, 5 Maret 2020 dan mengakhiri pertemuan hari ini
dengan keluarga Tn. S dengan mengucapkan salam.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 4)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH

CKD DI DESA SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

N Nama mahasiswa : Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep

NIM : 1901031007

Nama KK : Ny. S

Alamat : Dusun Manggis RT 3 RW 6, Desa Sukorambi

Kunjungan ke :4

1. Fase Persiapan
a. Menentukan kunjungan ke 4
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S

2. Fase Orientasi
Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu kamis,
5 Maret 2020, Jam 16.00 WIB s/d selesai di rumah Tn. S

3. Fase Kerja
a. Mencatatat kegiatan yang dilakukan pada hari itu
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S

4. Fase Terminasi
a. Mencatatat kegiatan yang dilakukan pada hari itu
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S

1. selesai di rumah Tn.

LAMPIRAN
Cronic Kidney Disease (CKD) PROGRAM STUDI PROFESI NERS seperti semula, yaitu dimana
FAKULTAS ILMU KESEHATAN ginjal mengalami kegagalan
dalam mempertahankan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
keseimbangan cairan dan
JEMBER
elektrolit.
2020
Penyebab

APA ITU CKD ?  Kurang minum


 Minuman Beralkohol
Gagal ginjal kronik
 Minuman bersoda
adalah gangguan
Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep. fungsi ginjal yang  Tekanan darah tinggi
menurun secara  Infeksi penyakit
NIM. 1901031007
cepat dan fungsi  Pola makan dan gaya hidup
tersebut tidak yang tidak sehat
dapat kembali  Penyakit bawaan
 Mengkonsumsi jamu-jamuan Gejala lanjut: cairan antara yang masuk
atau obat-obatan secara nafsu makan menurun, dan keluar
berlebihan mual disertai muntah,
 Batu saluran kencing sesak nafas baik di waktu
ada kegiatan atau tidak,
Tanda dan gejala bengkak yang disertai
lekukan, gatal-
gatal pada kulit,
Gejala dini: dan kesadaran
lemah, sakit kepala, berat menurun
badan menurun, lelah,
nyeri pinggang. Penatalaksanaan

1. Observasi
keseimbangan
b. Transplantasi ginjal 4. Kurang darah (Anemia)
(Cangkok Ginjal) 5. Penyakit tulang
5. Nutrisi
6. Kerusakan kulit
6. Obat-obatan
7.
Apabila tidak
8. Kematian
segera
2. Batasi cairan
yang masuk Ditangani Pemeriksaan
3. Cuci darah
(hemodialisa) Penunjang
1. Penyakit jantung,
serangan jantung
2. Stroke Saat / sesudah terkena gagal ginjal
3. Hipertensi kronik
(Tekanan 1. Kontrol rutin
Darah 2. Berhati-hati konsumsi obat-obatan,
Tinggi)
4. Operasi seperti obat rematik
a. Pengambilan batu 3. Pengobatan pada hipertensi
4. Pengendalian gula darah, kolesterol
5. Peningkatan aktivitas fisik
6. Pengendalian berat badan
7. Diet rendah protein (20-40 gram/hari)
1. Pemeriksaan lab
darah dan urine. Mencegah Gagal ginjal kronik
2. Pemeriksaan 1. Minum air putih tidak lebih dari 2
radiologi, seperti CT liter/hari
Scan dan USG. 2. Jangan menahan kencing
Nutrisi pada pasien 3. Latihan fisik secara rutin
hemodialisa 4. Tidak merokok
5. Periksa kadar kolestrol
6. Jaga berat badan,
1. Protein
Pasien hemodialisa
7. Hindari minum alkohol,
membutuhkan 1,2-1,3 gram /kg 8. Makan dengan komposisi
berat badan. Diutamakan berimbang
PENCEGAHAN protein yang mempunyai nilai
2. Karbohidrat
biologis tinggi(protein hewani) Bahan makanan sumber
setiap hari, seperti telur, ikan karbohidrat: nasi, roti putih, mie,
bandeng, dan sebagainya makaroni, spageti,
lontong, bihun, makanan
yang dibuat dari tepung-
tepungan, gula, madu,
sirup, permen, dll.
3. Vitamin DIET PADA PASIEN HEMODIALISA

Pasien hemodialisia menghindari


mengambil terlalu banyak
vitamin A, Vitamin E, Vitamin K

DISUSUN OLEH:

TRI OKTA LINDA PERTIWI

NIM. 1901031007

PROGRAM STUDI NERS


KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER

2020
1. Semua sayuran harus dimasak dan tidak
dianjurkan dimakan dalam keadaan
1. Makanlah secara teratur, porsi kecil tapi
mentah (lalapan)
Pengertian Diet Pada sering 5-6x/hari 2. Membatasi garam
Pasien 2. Pilihlah makanan seperti3.: telur,
Untuk susu,
mengurangi kadar kalium dalam
daging dsb bahan makanan sebaiknya dipotong kecil-
3. Makan tinggi energy seperti : madu,
kecil
permen, syrup dianjurkan sebagaidalam air hangat minimal
4. Direndam
penambah energy selama dua jam, air perendaman dibuang
4. Menghindari makanan 5. tinggi kalium
Setelah itu masaklah (terutama sayuran
yaitu : kacang-kacangan, bayam, piang,
dan umbi-umbian.
air kelapa, alpukat, durian,
6. nangka dan
Untuk batasan cairan pada makanan lebih
kembang kol. baik dibuat tidak berkuah seperti ditumis
Cara Mengatur Diet dikukus dibakar
Pengolahan Diet

Diet pada pasien hemodialysis adalah diet


yang diberikan pada penderita gagal ginjal kronik
yang mendapat terapi hemodialisa sebagai pengganti
kerja ginjal, untuk mengeluarkan hasil sisa
metabolisme dari darah dan kelebihan cairan dari
tubuh. Walaupun telah menjalani hemodialisa rutin
diet tetap diperlukan untuk mempertahankan status
gizi dan menjaga agar kenaikan hasil sisa
metabolism tidak terlalu tinggi pada hemodialisa
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai