NAMA : TARYANA
NIM : 0433131490119055
i
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini di ajukan oleh :
Nama : TARYANA
NIM : 0433131490119055
Program Studi : Profesi Ners
Judul Skripsi : Aplikasi Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap
DEWAN PENGUJI
Penguji : Sudiono, M.Kep ( )
NIDN 0319127804
Pembimbing : Ns. Astrid Berlian Utami, M.Kep ( )
NIDN 0422127702
Ditetapkan di : Karawang
Tanggal : 17 Juli 2020
Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Ners
STIKes Kharisma Karawang
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir (KIA) yang berjudul “Aplikasi
Paru Di Ruang Cikampek RSUD Karawang Tahun 2020” ini, sepenuhnya karya
saya sendiri. Tidak ada bagian dalamnya plagiat dari karya orang lain dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klien dari pihak lain terhadap keaslian
( Taryana )
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT, Karena atas segala
rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan nikmat sehat walafiat serta nikmat
panjang umur. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
baginda alam Nabi besar Muhammad SAW. Dalam penulisan laporan ini banyak
sekali rintangan dan halangan, dengan bantuan dan bimbingan beberapa pihak
terutama Ibu & Bapak pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan
laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk meperoleh gelar
Dalam penelitian dan penyusunan laporan ini tidak luput dari bantuan, dukungan
dan doa dari beberapa pihak kepada penulis, oleh karena itu saya mengucapkan
3. Ns. Astrid Berlian Utami, M.Kep selaku pembimbing Karya Ilmiah Akhir.
5. Dr. H. Asep Hidayat Lukman, MM, selaku Direktur Utama RSUD Kab.
Karawang.
iv
6. Para staf pengajar yang telah memberikan banyak ilmu saat pembelajaran
perkuliahan.
7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Rosid Saepudin dan Ibunda Nyai
Yayah yang telah memberikan semangat, doa dan materi kebutuhan juga
Akhir.
Akhir ini.
Saya ucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah mendukung serta
Demikian yang dapat penulis haturkan, semoga laporan penelitian ini dapat
memberikan manfaat khusus nya penulis umunya bagi pembaca dan semoga
profesi keperawatan.
Penulis
v
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKes KHARISMA KARAWANG
Karya Ilmiah Akhir, Juli 2020
Taryana
Aplikasi Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Peningkatan Sekresi Sputum
Pada Pasien TB Paru Di RSUD Karawang Tahun 2020
ABSTRAK
Tuberculosis (TB), suatu penyakit infeksi, disebabkan oleh basilus tahan asam
Mycobacterium Tuberculosis. Organisme ini melapisi dirinya sendiri dalam
selaput berlilin (spora) yang sulit dihancurkan. Ketika ditemukan di paru, basili
terbungkus dalam gumpalan yang disebut tuberkel. tuberkel (yang dikenal sebagai
lesi primer atau TB primer) dapat tetap tidak aktif seumur hidup. Terapi alternatif
nonfarmakologis perlu dikembangkan seperti fisioterapi dada untuk mengatasi
bersihan jalan nafas tidak efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh fisioterapi dada pada pengeluaran sputum pada penderita TB. Penulisan
ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan TB serta
mengaplikasikan evidence based practice pemberian fisioterapi dada selama 15-
20 menit dengan frekuensi 1 kali sehari selama 3 hari mampu membantu
mengeluarkan sputum. Sebelum dilakukan tindakan fisioterapi dada klien sesak
nafas dengan respirasi 35x/menit dan sulit untuk mengeluarkan sputumnya,
kemudian setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada selama 15 menit pada hari
pertama menunjukkan bisa mengeluarkkan sputum meski masih sedikit dengan
frekuensi nafas tetap 35x/menit, sedangkan pada hari ketiga didapatkan hasil
sesak berkurang dengan frekuennsi nafas 30x/menit dan mampu dengan mudah
mengeluarkan sputumnya. Hal ini menunjukkan bahwa fisioterapi dada dapat
membantu mengeluarkan sputum pada pasien TB. Diharapkan karya tulis ilmiah
ini dapat dijadikan acuan dalam pemberian asuhan keperawatan berbasis evidence
based practice kepada pasien dengan TB.
vi
DAFTAR ISI
C. PICOT .................................................................................... 31
D. Konsep Asuhan Keperawatan Tuberkulosis .......................... 35
BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN .......................... 43
A. Pengkajian ............................................................................. 43
B. Analisa Data .......................................................................... 51
C. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 53
D. Intervensi Keperawatan ......................................................... 54
E. Implementasi Keperawatan ................................................... 58
F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 62
G. Pembahasan Kasus ................................................................ 66
vii
H. Pembahasan Kasus Berdasarkan Evidance Based Practice... 71
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Analisa Picot 31
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan 38
Tabel 3.1 Analisa Data 53
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan 56
Tabel 3.3 Implementasi Keperawatan 60
Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan 61
Tabel 3.5 Implementasi Keperawatan 63
Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan 65
Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan 66
Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan 67
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Clapping 28
Gambar 2.2 Vibrasi 29
Gambar 2.3 Postural Drainase 30
x
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 2.1 Patofisiologi 18
Bagan 3.1 Genogram 46
xi
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini melapisi dirinya sendiri dalam selaput berlilin (spora) yang sulit
yang disebut tuberkel . tuberkel (yang dikenal sebagai lesi primer atau TB
primer) dapat tetap tidak aktif seumur hidup (Rosdahl & Kowalski, 2017).
terjadi terserang selama sejarah manusia, selain lepra. Penyakit ini telah
merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian dari agen infeksi
tunggal. Jutaan orang mengalami jatuh sakit akibat Tuberkulosis setiap tahun
dan sekitar 1,7 miliar orang setara dengan 23% dari populasi dunia
1
2
penyakit TB aktif. Tiga puluh (30) negara dengan beban TB tinggi tercatat
87% dari semua kasus insiden yang diperkirakan di seluruh dunia, dan
delapan negara yang menyumbang dua pertiga dari total global kasus TB baru
42 per 100.000 penduduk. Jawa Barat ada diurutan ke-3 ditahun 2018 dari
Case Notification Rate (CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien
yang ditemukan dan tercatat dalam laporan triwulanan pasien baru TBC (TB
yaitu 82,19 dibawah Jawa Barat (120,58), berdasarkan jumlah kasus TB Paru
Hasil data rekam medik RSUD Karawang pada tahun 2017 tercatat pasien
yang masuk rawat inap dengan Tuberkulosis yaitu sebanyak 803 pasien. Pada
tahun 2018 mengalami peningkatan yaitu menjadi 813 pasien yang dirawat
Komplikasi TB bisa mencapai selaput otak, dengan akibat radang selaput otak
(meningitis). Melalui aliran darah dan kelenjar getah bening, bakteri bisa
menyebar ke organ tubuh lain seperti, kerusakan tulang dan sendi karena
dan ginjal, kerusakan jantung, gangguan mata yang ditandai dengan mata
bagian lain, dan resistensi bakteri terjadi karena pasien TB tidak disiplin
(Handrawan, 2010).
bersihan jalan nafas tidak efektif, dimana bersihan jalan napas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien TB terjadi akibat adanya infeksi
sekret akan tertahan dan susah untuk dikeluarkan dalam bentuk sputum yang
mengakibatkan bersihan jalan napas tidak efektif (Nurarif & Kusuma, 2015).
dada adalah tindakan dengan cara perkusi dada, pengetukan dada dengan
menggunakan tangan agar dapat melepaskan sekret, vibrasi dada agar dapat
juga dapat mengurangi sesak napas, nyeri dada kerena terlalu sering batuk,
dan jalan napas yang terganggu yang diakibatkan oleh sekresi yang
eksresi sputum. Hal ini terlihat dari nilai t-hitung sebesar 8,379 dengan
tingkat signifikansi antara dua pihak (sign (2-tailed) = 0,000, dan nilai t-tabel
sebesar 2,160 pada taraf signifikansi α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%
pada derajat kebebasan (dk=N-1) adalah 13. Oleh karena t-hitung > t-tabel,
ekskresi sputum pada pasien tuberkulosis paru di Irina C RSU Prof. Dr. R.D.
tuberkulosis paru.
fisioterapi dada dan batuk efektif pada 30 responden. Didapatkan hasil uji
dada. Dari uji statistik diperoleh nilai P 0,564. Dengan demikian pada α 5%
maka secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata bersihan jalan nafas
pada kelompok yang dilakukan fisioterafi dada pasca dilakukan nebulasi pada
fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum. Hal ini terlihat dari Hasil
analisa bivariat terlihat nilai p Value 0,000 < α 0,025 maka Ho ditolak dapat
relatif tidak sama atau fisioterapi dada efektif dalam mengeluarkan sputum.
Perbedaan mean antara ada sputum dan tidak ada sputum adalah sebesar -
RSUD Karawang masih ada sekitar 77,7 % pasien yang tidak mengetahui
tentang terapi fisioterapi dada, dan masih ada sekitar 22,3% pasien yang
Karawang.
7
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pasien TB
C. Metode Telaah
Untuk mendapat data yang diperlukan dalam penulisan tugas karya ilmiah
1. Metode Wawancara
2. Metode Observasi
4. Implementasi EBP
penelitian.
9
D. Sistematika Penulisan
2. BAB II Tinjauan Teori meliputi konsep TB, konsep askep TB, konsep
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tuberkulosis
1. Pengertian Tuberkulosis
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari
paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak,
(Chandra, 2012).
dapat tetap tidak aktif seumur hidup (Rosdahl & Kowalski, 2017).
10
11
menular.
2. Klasifikasi
ekstra paru.
a. Tuberkulosis Paru
mudah tertular kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari si
BTA positif.
OAT
pengobatan.
tubuh yang telah rusak, tentu saja dapat menyebabkan kematian bagi
2) TB ekstra berat
yang berupa pleuritik atau nyeri dada tumpul, sesak di dada, dan crackles
dapat ditemukan pada pasien dengan cara auskultasi, rasa lelah, anoreksia
(hilang nafsu makan), kehilangan berat badan, dan demam rendah serta
Menurut Nurarif & Hardi, (2013) tanda dan gejala tuberculosis antara
lain: demam 40-41◦C, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise,
keringat malam, suara khas perkusi dada, bunyi dada, peningkatan sel
bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam
tanpa sebab jelas terutama jika berlanjut sampai 2 minggu, batuk kronik
4. Etiologi
alkohol sering disebut bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini dapat
lingkungan yang lembab dan gelap, tetapi bakteri ini tidak tahan atau
dapat mati apabila terkena sinar matahari atau aliran udara langsung
(Widoyono, 2011).
dapat juga terjadi karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman.
Tuberkulosis berulang rentan terjadi sekitar 90% pada orang usia dewasa
dan lanjut usia. Lansia berada pada peningkatan risiko untuk reaktivasi
2014).
15
5. Patofisiologi
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang daya tahan tubuh tidak
sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan
korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
16
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag
yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi
menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang
kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang
sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon
sembuh dengan
sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di
Bagan 2.1
Patofisiologi
Orang terinfeksi
TBC
(Tuberculosis)
Menembus mekanisme
Keletihan
pertahanan sistem pernafasan
Inflamasi Peningkatan
Memicu pembentukkan
produksi sekret
serotonin
Fungsi silia menurun dan
Bronkiolus menjadi sempit dan
prodksi secret meningkat Gangguan difusi,
tersumbat Efek
distribusi dan
hiperventilasi
Alveoli yang berdekatan dengan Pembentukan mucus yang transfortasi oksigen
bronkiolus dapat menjadi rusak banyak
Produksi
dan membentuk fibrosis
Akumulasi asam
Perubahan fungsi makrofag Akumulasi secret meningkat penimbunan cairan lambung
alveolus yang berperan penting di kavum pleura meningkat,
dalam menghancurkan partikel Batuk produktif, sesak nafas, peristaltik
asing (bakteri TB) bunyi nafas tidak normal Dx. Bersihan menurun
Peningkatan suhu tubuh (mengi, ronki, krakles) jalan nafas tidak Mual, nyeri
efektif lambung,
Pertanyaan tentang informasi
Dx. Hipertermi konstipasi
kemudian dapat terhirup oleh orang yang rentan (Black, dan Hawks,
2014).
dalam satu tempat yang relatif sempit dan padat maka dapat terjadi
ruang keluarga, kelembaban kamar, pola hidup bersih dan sehat (PHBS),
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Black, dan Hawks (2014) cara yang sering digunakan dalam
potensi penularan.
spesimen dahak dalam dua hari kunjungan yang berurutan dari Sewaktu-
Metode Rontgen Thorax atau X-Ray merupakan cara atau metode untuk
8. Komplikasi
Selain itu resistensi banyak obat dapat terjadi pada pasien yang tidak
dan teratur serta tidak boleh putus, resiko terhadap kondisi pasien apabila
obat anti Tuberkulosis. Selain itu pasien diedukasi dan dianjurkan ketika
10. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
air liur, dan sputum menjadi berwarna orange serta mual, dan
2013).
b. Non farmakologi
1) Fisioterapi dada
pronasi, lateral kanan dan kiri, serta duduk dalam posisi tegak.
dari jalan napas bronkhial yang lebih kecil ke bronki yang lebih
25
atas segmen paru yang akan dialirkan (Smeltzer & Bare, 2013).
2013).
3) Penghisapan lendir
1. Definisi
a. Indikasi
napas yang dibuktikan dengan pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis,
saluran pernapasan.
27
b. Kontraindikasi
iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan
1) Pengertian
Gambar 2.1
Clapping
b. Vibrasi
1) Pengertian
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan
yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase
ekshalasi pernapasan. Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat
melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan
bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.
Gambar 2.2
Vibrasi
a) Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan
turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental.
Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
b) Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi adalah adanya
penumpukkan secret.
c) Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis yang
tidak diobati.
c. Postural Drainase
1) Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen
paru dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan
posisi khusus yang memungkinkan gaya gravitasi membantu
mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus
yang terkena ke bronki dan trakea lalu membuangnya dengan
membatukkan dan pengisapan.
Gambar 2.3
Postural Drainase
C. PICOT
Tabel 2.1
Analisa Picot
Jurnal
Populasi Intervensi Comparation Outcome Time
Name
Sample Penelitian ini Melakukan Hasil penelitian Terapi Hermanus
penelitian menggunakan terapi menunjukkan dilakukan Vera A.
berjumlah rancangan fisioterapi dada observasi selama 10- dengan
14 quasy dapat ekskresi sputum 15 menit. judul
responden eksperiment meningkatkan sebelum Selama 1 Hubungan
(pretest dan dengan eksresi sputum dilakukan hari. Fisioterapi
postest metode pre pada pasien fisioterapi dada dada
terapi and post test TB. Hasil (pre test) terhadap
fisioterapi with, artinya penelitian didapatkan Peningkatan
dada) pengumpulan menunjukan hasil skor Eksresi
data sebagian besar tertinggi Sputum
dilakukan responden sebesar 19 dan pada Pasien
sebelum dan yang skkor terendah TB Journal
sesudah mendapatkan sebesar 10 dan JIK Volume
dilakukan terapi untuk skor rata- 7 Nomor 1
intervensi. fisioterapi dada rata 14,86. Dan Oktober
Pengambilan dapat sesudah tahun 2012.
sampel meningkatkan dilakukan
dilakukan pengeluaran intervensi (post
dengan teknik sputum. test) didapatkan
purposif hasil skor
sampling. tertinggi 22 dan
terendah
sebesar 17, dan
untuk skor rata-
rata sebesar
19,21.
Hal ini terlihat
dari nilai t-
hitung sebesar
32
8,379 dengan
tingkat
signifikansi
antara dua
pihak (sign (2-
tailed) = 0,000,
dan nilai t-tabel
sebesar 2,160
pada taraf
signifikansi α =
0,05 dan tingkat
kepercayaan
95% pada
derajat
kebebasan
(dk=N-1)
adalah 13. Oleh
karena t-hitung
> t-tabel, maka
berpeluang
menolak
Hipotesis Nol
(Ho) dan
menerima
Hipotesis
Alternatif (Ha)
yaitu terdapat
hubungan
fisioterapi dada
terhadap
peningkatan
ekskresi sputum
pada pasien
tuberkulosis
paru.
Sample Desain Hasil Rata-rata Terapi Suhanda P
penelitian Penelitian ini penelitian kelompok dilakukan & Rusmana
berjumlah adalah kuasi menunjukkan intervensi selama 10- M. dengan
30 eksperimen nilai sebelum dan 15 menit. judul
responden dengan Didapatkan sesudah terapi Selama 1 Efektifitas
tiap rancangan hasil uji fisioterapi dada hari fisioterapi
kelompok. pretest-postest statistik terlihat dengan dada dan
group. bahwa dari 30 bersihan jalan batuk efektif
Pengambilan responden rata- nafas adalah pasca
sampel rata bersihan 1,70 dengan nebulasi
dilakukan jalan nafas SD 1,088 pada terhadap
dengan teknik adalah 1,70 kelompok yang bersihan
consecutive dengan SD dilakukan jalan nafas
33
Berikut ini akan dijelaskan proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
1. Pengkajian
a. Identitas
minggu dan disertai darah, serta juga diikuti penurunan berat badan.
36
terlihat seperti fibrosis yang luas dengan penciutan yang dapat terjadi
pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.
Menurut Black, dan Hawks (2014) cara yang sering digunakan dalam
diagnosis Tuberkulosis.
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini beberapa diagnosa (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), yaitu
sebagai berikut :
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
No DX Tujuan & Kriteria Intervensi
Hasil
1 Bersihan Setelah dilakukan tidakan Manajemen jalan napas
jalan napas keperawatan, masalah Observasi:
tidak efektif bersihan jalan napas tidak - Monitor pola napas
(D.0001) efektif teratasi dengan (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha napas)
Batuk efektif - Monitor bunyi napas
meningkat tambahan (mis.
Produksi sputum Gurgling, mengi,
menurun wheezing, ronkhi
Mengi menurun kering)
Wheezing menurun - Monitor sputum
Dispnea menurun (jumlah, warna,
Ortopnea menurun aroma)
Sianosis menurun
Terapeutik
Frekuensi napas
- Pertahankan
membaik
kepatenan jalan napas
Pola napas membaik dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-fowler
atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterafi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Berikan oksigen, jika
perlu
39
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Terapeutik
- Atur posisi semi-
fowler atau fowler
- Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
Pemantauan respirasi
Observasi:
- Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan
40
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi
napas
- Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik:
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasein
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
Aktivitas tindakan keperawatan, Observasi
(D.0056) toleransi aktivitas pasien - Identifikasi gangguan
meningkat, dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil: mengakibatkan
Frekuensi nadi kelelahan
meningkat - Monitor kelelahan
Saturasi oksigen fisik dan emosional
meningkat - Monitor pola dan jam
Kemudahan dalam tidur
melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan
sehari-hari meningkat ketidaknyamanan
Keluhan lelah selama melakukan
menurun aktivitas
Dipsnea saat aktivitas Terapeutik
menurun - Sediakan lingkungan
Dipsnea setelah nyaman dan rendah
aktivitas menurun stimulus (mis.
Cahaya, suara,
Sianosis menurun
kunjungan)
Tekanan darah
- Lakukan latihan
membaik
rentang gerak pasif
Frekuensi napas dan/atau aktif
41
untuk bertanya
Edukasi:
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempenggaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
TINJAUAN KASUS
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. S
2) Usia : 61 Tahun
4) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Buruh
7) No RM : 00782113
1) Nama : Ny. D
2) Usia : 59 Tahun
c. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
43
44
naik turun disertai batuk berdarah sudah sejak 3 tahun yang lalu,
namun klien mengira itu hanya hal biasa yang tidak perlu di
Genogram :
Bagan 3.1
Genogram
61 59 53 49 43
2 25 22 19
3
Ket :
= Laki-laki
= Perempuan
= Menikah
= Keturunan
= Meninggal
= Klien
kepada Yang Maha Kuasa atas sgala yang terjadi pada dirinya.
a) Nutrisi/Cairan
air putih, terkadang klien minum 1 gelas air kopi. Tidak suka
minum es.
b) Eliminasi
(semisolid), warna kuning dan tidak ada nyeri , tidak ada sulit
BAB dan tidak ada darah dalam BAB. Klien mengatakan BAK
47
c) Personal Hygiene
sore hari, sikat gigi hanya 2 hari sekali, kukunya bersih dan
8 jam, siang hari dari pukul 13:00 – 15:00, dan dimalam hari
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 98x/menit
- RR : 35x/menit
- S : 37,3◦C
- BB : 59 Kg
- Tinggi : 168 cm
- LLA : 28 cm
2) Sistem Penglihatan
Mata klien berbentuk bulat dan tampak simetris, terdapat bulu mata,
terddapat alis mata, tidak ada ptosis, sklera anikterik, iris berwarna
reflek kedip mata, mata lampu mengikuti 8 arah mata angin, klien
3) Sistem Pendengaran
Telinga klien berbentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan
parut, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat serumen pada kedua
telinga, tidak teraba massa pada bagian kedua telinga, tes rinne +/+
4) Sistem Penciuman
Hidung klien simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, ada
cuping hidung, terdapat bulu hidung, ada sputum, tidak ada folip,
klien mampu mencium bau kayu putih +/+, klien mampu mencium
bau balsam +/+, tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
sinusitis.
5) Sistem Wicara
6) Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada sianosis pada mulut, batuk + terkadang
+, tidak teraba masa, vibrasi sama pada kedua lapang paru, perkusi
7) Sistem Kardiovaskuler
37,3◦C, tidak terdapat JVP -/-, CRT < 3 detik, tidak ada edema pada
50
8) Sistem Pencernaan
Gigi tampak bersih, terdapat lubang pada gigi, gigi rapih, tidak ada
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tampak bersih, tidak ada
9) Sistem Perkemihan
Tidak ada distensi pada kandung kemih, tidak ada nokturia, tidak
ada disuria, tidak ada retensi urin, BAK lancer 2-4x/hari dengan
Warna kulit kuning langsat, tidak tampak pucat, tidak ada lesi, tidak
halus dan lembab, turgor kulit elastis, kulit kepala bersih, rambut
berwarna hitam dan sudah ada uban, cukup tebbal dan lurus, rambut
tidak rontok.
Tidak ada kelainan pada tulang belakang, berdiri tegak, duduk agak
mampu memenuhi ADL dengan mandiri, tidak ada lesi, tidak ada
jaringan parut, tidak ada patah tulang, tidak teraba masa, tidak ada
5 5
51
Tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak terasa masa, tidak ada
nyeri tekan.
6 Pemeriksaan Abdomen
Bentuk abdomen datar dan tidak membesar, tidak ada lesi, tidak ada
jaringan parut, bising usus 6x/menit, bunyi timpani, tidak ada masa
dan terdapat keluhan nyeri kram pada perut dan tidak ada pegal
daerah pinggang.
7 Pemeriksaan Genetalia
Terdapat rambut pubis, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak
B. Analisa Data
Adapun hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti adalah
Fatigue
Keletihan
Intoleransi Aktivitas
Defisit pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intevernsi Keperawatan
Tabel 3.2
Intervensi Keperawatan
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Terapeutik
- Atur posisi semi-fowler
atau fowler
- Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
Pemantauan respirasi
Observasi:
- Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
56
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik:
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasein
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
Aktivitas tindakan keperawatan, Observasi
(D.0056) toleransi aktivitas pasien - Identifikasi gangguan
meningkat, dengan fungsi tubuh yang
kriteria hasil: mengakibatkan
Frekuensi nadi kelelahan
meningkat - Monitor kelelahan fisik
Saturasi oksigen dan emosional
meningkat - Monitor pola dan jam
Kemudahan dalam tidur
melakukan aktivitas - Monitor lokasi dan
sehari-hari ketidaknyamanan
meningkat selama melakukan
Keluhan lelah aktivitas
menurun Terapeutik
Dipsnea saat - Sediakan lingkungan
aktivitas menurun nyaman dan rendah
Dipsnea setelah stimulus (mis. Cahaya,
aktivitas menurun suara, kunjungan)
- Lakukan latihan
Sianosis menurun
57
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Edukasi:
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempenggaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih sehat
E. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.3
Implementasi Keperawatan
No
Tanggal Waktu Implementasi Paraf
Dx
Table 3.4
Implementasi Keperawatan
No
Tanggal Waktu Implementasi Paraf
Dx
Table 3.5
Implementasi Keperawatan
No
Tanggal Waktu Implementasi Paraf
Dx
F. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.6
Evaluasi Keperawatan
No Hari
Waktu Evaluasi Paraf
Dx Tanggal
2019 lelah
O:
Klien tampak sesak dan lelah, dan
RR:35x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
- Batasi aktivitas berat
- Monitor oksigenasi
- Observasi TTV
- Lanjutkan terapi oksigenasi
- Anjurkan untuk istirahat
A:
Masalah belum teratasi
P:
- Sediakan informasi pada pasien
dengan pemberian leaflet TB
- Jelaskan tentang definisi TB
- Jelaskan tentang penyebab TB
- Jelaskan tentang tanda dan
gejala TB
- Jelaskan tentang
penatalaksanaan TB
Tabel 3.7
Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal Waktu Evaluasi Paraf
Dx
Tabel 3.8
Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal Waktu Evaluasi Paraf
Dx
dahak
O:
Klien tampak lebih tenang
TD: 140/90 mmHg ND: 90x/menit,
RR: 3ox/menit S: 37,0◦C
A:
Masalah belum teratasi
P:
- Kaji TTV kembali
- Monitor sesak napas
- Monitor oksigenasi
- Terapi fisioterapi dada
dilanjutkan
- Lanjutkan terapi oksigenasi
- Anjurkan untuk istirahat
2 Kamis, 11:10 S: Taryana
05-09- Klien mengatakan sesak sudah
2019 berkurang, dan sudah merasa tidak
lelah lagi
O:
Klien sudah tidak lelah
RR:30x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
- Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
- Monitor oksigenasi
- Observasi TTV
- Lanjutkan terapi oksigenasi
- Anjurkan untuk istirahat
66
G. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan ini penulis membahas tinjauan kasus dan tinjauan teoritis,
1. Pengkajian
bertujuan untuk menentukan serta kesehatan dan fungsional pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat
Dari hasil pengkajian dan observasi penulis didapatkan tanda dan gejala
TB menurut teori Black, dan Hawks, 2014 yaitu sesak nafas, batuk lebih
berat badan, dan demam rendah serta diikuti menggigil dan berkeringat
(sering pada malam hari tanpa aktivitas) selama lebih dari 1 bulan. Dan
hasil pengkajian dan observasi penulis pada Tn. S didapatkan data saat
keluarganya tanda dan gejala TB yaitu adalah sesak napas dan klien
sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Hal ini terjadi karena kondisi Tn.S
masih bagus dan belum parah sehingga tanda dan gejala yang muncul
pada Tn. S hanya sedikit saja, dibandingkan menurut teori. Data objektif
67
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat 8 diagnosa yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
Pada Tn. S tidak di temukan 3 diagnosa yang sesuai dengan teori yaitu
pola nafas tidak efektif kerena tidak ditemukan data mayor dan minor
nya, pada diagnosa gangguan pertukaran gas juga tidak ditemukan data
hasil data mayor dan minornya, pada diagnosa defisit nutrisi juga tidak
di dapatkan data mayor dan minornya karena berat badan dan asupan
dapatkan data mayor dan minor nya, karena klien istirahat sehari 7-8
jam,
69
3. Intervensi
dengan managemen jalan nafas baik dari segi terapi farmakologi dan non
dada sesuai EBP untuk diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak
dari postural drainase, perkusi, dan vibrasi dada. Tujuan dari fisioterapi
sistem pernapasan agar dapat berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,
2013).
sistem pernafasan agar dapat berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,
2013).
70
4. Implementasi
penumpukkan secret yang ditandai dengan sesak nafas, suara nafas ronki
pendidikan klien.
aktivitas pada hari ke 3 hanya baru teratasi sebagian karena pasien belum
5. Evaluasi
tinfakan fisioterapi dada sehingga rasa sesak nafas berkurang dan pada
teratasi sebagian.
menit dengan hasil pada hari pertama klien masih belum bisa mengeluarkan
dilakukan fisioterapi dada dan pada hari yang ke 3 klien dapat mengeluarkan
hanya sedikit, dan pada hari ketiga klien mengatakan sudah bisa
mengeluarkan sputumnya.
perkusi (clapping) adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada
tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah
secara gaya berat, dan vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial
oleh tangan yang diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase
melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara
Kasus ini sesuai dengan hasil penelitian Aryayuni dkk, (2015) dengan judul
(2014) dengan efektifitas fisioterapi dada dan batuk efektif dengan hasil
tuberkulosis paru.
Jadi kesimpulan menurut para peneliti bahwa fisioterapi dada efektif mampu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari hasil Karya Ilmiah Akhir ini, antara lain
sebagai berikut :
mengalami sesak nafas, batuk disertai darah dan tidak mengetahui tentang
37,3◦C
pengetahuan.
jalan nafas tidak efektif yaitu dengan memberikan terapi fisioterapi dada
Jadi untuk diagnose bersihan jalan nafas teratasi sebagian, untuk diagnose
74
75
B. Saran
1. Bagi Pasien
Hasil penerapan metode ini bisa dilakukan dengan sendirinya dan bisa
76
77
Rekam Medik RSUD Karawang. (2019). Data pasien rawat inap Tuberkulosis
ruang cikampek RSUD Karawang. Karawang: RSUD Karawang.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil Utama RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes RI.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar keperawatan medikah bedah.
Jakarta: EGC.
Somantri, irman. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Statiskian. (2012). Penelitian eksperimental. www.statiskian.com diunduh pada
16 Maret 2019 jam 22:44.
Suhanda, Parta & Rusmana, Maman. (2014). Efektifitas fisioterapi dada dan batuk
efektif pasca nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada pasien TB paru di
RSU Tanggerang. Medikes, Vol 1edisi 2, November 2014.
Sukmawati, Ermalynda. (2017). Efektifitas penyuluhan kesehatan terhadap
pengetahuan perawatan pasien Tuberkulosis. Jurnal NERS LENTERA. Vol.
5 (1) : 9-20. https://www.neliti.com diunduh pada 12 Februari 2019 jam
15:40.
Susilowati, & Yulia. (2014). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi putus
obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru dewasa. Artikel
Penelitian. FIK UI. https://jurnal-tuberkulosis diunduh pada 14 Juni 2019
jam 15:50.
Taylor M. Cyntia, Ralhp Sparks Sheila (2013), DiagnosisKeperawatan Dengan
Rencana Asuhan, Edisi 10. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.2015.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia:
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
World Health Organization. (2018). World leaders commit tuberculosis. Retrieved
from www.who.int. diunduh pada 27 September 2018 jam 20:59.
Azzahra, Zira. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kecamatan
79
B. Tahap orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien
C. Tahap kerja
1. Perkusi
a. Persiapan alat
1) Handuk ( Jika Perlu )
2) Tempat Sputum
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Ikuti protokol standar umum dalam intervensi
keperawatan seperti perkenalkan diri perawat,
pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan
alasan tindakan, cuci tangan.
2) Tutup area yang akan dilakukan perkusi
dengan handuk atau pakaian tipis untuk
mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat
kontak langsung.
3) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan
lambat untuk meningkatkan relaksasi.
4) Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi
membentuk mangkuk.
5) Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat untuk
menepuk dada.
6) Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2
menit.
7) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah
dengan struktur yang mudah cedera seperti
mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8) Cuci Tangan
Lampiran
2. Vibrasi
a. Persiapan Alat: sama seperti pada perkusi.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1) Ikuti protokol standar umum dalam
intervensi keperawatan seperti perkenalkan
diri perawat, pastikan identitas klien,
jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci
tangan.
2) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap
ke bawah di area dada yang akan didrainase,
satu tangan di atas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
Cara lain tangan bisa diletakkan secara
bersebelahan.
3) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat
untuk meningkatkan relaksasi
4) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh
otot tangan dan lengan serta siku lalu
getarkan, gerakkan ke arah
bawah.Perhatikan agar gerakan dihasilkan
dari otot-otot bahu. Hentikan gerakan jika
klien inspirasi.
5) Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada
segmen paru yang terserang.
6) Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien
batuk dan keluarkan sekresi ke tempat
sputum.
7) Cuci Tangan
3. Postural Drainase
a. Persiapan alat
1) Bantal ( 2 atau 3 buah)
2) Tisue
3) Segelas Air hangat
4) Sputum Pot
b. Prosedur pelaksanaan
1) Ikuti protokol standar umum dalam
intervensi keperawatan seperti perkenalkan
diri perawat, pastikan identitas klien,jelaskan
prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan.
2) Pilih area tersumbat yang akan didrainase
Lampiran
D. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat dalam lembar catatan keperawatan
INFORMED CONSENT
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak
manapun dan kiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Karawang, 03-09-2019
Yang menyatakan
Responden
( )
Lampiran
NIM : 433131490119055
RSUD KARAWANG
Perbaiki saran
10
Lampiran
A. Identitas Diri
Nama : Taryana
Agama : Islam
Bekasi
Hobby : Badminton
Email : taryanaputra07@gmail.com
Instagram : Taryana_putra
B. Riwayat Pendidikan