Di Susun Oleh:
NI Nyoman Armiyani
NIM. 20200817
Mahasiswa
( NI Nyoman Armiyani )
NIM. 20200817
Mengetahui
Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi
1. Definisi Persalinan
Menurut Maryunani (2016), Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Menurut Manuaba dalam Nurasiah dkk (2014), “Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup
di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri)”.
Menurut Sumarah (2009), bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.
Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu :
1) Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot Rahim dan memundahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis.
2) Progesteron
Berfungsi menurunkan sensivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari
luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga
kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan
kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan
pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi
semakin sering. Oksitosin diduga bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih sewaktu partus atau
persalinan. Disamping faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan
pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim.
Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam
kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyari non farmakologi,
6. Tahapan Persalinan
Menurut Wiknjosastro, (2015), terdapat empat tahap persalinan, yang masing-masing
dianggap terpisah. Tahap- tahap ini sebenarnya adalah definisi kemajuan selama persalinan,
kelahiran, dan masa nifas.
1. Tahap pertama (Kala I)
Kala I persalinan terdiri atas dua fase :
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu :
i. Fase Akselerasi.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
ii. Fase Dilatasi Maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat capat, dari 4 cm menjadi 9
cm.
iii. Fase Deselerasi.
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
Tahap kedua (Kala II)
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Pada permulaan Kala II, ibu biasanya berkeinginan untuk mengejan pada tiap
kontraksi. Gabungan tekanan abdomen ini bersama-sama dengan kekuatan
kontraksi rahim akan mengeluarkan janin. Selama Kala II persalinan, turunnya
janin harus dipantau dengan cermat untuk mengevaluasi kemajuan persalinan.
Penurunan diukur dari segi kemajuan pada bagian yang berpresentasi melalui
jalan lahir. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai
3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan
kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol
dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul lebih
berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan
mengedan maksimal kepala janin dikeluarkan dengan suboksiput di bawah
simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar,
his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primipara kala
II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan multipara rata-rata 0,5 jam.
2. Tahap ketiga (Kala III)
Segera sesudah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh
untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau
perlu. Serviks, vagina, dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan
plasenta, karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 sampai 10 menit pada akhir Kala II. Memijat
fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak dianjurkan karena
dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam sirkulasi ibu. Tanda-
tanda pelepasan plasenta adalah sebagai berikut :
a) Munculnya darah segar dari vagina.
b) Tali pusat di luar vagina bertambah panjang.
c) Fundus rahim naik.
d) Rahim menjadi keras dan berbentuk bola.
Setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang
dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi rahim, yang mengurangi
perdarahan ini dapat dipercepat dengan pijat rahim dan penggunaan oksitosin.
Penambahan oksitosin 20 unit pada infus intravena, setelah bayi dilahirkan. Plasenta
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi risiko
perdarahan masa nifas (misalnya, karena anemia, kehamilan kembar, atau hidramnion),
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi rahim secara manual,
atau keduanya.
3. Tahap keempat (Kala IV)
Satu jam segera setelah kelahiran membutuhkan observasi yang cermat pada pasien.
Tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan kehilangan darah pada rahim harus dipantau
dengan cermat. Selama waktu inilah biasanya terjadi perdarahan masa nifas, biasanya
karena relaksasi rahim, bertahannya fragmen plasenta, atau laserasi yang tidak
terdiagnosis. Perdarahan yang samar (misalnya pembentukan hematoma vagina) dapat
muncul sebagai keluhan nyeri pelvis. Mungkin terdapat peningkatan kecepatan denyut
nadi, sering tidak sesuai dengan setiap pengurangan tekanan darah
7. Mekanisme Persalinan
Menurut Nurasiah dkk (2014), tahap-tahap mekanisme persalinan adalah:
1. Turunnya kepala, yang terbagi atas:
a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul (PAP)/ engagemen. Pada primigravida terjadi
pada bulan akhir kehamilan sedangkan pada multigravida biasanya terjadi pada awal
persalinan.
b. Majunya kepala, pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara majunya kepala dan masuknya
kepala dalam rongga panggul terjadi secara bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan
geraka fleksi, putaran faksi dalam, dan extensi.
2. Fleksi
Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah
dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih
kecil melalui jalan lahir: diameter subocipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
subocipito frontalis (11 cm).
3. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis. Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
pintu bawah panggul.
4. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepla sampai di dasar panggul, terjadilah extensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya.
5. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini adalah
putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena bahu menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai bawah symfisis dan menjadi hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
8. Pimpinan Persalinan
Memimpin persalinan adalah suatu seni, walaupun memerlukan ilmu obstetri yang harus
diketahui penolong. Pertanyaan yang sering diajukan oleh ibu hamil adalah, “bolehkan bersalin
di rumah atau harus di rumah sakit?” walaupun 85% persalinan berjalan normal, tetapi 15%
sisanya terdapat komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Mochtar, 2011).
Di negara-negara maju, keadaan-keadaan berikut memerlukan penanganan spesialistis.
1. Primigravida dengan umur di atas 30 tahun, tinggi kurang dari 150 cm (5 kaki),
Penyakit-penyakit tertentu, komplikasi medis dan obstetris, kelainan panggul, kelainan
letak janin dan lain-lain.
2. Multigravida dengan umur di atas 35 tahun, anak lebih dari 4, riwayat kehamilan dan
persalinan yang buruk.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang dianjurkan untuk bersalin di
rumah sakit adalah
1. Ibu-ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk
2. Semua primigravida
3. Ibu yang telah hamil lebih dari 5 kali
4. Ibu-ibu dengan resiko tinggi lainnya
Posisi ibu dalam persalinan :
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
1. Posisi litotomi, wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat
kesamping kanan dan kiri.
2. Posisi duduk (squating position)
3. Cara berbaring
Pemeriksaan wanita yang ingin bersalin:
Seperti telah dibicarakan di atas pemeriksaan wanita hamil atau akan melahirkan meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh, yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan umum: TD, nadi, pernapasan, refleks, jantung paru-paru, berat badan,
tinggi badan, dan sebagainnya.
2. Pemeriksaan status obstetri: letak dan posisi janin, taksiran BB janin, DJJ, his dan
lain-lain
3. Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal): pembukaan serviks dalam cm atau jari,
turunnya kepala diukur menurut bidang Hodge, ketuban sudah pecah atau belum,
menonjol atau tidak.
4. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan urin (protein dan gula), pemeriksaan darah
(Hb, golongan darah).
5. Persiapan bagi ibu: bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna, ibu hamil diminta
buang air kecil atau dikateterisasi guna mengosongkan kandung kemih, pemakaian
klisma supaya rektum kosong, pakaian diganti longgar
6. Persiapan semua alat untuk persalinan biasa: beberapa pasang sarung tangan steril,
gunting siebold, gunting tali pusat, beberapa klem tali pusat dan klem lainnya,
benang atau plastik klem untuk tali pusat, alat pengisap lendir bayi, iodium tinctur
dengan kapas lidinya, alat-alat untuk menjahit luka, obat- obatan dan jarum
suntiknya, kain kassa steril dan sebagainya.
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu Ny. “R” Nama Suami Tn. “H”
Umur 32 Th Umur 35 Th
Agama Islam Agama Islam
Pendidikan SMP Pendidikan SMA
Pekerjaan IRT Pekerjaan Wiraswasta
Alamat Krajan Alasbuluh Alamat Krajan Alasbuluh
8. Riwayat imunisasi TT
T5 = Tahun 2020
12. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan KB Pil.
Data Psikososial Ibu , suami dan keluarga sangat senang dengan persalinan ini, dan
ibu mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga baik – baik
saja.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum Baik
T 110 /70 mmHg
TTV
D
N 80 x/menit
P 20 x/menit
S 36,3 °C
BB Terakhir 64 kg
Kenaikan BB 11 kg
selama hamil
TB 153 kg
2. Pemeriksaan fisik
Muka a. Bentuk : Oval
b. Oedem : Tidak ada
c. Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Mata a.Kesimetrisan : Simetris
b.Konjungtiva : Merah muda
c.Sklera : Tidak ikterik, bersih, tidak ada secret.
Leher a.Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b.Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c.Tidak ada pembesaran kelenjar parotis
d.Tidak ada pembesaran vena jungularis
Payudara a.Simetris : Simetris
b.Hiperpigmentasi : Ada
c.Massa : Tidak ada
d.Pembesaran : Ada
e.Putig susu : Menonjol
f.Kolustrum : Ada
Abdomen a.Bekas luka : Tidak ada
b.Linea nigra : Tidak ada
c.Striage gravidarum : Ada
Palpasi Leopold
- Leopold I
TFU 2 jari bawah px, pada fundus teraba satu bagian bulat, lunak
(bokong).
- Leopold II
Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada tahanan
dan keras (punggung). Bagian kiri ibu teraba kecil – kecil,
banyak, (ekstermitas).
- Leopold III
Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, keras (kepala).
- Leopold IV
Kedua tangan tidak beretemu / divergen (sudah masuk panggul)
TFU menurut Mc. Donald : 32 cm
TBJ : (32 – 11 ) x 155 = 3,255 gram
His : 4x/10 menit, selama 45 detik
Auskultasi DJJ : 148 x / menit, irama teratur kuat.
Ekstremitas Tidak ada odema
Anogenetalia Vagina terdapat lender bercampur darah dan tidak ada haemoroid
3. Pemeriksaan penunjang
C. ASSESSMENT
Ny ‘R’’ usia ibu 32 tahun, GIIP1001Ab0 usia kehamilan 39 minggu 3 hari T/H/I berat masa
kehamilan 27,3 (TBJ 3255 gram) dengan inpartu kala 1 fase aktif
D. PLAN
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Anjurkan ibu relaksasi, yaitu ketika kontraksi ibu menarik nafas dari hidung dan
menghembuskan dari mulut
3. Anjurkan ibu untuk BAB dan BAK
4. Atur posisi ibu senyaman mungkin.
5. Pantau denyut jantung janin, tanda-tanda vital ibu, his, dan kemajuan persalinan
6. Ajarkan ibu cara mengedan yang benar yaitu menarik nafas dari hidung keluarkan dari
mulut seperti dibatukkan
7. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera memberitahukan bidan bila ada dorongan ingin
buang air besar
8. Libatkan suami dan keluarga dalam persalinan.
9. Beri pasien makan dan minum.
10. Siapkan partus set, pakaian ibu dan pakaian bayi.
11. Jaga kebersihan pasien.
12. Beri pasien massase dan sentuhan.
Banyuwangi, 06-10-2020
Perencana Asuhan
Ni Nyoman armiyani
(Ni Nyoman Armiyani) (Hartutik, Amd. keb ) (Desi Trianiata, SST., M.Kes)
Banyuwangi, 06-10-2020
PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
Perencana Asuhan
Ni Nyoman Armiyani
NB : informed consent dan informed refusal akan dilampirkan
LEMBAR IMPLEMENTASI
(Ni Nyoman Armiyani) (Hartutik, Amd. keb ) (Desi Trianiata, SST., M.Kes)
Ni Nyoman Armiyani
NB : informed consent dan informed refusal akan dilampirkan
(Ni Nyoman Armiyani) (Hartutik, Amd. keb ) (Desi Trianiata, SST., M.Kes)
Ni Nyoman Armiyani
NB : informed consent dan informed refusal akan dilampirkan
LEMBAR IMPLEMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika
Llewellyn-Jones, D.2005. Setiap Wanita: Panduan Terlengkap tentang Kesehatan, Kebidanan &
Kandungan.Delapratasa.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah Obtetri. EGC. Jakarta.
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin).Yogyakarta: Fitramaya.
Verralls, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. EGC:Jakarta.