BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan
bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur
kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Presentasi bokong
adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan
bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti
Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Sedangkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar
8,63%.Angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada presentasi bokong masih cukup tinggi. Angka kematian
neonatal dini berkisar 9-25%, lebih tinggi dibandingkan pada presentasi kepala yang hanya 2,6%, atau tiga
Dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada ibu maupun bayi dengan kehamilan presentasi
bokong, maka diupayakan beberapa usaha untuk menghindari terjadinya persalinan dengan bayi presentasi
Insidens presentasi bokong meningkat pada kehamilan ganda; 25% pada gemelli janin pertama, dan 50%
pada janin kedua. Kehamilan muda juga berhubungan dengan meningkatnya kasus ini, 35% pada kehamilan
kurang dari 28 minggu, 25% pada kehamilan 28-32 minggu, 20% pada kehamilan 32-34 minggu, 8% pada
kehamilan 34-35 minggu, dan 2-3% setelah kehamilan 36 minggu.Adanya kehamilan presentasi bokong sering
dihubungkan dengan meningkatnya kejadian beberapa komplikasi sebagai berikut: kesulitan yang meningkat
dalam persalinan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal; mengakibatkan persalinan prematur,
sehingga kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat; pertumbuhan janin terhambat (PJT); tali pusat
menumbung; plasenta previa; anomali janin (hidrosefalus, anensefalus); anomali uterus ataupun tumor uterus
(mioma uteri); kehamilan ganda; panggul sempit (contracted pelvis); multiparitas; hidramnion atau
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan
bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur
kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3%
persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya
letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa,
panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk
uterus.
Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang komunikatif
dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu
pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini
bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada
Sedangkan dalam persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan
persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu
Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan letak kepala baik
dalam persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis
yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki resiko terutama pada fetal seperti
asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi untuk melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan
Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik atau perasat yang digunakan pada situasi
berbeda pada letak sungsang, namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan
selamat.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi
prognosis ibu dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik
persalinan sungsang dengan baik guna mencapai “well born baby” dan “well health mother”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan
kepada pembaca terutama tentang asuhan pada ibu dengan kehamilan letak sungsang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian / pengumpulan data pada ibu dengan kehamilan letak sungsang
b. Untuk mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang
c. Untuk mengidentifikasi diagnosa masalah dan masalah potensial pada ibu dengan kehamilan letak sungsang
d. Untuk melakukan tindakan segera atau kolaborasi apabila terjadi masalah potesial pada ibu dengan kehamilan
letak sungsang
e. Untuk membuat perencanaan tindakan atas diagnosa masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang
f. Untuk membuat pelaksanaan tindakan atas diagnosa masalah pada ibu dengan kehamilan letak sungsang
g. Untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan pasien terhadap perencanaan yang telah disampaikan pada ibu
hamil normal
C. Manfaat
1. Petugas Kesehatan
Sebagai panduan dan masukan untuk instansi Rumah Sakit dalam peningkatan Pelayanan Kesehatan pada ibu
2. Akademik
Sebagai sumbangsih bacaan berguna bagi adik-adik dan teman-teman dalam memperdalam ilmu kesehatan
3. Penulis
Penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang ibu dengan kehamilan letak sungsang.
4. Masyarakat
Supaya masyarakat mampu memahami tentang kehamilan letak sungsang demi tercapainya kelangsungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan
bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada
2. Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah:
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif
besar
d. Panggul sempit
e. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas
panggul.
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan termasuk
diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya,
kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah
kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya
letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang
yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis
3. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus
tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan
semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya
dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum,
kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan
ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong.
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila
pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya
diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan
antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan, karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke-38 versi luar sulit untuk
berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus
baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini
dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat
bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada
gunanya. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain
Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi presentasi
kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah
janin berada keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke rongga panggul. Versi luar hendaknya
dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila
air ketuban terlalu sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil. 6
Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah: 1) panggul sempit, 2) perdarahan antepartum; 3)
hipertensi; 4) hamil kembar; 5) plasenta previa. Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar,
karena meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Tetapi bila
kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau berhasil akan memungkinkan
dilakukan partus percobaan. Versi luar pada perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat
menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta. 6 Pada penderita hipertensi, usaha versi luar dapat
menyebabkan solusio plasenta; sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi
usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu kantong amnion
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis
dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis untuk versi luar antara lain: narkosis harus dalam,
sebab dengan narkosis ringan versi laur jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan sadar.
Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada bahaya kemungkinan digunakan tenaga berlebihan
dan dapat mengakibatkan lepasnya plasenta. Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi luar
Versi
Versi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah presentasi janin secara artifisial, baik
melalui penggantian kutub yang satu dengan lainnya pada letak longitudinal, atau konversi letak oblik atau
Tergantung pada bagian presentasi janin (kepala atau bokong), dapat dilakukan versi sefalik atau
podalik. Jenis versi ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi luar merupakan tindakan
manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen ; sementara pada versi dalam, seluruh tangan operator
Tujuan prosedur ini adalah untuk mengubah presentasi yang kurang menguntungkan menjadi presentasi
Indikasi
Jika presentasi bokong atau bahu (letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu terakhir kehamilan,
pengubahannya menjadi presentasi verteks dapat dicoba lewat manuver luar asalkan tidak terdapat disproporsi
nyata antara besar janin dan ukuran panggul. Versi sefalik dianggap oleh sebagian dokter kebidanan sebagai
teknik yang sering berhasil baik dengan morbiditas yang kecil, sehingga harus dicoba untuk menghindari
peningkatan angka mortalitas yang menyertai persalinan sungsang. Jika letak janin melintang, perubahan
presentasi tersebut merupakan satu-satunya alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali bila janin itu
Menurut Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar kemungkinannya untuk berhasil jika : (1)
bagian presentasi belum turun ke dalam panggul; (2) cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal;
(3) posisi punggung bayi tidak menghadap ke belakang; (4) pasien tidak gemuk. Denyut jantung janin harus
dimonitor terus-menerus, sehingga dokter bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan
tindakan. Kalau ada, alat sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena akan
Dalam stadium awal persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut
kemudian bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara spontan
menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi sefalik luar jarang berhasil
kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau ketuban sudah pecah.
Perasat ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang memasukkan tangannya ke dalam
rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki janin, dan menariknya keluar lewat serviks, sementara
bagian atas badan janin didorong ke arah yang berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian
Indikasi
Kecuali pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada beberapa indikasi untuk
dilakukannya versi podalik dalam. Terkadang prosedur ini bisa dibenarkan kalau serviks sudah berdilatasi
penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada dalam letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati.
Kemungkinan trauma yang serius pada janin dan ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu
presentasi kepala.
B. Manajemen Kasus (7 Langkah Varney)
Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh Bidan kepada kliennya
yang mempunyai kebutuhan / permasalahan khususnya dalam bidang KIA / KB (Depkes RI, 1993).
Manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal
tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses
ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberian asuhan. Proses manajemen ini bukan
hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
a. Riwayat kesehatan.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan data dasar yang telah dikumpulkan
di interpretasikan sehingga ditemukan diagnosa atau maslah yang spesifik. Diagnosa dan masalah keduanya
digunakan dalam manajemen, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali penerapan asuhan yang aman.
Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
V. Rencana Manajemen
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau maslaah yang telah di identifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
VI. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh klien atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana ).
VII. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Rencana dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi
pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah
yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS
HPHT: 10-11-2010 (pasti), lamanya 7 hari (pasti), banyaknya 3x ganti duk, Haid sebelumnya ada, lamanya 7
hari banyaknya 3x ganti duk siklus 28 hari (teratur), konsistensi merah kental.
2.5. Diet/makan
lain-lain).
Pola eliminasi : BAK : 7 kali, konsistensi :keruh, warna :jernih agak kekuningan, bau :amis
BAB : 1 kali perhari, konsistensi :keras dan lunak., warna : coklat kekuningan, bau :amis dan menyengat
Malam : 7 Jam
4 Riwayat Kesehatan
DM : Tidak ada
5 Riwayat sosial
Umur/ Pendidikan
No Jenis kelamin Hubungan keluarga Pekerjaan Ket
Tahun
1 Laki-laki 25 tahun Suami SMA Tani Hidup
2 Perempuan 19 tahun Istri SMA Tani Hidup
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas : Tidak percaya pada mitos
DM : Tidak ada
2. Tanda vital :
BB sekarang : 60 Kg
BB sebelum hamil : 10 Kg
4. Pemeriksaan Fisik
4.1 Muka Tidak ada cloasma Kelopak mata : tidak ada edema
4.2 Mulut & gigi tidak stomatius, lidah & geraham: bersih
: Simetri : sama
4.8 Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
Leopold I : TFU 32 cm (3 jari di atas pusat) pada perabaan teraba satu bagian bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold II : Pada perabaan teraba satu bagian keras, panjang seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil dari janin
Leopold III: pada perabaan teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold IV: pada perabaan teraba bagian belum masuk PAP konvergen
c. Auskultasi :
Punctum maksimum : kuadran kanan atas pusat
Denyut jantung fetus :156 x/m
4.9.1 Inpeksi
Dinding vagina :
Konsistensi : Mobilasi :
Lain-lain :
Area pubis
4.9.4 Andexa
Ukuran : Bentuk
Posisi : Konstensi
Pemeriksaan Urin
Diagnosa: ibu G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan letak sungsang “bokong” janin hidup,
tunggal, intra uteri, presentasi kepala.
Masalah : Letak tidak normal
Tidak ada
V. Perencanaan Tindakan
VII. Evaluasi
Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan ditandai dengan ibu manpu mengulang kembali apa yang sudah
disampaikan.
UK : 34 minggu
TP : 17-08-2011
Palpasi :
Leopold I : TFU 32 cm (3 jari di atas pusat) pada perabaan teraba satu bagian bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold II : Pada perabaan teraba satu bagian keras, panjang seperti papan (punggung) dan bagian kiri teraba bagian-bagian
kecil dari janin
Leopold III: Pada perabaan teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold IV: Pada perabaan teraba bagian belum masuk PAP konvergen
P :
4. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang bila ada tanda-tanda bahaya pada
Kehamilannya
5. Dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. D berumur 19 tahun datang ke posyandu untuk memeriksa kehamilannya. Riwayat kehamilan ibu
G1 P0 A0, HPHT : 10-11-2010, dan tafsiran persalinannya 17-08-2011. Pada saat dilakukan pemeriksaan
diperoleh hasil TD : 110/ 70 mmHg, RR : 23 x/m, Pols: 70 x/m, Suhu : 37,5oC. Setelah itu dilakukan palpasi
pada abdomen dan diperoleh hasil leopold I: presentasi kepala, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi
Menurut diagnosa benar bahwa Ny. D G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan
letak sungsang. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, yaitu letak sungsang merupakan
keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Letak sungsang
adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny. D berumur 19 tahun dengan riwayat kehamilan G1 P0 A0, HPHT : 10-11-2010. Pada saat dilakukan
palpasi pada abdomen diperoleh hasil leopold I: presentasi kepala, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi
Menurut diagnosa benar bahwa Ny. D G1 P0 A0 usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan kehamilan letak
sungsang. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, yaitu letak sungsang merupakan keadaan
dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim).
Setelah itu bidan mengkonselingkan agar ibu sering melakukan sujud agar letak bayi kembali normal, dan
menjadwalkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Tanggal 8 Juli 2011 Ny.D melakukan kunjungan ulang
dan diperoleh hasil leopold I : presentasi bokong, leopold II : PUKA, leopold III: presentasi kepala, leopold IV:
divergen. Kemudian bidan memberikan konseling agar ibu sering melakukan gerakan-gerakan, dan menjaga
kesehatannya.
B. Saran
1. Akademik
Kami berharap kepada akademik untuk lebih memperbanyak buku-buku tentang kesehatan untuk memperdalam
2. Bagi Penulis
Bagi penulis agar lebih mendalami dan mempelajari masalah ilmu kesehatan terutama masalah kehamilan dengan
letak sungsang.
3. Lahan Praktek
Kepada masyarakat umumnya dan ibu hamil khususnya agar selalu melakukan antenatal secara teratur agar mudah
dideteksi kelainan-kelainan yang terjadi, misalnya saja seperti kelainan letak pada janin agar tidak terlambat dalam
pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA
[[
Prawirohardjo, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro, 2002, Persalinan Sungsang dalam Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka