Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL

Disusun Oleh :
SITI NURLAELA HAYATI
433811490122046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pass Karawang 41316
Karawang
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan
tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih
banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks
mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006).
2. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan
diharapkan mahasiswa dapat mengelola pasien dengan
persalinan normal
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan
diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengetahui konsep persalinan normal
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan
normal
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan
persalinan normal
d. Melakukan intervensi keperawatan.
e. Melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
B. TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
Beberapa pengertian mengenai persalinan normal sebagai berikut:
a. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2006).
b. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Arif,
2002).
c. Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005).
d. Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang
spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24
jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus
lama), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks
(puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis,
terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup
komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran
plasenta yang normal (Forrer, 2001).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan
buatan dan tanpa komplikasi.
2. ETIOLOGI
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi
dari persalinan adalah meliputi:
a. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses
persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila
kadar progesterone menurun.
b. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya
plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,sehingga
mengganggu sirkulasi utero plasenter
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion
servikal (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini di geser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin,akan timbul
kontraksi rahim. e Induksi partus, dengan jalan gagang
laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio caesarea.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa faktor yang mempengaruhi
persalinan sebagai berikut:
a. Power : his dan tenaga mengejan.
b. Passage : ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
c. Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
d. Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses
persalinan
e. Provider (penolong) : tenaga terlatih dalam bidang kesehatan

4. FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang
menyatakan bahwa sebab-sebab terjadinya persalinan masih
merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia
dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya
partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.
Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi
otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi.

5. PATHWAY PERSALINAN NORMAL

6. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang persalinan
sebagai berikut:
a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36
yang disebut lightening
b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan
menekan kandung kemih.
d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria.
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai
lunak, sekalipun terdapat pembukaan.
f. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
 Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam
10 menit
 Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks
dapat mulai muncul.
 Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat
pembukaan.
 Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his
semakin frekuen dan persalinan dapat dimulai.
Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda mulai
persalinan adalah timbulnya his persalinan dengan ciri
a. Fundul dominant.
b. Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek
c. Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang
d. Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa
perlunakan dan pembukaan.
e. Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah

Berdasarkan Waspodo (2007) menyatakan bahwa


persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta
secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan
gejala inpartu sebagai berikut:
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui
vagina

7. PROSES PERSALINAN
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa proses
persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:
a. Kala I : Pembukaan serviks.
b. Kala II : Kala pengeluaran janin.
c. Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d. Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.
Tanda-tanda dan gejala inpartu :
a. Penipisan dan pembukaan serviks.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit ).
c. Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
d. Adanya HIS.

His Sesungguhnya His Palsu


a. Rasa sakit : a. Rasa sakit :
 Teratur  tidak teratur
 Interval makin  interval panjang
pendek  kekuatan tetap
 Semakin lama  dirasakan kuat di
semakin kuat daerah
 dirasakan paling  perut
sakit di  tak ada perubahan
 daerah punggung walaupun
 intensitas makin  penderita berjalan
kuat kalau b. Tidak keluar “show”
penderita c. Serviks tertutup dan tak
berjalan ada pembukaan
b. Keluar “show”
c. Serviks membuka dan
menipis.
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002),
menyatakan bahwa fase-fase dalam persalinan:
1. Kala 1
1) Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat, memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-
rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dapat dilakukan dengan


menggunakan partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan
selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf
adalah:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama. Halaman depan partograf untuk
mencatat atau memantau :
c. Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin
(setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam),
penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
d. Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam),
penurunan kepala (setiap 4 jam).
e. Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan
darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan
protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.

Proses persalinan pada kala I :

a. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus


yang teratur, makin sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-
lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
b. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksadalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah pada akhir kala I.
c. Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida
± 7 jam.
d. Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
kontraksisegmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah
uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen
bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin
menebal.
e. His
 Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3
kali/10 menit pada akhir kala I.
 Lamanya : kurang lebih satu menit.
 Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
 Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
 Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan
 Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba
dengan uterus.
 Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat
aliran darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi
75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his
terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat
menimbulkan gawat janin.
f. Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat
pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu
pembukaan seviks.
2. Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap,
pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his
yang sangat hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-
lendir” bertambah banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti
“mau buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai tapak.
b. Berakhir dengan lahirnya janin.
c. Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d. Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum.
Berakibat meningkatnya tekanan intraabdominal yang
memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan kalau serviks
belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena
regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat
menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari
e. Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin
mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap
kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum,
kecuali kalau dilakukan episotomi.
f. Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
g. Mekanisme persalinan.

3. Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a. Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir
dengan lahirnya plasenta.
b. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c. Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus
setelah lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah
ibu. Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi
ototnya).
d. Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar,
atau kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina

4. Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi
dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu
ke dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan
dalam menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20
- 30 menit selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase
uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan.
 Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama
jam kedua.
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering.
 Anjurkan ibu untuk istirahat.
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
ibu dan bayi.
 Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat
untuk kedekatan bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan
karena uterus berkontraksi.
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam
pascapersalinan.
8. MEKANISME PERSALINAN
Berdasarkan Cuningham (2005) dan Winkjosastro (2005) menyatakan
bahwa mekanisme persalinan normal sebagai berikut:
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran
terbesar (diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida
kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira-kira 36
minggu, sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu,
kadang-kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap
terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement
sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga
posisinya seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu
engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP,
maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis
melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya
pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada
di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura
sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut
Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis :
 Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura
sagitalis bergeser mendekati promontorium.
 Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila
sutura sagitalis mendekati symphisis.
b. Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam
panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus adalah
tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong
janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati
sternum sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito
bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong
His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala
tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka
kepala bergerak menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah
depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis
(HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang
PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang
bulatdan lonjong.
e. Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan
panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada
waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan
suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan
akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation) ialah berputarnya kepala
menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai
dengan punggung bayi).
g. Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi.
9. ASUHAN DALAM PERSALINAN
Tujuan Asuhan Persalinan adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Wiknjosastro, 2005)
Berikut upaya asuhan yang dapat dilakukan dalam persalinan:
a. Kala I, asuhan yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Memberikan dorongan emosional, anjurkan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan
2) Membantu pengaturan posisi, anjurkan suami dan pendamping
lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berdiri,
berjalan-jalan, duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak
dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering juga
mempersingkat waktu persalinan
3) Memberikan cairan atau nutrisi, makanan ringan dan cairan
yang cukup selama persalinan memberikan lebih banyak energi
dan mencegah dehidrasi. Apabila dehidrasi terjadi dapat
memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
dan kurang efektif.
4) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, ibu harus
berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu
ingin berk
emih.
5) Pencegahan infeksi, sangat penting dalam penurunan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan
menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik
melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi
6) Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
sesuai partograf

b. Kala II
Kala II asuhan yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Menjaga kebersihan ibu
2. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
3. Mengatur posisi ibu
4. Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk
berkemih
5. Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
6. Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk
mengambil nafas diantara kontraksi
7. Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
8. Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
9. Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
10. Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
11. Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
12. Periksa adanya lilitan tali pusat
13. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan
sendirinya
14. Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
15. Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan
bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
16. Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian
dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai
seluruhnya lahir. Lakakukan penilaian selintas meliputi: apakah
bayi menangis/ bernafas tanpa kesulitan, warna kulit dan
bergerak aktif atau tidak.
17. Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai
pernafasannya APGAR) dalam menit pertama
18. Lakukan jepit, potong, ikat tali pusat
19. Pastikan bayi tetap hangat
c. Kala III
Asuhan yang dapat diberikan pada kala III adalah:
1. Pastikan tidak ada bayi yang kedua
2. Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah
bayi lahir.
3. Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan
menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah
dorsokranial mencengkram uterus.
4. Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik
tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir
sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima
plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati
sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan
lahir
5. Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase
fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi
6. Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya 7
7. Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina
hingga perineum.
8. Lakukan penjahitan jika diperlukan
d. Kala IV
Asuhan yang dapat diberikan pada kala IV sebagai berikut:
1. Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2. Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah
dehidrasi
3. Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4. Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan
kontraksi
b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
c) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama

10. LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi
dengan perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi
median/mediolateral atau lateral
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur
sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum
sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan
kepala untuk mengendalikan ekspulsi
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka
dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk
melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput
kearah punggung
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk
melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr
untuk melahirkan sisa badan bayi
6. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis
dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan
7. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
a) Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi
telah berkembang dengan sempurna
b) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada
bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
c) Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera
sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu
besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
8. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana
mestinya
9. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
a) Kateterisasi kandung kemih
b) Menjahit luka spontan atau luka episiotomy

11. KOMPLIKASI
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa komplikasi dari persalinan
sebagai berikut:
a. Infeksi.
b. Retensi plasenta.
c. Hematom pada vulva.
d. Ruptur uteri.
e. Emboli air ketuban.
f. Ruptur perineum

12. PROSEDUR DIAGNOSTIK


Berdasarkan (Saifuddin, 2002) bahwa cara menentukan persalinan
sudah pada waktunya adalah :
a) Melakukan anamnesa dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut:
Permulaan timbulnya kontraksi
a. Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau
cairan ketuban
b. Riwayat kehamilan, riwayat medik, riwayat sosial, masalah
kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi yang pernah
dialami
b) Pemeriksaan Umum meliputi tanda vital, BB, TB, oedema, kondisi
puting susu, kandung kemih
c) Pemeriksaan Abdomen meliputi bekas luka operasi, Tinggi Fundus
Uteri (TFU), kontraksi, penurunan kepala, letak janin, besar janin, denyut
jantung janin (DJJ)
d) Pemeriksaan vagina meliputi pembukaan dan penipisan servik,
selaput ketuban penurunan dan molase, anggota tubuh janin yang sudah
teraba
e) Pemeriksaan Penunjang berupa:

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam
proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai,
meliputi : 1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir
4) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5) Riwayat alergi obat-obat tertentu
6) Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih, dan lain-lain)
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing
atau nyeri epigastrum bagian atas)
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan
ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi;
pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1) Menentukan tinggi fundus uterus
2) Memantau kontraksi usus
3) Memantau denyut jantung janin
4) Menentukan presentasi
5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin

Berdasarkan (Prawirohardjo, 2006) bahwa pemeriksaan dalam


diperlukan untuk menilai:
1) Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2) Keadaan serta pembukaan serviks
3) Kapasitas panggul
4) Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5) Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6) Pecah tidaknya ketuban
7) Presentasi kepada janin
8) Turunnya kepala dalam ruang panggul
9) Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10) Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah
berlangsung.

Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam


patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan
persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan
yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik,
mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
(Waspodo, 2007)
2. DIAGNOSA
Herdman (2010), kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien
dengan persalinan normal adalah
Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan agen cedera biologi (tekanan mekanik pada
bagian presentasi,dilatasi atau regangan, tegangan emosional)
2) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang
3) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Kala II :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi (tekanan mekanik pada
presentasi, dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola
kontraksi semakin intensif)
2) Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik (episiotomi, ruptur
perinium)
Kala III :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi trauma jaringan , respons
fisiologis setelah melahirkan

Kala IV :

1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik (luka episiotomi)

2) Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan (luka episiotomi)

3) Kekurangan volume cairan b.d kegagalan dalam regulasi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (KRITERIA HASIL,


INTERVENSI, RASIONAL)
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
Intervensi NIC: Pain Management
1. Melakukan pengkajian secara komprehensif mengenai lokasi,
karakteristik, lamanya, frekuensi, kualitas nyeri dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi penyebab ketidaknyamanan klien secara verbal
dan nonverbal
3. Menyakinkan klien akan pemberian analgesik
4. Menggunakan komunikasi teraupetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
5. Mengkaji dampak dari pengalaman nyeri (ggg tidur, ggg
hubungan)
6. Mengontrol faktor lingkungan yang menyebabkan klien
merasa tidak nyaman (ruangan, temperatur, cahaya)
7. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi seperti
bimbingan imajinasi, nafas dalam
b. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
7. Monitor status nutrisi pasien
8. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-
tanda infeksi lokasi
9. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka 10.
Lakukan tehnik perawatan luka
c. Kecemasan b.d perubahan peran dan status kesehatan
Intervensi :
1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
3. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
4. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
d. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
Intervensi :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Menyediakan lingkungan yang bersih dan kenyamanan tempat
tidur
3. Batasi pengunjung
4. Petugas kesehatan memakai sarung tangan sebagai bentuk
universal precaution
5. Memberikan antibiotik
6. Menggunakan peralatan steril dalam melakukan tindakan yang
membutuhkan peralatan steril
7. Bersihkan dan sterilkan alat yang telah dipakai
8. Observasi luka klien i. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
memberikan diet
e. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan dalam regulasi
Intervensi :
1. Timbang pembalut
2. Pertahankan catatan intake dan output
3. Monitor status hidrasi (kelembapan mukosa, nadi adekuat, TD
ortostastik)
4. Monitor vital sign
5. Pantau terapi IV line
6. Monitor status nutrisi
7. Berikan cairan adekuat
8. Berikan masukan oral
9. Meminta keluarga untuk memberi tawaran makanan dan
minuman

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3.


Media Aesculapius. Jakarta.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham, Gary. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame


Clasification. Mosby. Philadelphia.

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri.


Jakarta: EGC.

McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention


Clasification. Mosby. USA.

Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Roestam, M. (2002). Obstetri Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai