Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KEHAMILAN DENGAN LETAK SUNSANG

Di susun oleh

Wahyu S adiningsih 1440120053


Wahyuma agung k 1440120054
Wulan candeli 1440120055
Yoeda bhakti karthica 1440120056
Yulia sari faridah 1440120057
Zalzabila diah saputri 1440120058

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang letak sunsang ini dengan baik. Makalah ini
bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang letak sunsang

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah maternitas.Selain itu, kami berharap
semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi semua pembaca. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan Makalah ini jauh dan lebih baik lagi. Kami mohon maaf atas kesalahan maupun
kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.

Banyumas ,

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses kehamilan dan persalinan merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi
setiap perempuan. Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses
kehamilan. Melahirkan tentu merupakan hal yang sangat luar biasa yang dapat terjadi
pada setiap perempuan, akan tetapi banyak wanita yang merasa bingung, bimbang
dan khawatir akan rasa sakit yang timbul saat proses melahirkan. Pada masa lalu
melahirkan dengan cara sectio caesarea merupakan hal yang menakutkan karena
dapat menyebabkan kematian. Namun dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman
daripada dulu berkat dalam kemajuan antibiotika, anastesi dan teknik yang lebih
sempurna. Ditambah lagi dengan perkembangan, perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran makin berkembang terutama bidang kandungan. Banyak penanganan
yang dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak anak salah satunya
yaitu melakukan sectio caesarea. Sectio caesarea adalah satu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Mitayani,
2009). Dalam istilah medis, dokter menyebut istilah “presentasi” untuk
menggambarkan posisi terbawah janin di dalam rahim. Bagian tubuh janin yang
berada tepat diatas mulut rahim adalah nantinya akan muncul ketika pertama kali
lahir. Biasanya, bagian terbawah adalah kepala bayi, disebut presentasi sebalik.
Posisi inilah yang terbaik karena bagian terbesar bayi, yaitu kepala keluar pertama
kali. Ketika bagian bagian terbawah adalah bokong, maka disebut presentasi bokong,
posisi yang beresiko jika

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses kehamilan dan persalinan merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi
setiap perempuan. Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses
kehamilan. Melahirkan tentu merupakan hal yang sangat luar biasa yang dapat terjadi
pada setiap perempuan, akan tetapi banyak wanita yang merasa bingung, bimbang
dan khawatir akan rasa sakit yang timbul saat proses melahirkan. Pada masa lalu
melahirkan dengan cara sectio caesarea merupakan hal yang menakutkan karena
dapat menyebabkan kematian. Namun dewasa ini sectio caesarea jauh lebih aman
daripada dulu berkat dalam kemajuan antibiotika, anastesi dan teknik yang lebih
sempurna. Ditambah lagi dengan perkembangan, perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran makin berkembang terutama bidang kandungan. Banyak penanganan
yang dapat dilakukan pada ibu yang mengalami kelainan letak anak salah satunya
yaitu melakukan sectio caesarea. Sectio caesarea adalah satu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Mitayani,
2009). Dalam istilah medis, dokter menyebut istilah “presentasi” untuk
menggambarkan posisi terbawah janin di dalam rahim. Bagian tubuh janin yang
berada tepat diatas mulut rahim adalah nantinya akan muncul ketika pertama kali
lahir. Biasanya, bagian terbawah adalah kepala bayi, disebut presentasi sebalik.
Posisi inilah yang terbaik karena bagian terbesar bayi, yaitu kepala keluar pertama
kali. Ketika bagian bagian terbawah adalah bokong, maka disebut presentasi bokong,
posisi yang beresiko jika
persalinan secara pervaginam (persalinan normal). Istilah sungsang yang dimaksud
oleh masyarakat umumnya adalah sama dengan janin dengan presentasi bokong. Mal
presentasi atau letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur)
dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong dibawah (Marmi, 2012).
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam
uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan
dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya (Marmi, 2012). Persalinan
sungsang tidak menyebabkan bahaya bagi ibu tetapi menimbulkan hal yang serius
pada bayinya. Beberapa masyarakat awam percaya dengan melakukan pemijatan
tetapi di dunia medis tidak diperbolehkan melakukan pemijatan. Sebaiknya,jika ada
bayi yang letak sungsang lebih baik jangan dipijat takutnya terjadi sesuatu yang
membahayakan, lebih baik membawa kerumah sakit supaya mendapatkan
pertolongan dari dokter atau tenaga medis yang lain supaya tidak berlanjut hal yang
membahayakan, lebih baik bagi ibu maupun janinnya. Bisa juga dengan
memposisikan ibu bayi dengan posisi menungging / genu pectoral, dan menyarankan
pada ibu hamil untuk rajin senam hamil, berenang supaya pinggangnya longgar
(Rukiyah, 2015).

Menurut data WHO angka persalinan Sectio Caesarea di dunia terus meningkat.
Berdasarkan hasil survey WHO di tiga benua yaitu Amerika latin, Afrika dan Asia
diketahui angka kejadian sectio caesarea terendah di Angola yaitu 2,3% dan tertinggi
di Cina sebesar 46,2% demikian juga angka persainan di Asia menigkat tajam, di
Cina angka persalinan Sectio Caesarea pada tahun 2013 meningkat sangat tajam
terutama dikota besar. Berdasarkan data Riskesda tahun
2015 menunjukkan angka kejadian Sectio Caesarea sebesar 15,3%. Terendah Sulawesi Tenggara
5,5% dan tertinggi DKI Jakarta 27,2%. Persalinan Caesarea yang dilakukan berdasarkan indikasi
bayi diketahui lebih dari separuh (52,3%) persalinan Caesarea efektif dilakukan karena karena
letak sunsang / malposisi. (Riskesda, 2014). Angka kejadian sectio caesarea di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2011 berjumlah 3.401 operasi dari 170.000 persalinan atau sekitar 20% dari
seluruh persalinan (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit
RSUD Bangil pada tahun 2018, kejadian Sectio Caesarea indikasi letak sungsang dari bulan
Januari 2018 sampai dengan bulan Desember didapat total 2238 kasus.

Penyebab terjadinya presentasi bokong dari faktor ibu yaitu presentasi bokong disebabkan oleh
multiparitas, plasenta previa dan panggul sempit, sedangkan faktor janin yaitu hidrosefalus atau
anensefalus, gameli, hidramnion atau oligohidramnion dan prematuritas. Dampak masalah yang
terjadi pada letak sungsang adalah akan ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong
dan perut lahir karena talipusat terjepit, dapat terjadi infeksi pada ibu (Rukiyah dan Yulianti,
2010). Penyebab terjadinya sectio caesarea yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan
letak, primi para tua disertai, kelainan letak, disproposi sevalo pelvic (disproposi janin /
panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta. Letak sungsang ini akan
memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik dalam
persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik dalam persalinan pervaginam
maupun sectio cesarea. Persalinan pervaginam sunsang terdiri dari tiga jenis yakni spontan,
manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki resiko terutama pada lainnya
sedangkan indikasi untuk melakukan sectio caesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi
umum sectio caesarea secara umum. Ada beberapa komplikasi yang mungin timbul dalam
persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi prognosis ibu dan bayi yang dilahirkan sedapat
mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik persalinan sungsang dengan baik. Bahaya letak
sungsang bagi ibu, kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan
tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
Dan bahaya bagi janin prognosa tidak begitu baik, karena dapat terjadi hipoksia atau perdarahan
dalam tengkorak akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala
memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya
plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit setelah
umbilikus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernapas
sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mukus yang terhisap dapat
menyumbat jalan napas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat yang menumbung,
hal ini sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,
tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong. Perlakuan kepala janin terjadi karena kepala
harus melewati panggul dalam waktu yang lebih singkat sehingga tidak ada waktu bagi kepala
menyesuaikan diri dengan besar dan bentuk panggul. Kompresi dan dekompresi kepala terjadi
dengan cepat, sehingga mudah menimbulkan luka pada kepala dan perdarahan dalam tengkorak.
Tetapi tindakan SC ini mempunyai akibat buruk pada ibu, antara lain : infeksi, perdarahan, luka
pada kandung kemih (Mitayani, 2009).

Penatalaksanaan kehamilan dengan letak sungsang yaitu yang pertama, sikap dengan posisi
tubuh tengkurap dengan bertumpu pada lutut dan lengan, rebahkan dada sampai menyentuh
lantai, kepala dimiringankan di atas lantai. Kedua, anjuran pada kehamilan sekitar 7-8 bulan,
lakukan 3-4 kali sehari selama 10 menit, seminggu kemudian periksa ulang, bila letak janin tidak
berubah, maka posisi knee chest diulangi, bila berhasil perut difiksasi (diikat) degan gurita atau
stagen agar posisi janin tak berubah kembali (Mufdlilah, 2009). Konsep solusi yang dapat
dilakukan untuk mengalami masalah ini adalah harus diberikan perawatan dan pengawasan yang
intensive. Dari sinilah peran perawat sangat diperlukan. Perawat harus mampu memberikan
perawatan yang komperhensif, berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Perawat juga
dapat memberikan penyuluhan pada ibu post sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang
yaitu dengan memberikan health education tentang perawatan luka post sectio caesarea dengan
cara menggunakan plester anti air untuk mandi agar tidak basah, memperbanyak mengkonsumsi
yang mengandung protein tinggi seperti mengkonsumsi ikan kutuk, mengkonsumsi putih telur.
Hal ini bertujuan untuk memproses penyembuhan luka post sectio caesarea (Wiknjosastro,
2015).

2. Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari letak sungsang ?


b. Apa etiologi dari letak sungsang ?
c. Apa anatomi dari letak sungsang?
d. Apa Patofisiologi dari letak sungsang ?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjangletak sungsang ?
f. Bagaimana manifestasi pada letak sungsang?
g. Apa saja penatalaksanaan letak sungsang?
h. Bagaimana pathway dari letak sungsang?
i. Bagaimana asuhan keperawatan letak sungsang?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui defibisi dari letak sungsang.


b. Untuk mengetahui apa etiologi dari letak sungsang.
c. Untuk mengetahui apa patofisiologi dari letak sungsang.
d. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari letak sungsang.
e. Untuk mengetahui manifestasi dari letak sungsang Untuk mengetahui penatalaksanaan
dari letak sungsang
f. Untuk mengetahui pathway dari letak sungsang
g. Mengetahui asuhan keperawatan dari letak sungsang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Letak Sunsang

1. Definisi

Letak sungsang adalah letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri (Mitiani, 2009).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang (membujur) dengan kepala
berada di fundus dan bokong di bawah kavum uteri (Amru, 2011).
Letak sungsang adalah letak membujur atau memanjang dari janin dengan kepala di fundus uteri
dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, sebelum atau sesudah masuk kedalam pintu
atas panggul (Amru, 2011).
Klasifikasi presentasi bokong menurut (Liu, 2013) adalah :

A. Ekstensi

Posisi ini paling sering ditemukan yang terjadi sebesar 75% kejadiaan presentasi bokong
pada primigravida dan 50% pada multigravida. Penempelan yang baik terhadap serviks
mungkin dilakukan tetapi tungkai yang ekstensi dapat membebat janin yang menghambat
fleksi lateral tubuh. Kelahiran tungkai memerlukan bantuan.

B. Presentasi bokong sempurna

Terjadi terutama pada ibu multigravida dengan diameter pelviks baik atau pada gestasi
multipel terdapat resiko prolaps tali pusat. Proses persalinan secara spontan atau mealui
ekstermitas bawah yang mudah mungkin dapat dilakukan.

C. Presentasi bokong tidak sempurna

Presentasi ini jarang terjadi, terdapat penempelan yang buruk pada serviks sehingga
memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya prolaps taki pusat. Presentasi ini dapat
mengindikasikan kesulitan dalam penurunan sehingga direkomendasikan kelahiran
dengan sectio caesarea.

B. Etiologi

Menurut Myles (2009:h.551-552) penyebab dari letak sungsang sering kali tidak ada penyebab
yang bisa diidentifikasikan , tetatpi berbagai kondisi berikut ini mendorong terjadinya presentasi
bokong diantaranya :

- Persalinan premature
Presentasi bokong relative sering terjadi sebelum janin gestasi 34 minggu sehingga presentasi
bokong lebih sering terjadi pada persalinan premature.
- Tungkai ekstensi
Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit
panggul.
- Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran janin, yang dapat
menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
- Polihidroamnion
Distensi rongga uterus oleh cairan amnion yang berlebihan dapat meyebabkan presentasi
bokong.
- Hidrosefalus
Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi didalam fundus.
- Abnormalitas uterus
Distorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat meyebabkan presentasi bokong.
- Plasenta Previa
Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim.
- Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
- Multiparitas
Pernah melahirkan anak sebelumnya sehingga rahim elastic dam membua janin berpeluang
untuk berputar.
- Bobot janin relative rendah
Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak.
- Rahim yang sangat elastic.
Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya sehingga rahim
sangat elastic dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan
seterusnya.

C. Anatomi

Syaifuddin (2011) menjelaskan tentang anatomi fisiologi organ reproduksi wanita sebagai
berikut :

Alat reproduksi wanita terdiri dari traktus genitalis yang terletak dalam rongga panggul
kecil. Alat kelamin luar terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum vagina, himen, orifisium vagina, bulbovestibularis, dan glandula vestibularis.
Alat kelamin interna terdiri dari vagina, uterus, tuba falopi dan ovarium

1) Genetalia luar
a. Mons pubis yaitu bagian yang menonjol yang melingkar di depan simfisis pubis, yang
dibentuk dari jaringan dan lemak, pada area bulu pada masa pubertas.
b. Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang memanjang ke
bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral yang banyak
mengandung saraf.
c. Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat diantara labia mayora, memanjang dari
klitoris secara oblikke bawah dan samping belakang sepanjang 4 cm di sisi orifisium
vagina
d. Klitoris yaitu tonjolan kecil yang melingkar berisi jaringan erektil ditutupi yang sangat
sensitif, terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi diantara
ujung anterior labia minora.
e. Vestibulum yaitu celah diantara labia minora di belakang glans glitoris, di dalamnya
terdapat orifisium uretra 2,5 cm
f. Himen yaitu lapisan tipis yang menutupi sebagian liang sanggama
g. Orifisium vagina adalah celah yang terdapat dibawah dan dibelakang muara uretra,
ukurannya bergantung pada hime, lipatan tepi dalamnya berkontak satu sama lainnya.
2) Genetalia dalam
a) Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genetalia ekstrena dengan genetalia interna.
b) Uterus atau rahim
Terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut meometrium.
Uterus terdiri dari :
(1) Fundus uteri, ditutupi oleh peritonium, berhubungan dengan fascies vesikalis dan
permukaan internalis.
(2) Korpus uteri, berfungsi sebagai tempat janin untuk berkembang.
(3) Serviks uteri, ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, ostium uteri
internum adalah sebutan untuk hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
c) Ovarium
Merupakan kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterine dan terkait disebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
d) Tuba falopi
(1) Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dalam uterus
(2) Pars ismika atau ismus, merupakan bagian yang sempit pada sudut antara uterus dan
tuba.
(3) Pars ampularis, bagian yang membentuk saluran yang lebar meliputi ovarium.
(4) Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul yang disebut
fimbriae, melekat pada ovarium untuk menangkap telur yang dilepas oleh ovarium
menuju tuba.

D. Patofisiologi

Menurut Sarwono )2007:h.611) letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan di dalam uterus.Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu,
jumlah air ketuban relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa.Dengan demikian janin dapat menenmpatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat
dan jumlah air ketuban relative berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di tundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus.
E. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk memeastikan perkiraan klinis presentasi bokong
dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomaly janin (Cunningham,
206:h.252)

2) Pemeriksaan Sinar X

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis maupun memperkirakan ukuran


dan konfigurasi panggul ibu )Oxom, 2010:h.198)

F. Manifestasi klinis

a. Pergerakan anak terasa oleh ibu di bagian perut bawah, dibawah pusat dan ibu sering
mengeluh merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b. Merasa kesakitan di area serviks atau rectal
c. Pada primigravida tidak merasakan janin turun sebelum permulaan kelahiran.
d. Pada palpasi akan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian- bagian kecil pada
pihak berlawanan. Di atas simpisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
e. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat
f. Pemeriksaan vagina biasanya akan menggambarkan bagian terendah tidak mengalami
engaged dan terasa lembut tanpa garis sutura atau formal (DS Baratakoesma, 2015).

G. Penatalaksanaan

Dalam kehamilan Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari klausa daripada letak
sungsang yakin dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongential, kehamilan
ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee
chest position atau dengan posisi luar ( jika tidak ada kontraindikasi ). Versi luar
sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum
minggu ke 34 belum peru dilakukan karena kemungkinan besar janin dapat memutar
sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relative telah berkurang. Keberhasilan versi luar 35-86%
( rata-rata 58% ) peningkatan terjadi pada keberhasilan multiparitas, usia kehamilan,
frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar
berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor ( Bhisop -like score ).

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks (cm) 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1,+2
Konsistensi kaku sedang lunak
Position posterio mid anteror
r

Artinya : keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100% jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, harus
dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang
berlebihan, sehingga pengguna narcosis dihindari pada versi luar.
Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan
apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan
panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan
persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam
atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD,
kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu :
1. Persalinan bokong
 Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
 Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
 Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
 Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
 Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
Untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
 Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
1. Persalinan bahu
 Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
 Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
 Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.
 Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
 Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga seluruh
bahu janin lahir.
 Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
 Bahu melakukan putaran paksi dalam.
2. Persalinan kepala janin
 Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
 posisi dagu berada dibagian posterior.
 Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh simfisis
kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
 Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.
 Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat lahir.

 Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan
ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.

H. patway
B. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian
2. Anamnese
1. Identitas Ibu

Didalam identitas yang beresiko tinggi meliputi umur yaitu ibu yang mengalami kehamilan
pertama dengan indikasi letak (primigravida), kehamilan dengan indikasi letak yaitu umur
diatas 30 tahun (primigravida), nama, tanggal lahir, alamat, no RM , MRS, tanggal
pengkajian.

2. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan singkat menggunakan
bahasa yang dipakai pemberi keterangan. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
alasan klien datang. biasanya pada kasus post caesarea dengan indikasi letak sunsang klien
merasakan beberapa keluhan seperti nyeri bekas luka post sectio caesarea.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini , PQRST

a. Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah klien menderita penyakit seperti jantung, ginjal, asma,
hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi atau penyakit lainnya

b. Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jantung dan DM

c. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus, lama, banyaknya, haid teratur atau tidak, sifat
darah, disminorhoe atau tidak

d. Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga

e. Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani

f. Riwayat perkawinan

Untuk menetahui status perkawinan kien dan lamanya perkawinan

g. Riwayat kehamilan, peralinan dan nifas yang lalu.

(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan
kehamilan

(2) Persalinan : Spontan atau buatan lahir aterm atau prematur ada perdarahan atau
tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan

(3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah
dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa
nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya

((4) Payudara : Pada pemeriksaan payudara terdapat pembesaran payudara, puting


susu tidak masuk, tidak ada benjolan, adanya hiperpigmentasi pada aerola mame dan
papilla mamae.

h. Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau
tidak, meliputi:

((1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan

((2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Hari untuk mengetahui perkiraan lahir

((3) Keluhan-keluhan

Untuk mengetahui apakah ada keluhan – keluhan pada trimester I ,II, dan III

((4) Ante Natal Care (ANC)

Mengetahui riwayat ANC, teratur/ tidak, tempat ANC, dan saat kehamilan berapa

i. Riwayat Keluarga Berencana


Untuk mengetahui apakah sebelum kehamilannya ini pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, berapa lama penggunaannya

4. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek. Pada kasus letak
sungsang keadaan umum klien baik.

2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien apakah composmetis, apatis,


somnolen, delirium, semi koma dan koma. Pada kasus ibu bersalin dengan letak
sunsang kesadarannya composmentis.

3) Tanda vital

a. Tekanan darah : : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas
normalnya 120/80 mmHg.
b. Nadi : Untuk mengetahui nadi klien yang dihitung dalam menit. Batas normalnya
69-100 x/ menit.
c. Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang dihitung dalam 1
menit. Batas normalnya 12-22 x/ menit.
d. Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris/ infeksi dengan
menggunakan skala derajat celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari 38º C.
4) Pemeriksaan fisik B1-B2
a. Breath ( B1)
1) Inspeksi : tidak terjadi peningkatan RR, tidak ada retraksi otot bantu nafas,
tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat bantu
nafas.
2) Palpasi : pergerakan dinding dada sama, vocal premitus sama.
3) Perkusi : suara perkusi resonan atau tidak.
4) Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan seperti
whezzing atau ronchi.
b. Blood ( B2)
1) Inspeksi : Anemis (pucat), tidak ada nyeri dada.
2) Palpasi : CRT < 3 detik, tidak cianosis, akral dingin, takikardia.
3) Perkusi : Batas jantung normal, tidak ada pembesaran jantung.
4) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada bunyi
jantung abnormal seperti murmur dan gallop.
c. Brain ( B3)
1) Inspeksi : Kesadaran composmentis (GCS 4-5-6).
2) Palpasi : Ada luka di area kepala atau tidak, ada ketombe atau tidak.
d. Bladder (B4)
1) Inspeksi : Biasanya terpasang kateter, urine jernih, bau khas amoniak,
pemeriksaan penungeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
2) Palpasi : Nyeri tekan uterus yang mungkin ada, penggunaan alat bantu
kateter untuk membatasi aktifitas klien ke toilet berhubung untuk
mengurangi rasa nyeri Post Op sc.
e. Bowel (B5)
1) Inspeksi : Mukosa bibir lembab atau kering, bentuk simetris, ada luka Post
Op sc pada abdomen bagian bawah, bentuk luka vertikal panjang luka
sekitar 15 cm ditutup dengan kasa steril.
2) Palpasi : Ada nyeri tekan pada luka Post Op sc yaitu pada perut bagian
bawah.
3) Perkusi : Normal, didapat timpani apabila terdapat cairan abdomen.
4) Auskultasi : Bising usus menurun 1-5x/menit akibat efek anastesi sehingga
terjadi konstipasi.
f. Bone (B6)
1) Inspeksi : Ada fraktur atau tidak, warna kulit kemerahan atau tidak.
Pergerakan klien bebas atau terbatas.
2) Palpasi : Ada nyeri tekan pada luka Post Op sc Skala kekuatan otot : Ada
penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah.
5. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
didalamnya baik yang langsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi
berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan menurut teori
adaptasi Roy diperoleh dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan mengikuti 4 mode
adaptasi yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependesi serta
dihubungkan dengan stimulus yang berkaitan Hidayati (2014).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Letak Sungsang sebagai berikut:
1) Nyeri akut ( D.0077)
2) Resiko infeksi( D.0142)
3) Gangguan Rasa Nyaman ( D0074)

Problem Etiologi Sign Symtom


Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis DO :

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak bersikap
protektif seperti waspada dan
melakukan perubahan posisi
untuk menghindari nyeri
- Pasien tampak gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Pasien terlihat sulit tidur

DS :

- Pasien mengeluh nyeri pada


tubuhnya terutama dibagian
perut

Gangguan rasa Gangguan adaptasi kehamilan Do :


nyaman
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak
meringis/menangis
- postur tubuh berubah
Ds :

- pasien mengeluh sulit tidur


- pasien mengeluh tubuhnya
tidak mampu rileks
- pasien mengeluh kedinginan
bahkan sesekali merasa
kepanasan
- pasien mengeluh Lelah

Resiko infeksi Ketidakadekuatan pertahanan


tubuh sekunder

6. Interfensi Keperawatan
Intervensi perencanaan adalah segala treetment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan.
Berikut intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan
Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018):

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


o Keperawa
tan
1. Nyeri Setelah dilakukan intervensi Agen pencedera fisiologis ( D.0077)
akut keperawatan selama waktu yang
tertentu diharapkan tingkat nyeri a) Observasi
menurun • Identifikasi lokasi, karakteristik,
a.Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
b. Meringis menurun intensitas nyeri.
Frekuensi nasi membaik • Identifikasi skala nyeri
c.frekuensi nafas membaik • Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas nyeri
• Monitor efek samping
penggunaan analgetik
b) Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan
nyeri
• Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
 kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Resiko a. setelah dilakukan intervensi ketidakadekuatan pertahanan tubuh


infeksi keperawatan sesuai waktu yang sekunder ( D.00142)
tertentu diharapkan tingkat
infeksi menurun dengan Kriteria a) Observasi
hasil: • Monitor tanda dan gejala infeksi
a) N lokal dan sistemik
d) Terapeutik
b) kadar sel darah putih membaik • Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
• Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
e) Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
• Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
• Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
f) Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

3. Gangguan setelah dilakukan intervensi gangguan adaptasi kehamilan


rasa keperawatan sesuai waktu yang
nyaman tertentu diharapkan status a) Obervasi
kenyamanan menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,
Dengan Kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
a) Dukungan social dari keluarga nyeri
meningkat  Identifikasi skala nyeri
b) Keluhan tidak nyaman menurun b) Terapeutik
c) Gelisah menurun • Control lingkungan yang
d) Keluhan sulit tidur menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
e) Mual menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
f) Lelah menurun • Fasilitasi istirahat dan tidur
g) Pola tidur membaik c) Edukasi
• Jelaskan strategi meredakan
nyeri
• Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
• Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
d) Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetic,
jika perlu

7. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan ( Potter
& Perry, 2011).
Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandidi dan tindakan kolaborasi.

8. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah
hasil umpan balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan
memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan ( Mufidaturrohmah, 2017).

Anda mungkin juga menyukai