DENGAN
CRHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI DESA SUKORAMBI
KECAMATAN SUKORAMBI
KABUPATEN JEMBER
Oleh:
Tri Okta Linda Pertiwi, S. Kep.
Diagnosa Keperawatan
Ns. Susi Wahyuning Asih, S. Kep. Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S. Kep.
NIDN. 0720097502 NIDN. 0717058603
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan
keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. s. dengan Crhronic
Kidney Disease (CKD) di desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi Kabupaten
Jember”. Laporan ini dibuat guna memenuhi penugasan dalam keperawatan keluarga
program studi profesi ners.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya dibidang keperawatan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujuan Penelitian...........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
BAB V PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran .............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang
dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan di mana ginjal mengalami
kerusakan yang serius sehingga tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya.
Fungsi utama ginjal adalah untuk menyaring darah dari limbah beracun
ataupun cairan berlebih dalam tubuh, jika ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul di
dalam tubuh. Hal inilah yang nantinya memberikan masalah bagi kesehatan
Anda. Bahkan, jika tidak segera ditangani, ginjal yang mengalami kerusakan ini
akhirnya bisa berhenti berfungsi sepenuhnya. Akibatnya, bisa fatal bahkan
mematikan.
Penyebab penyakit ini umumnya akibat komplikasi dari penyakit diabetes dan
hipertensi. Harus waspada jika mengalami kencing berdarah, kencing berbusa,
dan pembengkakan di beberapa bagian tubuh. Hal tersebut bisa jadi tanda
penyakit gagal ginjal kronis. Selalu diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan
diagnosis, pengobatan serta perawatan yang terbaik.
Adanya penyakit CKD pada masyarakat disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya pekerjaan yang rata-rata masyarakat perdesaan sebagai petani dan
buruh tani. Dimana masyarakat meningkatkan konsumsi air dalam jumlah banyak
dan menambah minuman dengan minuman energe yang mengandung soda setiap
saat. Dianggap minuman berenergi dapat meningkatkan kebugaran tubuh saat
mengalami kelelahan. Masyarakan tidak menyadari efek samping dari minuman
energi yang dikonsumsinya hampir setiaap hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan keluarga Tn. S
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajiann pada keluarga Tn. S dengan CKD di Desa
Sukorambi Kabupaten Jember.
b. Mengidentifikasi masalah keparawatan yang muncul pada keluarga Tn. S
dengan CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
c. Mengidentifikasi intervensi yang muncul pada keluarag Tn. S dengan
CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
d. Mengidentifikasi pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S
dengan CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
e. Mengidentifikasi evaluasi dari asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan
CKD di Desa Sukorambi Kabupaten Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
setiap anggota.
keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas
dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait
dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi
sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai
keluarga (Fajri, 2017).
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2008) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
b Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang
– barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
3. Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010;
dalam Fajri, 2017).
b. Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi,
biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi
asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi
diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka (Fajri, 2017).
B. Konsep CKD
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
2. Klasifikasi CKD
Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung
GFR dokter akan memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium
untuk melihat kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang
berasal dari aktivitas otot yang seharusnya disaring dari dalam darah oleh
ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
a. Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
b. Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
c. Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
d. Stadium 4, dengan penurunan GFR parah (15 s.d 29 ml/min)
e. Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin
Test) dapat digunakan dengan rumus :
5) Sulit tidur
Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
d. Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15–30 persen saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu
dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan
transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan
muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia,
penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
1) Fatigue
2) Kelebihan cairan
3) Perubahan pada urin
4) Rasa sakit pada ginjal.
5) Sulit tidur
6) Nausea
7) Perubahan cita rasa makanan
Dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak terasa seperti
biasanya.
8) Bau mulut uremic
9) Ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
10) Sulit berkonsentrasi
e. Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
d. Kelainan kardiovaskular
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam / peningkatan aktivitas
system rennin angiotensin – aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis dini akibat penimbunan cairan dan
hipertensi.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, akibatkan
hiperkalemi
4) Edema akibat penimbunan cairan dan elektrolit.
e. Kelainan neurologi
1) Retless leg syndrome. Penderita merasa gatal ditungkai bawah dan selalu
menggerakkan kakinya.
2) Burning feet syndrome. Rasa kesemutan seperti terbakar terutama di
telapak kaki.
3) Ensefalopati metabolic
a) Lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi
b) Tremor, asteriksis, miokionus
c) Kejang-kejang
d) Miopat
e) Kelemahan dan hipotropi otot – otot ekstremitas proksimal
f) Disfungsi endokrin. Gangguan seksual, gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolic lemak dan gangguan metabolism vitamin D.
5. Patofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darh
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal.Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh
tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya
kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibagi 2 golongan:
a. Pengobatan konservatif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa pengobatan konservatif masih
mungkin dilakukan, bila klirens kreatinin lebih dari 5 ml/menit , tetapi
bila sudah turun sampai kurang dari 5 ml/menit, harus ditetapkan apakah
penderita tersebut mungkin diberi pengobatan pengganti. Tujuan
pengobatan konservatif adalah memanfaatkan faal ginjal yang masih bisa,
mencegah faktor-faktor pemberat dan di mana mungkin mencoba
memperlambat progresi gagal ginjal. Pengobatan pengganti pada dasarnya
adalah dialisis dan transplantasi.
Pengobatan konservatif terdiri dari:
2) Hemodialisa
Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
membuang elemen tertentu dari darah dengan memanfaatkan
perbedaan kecepatan difusi melalui membran semipermeabel yang
dilakukan menggunakan hemodialyzer (Suwitra K, 2009).
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis
emergency atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik.
Keadaan akut tindakan dialisis dilakukan pada : Kegawatan ginjal
dengan keadaan klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria (produksi
urine <200 ml/12 jam), anuria (produksi urine <50 ml/12 jam),
hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG, biasanya K >6,5
mmol/I), asidosis berat (PH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/I), uremia
(BUN >150 mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati
uremikum, perikarditis uremikum, disnatremia berat (Na>160 atau
<115 mmol/I), hipertermia, keracunan akut (alkohol, obat-obatan)
yang bisa melewati membran dialysis.
3) Peritoneal dialysis
Dialisis peritoneal (DP) adalah salah satu bentuk dialisisuntuk
membantu penanganan pasien CKD maupun pasien gagal ginjal akut,
dengan menggunakan membrane peritoneum yang semipermeable.
Dialisis peritoneal biasa menggunakan styletcatheter (kateter
peritoneum) untuk dipasang pada abdomen hingga masuk kedalam
kavum peritoneum, sehingga ujung kateter memasuki kavum
Douglasi. Kateter tersebut dimasukkan dengan cairan dialisat
sebanyak 2 liter setiap kali waktu dilakukannya DP Membran
peritoneum bertinfak sebagai membrane dialisisyang memisahkan
antara cairan dialisisdalam kavum peritoneum dan plasma darah
dalam pembuluh darah di peritoneum. Pada keadaan faal ginjal yang
terganggu, sisa-sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, kalium,
dan toksin laik akan tertimbun dalam plasma darah. Karena kadarnya
yang tinggi akan mengalami difusi melalui membrane peritoneum dan
akan masuk dalam cairan dialisat dan dari sana akan dikeluarkan dari
tubuh. Sementara itu setiap waktu cairan dialisat dikeluarkan dengan
cairan dialisat yang baru.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine
1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
3) Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
4) Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
6) Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
7) Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
1) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
2) Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7- 8 gr/dl
3) SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
4) GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
5) Natrium serum : rendah
6) Kalium: meningkat
7) Magnesium: meningkat
8) Kalsium ; menurun
9) Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg.
d. Pielogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasound ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa.
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)
BAB III
c. Genogram :
Keterangan:
Laki- laki
Perempuan meninggal
d. Type Keluarga :
a) Jenis Type Keluarga : Nuclear family
b) Masalah yang terjadi dengan type
tersebut :
Istri mengatakan masalah yang sering dialami oleh keluarga adalah KK
harus dapat berperan besar di rumah selain itu KK harus mengambil
keputusan segera jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : Madura
b) Budaya yang berhubungan dengan
kesehatan :
Istri mengatakan jika anggota keluarga sakit akan periksa ke dokter
terdekat, jika darurat baru akan beli obat di warung.
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Ny. S mengatakan anggota keluarganya saling menghargai dan saling
mendukung satu sama lain. Perasaan saling memiliki antar anggota
keluarga sangat kuat serta hubungan psikososialnya baik.
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : Ny. S
mengatakan selama ini keluarganya selalu rukun
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
interaksi dalam keluarga baik, Tn. S selalu menyempatkan waktu untuk
berkomunikasi dengan keluarga.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam
pengambilan keputusan :pengambilan keputusan mayoritas diambil
oleh Tn. S, namun jika dalam keadaan mendesak maka Ny. S yang
akan mengambil keputusan, namun atas persetujuan dari Tn. S
d) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Menonton televisi dan berkumpul bersama di dalam rumah dan pergi
ke sawah
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial :
Ny. S mengatakan mengikuti kegitan pengajian rutin yang diadakan
oleh lingkungan sekitar rumah.
c. Fungsi keperawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan presesi keluarga tentang
penyakit/masalah kesehatan keluarganya : Ny. S. Menagatakan
mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga yaitu GGK sejak 3
tahunyang lalu. Ny. S melakukan cuci darah setiap hari selasa dan
jum’at ke RS Dr. Soebandi Jember.
b) Kemampuan keluarga mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat: Ny. S mengatakan jika
anggota keluarganya mengalami sakit, akan diberikan obat yang sudah
disediakan di rumah, jika tidak ada sediaan obat di rumah akan beli
obat di warung.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit :
Ny. S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit yang dilakukan
adalah memberikan obat- obatan yang dimiliki, selain itu jika anggota
keluarga belum kunjung sembuh baru akan berobat ke dokter/ bidan.
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 2
b) Akseptor: Tidak, keluarga tidak
menggunakan reseptor KB
e. Fungsi ekonomi
a) Usaha pemenuhan sandang pangan: Ny. S
mengatakan kebutuhan sandang pangan dipenuhi oleh Tn S dan Ny. S
bekerja menjadi buruh tai dan menanam sawi.
b) Pemanfaatan sumber dimasyarakat : Ny. S
mengatakan tidak menggunakan sumber daya di masyarakat sebagai
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan.
Upaya lain : Ny. S mengatakan anak-anaknya disuruh makan yang bersih dan
sehat.
Umur : 48 tahun
L/P : Perempuan
Pendidikan : SD
d. Tanda-tanda vital :
Kesadaran : composmentis
KU : Pusing
TD :110/80
N : 88
f. System Respirasi
Tidak terkaji.
h. System Persyarafan
Tidak terkaji
i. System Muskoloskeletal
Tidak terkaji
j. System Genitalia
Tidak terkaji
3 BB : 68 kg BB: 65 kg BB: 58 kg
BB,TB,PB
TB: 152 cm TB: 160 cm
DO:
DO:
1. Dukungan keluarga
kurang
2. Ny. S melakukan HD
dengan bantuan ojek
3. Dalam 1 bulan klien 2
kali tidak melakukan
HD
DS:
3. 26-02-2020
Ny. S mengatakan Resiko kerusakan integritas
kulitnya kering kulit
DO:
1. Kulit kering
2. bersisik
3. sedikit mengelupas
SCORING/PRIORITAS
Jumlah 3
Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan koping keluarga
Jumlah 3 5/6
Diagnosa Keperawatan : Resiko kerusakan integritas kulit
Jumlah 2 4/3
Kesiapan Siap meningkatkan Keluarga mampu: Kognitif Mampu menjelaskan: 1. Kontrak waktu
meningkatkan manajemen dengan keluarga
1. Mengetahui pengertian Afektif 1. Mampu menanggapi
manejemen kesehatan dalam 2. Bina hubungan
CKD penyebab masalah
kesehatan waktu 7x24 jam Psikomotor saling percaya
2. Keluarga mampu yang dialami..
3. Motivasi keluarga
memenuhi kebutuhan 2. Penanganan masalah
untuk melakukan
nutrisi yang sesuai yang terjadi pada
pola hidup sehat
3. Keluarga mampu keluarga
4. Atur pemberian
menegtahui bahaya CKD Memiliki sikap positif:
minum harian
4. Keluarga mampu
Mendiskusi masalah 5. Beri pendidikan
mengatasi masalah CKD
yang terjadi dengan kesehatan kepada
keluarga keluarga tentang
CKD
Mengaplikasikan
perilaku: 6. Mengkaji
pengetahuan
Penanganan pada
keluarga dengan CKD
Resiko Risiko kerusakan Keluarga mampu: Kognitif Mampu menjelaskan: 1. Bina hubungan saling
kerusakan integritas kulit percaya
1. Menjelaskan Afektif 1. Masalah pada kulit
integritas kulit teratasi dalam 2. Puji ibu atas tindakan yang
pengertian 2. Cara melembabkan
waktu 7x24 jam psikomoto dilakukan
perkembagan 3. Penatalaksanaan
r 3. Motivasi ibu untuk
2. Menjelaskan tugas
melembabkan tubuh
perkembangan anak Memiliki sikap positif:
4. Anjurkan untuk mengoles
sesuai usia Mendiskusi masalah
lotion atau minyak zaitun
3. Mengetahui yang terjadi dengan
5. Jaga kebersihan daerah luka
pentingnya tumbuh keluarga
HD agar tidak terjadi infeksi
kembang
Mengaplikasikan 6. Beri pengertian terkait
4. Menstimulasi anak
perilaku: penyeab mengelupasnya kulit
dengan gangguan
perembangan Mengoleskan lotion
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA
No. Diagnosa
Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Kesiapan meningkatkan 1. Mengontrak waktu dengan S: Ny. S memahami
keluarga pengertian CKD dan
manejemen kesehatan
2. Membina hubungan saling istirahat yang cukup
percaya
3. Memotivasi keluarga untuk O: keluarga mampu
melakukan pola hidup sehat 1. Mampu
4. Mengatur pemberian minum menjadwal
harian minum harian
5. Memerikan pendidikan yang sesuai
kesehatan kepada keluarga
tentang CKD 2. Mampu
6. Mengkaji pengetahuan terkait memahami
CKD pengertian CKD
7. Mengkaji keluarga terkait
pengobatan 3. Mampu
8. Cek TD 157/98 mmHg memahami
penyebab CKD
4. Mampu
mengenali tanda
dan gejala CKD
5. Mampu
memahami pola
istirahat yang
cukup
A: Tujuan teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi
S: Keluaga Tn.S
2 Kesiapan mengatakan mengetahui
meningkatkan koping bahaya CKD dan
1. Mendiskusikan bersama
keluarga mendukung Ny. S rutin
keluarga dalam mengambil
melakukan cuci darah 2
keputusan tentang cara
kali dalam seminggu
pencegahan CKD
2. Memotivasi keluarga patuh
O: Keluarga mampu
dalam melakukan cuci darah
mengetahui
3. Mengolah pola hidup sehat dan
1. Memahami
istirahat yang cukup
pentingnya minum
4. Mendukungan keluarga dalam
air putihuntuk
taat dalam pengobatan
pencegahan CKD
5. Meningkatkan pemahaman
2. Memahami cara
keluarga dalam masalah
memotivasi Ny. S
kesehatan dan pengobatan
untuk melakukan
6. Mempertahankan dukungan dan
cuci darah
pengetahuan
3. Memahami cara
memotivasi dalam
melakukan
pengobatan dengan
dukungan keluarga
A: Tujuan teratasi
P: Hentikan intervensi
S: Ny. S mengatakan
3 Resiko kerusakan mengerti dan akan
menerapkan
integritas kulit 1. Memberikan anjuran untuk
melembabkan kulit yang kering
O: dapat memahami:
2. Menjaga kebersihan daerah luka
1. Memahami
HD agar tidak terinfeksi
pentingnya menjaga
3. Mengedukasi tidak memakan
kelembaban kulit
makanan yang menyebabkan
2. Memahami
alergi
penyebab alergi
4. Anjurkan untuk mengoles lotion
3. Memahami
atau minyak zaitun
kepatuhan dalam
5. Memberikan pengertian terkait
menjaga kebersihan
penyeab mengelupasnya kulit
A: tujuan teratasi
6.
sebagian
P: lanjutkan intervensi
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Kesiapan meningkatkan 1. Membina hubunngan saling S: Keluarga Tn. S
percaya dengan keluarga memahami
manejemen kesehatan
2. Memotivasi keluarga untuk pengertian CKD dan
melakukan pola hidup sehat istirahat yang cukup
3. Mengatur pemberian minum
harian O: keluarga mampu
4. Memberikan nutrisi seimbang 1. Mampu
bagi penderita CKD menjadwal
minum harian
yang sesuai
2. Mampu
melakukan
anjuran minum
yang sesuai
3. Mampu
memahami
dalam memilih
nutrisi yang baik
A: Tujuan teratasi
P: hentikan
intervensi
EVALUASI SUMATIF
B. SARAN
1. Bagi Keluarga
Mempertahankan atau meningkatkan pola hidup sehat kedepannya.
Konsumsi air minimal 20 cc/kg BB agar terhindar dari penyakit CKD,
memperbaikiki nutrisi, melakukan aktifitas fisik seperti olahraga lari,
jalan maupun senam, melakukan pengecekan kesehatan secara berkala
untuk mengurangi penyakit lainnya, dan menerapkan anjuran penulis
dalam meningkatkan kesehatan dan taraf hidup sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
NIM : 1901031007
Nama KK : Ny. S
Kunjungan ke :1
A. FASE PERSIAPAN
1. Latar belakang kegiatan
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, dimana di
dalam keluarga anggota keluarga terikat oleh ikatan pernikahan. Adanya
keluarga dalam ruang lingkup kesehatan merupakan hal yang sangat
penting, mengingat keluarga adalah orang terdekat dari klien yang
mengalami masalah kesehatan. Selain itu salah satu fungsi keluarga adalah
mengenali masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit,
sehingga keluarga berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan
seseorang.
2. Tujuan Umum
Setelah kegiatan, maka keluarga Ny. .S mampu menerapkan asuhan
keperawatan keluarga pada anggota keluarga Tn. S.
3. Tujuan khusus
Setelah kegiatan pada kunjungan pertama, maka keluarga Ny. S mampu
mengenal masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarganya dan rumah
tempat tinggalnya.
B. FASE PENDAHULUAN
1. Perkenalan
Pada tahap perkenalan, mahasiswa memperkenalkan diri (identitas:
nama, asal institusi) kepada klien. Klien juga memperkenalkan identitas
diri dan keluarganya.
2. Kontrak belajar asuhan
Menetapkan kontrak waktu pertemuan dengan klien yang disepakati oleh
klien dan mahasiswa, yaitu:
3. Tujuan kunjungan
a. Mengadakan dan menyepakati kontrak waktu dengan keluarga Tn..
S.
b. Mengadakan pengkajian tahap I.
C. FASE KERJA
Pertanyaan inti meliputi:
1. Data umum keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
3. Pengkajian lingkungan tempat tinggal
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Stres dan koping keluarga
7. Pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
Kegiatan yang dilaksanakan
D. FASE TERMINASI
1. Resume kegiatan.
Resume kegiatan yang telah dilaksanakan.
Lampiran:
NIM : 1901031007
Nama KK : Ny. S
Kunjungan ke :2
1. Fase Persiapan
a. Analisis Situasi
b. Tujuan Umum
Setelah kunjungan kedua, mahasiswa mampu merencanakan asuhan
keperawatan.
c. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah keperawatan bersama
keluarga Tn. S
- Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan
prioritas yang telah disepakati bersama keluarga Tn. S
2. Fase Orientasi
- Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu pada
hari Rabu, tanggal 26 Februari 2020, jam 10.00 WIB s/d selesai di rumah
Tn. S.
- Mahasiswa menyampaikan tujuan kunjungannya, yaitu membuat asuhan
keperawatan, prioritas masalah keperawatan dan merencanakan asuhan
keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan keluarga Tn. S.
3. Fase Kerja
- Mahasiswa membahas asuhan keperawatan bersama keluarga Tn. S yang
meliputi penentuan masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana
asuhan keperawatan bagi keluarga Tn. S.
- Mahasiswa dan keluarga Tn. S mencapai kesepakatan mengenai penentuan
masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana asuhan keperawatan
bagi keluarga Tn. S.
4. Fase Terminasi
- Mahasiswa mencatat dan meresume hasil kegiatan yang telah dilakukan,
yaitu terbentuk kesepakatan antara mahasiswa dengan keluarga Tn. S
mengenai penentuan masalah/prioritas masalah keperawatan dan rencana
asuhan keperawatan bagi keluarga Tn. S.
- Mahasiswa mengakhiri pertemuan dan melakukan kontrak untuk
kunjungan berikutnya, yaitu melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan keluarga Tn. S
dengan melakukan kegiatan penyuluhan pada hari selasa, tanggal 03 Maret
2020, jam 14.00 WIB s/d selesai di rumah Tn. S
NIM : 1901031007
Nama KK : Ny. S
Kunjungan ke :3
4. Fase Persiapan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan penyuluhan selama 30 menit, keluarga diharapkan
mampu memahami tentang pengertian, tanda gejala, penyebab,
penatalaksanann, dan pencegahan.
b. Tujuan Khusus
- Keluarga mampu menjawab pengertian CKD
- Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah CKD
- Keluarga mampu menyebutkan penyebab CKD
- Keluarga mampu menjelaskan penatalaksanaan CKD
- Keluarga mampu menjelaskan cara pencegahan CKD
-
5. Fase Orientasi
- Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu
pada hari Selasa, tanggal 03 Maret 2020, jam 16.00 WIB s/d selesai di
rumah Tn. S
- Mahasiswa menjelaskan tujuan kunjungannya, yaitu melakukan
penyuluhan tentang CKD selama ± 30 menit.
6. Fase Kerja
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang pengertian CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tanda dan gejalah CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang penyebab CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang penatalaksanaan CKD
- Mahasiswa melakukan penyuluhan tentang cara pencegahan CKD
4. Fase Terminasi
- Mahasiswa mencatat dan meresume hasil kegiatan yang telah
dilakukan, yaitu penyuluhan tentang arti pengertian, tanda gejalah,
penyebab, penatalaksanaan, pencegahan.
- Mahasiswa menyepakati kontrak untuk melakukan evaluasi akhir
pada hari Kamis, 5 Maret 2020 dan mengakhiri pertemuan hari ini
dengan keluarga Tn. S dengan mengucapkan salam.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 4)
NIM : 1901031007
Nama KK : Ny. S
Kunjungan ke :4
1. Fase Persiapan
a. Menentukan kunjungan ke 4
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S
2. Fase Orientasi
Mahasiswa mengucapkan salam dan mengklarifikasi kontrak yang telah
disepakati bersama keluarga Tn. S pada kunjungan sebelumnya, yaitu kamis,
5 Maret 2020, Jam 16.00 WIB s/d selesai di rumah Tn. S
3. Fase Kerja
a. Mencatatat kegiatan yang dilakukan pada hari itu
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S
4. Fase Terminasi
a. Mencatatat kegiatan yang dilakukan pada hari itu
b. Melakukan evaluasi terhadap keluarga Tn. S
LAMPIRAN
Cronic Kidney Disease (CKD) PROGRAM STUDI PROFESI NERS seperti semula, yaitu dimana
FAKULTAS ILMU KESEHATAN ginjal mengalami kegagalan
dalam mempertahankan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
keseimbangan cairan dan
JEMBER
elektrolit.
2020
Penyebab
1. Observasi
keseimbangan
b. Transplantasi ginjal 4. Kurang darah (Anemia)
(Cangkok Ginjal) 5. Penyakit tulang
5. Nutrisi
6. Kerusakan kulit
6. Obat-obatan
7.
Apabila tidak
8. Kematian
segera
2. Batasi cairan
yang masuk Ditangani Pemeriksaan
3. Cuci darah
(hemodialisa) Penunjang
1. Penyakit jantung,
serangan jantung
2. Stroke Saat / sesudah terkena gagal ginjal
3. Hipertensi kronik
(Tekanan 1. Kontrol rutin
Darah 2. Berhati-hati konsumsi obat-obatan,
Tinggi)
4. Operasi seperti obat rematik
a. Pengambilan batu 3. Pengobatan pada hipertensi
4. Pengendalian gula darah, kolesterol
5. Peningkatan aktivitas fisik
6. Pengendalian berat badan
7. Diet rendah protein (20-40 gram/hari)
1. Pemeriksaan lab
darah dan urine. Mencegah Gagal ginjal kronik
2. Pemeriksaan 1. Minum air putih tidak lebih dari 2
radiologi, seperti CT liter/hari
Scan dan USG. 2. Jangan menahan kencing
Nutrisi pada pasien 3. Latihan fisik secara rutin
hemodialisa 4. Tidak merokok
5. Periksa kadar kolestrol
6. Jaga berat badan,
1. Protein
Pasien hemodialisa
7. Hindari minum alkohol,
membutuhkan 1,2-1,3 gram /kg 8. Makan dengan komposisi
berat badan. Diutamakan berimbang
PENCEGAHAN protein yang mempunyai nilai
2. Karbohidrat
biologis tinggi(protein hewani) Bahan makanan sumber
setiap hari, seperti telur, ikan karbohidrat: nasi, roti putih, mie,
bandeng, dan sebagainya makaroni, spageti,
lontong, bihun, makanan
yang dibuat dari tepung-
tepungan, gula, madu,
sirup, permen, dll.
3. Vitamin DIET PADA PASIEN HEMODIALISA
DISUSUN OLEH:
NIM. 1901031007
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
2020
1. Semua sayuran harus dimasak dan tidak
dianjurkan dimakan dalam keadaan
1. Makanlah secara teratur, porsi kecil tapi
mentah (lalapan)
Pengertian Diet Pada sering 5-6x/hari 2. Membatasi garam
Pasien 2. Pilihlah makanan seperti3.: telur,
Untuk susu,
mengurangi kadar kalium dalam
daging dsb bahan makanan sebaiknya dipotong kecil-
3. Makan tinggi energy seperti : madu,
kecil
permen, syrup dianjurkan sebagaidalam air hangat minimal
4. Direndam
penambah energy selama dua jam, air perendaman dibuang
4. Menghindari makanan 5. tinggi kalium
Setelah itu masaklah (terutama sayuran
yaitu : kacang-kacangan, bayam, piang,
dan umbi-umbian.
air kelapa, alpukat, durian,
6. nangka dan
Untuk batasan cairan pada makanan lebih
kembang kol. baik dibuat tidak berkuah seperti ditumis
Cara Mengatur Diet dikukus dibakar
Pengolahan Diet