Anda di halaman 1dari 30

PRESENTASI BOKONG

Referat

Oleh:
Cita Laelika Novialianti Putri (19360047)
Eka Kartika Mandalawati (19360050)
Isma Nurfaridza (163100147)

Preceptor:
dr. Fonda Octarianingsih S., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RS PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG
PROGRAM PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDARLAMPUNG
2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul
“PRESENTASI BOKONG” ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obstetri dan Ginekologi di RS
Pertamina Bintang Amin Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Fonda Octarianingsih S., Sp.OG selaku dokter pembimbing.
2. Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RS
Pertamina Bintang Amin Lampung.
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RS Pertamina Bintang
Amin Lampung.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik
dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir
penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juli 2020

Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang


menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Kematian ibu
menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari
berakhirnya kehamilan kecuali disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.1
Diketahui bahwa tingkat kehamilan didunia mencapai 160 ibu hamil per
tahun. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman. Namun, komplikasi
yang mengancam jiwa ibu tercatat sepertiga dari penderita komplikasi berat.
Kondisi ini mengakibatkan kematian pada ibu untuk setiap tahunnya.
Diperkirakan 90% dialami oleh negara Asia dan Afrika, 1% dinegara maju
dan 10% terjadi pada negara berkembang lainnya. Dinegara maju terjadi
resiko kematian kurang dari 1 dalam 6000 sedangkan 1 dalam 10 terjadi
dinegara berkembang.2
Beberapa angka kejadian letak sungsang yang tercatat di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung 4,6%, Rumah Sakit dr Pirngadi Medan 4,4% dan
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang 7,6%. Di RSUD dr. R
Koesma Tuban tercatat pada tahun 2014 ditemukan 98 kasus persalinan letak
sungsang dari 987 persalinan.3
Indikator yang paling peka dalam keberhasilan program kesehatan ibu
dan anak yaitu angka kematian perinatal dan ibu bersalin, keadaan ini
disebabkan oleh terjadinya malpresentasi termasuk diantaranya kelainan
presentasi bokong, kejadian hipoksia dan trauma lahir .4
Banyak faktor resiko yang berperan untuk terjadinya kehamilan
presentasi bokong diantaranya multiparitas, hidramnion, hamil kembar atau
gemelli, prematuritas, plasenta previa, tumor rahim, panggul sempit, kelainan
bentuk kepala janin (hydrocephalus) dan riwayat kehamilan presentasi
bokong sebelumnya. Menurut Kats dan Seeds, peneliti dari Amerika Serikat,
bahwa angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada ibu dengan
status multiparitas yang telah melahirkan dua kali atau lebih sebelumnya
karena kelemahan otot-otot uterus dan abdomen pada wanita multiparitas
mengakibatkan janin mudah berputar atau berubah posisi.5
Letak sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan. Jika
yang terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih
relatif mudah pada multipara. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi
kaki, pada saat ketuban pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar
(prolapses tali pusat). Jika tidak segera dilakukan persalinan, janin mungkin
tidak terselamatkan. Untuk mencegahnya, persalinan dapat dilakukan dengan
cara seksio sesaria. Walaupun demikian, terapi terbaik adalah pencegahan.
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) di mana
bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu atas
panggul/simfisis).6

Gambar 2.1 Klasifikasi Presentasi Bokong

1. Frank Breech ( Extended Breech)


• Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan
ekstensi total di bagian lutut

• Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong menempati
segmen bawah uterus

2. Complete Breech ( Flexed Breech)


• Pada keadaan ini, bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total
sehingga bagian kaki yang menempati pelvis
3. Incomplete Breech
Presentasi lutut satu atau kedua pinggul mengalami ekstensi dengan
lutut fleksi.

4. Footling Breech
• Terdiri dari satu atau kedua kaki berada paling rendah.5

Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi


posisi frank breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV)
yang bertujuan untuk mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya
yaitu kepala janin yang berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini
sangat jarang terjadi prolaps tali pusat dan janin juga jarang terjebak di
serviks. Sebaliknya flexed dan footling dapat meningkatakan terjadinya
prolaps tali pusat dan kepala janin sering terjebak di serviks.5

2. Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu).
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang
dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
terendahnya. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Mortalitas perinatal pada
presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada
presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi
daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin, dan jenis presentasi bokong.
Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan
kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala.5
3. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang. Karena
berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan
aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi
pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan
adalah relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi
multipel, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi
bokong sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga
pada plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri.
Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG
bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada
cornu-fundal. Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang
menyebabkan terjadinya letak sungsang.9 Ada beberapa situasi akan
mendapatkan kemungkinan untuk terjadinya letak sungsang:
 Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk
bergerak secara bebas didalam uterus.
 Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari bagian
atas uterus sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit.
 Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian
bawah dari uterus.
 Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar)
 Multiparitas
 Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion.
 Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang
sesuai dengan pintu atas panggul
4. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.7

5. Tanda dan Gejala


Kualitas Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil
dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya,
karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian
bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan
perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah
ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan
bahwa Leopold I di fundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni
kepala. Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi lain.
Leopold III-IV teraba bokong di bagian bawah uterus. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin
pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila
didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding
perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban
pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan adanya
sakrum, kedua tuberositas iski dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan
panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke
dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan
kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan
tuberosis iski membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping
bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan
prosesus untuk diagnosis posisi.5

6. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M R I (Magnetic Resonance Imaging ).
Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin,
bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu)
untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi
kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.5

7. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
penunjang yang telah dilakukan.

1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut
terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian
bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah
melahirkan sungsang.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen yang dilakukan, antara lain:
1) Palpasi dengan perasat Leopold didapatkan, yaitu:
Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen
menempati bagian fundus uteri
Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen
dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul
selama engagement belum terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah
sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala
janin, denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikus.
3. Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau MRI.5

8. Diagnosis Banding
Presentasi muka
Presentasi muka didiagnosa melalui pemeriksaan dalam (vaginal
touche) dan palpasi bagian muka yang jelas seperti mulut dan hidung, tulang
pipi dan terutama tonjolan tulang orbita. Pemeriksaan radiologi
menunjukkan kepala bayi dalam posisi hiperekstensi dan tulang-tulang
muka yang berada pada atau sedikit dibawah pintu atas panggul merupakan
gambaran yang cukup khas.
Presentasi dahi
Dapat diketahui dengan palpasi abdomen bila oksiput atau dagu
dapat diraba dengan mudah tapi pemeriksaan dalam (vaginal touche) juga
penting dilakukan.
Letak lintang
Biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi
saja. Pada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri
membentang hingga sedikit diatas umbilicus. Bagian bayi tidak ditemukan
di fundus dan balotement kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan
bokong di fossa iliaka yang lain. Pada vaginal touché : teraba dada bayi
dikenali dengan adanya rasa bergerigi dari tulang rusuk. Bila dilatasi
semakin besar, scapula dan klavikula pada sisi thorax yang lain akan dapat
dibedakan.
Presentasi ganda
Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan
kedua bagian ini sekaligus berada didalam panggul.5,7

9. Penatalaksanaan
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari
pada letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa,
kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak
ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest
position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi). 5

Gambar 2 . Knee Chest Position


Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38
minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34
belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih
dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi
luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relatif telah berkurang.

Gambar 3. Versi Luar

Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus


pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan
baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar: panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar,
plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58%).
Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia
kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor
(Bhisop-like score).5

Tabel 1. Bishop Score

Skor 0 1 2 3
Dilatasi 0 cm 1-2 cm 3-4 cm 5-6 cm
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Konsistensi Kaku kenyal lunak -
Posisi Posterior medial anterior -
Turunnya kepala -3 -2 -1 s.d 0 +1 sd +2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot


dinding perut, penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan,
tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya
plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya
tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari
pada versi luar .

2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan
letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah
tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti
kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam
rongga panggul.

Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak


sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada.
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada
hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong.5 Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau
bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin
tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang
berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

1) Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul,
terjadi putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada
di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
d. Terjadi pers alinan bokong, dengan trokanter depan
s ebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh
bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung
bayi ke arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.
2) Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan
tangan depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi
melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
3) Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan
fleksi dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi
dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,
mata, dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung
sehingga seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan
nafas bebas dari lendir dan mekoneum untuk
memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti
biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari
delapan menit.

JENIS-JENIS PERSALINAN SUNGSANG

Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan


penilaian persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah
dari Zatuchni-Andros.

Tabel 2. Zatuchni- Andros

Skor 0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida -
Masa Gestasi ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
TBJ ≥ 3130 gr 3629-3175 gr ≤ 3175 gr
Riwayat Presbo - 1x 2x
Station -3 -2 -1 atau lebih
rendah
Pembukaan < 2 cm 3 cm >4 cm

Keterangan:
< 4 : Sectio caesaria
4 : Reevaluasi
> 4 : Pervaginam

Persalinan Pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin


pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan


kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara,
Bracht.
a. Tahap pertama: fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan
umbilikus, spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini
umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya
persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.
b. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut. Disebut
fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 – 2 kali kontraksi
uterus) fase ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada di
antara kepala janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia janin.
c. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala. Pertolongan
pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena
persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat
menyebabkan terjadinya dekompresi kepala sehingga dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial.
d. Teknik: hiperlordosis badan bayi
Gambar 4. Proses Persalinan Janin dengan Presentasi Bokong

Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan
penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga
cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak


sungsang dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti
pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin


dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Indikasinya antara lain:
1. Bila pertolongan cara Bracht gagal
2. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan
manual aid.
Tahapan dalam manual aid, antara lain:
1. Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach.
3. Tahap ketiga: Lahirnya kepala dengan cara:
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper
Teknik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua melahirkan bahu dan lengan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan
lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang
yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada
di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh
mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan
itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan,
pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

Gambar 5. Perasat Klasik

Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan


pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan
janin relatif tinggi di dalam panggul sehingga jari penolong harus
masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin
dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat
iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan
bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Gambar 6. Perasat Mueller

3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan
janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan
pada semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak
dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar,
panggul sempit.

Gambar 7. Perasat Lovset

4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller
dengan cara klasik.

Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk
dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke
bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher
janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis,
kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-
ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
Gambar 8. Perasat Mauriceau

2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari
penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan
penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam
kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala
janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena
menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di


belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu
tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas
bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin
dapat dilahirkan.
Gambar 9. Perasat Prague Terbalik

4. Cara Cunam Piper


Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua
lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin
dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada
letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak
dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan
akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 10. Cunam Piper


3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini
dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.

PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG PERABDOMINAM

Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang


terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi
bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang
gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun di kemudian hari.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus harus
dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan
bahwa presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain:
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial janin tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Taksiran berat janin besar > 3500 g
5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
6. Prematuritas
Gambar 10. Syarat-Syarat Persalinan Pervaginam atau Perabdominam

10. Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
-Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,
perdarahan alat intra-abdominal.
-Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ekstermitas, persendian


leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis
dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung
alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asifikasi sampai lahir mati.10
11. Prognosis
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan
sungsang pervaginam lebih besar. Morbiditas maternal adalah lebih
tingginya frekuensi persalinan operatif pada presentasi sungsang termasuk
sectio caesaria menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara lain:
1. Morbiditas infeksi.
2. Ruptura uteri.
3. Laserasi servik.
4. Luka episiotomi yang meluas.
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan
pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal adalah lebih tinggi dibandingkan pada
presentasi belakang kepala (vertex).
1. Trauma persalinan
1) Fraktura humerus dan klavikula
2) Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus
3) Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan
bahu
2. Persalinan preterm
3. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih
berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah
berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks bernafas pada
janin)
4. Kelainan kongenital9
BAB III
KESIMPULAN

1. Presentasi bokong (letak sungsang) merupakan keadaan dimana janin


terletak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah sehingga
kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
2. Ada beberapa faktor predisposisi yang memungkinkan untuk terjadinya letak
sungsang, yaitu kelahiran prematur, plasenta terletak di daerah fundus,
bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian
bawah dari uterus, fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar),
multiparitas, terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion, kelainan
bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai
dengan pintu atas panggul.
3. Klasifikasi presentasi kepala, meliputi presentasi bokong murni (Frank
Breech), presentasi bokong lengkap (Complete Breech), presentasi bokong
tidak lengkap (Incomplete Breech) yang terdiri dari kedua kaki terletak di
bawah, hanya satu kaki terletak di bawah, kedua lutut terletak paling rendah,
hanya satu lutut terletak paling rendah.
4. Diagnosis presentasi bokong dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
abdomen dimana pada palpasi dengan perasat Leopold, auskultasi,
pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI.
5. Penatalaksanaan presentasi bokong dalam kehamilan (umur kehamilan 28-
30 minggu) adalah mencari kausa dari letak sungsang yakni dengan
USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda,
kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan
knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI (2014). Mother's Day. Jakarta : Kementerian


Kesehatan RI ; 2014.

2. Bardja, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi


Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Gunung Jati Tahun 2015.
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 151–161.

3. Jain, M. (2018). Contemporary urbanization as unregulated growth in India:


The story of census towns. Cities, 73, 117–127.

4. Jaworski, E., Narayanan, A., Van Duyne, R., Shabbeer-Meyering, S.,


Iordanskiy, S., Saifuddin, M., ... Chung, M. (2014). Human T-lymphotropic
virus type 1-infected cells secrete exosomes that contain Tax protein. Journal
of Biological Chemistry, 289(32), 22284–22305.

5. Cunningham, F.G., dkk. 2014. Obstetri Williams : "Presentasi Bokong dan


Pelahiran Sungsang" (edisi ke-21). Terjemahan oleh : Hartono, Suyono, Pendit.
EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 559-590.

6. Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan., Edition 4 ed. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

7. Martohoesodo,S., Hariadi,R., 2018. Distokia karena kelainan letak serta bentuk


janin, dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, hal;595-636.

8. Mauren Boyle, Micheal, J., Kreo. Kedauratan dalam persalinan. 2008. Jakarta:
EGC, 111-28.

Anda mungkin juga menyukai