Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN

NY. N PERSALINAN DENGAN LETAK SUNGSANG

SAINAF FATMAWATI 1250018009

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan ini dibuat dengan tujuan sebagai bentuk dokumentasi


SOAP atas asuhan yang telah diberikan pada Ny. N Primigravida dengan persalinan
letak sungsang pada pelaksanaan tugas MK. Kebidanan Patologi di Prodi DIII
Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) UNUSA.

Surabaya, 1 April 2020


Mahasiswa

Sainaf Fatmawati
NIM: 1250018009

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Elly Dwi Masita,S.ST.,MPH


NPP: 1301836
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu, 334/100.000 kelahiran hidup dan 21,8/1.000 kelahiran hidup. Salah
satu bentuk kompikasi maternal dan neonatal adalah persalinan dengan letak
sungsang, dimana hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kematian
neonatal.
Hasil penelitian mendapatkan 152 kasus persalinan letak sungsang yaitu sebesar
2,2 persen dari total 3347 persalinan. Persentase tertinggi ditemukan pada ibu
multipara (64,5%); usia ibu >35 tahun (28,9%); usia kehamilan 37-40 minggu
(78,3%); complete breech (66,4%); persalinan perabdominal (78,3%). Berat badan
lahir bayi letak sungsang terbanyak pada rentang 2500-3500 g (65,1%) dengan nilai
apgar terbanyak pada nilai 4-6 (61,2%).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kelainan letak sungsang?
2. Apa saja jenis dari kelainan letak sungsang?
3. Apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan janin pada persalinan
dengan kelainan letak sungsang?
4. Apa etiologi dari kelainan letak sungsang?
5. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang?
6. Bagaimana cara penanganan dari persalinan dengan kelainan letak
sungsang?
7. Bagaimana peran bidan dalam persalinan dengan kelainan letak sungsang?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari kelainan letak sungsang.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dari kelainan letak sungsang.
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan bayi
pada persalinan dengan kelainan letak sungsang.
4. Untuk mengetahui apa etiologi dari kelainan letak sungsang.
5. Untuk mengetahui bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak
sungsang.
6. Untuk mengetahui penanganan dari persalinan dengan kelainan letak
sungsang.
7. Untuk mengetahui sejauh mana peran bidan dalam menangani persalinan
letak sungsang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Letak Sungsang
Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin
dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri.
(Manuaba, 2010).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibawah bagian cavum uteri. Letak
sungsang salah satu jenisnya yaitu presentasi bokong dengan angka kejadian sekitar
2-4% (Prawirohardjo, 2006).

2.2 Klasifikasi Letak Sungsang


Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian tubuh janin
berdasarkan presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2013).
2.2.1 Frank Breech (Presentasi bokong murni)
Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi
total di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong
menempati segmen bawah uterus. Frank Breech sangat membantu saat proses
dilatasi serviks tetapi posisi frank breech sulit untuk dilakukan External Cephalic
Version (ECV) yang bertujuan untuk mengembalikan posisi janin ke posisi yang
seharusnya yaitu kepala janin yang berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi
ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat serta janin jarang terjebak di serviks.
2.2.2 Complete Breech (Presentasi bokong sempurna)
Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.

2.2.3 Incomplete Breech (Presentasi bokong tidak sempurna)


Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)

2.3 Komplikasi Persalinan Letak Sungsang

2.3.1 Komplikasi Pada Ibu


1. Perdarahan
2. Robekan jalan lahir
3. Infeksi.
2.3.2 Komplikasi pada bayi
1. Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh:
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)

- Perdarahan atau edema jaringan otak

- Kerusakan medula oblongata

- Kerusakan persendian tulang leher

- kematian bayi karena asfiksia berat.

2.3.3 Trauma persalinan


- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung

- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar

kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau

telinga ; kerusakan pada jaringan otak.

2.3.4 Infeksi, dapat terjadi karena:


- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas
di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan
lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
1) Keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tulang panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
2.5 Penegakan Diagnosa
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu
(Mochtar, 2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala
yang keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat
teraba dan mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis
Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus
diingat bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang
mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. jari-jari kaki
semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari jari tangan
dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki berada
pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan dengan
tangan.
4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban,
konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi
kepala, kelainan congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa
menggunakan ultrasonografi (Saifuddin, 2011).

Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis


presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012).
Pemeriksaan USG dilakukan untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong,
memperkirakan berat janin dan mengidentifikasi adanya kelainan janin atau
plasenta (Tanto, 2014).
2.6 Penatalaksanaan Letak Sungsang
1. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
1) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi
sungsang.
2) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala
diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian
turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku
sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau
memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah.
Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti sungsang”
3) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34
minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup
kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar
janin masih dapat memutar dengan sendirinya.

2. Pada saat persalinan


Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka,
penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :
1) Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak
dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah
sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di
fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong
yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar.
Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi
persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala
janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak
adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
(Prawirohardjo, 2008).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi.
 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney
(1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk
menentukan jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan
terjadinya hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau
bokong-lutut.
(2) Dilatasi serviks lengkap.
(3) Kosongkan kandung kemih ibu.
(4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
(5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
(6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
(7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan.
(8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya
juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
(9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien,
2013).
 Mekanisme persalinan letak sungsang

1. Bokong dan tungkai bawah


1) Penurunan: Bokong masuk panggul apabila diameter bitrochanteric telah
melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada dikuadran kanan depan
panggul ibu dan diameter bitrochanteric ada pada diameter oblique kanan
oleh karena bokong merupakan pembuka yang kurang baik. Penurunan
berjalan lambat dan mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai
persalinan sudah berjalan beberapa lama kebanyakan bokong tidak turun
sampai pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah
2) Flexi: untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul , terjadi flexi
lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian terendah . apabila
presentasinya bokong murni, kaki kaki janin bekerja sebagai bidai
pemanjang dan dengan mengurangi flexi lateral dan keluwesannya maka
kaki kaki ini dapat menghambat penurunan bokong.
3) Putaran Paksi dalam: Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior, sacrum
berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang.
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah
symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar dan
dilahirkan diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus dan
panggul depan tergelincir keluar dari bawah symphysis.
2. Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul, ketika sakrum
berputar dari ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam. Bahu depan Berputar
dibawah symphisis. dan diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter
oblique kanan ke diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum mengikuti
dari sakrum anterior kanan. Bahu lahir dengan Flexi lateral. Bahu depan terbentur
dibawah symphisis dan bahu belakang dengan lengan dilahirkan diatas perineum
keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian bayi diturunkan dan bahu depan dengan
lengan keluar dibawah symphisis.

3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul: Pada saat bahu ada di PBP, kepala mencapai
panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada diameter oblique
kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi: Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain penting bahwa flexi
ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam: Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan
sutura sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum
dan UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis sehingga
punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi: Diameter – diameternya sama dengan kedudukan
UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk menjadi titik putar
dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi, bregma, dan UUK
dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.
Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :
 Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara
Bracht. Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu
fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi
pembuluh darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga
sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini
harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial
Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :

(1) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun)


hingga bokong tampak di vulva.
(2) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu
mengejan.
(3) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(4) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan
anastesi lokal sebelumnya.
(5) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan
hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas :
jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(6) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar
sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
(7) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua
tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga berturut-turut
lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala (Saifuddin,
2011).
 Manual aid (partial breech extraction)
Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian lagi
dengan tenaga penolong. Dalam cara ini, terdapat 3 tahap yaitu :
1) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan
mengunakan kekuatan tenaga ibu sendiri.
2) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
 Cara Klasik

Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior dan
ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula
tampak, lalu transi kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang,
kemudian lengan depan.
 Cara Mueller
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan
dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal
ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan
depan bisa spontan atau diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu
belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan belakang diikat
menyapu kepala.
 Cara lovset

Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu
dapat dilahirkan.
3) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong
melalui salah satu perasat berikut ini, yaitu :
 Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan tersebut
ditaruh pada mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla. Tujuan
jari berada di mulut tidak untuk traksi tetapi untuk mengusahakan dan
mempertahankan fleksi. Kemudian dengan tangan lainnya melakukan
dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.
 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit

Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan
dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang lain
mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi. Efisiensi
prosedur ini meningkat dengan dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten
ketika penolong mengerjakan perasat Mauriceau.
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah
umbilicus lahir, kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak ada
kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu terlalu
lama dan melakukan pertolongan secara manual aid agar kelahiran dari
umbilikus sampai janin lahir seluruhnya berlangsung < 8 menit (Mochtar,
2013).
 Cunam piper pada kepala menyusul
Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat
melahirkan kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada tindakan
cunam piper langsung dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan
struktur pada leher bayi.
 Perasat prague terbalik

Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka


janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah
belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga
perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai hypomochlion
kepala anak dilahirkan.
 Ekstraksi bokong (total breech extraction)
Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik ekstrasi
kaki, ekstrasi bokong).
Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh dokter
spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan dalam situasi
gawat seperti gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).
1. Syarat dilakukan ekstaksi bokong
1) Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
2) Pembukaan harus lengkap
3) Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
4) Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
5) Diperlukan asisten yang terlatih
6) Anak harus hidup
2. Jenis ekstraksi total
1) Ekstraksi bokong
(1) Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang
sudah berada didasar panggul.
(2) Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak.
Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan
tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan yang
melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan
19)
- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah
arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha
belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk
melahirkan bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter

depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan
menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong


2) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal
paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi
dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan
III dan dituntun keluar dari vagina.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesarea)
Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melalui insisi pada dinding
abdomen dan rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik
persalinan pervaginam dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi
tertentu dan sering digunakan dalam menangani janin beresiko, khususnya pada
janin 21 prematur (Hanretty, 2014).
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel dibawah
dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per
abdominal:
Persalinan pervaginam Sectio Caesar
“Presentasi frank Breech” Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr Taksiran berat janin ≥3500 gr atau
<1500 gr
Ukuran panggul adekuat Diameter Panggul sempit
transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
Pembukaan sudah lengkap, bagian Bagian terendah janin belum
terendah janin sudah engaged engaged, Partus lama, Primi tua,
Inferttilitas atau riwayat obstetrik
buruk, presentasi kaki, Kelainan
pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal Presentasi bokong tidak sempurna
meskipun sedah direncanakan SC atau presentasi kaki
(pervagiman masih merupakan Gawat Janin
pilihan dibandingkan SC)

Oleh karna itu, Sebelum melakukan sectio caesarean, petugas diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi masih
bokong. Hati-hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah cedera pada
bayi karena pisau bedah yang mungkin terjadi pada presentasi sungsang. Insisi
uterus dengan ukuran yang tepat, terutama pada kelahiran prematur untuk
mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada kepala bayi (Endozien, 2013).
Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan
pada:
1) Presentasi kaki ganda
2) Panggul sempit
3) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
4) Kepala hiperekstensi atau defleksi
5) Janin sangat besar
6) Plasenta previa
7) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
8) Primigravida (Oxorn, 2010).
2.7 Peran Bidan Dalam Persalinan Sungsang
1. Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan bayi.
2. Meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kuat untuk dirinya sendiri
bidan lain yang berpengalaman dalam psikologi, persalinan dan kelahiran non
-medis.
3. Meyakinkan dan mempertahankan pengetahuan keterampilan dan teknik yang
prima untuk membantu kelahiran sungsang.
4. Bidan harus mampu mengenali, mengkaji dan merespon bila terjadi masalah
dalam kelahiran sungsang.
BAB III
SOAP TEORI
3.1 Kala I Fase Laten

A. Subjektif
a. Keluhan utama. Keluhan yang sering dirasakan ibu pada saat mau
melahirkan yaitu, keluar lendir bercampur darah(blood show), keluar cairan
dari jalan lahir (air ketuban), perut mulas sering dan teratur. (KIA, 2011)
b. Pola kebutuhan sehari-hari, terutama :
1) Pola nutrisi : memberikan ibu makan ketika tidak dalam keadaan
his dan berikan minuman sesering mungkin agar tidak mengalami
dehidrasi.
2) Pola Eliminasi : memberikan saran untuk berkemih sesering
mungkin, karena kandung kemih yang penuh dapat menghambat
penurunan bagian terendah janin.
3) Pola Aktivitas : apabila kepala janin telah masuk sebagian ke dalam
PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk atau berjalan-jalan
disekitar ruangan.
4) Pola Istirahat : ibu dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak
membuat klien cepat lelah, dan cepat lesu (Marmi, 2012).
1. Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah, untuk mengetahui kemungkinan preeclampsia
yaitu bila tekanan darah >140/90 mmHg. Nilai normal 110/70-
140/90 mmHg.Pada persalinan kala I, tekanan darah diukur tiap
4 jam normal 110/70-120/80 mmHg. (Rohani, Reni Sarwita dan
Marisah,2011)
b) Denyut nadi, nilai normal 60-100x/menit. Nadi diukur setiap 0,5-
1 jam.
c) Suhu, nilai normal 36,5-37,5 C. Suhu diukur tiap 2-4 jam.
d) Pernafasan, nilai normal 16-24x/menit.Pernapasan diperiksa 30
menit sekali. (Rohani,2011)
b. Pemeriksaan fisik
1) Wajah, tidak pucat, tidak oedem.
2) Mata, konjungtiva merah muda, sklera putih, palpebra tidak oedem.
3) Payudara, bersih dan menonjol (puting susu yang datar dan tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui), tidak ada
benjolan atau massa (jika ada benjolan atau massa diwaspadai kanker
payudara), adanya kolustrum (kolostrum mulai diproduksi pada UK 12
minggu dan mulai akan keluar pada UK 20 minggu).
4) Abdomen, inspeksi meliputi pembesaran uterus, luka bekas operasi, dan
melakukan palpasi abdomen berdasarkam Manuver leopod, yang terdiri
dari leopod I-IV. Pada leopod IV dilakukan dengan cara perlimaan. 5/5
jika bagian bawah janin seluruhnya teraba di atas simpisis, 4/5 jika
sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul,
3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul, 2/5 jika sebagian (3/5) bagian terbawah janin telah masuk
pangggul, dan sudah tidak bisa digerakan, 1/5 jika hanya 1 dari 5 bagian
yang masih dapat teraba diatas simpisis dan 4/5 bagian sudah masuk
panggul, 0/5 jika bagian terbawah janin tidak di raba dari pemeriksaan
luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk rongga
panggul.pemeriksaan DJJ tiap 1 jam normalnya antara 120-160 x/menit
dan terdengar jelas di puntum maksimum bayi, pemantauan kontraksi
uterus tiap 30 menit, his pada kala I fase laten normalnya berdurasi 1-2x
dalam 10 menit lamanya 10-20 detik).
5) Genetalia, apakah ada pengeluaran lendir, darah atau air ketuban.
Dilakukanpemeriksaan Vagina Toucher (VT) : Ø 0-3 cm, eff 25–50%,
selaput ketuban (+) atau (-), presentasi, denominator UUK kiri kanan atau
belakang, adakah molase, HI-HIV, adakah bagian kecil janin disekitar
presentasi.
6) Anus, meliputi ada tidaknya hemoroid
7) Ekstremitas atas, meliputi gerakan tangan, ada tidaknya oedem. (Rohani,
Reni saswita dan Marisah, 2011).
8) Eksttremitas bawah, meliputi gerakan kaki, ada tidaknya odem, kondisi
refleks patella. (Rohani, Reni saswita dan Marisah, 2011)
2. Analisa data
G...PAPAH UK aterm 37-40 minggu, hidup, tunggal, letak kepala,
intrauteri, kesan jalan lahir, keadaan ibu dan janin baik intrapartu kala I
fase laten
3. Penatalaksanaan
A. Menyusun satu rencana secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan-asuhan
secara efisien dan aman serta mengevaluasi asuhan yang di berikan. Pada
tahap ini melakukan observasi TD tiap 4 jam, suhu tiap 2 jam, nadi tiap 30-
60 menit, DJJ tiap 1 jam, UC tiap 30 menit, pembukaan serviks tiap 4 jam,
penurunan kepala, warna cairan amnion tiap 4 jam.Pastikan tali pusat atau
bagian terkecil janin tidak teraba pada saat pemeriksaan dalam.

3.2 Kala I Fase Aktif


1. Subjektif
a. Keluhan utama : ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng,
mengeluarkan darah dan lendir, ketuban sudah pecah.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah, untuk mengetahui kemungkinan preeklampsia
yaitu bila tekanan darah >140/90 mmHg. Nilai normal 110/70-
140/90 mmHg.Pada persalinan kala I, tekanan darah diukur tiap
4 jam.
b) Nadi, nilai normal 60-100x/menit. Nadi diukur setiap 0,5-1 jam.
c) Suhu, nilai normal 36,5-37,50C. Suhu diukur tiap 2-4 jam.
d) Pernafasan,nilai normal 16-24x/menit. Pernafasan diperiksa 30
menit sekali (Rohani,2011).
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen, terdapat bekas operasi atau tidak, terdapat linea nigra dan
striae, palpasi leopod I, II, III, dan IV, penurunan bagian terbawahdan
pemeriksaan DJJ tiap 30 menit normalnya 120-160 x/menit dan
terdengar jelas di puntum maksimum bayi, pemantauan kontraksi
uterus tiap 30 menit, his dikatakan adekuat apabila berdurasi 4x dalam
10 menit lamanya 40-45 detik.
2) Genetalia, apakah pembukaan dan penipisan serviks bertambah,
menilai penurunan bagian terbawah janin dan seberapa banyak bagian
tersebut telah masuk kedalam rongga panggul bandingkan penurunan
kepala dari hasil periksa dalam dengan hasil pemeriksaan melalui
dinding abdomen (perlimaan) untuk menentukan kemajuan
persalinan, jika bagian terbawah adalah kepala pastikan penunjuknya
(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar) dan sutura sagitalis untuk menilai
derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah
ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir. Di
lakukanPemeriksaan Vagina Toucher (VT) : Ø 4-10 cm, eff 50–100%,
selaput ketuban (+) atau (-), presentasi, denominator UUK kiri kanan
atau belakang, adakah molase, HI-HIV, adakah bagian kecil janin di
sekitar presentasi.
3. Analisa Data
G...PAPAH UK ….. minggu, hidup, tunggal, letak kepala, intrauteri, kesan jalan
lahir, keadaan ibu dan janin baik, Inpartu kala I fase aktif.
4. Penatalaksanaan
Menyusun satu rencana secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan-
asuhan secara efisien dan aman serta mengevaluasi asuhan yang di berikan.
Pada tahap ini melakukan observasi TD tiap 4 jam, suhu tiap 2 jam, nadi tiap
30-60 menit, DJJ tiap 30 menit, UC tiap 30 menit, pembukaan tiap 4 jam,
penurunan kepala tiap 4 jam, warna cairan amnion tiap 4 jam.

3.3 Kala II
1. Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala II yang biasa dirasakan oleh ibu
seperti ingin meneran dengan terjadinya kontraksi dan ibu akan merasakan
makin meningkatnya tekanan pada rektum (seperti ingin BAB). (Jenny J.S
Sondakh, 2013)
2. Objektif

a. Keadaan umum : baik


b. Kesadaran : komposmentis
c. Pemeriksaan fisik khusus
1)Abdomen, menentukan his dan menghitung DJJ, normalnya his 4 kali
dalam 10 menit lamanya 50 detik, DJJ 120-160 x/menit, kandung kemih
kosong/tidak.

2)Genetalia, pemeriksaan dalam normalnya vulva/vagina tidak ada


kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban pecah
diamniotomi warna jernih, presentasi belakang kepala dan ubun-ubun
kecil kanan depan, penurunan kepala hodge IV, moulase tidak ada.
(Nurasiah, 2012)

3. Analisa Data
G...PAPAH, UK aterm 37 – 40 minggu, hidup, tunggal, letak kepala,
intrauterine, kesan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik inpartu
kala II fisiologis.
4. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian, perencananan berdasarkan asuhan
persalinan normal (kala II), meliputi pimpin ibu meneran, menolong
persalinan sesuai APN 58 langkah, melakukan IMD, cek TFU.

3.4 Kala III


1. Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala III yang sering dialami oleh ibu bersalin
yaitu kontraksi yang semakin kuat karena proses pelepasan plasenta dan ibu
merasakan lemas setelah kehilangan tenaga untuk melahirkan bayinya.
2. Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : komposmentis
b. Pemeriksaan khusus
1) Abdomen, kandung kemih kosong/tidak jika tidak segera di keluarkan
berpengaruh pada kontraksi, TFU setinggi pusat (jika TFU diatas pusat
curiga adanya janin ke dua), terasa keras dan memudar, ada kontraksi.
2) Genetalia, tampak semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang. Hal ini
menandakan plasenta sudah lepas.
3. Analisa Data
PAPAH Masuk kala III.

4. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan berdasarkan manajemen aktif
kala III.

3.5 Kala IV
1. Subjektif
Keluhan utama pada persalinan kala IV yang dialami ibu setelah melewati proses
persalinan, ibu merasa lega, lelah dan terkadang terasa lapar dan haus karena
banyak tenaga yang telah digunakan oleh ibu saat persalinan.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : komposmentis
3) Tanda-Tanda Vital: Tekanan darah, nadi dan pernafasan harus menjadi
stabil pada level prapersalinan selama jam pertama pasca persalinan. Suhu
ibu berlanjut sedikit meningkat tetapi biasanya dibawah 38 0C. (Varney,
2007)

b. Pemeriksaan fisik khusus


1) Abdomen, kandung kemih kosong (jika penuh dan tidak segera
dikeluarkan karena berpengaruh pada kontraksi uterus), TFU 1-2 jari di
bawah pusat, terasa keras dan ada kontraksi.
2) Genetalia, adakah luka laserasi/tidak, jumlah pendaran ± 100 cc.
3. Analisa Data
PAPAH Masuk kala IV
4. Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan berdasarkan asuhan kala IV,
meliputi: observasi sesuai dengan partograf, melakukan perawatan bayi,
memindahkan klien ke ruang nifas, HE tentang nutrisi dan mobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2012. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC.
4. Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton &
Lange Publishers.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N PRIMIGRAVIDA
UK 38 MINGGU DENGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG
Tanggal : Rabu, 01 April 2020
Tempat : Laboratorium Unusa kampus A
Waktu : 08.00 WIB
Petugas : Sainaf Fatmawati

KALA I FASE LATEN


Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wirasawata
Alamat : Dupak Alamat : Dupak

1. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya terasa mules sejak tanggal 31 Maret 2020, nyeri
punggung menjalar ke perut bagian bawah tidak disertai lendir bercampur darah.
HPHT 25 Juni 2019, TP 01 April 2020. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
UK 9 bulan, lama menikah 2 tahun. Ibu dan keluarga tidak pernah dan tidak punya
riwayat penyakit menular. Terakhir makan pukul 07.00 WIB habis setengah porsi
dengan nasi, lauk, sayur, minum air putih ± 5 gelas. BAK dan BAB terakhir pukul
05.00 WIB.

2. Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 65x/Menit
Suhu : 36,9°C
RR : 28 x/Menit
b. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak odem, tidak pucat.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, palpebra tidak
odema
Abdomen : Tampak pembesaran uterus, TFU sesuai usia kehamilan
Leoplod : TFU 3 Jari bawah Prossesus xifoideus (36 cm), teraba
keras bulat melenting (kesan kepala). Bagian kiri teraba
keras, panjang, datar, seperti papan (kesan punggung),
bagian kanan teraba ekstremitas, diatas simpisis teraba
keras, bulat, kurang melenting (kesan bokong) tidak dapat
digoyangkan (masuk PAP), divergen
Auskultasi DJJ : 150 x/menit
TBJ : (36-11) x 155 = 3.875 gram
His dalam 10 menit : 3 x 30”
Ekstremitas : Atas dan bawah tidak odema
Genetalia : Tidak ada kondiloma akuminata dan lata, tidak terdapat
lendir bercampur darah
VT 08.00 WIB : Ø 3 cm, eff 25%. Ket (+), HI, Letsu, UUK kidep, tidak
teraba bagian kecil disamping presentasi
3. Analisis data
G1 P0000 Uk 38 minggu inpartu kala 1 fase laten
4. Penatalaksanaan
Tanggal: 01 April 2020
08.15 WIB a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa keadaan ibu dan janin baik, ibu dan keluarga merespons
baik hasil pemeriksaan.
b. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum, ibu bersedia
c. Mengajari ibu teknik relaksasi, ibu melakukan teknik relaksasi
d. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu jalan-jalan disekitar
tempat tidur
e. Melakukan observasi pemeriksaan kemajuan persalinan, hasil
terlampir di lembar observasi
f. Mengajarkan ibu doa memperlancar persalinan, ibu besedia

KALA I FASE AKTIF


Tanggal : Rabu, 01 April 2020
Tempat : Laboratorium unusa kampus A
Waktu : 12.00 WIB
Petugas : Sainaf Fatmawati

1. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng semakin sering

2. Objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/Menit
Suhu : 36,5°C
RR : 20 x/Menit
b. Pemeriksaan Fisik
Auskultasi DJJ : 140 x/menit
TFU Mc. Donald : (36-11) x 155 = 3.875 gram
His dalam 10 menit : 4 x 40”
Ekstremitas : Atas dan bawah tidak odema
c. Pemeriksaan dalam
VT tanggal 01 April 2020 Pukul 12.00 WIB : Ø 5 cm, eff 100%, Ket (+), Letsu,
penurunan 0/5, mollase 0, tidak ada bagian kecil disekitar presentasi
3. Analisis data
G1 P0000 Uk 38 minggu kala I fase aktif deselerasi
4. Penatalaksanaan
Tanggal: 01 April 2020
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu dan janin baik, ibu dan keluarga merespon baik hasil
permeriksaan
b. Memberikan dukungan emosional pada ibu, ibu merasa tenang
c. Memfasilitasi informed consent, ibu dan keluarga menyetujui
persalinan normal
d. Menyiapkan alat partus set, alat sudah disiapkan dan didekatkan
12.30 WIB: Mengobseravasi keadaan ibu dan janin serts kemajuan persalinan
dalam partograf, hasil terlampir dalam lembar partograf

KALA II
Tanggal : 27 November 2019
Tempat : Laboratorium Unusa Kampus A
Waktu : 15.00 WIB
Petugas : Sainaf Fatmawati
1. Subjektif
Ibu mengeluh kenceng-kenceng semakin sering dan ingin meneran
2. Objektif
Keadan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 70x / Menit
RR : 20x / Menit
HIS : 4x 45”
DJJ : 140x / Menit
Genetalia : Terdapat tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka, terdapat lendir darah
VT 14.25 WIB : Ø 10 cm, eff 100%, ketuban (+), presentasi bokong, mollase
0, hodge IV, tidak teraba bagian kecil disamping presentasi
3. Analisis data
G1 P0000 Uk 39-40 minggu, hidup, tunggal, presentasi bokong, kala II
patologis
4. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 April 2020

15.50 WIB a. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan segera melahirkan,
ibu mengerti
b. Mengajurkan ibu memilih posisi persalinan, ibu memilih
litotomi
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk mendampingi ibu agar
memberikan support mental, suami bersedia menemani ibu
d. Mendekatkan alat partus set dan memasang alas bokong,
sudah disiapkan
e. Melakukan pertolongan persalinan sungsang dengan metode
bracht. Setelah bokong membuka vulva suntikkan oksitosin
2-5 unit IM, segera setelah bokong lahir bokong dicekam
dengan cara bracht dengan ibu jari berada di sepanjang paha
dan keempat jari berada di krista iliaka. Setelah adanya his
ibu dipimpin mengejan, setelah tali pusat lahir regangkan.
Setelah angulus scapula inferior berada dibawah simpisis
suruh asisten melakukan ekspresi kristeller. Ikuti gaya berat
janin sehingga punggung janin mendekati perut ibu.
Lakukan hiperlordosis sehingga lahirlah berturut-turut mulai
dari dagu, mulut, hidung, mata, dan lahirlah kepala secara
keseluruhan
f. Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan, sudah
dilakukan
g. Mengecek TFU memastikan tidak ada janin kedua, TFU
setinggi pusat dan tidak ada janin kedua

Kala III
Tanggal : 01 April 2020
Tempat : Laboratorium Unusa Kampus A
Waktu : 15.60 WIB
Petugas : Sainaf Fatmawati

1. Subjektif
Ibu merasa lelah setelah melahirkan
2. Objektif
Keadaan umum ibu : Baik
Kesadaran : Composmentis
Abdomen : TFU setinggi pusat, UC, keras, kandung kemih
kosong
Genetalia : Tampak mengeluarkan darah.
3. Analisis data
P1001 Kala III patologis
4. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 April 2020
16. 00 WIB : Memberitahu ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin,
oksitosin telah disuntikkan
16.01 WIB : Melakukan penjepitan tali pusat dan pengguntingan tali pusat,
tali pusat telah di klem dan di gunting
16.02 WIB : Melakukan IMD pada bayi, IMD sudah dilakukan bayi
diselimuti dan dipakaikan topi
16.03 WIB : Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva, mengobservasi
tanda-tanda pelepasan plasenta
16.04 WIB : Memberikan minum kepada ibu, ibu telah diberikan minum
16.05 WIB : Melihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, melakukan PTT
16.06 WIB : Melakukan massase uterus, massase telah dilakukan. TFU 3 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong
16.07 WIB : Mengecek adanya laserasi, tidak ada laserasi
16.08 WIB : Mengecek kelengkapan plasenta, pengecekan telah dilakukan

Kala IV
Tanggal : 01 April 2020
Tempat : Laboratorium Unusa Kampus A
Waktu : 16.08 WIB
Petugas : Sainaf Fatmawati

1. Subjektif
Ibu merasa takut dijahit
2. Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 85x / Menit
Suhu : 36,9°C
RR : 20x/menit
Abdomen : Kontraksi baik, TFU 3 jari dibawah pusat, kandung kemih
kosong
Genetalia : Tidak terdapat laserasi, dan tidak ada perdarahan aktif.
3. Analisis data
P1001 Kala IV Patologis
4. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 April 2020
16.08 WIB : Merapikan tempat tidur ibu dan membuat ibu nyaman, tempat tidur
sudah dirapikan dan ibu nyaman
16.09 WIB : Mengajari ibu cara massase, ibu dapat melakukan massase
16.10 WIB : Melakukan observasi 2 jam post partum, hasil terlampir
16.11 WIB : Melakukan perawatan BBL dengan pertimbangan BB 3500 gr, PB
50 cm, memberikan salep mata, menyuntikkan Vit K pada kaki kiri
bayi, telah dilakukan perawatan BBL
17.11 WIB : Memberikan suntik hepatitis B pada kaki kanan bayi, suntikan telah
diberikan dan sudah menghangatkan bayi
17.12 WIB : Memberikan HE kepada ibu tentang cara menyusui dan tanda
bahaya kala IV, ibu mengerti
17.13 WIB : Memindahkan ibu ke ruang nifas, ibu dipindahkan dan dilakukan
perawatan bersama dengan bayinya
17.14 WIB : Melakukan pendokumentasian pada lembar partograf, hasil
terlampir
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelainan
pada letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam uterus
terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba,
2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
 Frank Breech (Presentasi bokong murni)
 Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
 Incomplete Breech (Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong
melalui jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik
keduanya memiliki risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk
ibu maupun janin.
5.1 SARAN
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan
sungsang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai calon
tenaga kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya
sebagai seorang mahasiswi bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal
yang berkaitan dengan persalinan sungsang.

Anda mungkin juga menyukai