Anda di halaman 1dari 22

Makalah letak Sungsang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan

bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur

kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%

persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.

Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Presentasi bokong

adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan

bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti

Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Sedangkan di RSUP dr.

Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar

8,63%.Angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong masih cukup tinggi. Angka kematian

neonatal dini berkisar 9-25%, lebih tinggi dibandingkan pada presentasi kepala yang hanya 2,6%, atau tiga

sampai lima kali dibandingkan janin presentasi kepala cukup bulan.

Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun bayi dengan kehamilan presentasi

bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi

bokong, salah satu diantaranya adalah dengan cara knee-chest position.

Insidens presentasi bokong meningkat pada kehamilan ganda; 25% pada gemelli janin pertama, dan 50%

pada janin kedua. Kehamilan muda juga berhubungan dengan meningkatnya kasus ini, 35% pada kehamilan

kurang dari 28 minggu, 25% pada kehamilan 28-32 minggu, 20% pada kehamilan 32-34 minggu, 8% pada

kehamilan 34-35 minggu, dan 2-3% setelah kehamilan 36 minggu.Adanya kehamilan presentasi bokong sering

dihubungkan dengan meningkatnya kejadian beberapa komplikasi sebagai berikut: kesulitan yang meningkat

dalam persalinan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal; mengakibatkan persalinan prematur,

sehingga kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat; pertumbuhan janin terhambat (PJT); tali pusat
menumbung; plasenta previa; anomali janin (hidrosefalus, anensefalus); anomali uterus ataupun tumor uterus

(mioma uteri); kehamilan ganda; panggul sempit (contracted pelvis); multiparitas; hidramnion atau

oligohidramnion; presentasi bokong sebelumnya.

Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan

bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur

kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%

persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya

letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa,

panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk

uterus.

Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang komunikatif

dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu

pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini

bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang

dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada

primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.

Sedangkan dalam persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak

ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan

persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu

melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran janin.

Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik

dalam persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis

yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki resiko terutama pada fetal seperti

asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi untuk melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan

indikasi umum section cesarea secara umum.

Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik atau perasat yang digunakan pada situasi

berbeda pada letak sungsang, namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan
selamat.

Ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi

prognosis ibu dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik

persalinan sungsang dengan baik guna mencapai “well born baby” dan “well health mother”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan

kepada pembaca terutama tentang asuhan pada ibu dengan kehamilan letak sungsang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian / pengumpulan data pada ibu dengan kehamilan letak sungsang

b. Untuk mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang

c. Untuk mengidentifikasi diagnosa masalah dan masalah potensial pada ibu dengan kehamilan letak sungsang

d. Untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi apabila terjadi masalah potesial pada ibu dengan kehamilan

letak sungsang

e. Untuk membuat perencanaan tindakan atas diagnosa masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang

f. Untuk membuat pelaksanaan tindakan atas diagnosa masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang

g. Untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan pasien terhadap perencanaan yang telah disampaikan pada ibu

hamil normal

C. Manfaat

1. Petugas Kesehatan

Sebagai panduan dan masukan untuk instansi Rumah Sakit dalam peningkatan Pelayanan Kesehatan pada ibu

dengan kehamilan letak sungsang.

2. Akademik

Sebagai sumbangsih bacaan berguna bagi adik-adik dan teman-teman dalam memperdalam ilmu kesehatan

yang menyangkut pada ibu dengan kehamilan letak sungsang.

3. Penulis
Penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang ibu dengan kehamilan letak sungsang.

4. Masyarakat

Supaya masyarakat mampu memahami tentang kehamilan letak sungsang demi tercapainya kelangsungan

hidup dan tingkat kesehatan yang optimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosep Dasar Kasus

1. Pengertian

Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong

berada di bagian bawah cavum uteri (Prawirohardjo, 2002).

Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di

fundus dan bokong di bawah (Rustam M, 1998).

Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan

bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada

anggota badan lainnya (Wiknjosastro, 2002).

2. Etiologi

Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah:

a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif

besar

b. Hidramnion karena anak mudah bergerak.


c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

d. Panggul sempit

e. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas

panggul.

Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan termasuk

diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya,

kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan

letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.

Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah

kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya

letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang

yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis

yang menyempit (panggul sempit).

3. Diagnosis

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus

tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang

bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan

semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada

kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian

bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya

dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan

berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan

pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ).

Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum,

kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki

terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami

edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.

Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan

ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang

rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba

disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping

bokong.

4. Penatalaksanaan dalam Kehamilan

Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila

pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya

diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan

antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan, karena

kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke-38 versi luar sulit untuk

berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang.

Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus

baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini

dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat

bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada

gunanya. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain

mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah.

Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi presentasi

kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah

janin berada keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke rongga panggul. Versi luar hendaknya

dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila

air ketuban terlalu sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil. 6

Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah: 1) panggul sempit, 2) perdarahan antepartum; 3)

hipertensi; 4) hamil kembar; 5) plasenta previa. Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar,
karena meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Tetapi bila

kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau berhasil akan memungkinkan

dilakukan partus percobaan. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat

menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. 6 Pada penderita hipertensi, usaha versi luar dapat

menyebabkan solusio plasenta; sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi

usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu kantong amnion

kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis

dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis untuk versi luar antara lain: narkosis harus dalam,

sebab dengan narkosis ringan versi laur jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan sadar.

Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada bahaya kemungkinan digunakan tenaga berlebihan

dan dapat mengakibatkan lepasnya plasenta. Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi luar

dengan menggunakan narkosis.

Versi

Versi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah presentasi janin secara artifisial, baik

melalui penggantian kutub yang satu dengan lainnya pada letak longitudinal, atau konversi letak oblik atau

letak lintang menjadi letak longitudinal.

Tergantung pada bagian presentasi janin (kepala atau bokong), dapat dilakukan versi sefalik atau

podalik. Jenis versi ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi luar merupakan tindakan

manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen ; sementara pada versi dalam, seluruh tangan operator

dimasukkan ke dalam kavum uteri.

a. Versi Sefalik Luar

Tujuan prosedur ini adalah untuk mengubah presentasi yang kurang menguntungkan menjadi presentasi

verteks atau presentasi belakang kepala.

Indikasi

Jika presentasi bokong atau bahu (letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu terakhir kehamilan,

pengubahannya menjadi presentasi verteks dapat dicoba lewat manuver luar asalkan tidak terdapat disproporsi
nyata antara besar janin dan ukuran panggul. Versi sefalik dianggap oleh sebagian dokter kebidanan sebagai

teknik yang sering berhasil baik dengan morbiditas yang kecil, sehingga harus dicoba untuk menghindari

peningkatan angka mortalitas yang menyertai persalinan sungsang. Jika letak janin melintang, perubahan

presentasi tersebut merupakan satu-satunya alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali bila janin itu

berukuran sangat kecil dan biasanya belum viabel.

Menurut Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar kemungkinannya untuk berhasil jika : (1)

bagian presentasi belum turun ke dalam panggul; (2) cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal;

(3) posisi punggung bayi tidak menghadap ke belakang; (4) pasien tidak gemuk. Denyut jantung janin harus

dimonitor terus-menerus, sehingga dokter bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan

tindakan. Kalau ada, alat sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena akan

mengakibatkan pemakaian tenaga yang tidak semestinya.

Dalam stadium awal persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut

kemudian bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara spontan

menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi sefalik luar jarang berhasil

kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau ketuban sudah pecah.

b. Versi Podalik Dalam

Perasat ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang memasukkan tangannya ke dalam

rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki janin, dan menariknya keluar lewat serviks, sementara

bagian atas badan janin didorong ke arah yang berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian

diikuti oleh ekstraksi bokong.

Indikasi

Kecuali pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada beberapa indikasi untuk

dilakukannya versi podalik dalam. Terkadang prosedur ini bisa dibenarkan kalau serviks sudah berdilatasi

penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada dalam letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati.

Kemungkinan trauma yang serius pada janin dan ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu

presentasi kepala.
B. Manajemen Kasus (7 Langkah Varney)

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh Bidan kepada kliennya

yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA / KB (Depkes RI, 1993).

2. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal

tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-

tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses

ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian asuhan. Proses manajemen ini bukan

hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan

komprehensif dan aman tercapai.

3. Konsep Kebidanan Menurut Varney

I. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

a. Riwayat kesehatan.

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

II. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan data dasar yang telah dikumpulkan

di interpretasikan sehingga ditemukan diagnosa atau maslah yang spesifik. Diagnosa dan masalah keduanya

digunakan dalam manajemen, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi

sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.

III. Mengidentifikasi Masalah dan Diagnosa


Pada langkah ini kita mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah

potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali penerapan asuhan yang aman.

IV. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama

asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

V. Rencana Manajemen

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau maslaah yang telah di identifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

VI. Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima

dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh klien atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut

benar-benar terlaksana ).

VII. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Rencana dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya

merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi

pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah
yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi

dalam tulisan saja.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan (7 langkah Varney)

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. N

Umur : 19 Tahun Umur : 25 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Kebangsaan : Aceh/Indonesia Kebangsaan : Aceh/Indonesia

Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani

Alamat Kantor : - Alamat Kantor : -

Alamat Rumah: Kuta Barat

B. Anamnesa di: BPS Zahrah, Amd. Keb di lebu, Ruangan: Pemeriksaan,

Tanggal: 24-06-2011, Pukul: 14.00 WIB

1. Alasan kunjungan ini : Ingin memeriksa kehamilan

2. Riwayat kehamilan ini : G1 PO AO

2.1. Riwayat menstruasi

HPHT: 10-11-2010 (pasti), lamanya 7 hari (pasti), banyaknya 3x ganti duk, Haid sebelumnya ada, lamanya 7

hari banyaknya 3x ganti duk siklus 28 hari (teratur), konsistensi merah kental.

2.2. Tanda-tanda kehamilan (trimester I)

Hasil tes : tidak dilakukan


2.3. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali pada bulan Juni 2009

Pergerakan fetus dalam 12 jam terakhir 14 kali

2.4. Keluhan-keluhan yang dirasakan :

Rasa lelah : Tidak ada

Mual dan muntah : Tidak ada

Nyeri perut : Tidak ada

Panas menggigil : Tidak ada

Sakit kepala berat : Tidak ada

Penglihatan kabur : Tidak ada

Nyeri BAK : Tidak ada

Rasa gatal pada vulva : Tidak ada

Pengeluaran cairan : Tidak ada

Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada

Odema : Tidak ada

2.5. Diet/makan

Makan sehari-hari : 3x sehari

Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan dan

lain-lain).

Pola eliminasi : BAK : 7 kali, konsistensi :keruh, warna :jernih agak kekuningan, bau :amis

BAB : 1 kali perhari, konsistensi :keras dan lunak., warna : coklat kekuningan, bau :amis dan menyengat

2.6. Aktivitas sehari-hari

Pola Istirahat dan tidur : Siang : 3 Jam

Malam : 7 Jam

Seksualitas : - Tidak ada keluhan

Pekerjaan : terganggung apabila mengerjakan yang berat

2.7. Immunisasi TT 1 tanggal:12-02-2011, TT 2 tanggal: ?


2.8. Kontrasepsi yang digunakan : tidak ada

3 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tempat Usia Jenis Penyulit kehamilan dan Anak


NoTgl/ thn Persalinan Penolong
Persalinan Kehamilan Persalinan persalinan
Jenis kelamnBB PB Keadaan

4 Riwayat Kesehatan

4.1 Riwayat penyakit sistematik yang pernah diderita

Jantung : Tidak ada

Tekanan darah tinggi : Tidak ada

Hepar : Tidak ada

Anemia berat : Tidak ada

DM : Tidak ada

HIV/AIDS : Tidak ada

Campak : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

Asma/TBC paru : Tidak ada

Gangguan Mental : Tidak ada

Operasi : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

4.2 Perilaku kesehatan

1. Gangguan alcohol/obat-obatan sejenisnya : Tidak ada

2. Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : Tidak ada

3. Merokok/makan sirih : Tidak ada

4. Irigasi vagina/ganti pakian dalam : 3x sehari

5 Riwayat sosial

5.1 Kehamilan ini di rencanakan : Ya

5.2 Jenis kelamin yang diharapkan : Tidak ada

5.3 Status perkawinan: Sah (KUA), Kawin: 1 Kali, Lamanya: 10 bulan


5.4 Susunan keluarga yang tinggal serumah

Umur/ Pendidikan
No Jenis kelamin Hubungan keluarga Pekerjaan Ket
Tahun
1 Laki-laki 25 tahun Suami SMA Tani Hidup
2 Perempuan 19 tahun Istri SMA Tani Hidup

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas : Tidak percaya pada mitos

6 Riwayat kesehatan keluarga

(tanyakan tentang penyakit-penyakit keturunan)

DM : Tidak ada

Jantung : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

C. PEMERIKSAAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

1. Keadaan umum : Compos metis

Status emosional : Stabil

2. Tanda vital :

TD : 110/ 70 mmHg RR : 23 x/m

Pols : 70 x/m Suhu : 37,5oC

3. Pemeriksaan fisik umum : Tinggi badan : 159 cm

BB sekarang : 60 Kg

BB sebelum hamil : 10 Kg

4. Pemeriksaan Fisik

4.1 Muka Tidak ada cloasma Kelopak mata : tidak ada edema

Sklera : tidak ikterik

Konjungtinya : normal tdk pucat

4.2 Mulut & gigi tidak stomatius, lidah & geraham: bersih

4.3 Kelenjar Thypoid : tidak terjadi pembesaran

4.4 Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan.


4.5 Dada

Jantung : tidak ada murmur (normal)

Paru-paru : tidak ada wheezing & rounchi (normal)

Payudara : Pembesaran : ada

: Puting susu : menonjol

: Simetri : sama

: Benjolan tumor : tidak ada

: Pengeluaran : tidak ada

: Rasa nyeri : tidak ada

: lain-lain : tidak ada

4.6 Punggung dan pinggang

Posisi tulang belakang : Lordosis gravidarum

Pinggang nyeri : tidak ada

4.7 Ekstremitas atas & bawah


Odema : Tidak ada
Kekuatan sendi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks : positif ka/ki

4.8 Abdomen

a. Inspeksi

Bentuk : Bekas luka operasi: tidak ada,

Straie Gravidarum : tidak ada


Linea nigra : ada linea alba : tidak ada

b. Palpasi
Leopold I : TFU 32 cm (3 jari di atas pusat) pada perabaan teraba satu bagian bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold II : Pada perabaan teraba satu bagian keras, panjang seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil dari janin
Leopold III: pada perabaan teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold IV: pada perabaan teraba bagian belum masuk PAP konvergen

c. Auskultasi :
Punctum maksimum : kuadran kanan atas pusat
Denyut jantung fetus :156 x/m

TBJ : 3255 Gram

4.9 Ano-Genitalia Tidak dilakukan pemeriksan

4.9.1 Inpeksi

Perenium luka perut

Vulva/Vagina : Tidak dilakukan

Pengeluaran : Tidak dilakukan

Varises : Tidak dilakukan

Kemerahan : Tidak dilakukan

Perineum : Bekas luka/luka perut : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

Anus : Tidak ada kelainan

4.9.2 Pemeriksaan dalam

Serviks dan vagina (tidak ada indeksi)

Dinding vagina :

Ukuran serviks : Posisi serviks :

Konsistensi : Mobilasi :

Lain-lain :

4.9.3 Pelvimetri klinis : tidak dilakukan

Promontorium : Spina isehiadica

Linen inominata : Ujung sacrum/ coccyges


Dinding samping : Kesan panggul

Area pubis

4.9.4 Andexa

Ukuran : Bentuk

Posisi : Konstensi

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM : Tidak dilakukan pemeriksaan

Darah : Hb : gr% Gol. Darah :

Pemeriksaan Urin

Urine : Protein Reduksi :

Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Diagnosa: ibu G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan letak sungsang “bokong” janin hidup,
tunggal, intra uteri, presentasi kepala.
Masalah : Letak tidak normal

III. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera atau Kolaborasi

Kolaborasi dengan Dr.SpOG

V. Perencanaan Tindakan

- Informasikan hasil pemeriksaan


- Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
- Tanyakan keluhan ibu
- Periksa keadaan umum
- Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
- Persiapan untuk rujukan
- Letak tidak normal, suruh ibu untuk sujud
- Dokumentasi
VI. Pelaksanaan
- Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

- Menanyakan keluhan ibu

- Memeriksa keadaan umum

TD : 110/70 mmHg Pols : 70 x/m

R/R : 23 x/m Temp : 37,5oC

- Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

DJJ : 156 x/m Keadaan emosional : stabil

Keadaan umum : baik Keadaan janin : baik

- Mempersiapan untuk rujukan

- Letak tidak normal, Menyuruh ibu untuk sujud

VII. Evaluasi

Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan ditandai dengan ibu manpu mengulang kembali apa yang sudah

disampaikan.

B. Catatan Perkembangan (SOAP)

Tanggal : 24-06-2011 Pukul : 14.00 WIB

S : Ibu mengatakan telah melakukan apa yang dikonselingkan oleh bidan,

seperti melakukan sujud agar letak bayi normal kembali

O : TTV: - TD: 120/80 mmHg - Pols : 80 x/m

- R/R: 24 x/m - Temp : 36 oC

- DJJ : 156 x/m

UK : 34 minggu

TP : 17-08-2011

Palpasi :

Leopold I : TFU 32 cm (3 jari di atas pusat) pada perabaan teraba satu bagian bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold II : Pada perabaan teraba satu bagian keras, panjang seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil dari janin
Leopold III: Pada perabaan teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold IV: Pada perabaan teraba bagian belum masuk PAP konvergen

A : Ibu G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan sungsang

P :

1. Anjurkan pada ibu untuk banyak melakukan gerakan seperti senam

hamil, sering berjalan-jalan di pagi hari

2. Anjurkan makan-makanan yang bergizi

3. Anjurkan istirahat yang cukup

4. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang bila ada tanda-tanda bahaya pada

Kehamilannya

5. Dokumentasi

6. Anjurkan konsul jika ada keluhan

BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. D berumur 19 tahun datang ke posyandu untuk memeriksa kehamilannya. Riwayat kehamilan ibu

G1 P0 A0, HPHT : 10-11-2010, dan tafsiran persalinannya 17-08-2011. Pada saat dilakukan pemeriksaan

diperoleh hasil TD : 110/ 70 mmHg, RR : 23 x/m, Pols: 70 x/m, Suhu : 37,5oC. Setelah itu dilakukan palpasi

pada abdomen dan diperoleh hasil leopold I: presentasi kepala, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi

bokong, leopold IV: konvergen.

Menurut diagnosa benar bahwa Ny. D G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan

letak sungsang. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, yaitu letak sungsang merupakan

keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Letak sungsang
adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah

cavum uteri (Prawirohardjo, 2002).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ny. D berumur 19 tahun dengan riwayat kehamilan G1 P0 A0, HPHT : 10-11-2010. Pada saat dilakukan

palpasi pada abdomen diperoleh hasil leopold I: presentasi kepala, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi

bokong, leopold IV: divergen.

Menurut diagnosa benar bahwa Ny. D G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan letak

sungsang. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, yaitu letak sungsang merupakan keadaan

dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim).

Setelah itu bidan mengkonselingkan agar ibu sering melakukan sujud agar letak bayi kembali normal, dan

menjadwalkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Tanggal 8 Juli 2011 Ny.D melakukan kunjungan ulang

dan diperoleh hasil leopold I : presentasi bokong, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi kepala, leopold IV:

divergen. Kemudian bidan memberikan konseling agar ibu sering melakukan gerakan-gerakan, dan menjaga

kesehatannya.

B. Saran
1. Akademik

Kami berharap kepada akademik untuk lebih memperbanyak buku-buku tentang kesehatan untuk memperdalam

pengetahuan bagi mahasiswi.

2. Bagi Penulis

Bagi penulis agar lebih mendalami dan mempelajari masalah ilmu kesehatan terutama masalah kehamilan dengan

letak sungsang.

3. Lahan Praktek

Kepada masyarakat umumnya dan ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah

dideteksi kelainan-kelainan yang terjadi, misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam

pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA
[[

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC

Nugroho,K.PersalinanSungsang.http//:www.geocities.com/Yosemite/rapids/cklobpt9.html.Accessed June 18,


2011

Prawirohardjo, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Wiknjosastro, 2002, Persalinan Sungsang dalam Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai