Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S USIA 40 TAHUN

DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT

DI PUSKESMAS PUNDU KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Praktik Kebidanan Holistik Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat

Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:

Aeolia Febrina Purbakancana

PO 62.24.2.21.501

Profesi Bidan Angkatan III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S USIA 40 TAHUN

DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT

DI PUSKESMAS PUNDU KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Disusun oleh:
Aeolia Febrina Purbakancana
PO 62.24.2.21.501
Profesi Bidan Angkatan III
Tanggal Pemberian Asuhan :15 September 2021

Disetujui:

Pembimbing Lapangan

Tanggal: 15 September 2021

Di: Pundu

Winawati, AMd. Keb

NIP. 19901011 201903 2 013

Pembimbing Institusi

Tanggal: 16 September 2021

Di:Palangkaraya

Herlinadiyaningsih, SST., M. Kes

NIP .19800807 200501 2 001


DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………………. i

Halaman persetujuan..............................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................................iii

BAB I.....................................................................................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
D. Manfaat.........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................

A. Teori Asuhan Kebidanan Pada Pasangan Usia Subur..............................................


1. Kesehatan Reproduksi.............................................................................................
2. Kehamilan dan Perencanaan Kehamilan.................................................................
3. Kondisi Penyakit Yang Perlu Diwaspadai PUS......................................................
4. Kesehatan Jiwa........................................................................................................
5. Fertilitas...................................................................................................................
6. Kekerasan Dalam Rumah Tangga...........................................................................
7. Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Bagi PUS.......................................................
8. Asuhan Kebidanan Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan sesuai kasus.
B. Teori EBM Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat.......................

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................................

A. Judul Kasus ....................................................................................................................


B. Pelaksanaan Asuhan .......................................................................................................
C. Identitas Pasien ..............................................................................................................
D. Manajemen Asuhan Kebidanan .....................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................

BAB V PENUTUP................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi
konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wankita
mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. wanita hamil yang sehat memiliki
kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua kehamilan adalah
hal yang terencana dan setiap bayi berada dalam lingkungan yang sehat.asuhan prakonsepsi
memiliki banyak keuntungan dan variasi, antara lain: memungkinkan identifikasi penyakit
medis; pengkajian kesiapan psikologis, keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan. Salah satu persiapan
yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan padamasa prakonsepsi atau hamil khususnya padawanita akan mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu
proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat
dihindari (Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga kesehatan masih tabu
dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan masyarakat yang berkualitas dimulai dari
pernikahan yang sehat. Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam
melakukan tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat terwujudnya kehamilan yang
ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas
B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan kebidanan pada PUS dalam perencanaan kehamilan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis holistic pada PUS dalam perencanaan
kehamilan
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui mengenai kesehatan reproduksi


b. Untuk mengetahui mengenai kehamilan dan perencanaan kehamilan
c. Untuk mengetahui kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada PUS
d. Untuk mengetahui mengenai kesehatan jiwa
e. Untuk mengetahui mengenai fertilitas/kesuburan
f. Untuk mengetahui mengenai kekerasan dalam rumah tangga
g. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi PUS
h. Untuk memberikan asuhan kebidanan pada pra konsepsi dan perencanaan kehamilan
sehat sesuai kasus
D. Manfaat

1. Klien

Manfaat yang didapatkan oleh klien remaja putri adalah dapat mengetahui mengenai
kesehatan reproduksi, perencanaan kehamilan dan persiapan bagi PUS untuk
merencanakan kehamilan.

2. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mendapatkan pengalaman berharga dan mendapat pengetahuan


baru mengenai PUS pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dan juga asuhan
kebidanan yang akan diberikan.

3. Lahan Praktik

Materi tentang pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dan juga asuhan kebidanan
untuk remaja ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak lahan praktik untuk
meningkatkan pelayanan pada remaja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Setiap
orang harus mampu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi
dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan
apa pun, kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan. Setiap orang berhak
dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap
tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti
pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak dan kesehatan remaja
juga perlu dijamin.

Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi 10 bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).

Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi,
maka setiap orang perlu mengenal dan memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini.

1. Hak untuk hidup


2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah
keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasa berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan (Kemenkes RI, 2010).

B. Kehamilan dan Perencanaan Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-
27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,
2014).

Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua yaitu dimulai bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2007).

Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovume) dengan sperma. Proses kehamilan
(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari pdihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri 38 minggu, karena dihitung mulai dari
tanggal konsepsi ( tanggal bersatunya sel sperma dan sel telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya(Kamariyah,2014).

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disbut
blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan
dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi
janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini sangat kritis untuk
keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi
hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke
dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human
chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa
endometrium akan menerima (reseftif) dalam proses implantasi embrio. Umumnya
nidasi terjadi di dinding depan atau belakan uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi
ini terjadi, barulah dapat disebut kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil
konsepsi akan tumbuh dan berkembang didalam endometrium (Saifuddin, 2009).

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui


perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan
tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki
kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu
secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan
(Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul,
2013).

Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam merencanakan
kehamilan, antara lain:

1. Kesiapan aspek psikologis

Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling prahamil.


Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara melakukan
pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan laboratorium. Sebab,
tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon ibu beserta calon
ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit
yang diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan
sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan akibat
kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.

2. Kesiapan fisik

Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang
bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan
itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi janin. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:

a. Mulai menata pola hidup

Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi keprimaan
fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-
kira 6 bulan menjelang konsepsi.

b. Mencapai berat badan ideal

Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat badan
kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut-ikutan
terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal
juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan.

c. Menjaga pola makan

Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi
akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi
kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh
kembang janin. Caranya sebagai berikut:

1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat,


protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari
secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.

2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat
menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.

3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga
kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.

d. Olahraga secara teratur

Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah. Peredaran nutrisi


dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-benar
bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan sperma
dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood
karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta kembalinya
bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu,
olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan senam.

e. Menghilangkan kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta


mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan saja.
Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan.
Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil. Sering stress juga bukan
kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa istirahat.

f. Bebas dari penyakit Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes,
campak jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke
dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.

g. Stop pakai kontrasepsi Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan


kotrasepsi. Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai
kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone
yang brtugas terjadinya ovulasi.

h. Meminimalkan bahaya lingkungan Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa


juga berdampak buruk sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau
gagguan pada pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme
(jamur, bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida),
radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan banyak
lagi.

3. Kesiapan Finansial

Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang
berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:
a. Sumber keuangan Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu
merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak
ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.

b. Dana yang wajib ada Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon
orang tua, yaitu:

1) Saat hamil Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang


(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila ada).

2) Saat bersalin Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obatobatan, serta biaya penolong
persalinan.

3) Setelah bayi lahir Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu
memperhitungkan masa depan anak.

C. Kondisi dan Penyakit yang Perlu Diaspadai Pada PUS

Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan (laki-laki dan perempuan) yang sudah
cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya yang sudah berfungsi
dengan baik. Pada masa ini PUS harus dapat menjaga dan memanfaatkan
reproduksinya dengan baik. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai oleh PUS
adalah:

1. Anemia
Sekitar 1 dari 5 wanita usia subur (WUS) di Indonesia menderita kekurangan
darah (Anemia). Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah kurang dari normal (12 mg/dL). Anemia dapat menimbulkan risiko pada
kehamilan dan persalinan. Anemia sering dialami oleh perempuan karena
kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
pengaturan pola makan yang salah, gangguan haid/haid abnormal, dan penyakit
lainnya seperti kecacingan, Malaria (Stephanie Patricia, 2016).
Tanda Anemia antara lain :
a. Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Ibu hamil dikatakan Anemia apabila Hb <11 mg/dL.
Dampak Anemia pada Ibu hamil adalah:
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Bayi berat lahlr rendah (BBLR)
c. Bayi lahir sebelum waktunya (prematur)
d. Bayi mengalami kelainan bawaan
e. Anemia pada bayi yang dilahirkan
f. Risiko perdarahan saat melahirkan
Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan:
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
b. Minum tablet tambah darah (TTD) 1 tablet per minggu sebelum hamil dan 1
tablet per hari selama kehamilan
c. Mengobati jika ada penyakit penyerta yang menyebabkan Anemia
Jika catin perempuan mengalami Anemia, perlu segera mendapatkan
penanganan kesehatan sampai Hb normal(> 12 mg/dL) dan menunda
kehamilan dengan ber- KB
2. Kekurangan Gizi
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan Kurang
Energi Krenik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. KEK
merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita usia
subur termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Untuk mengetahui status KEK wanita usia subur adalah dengan cara mengukur
lingkar lengan atas (LILA). Ambang batas LILA pada WUS dengan KEK di
Indonesia adalah 23,5cm, artinya apabila LILA kurang dari 23,5cm, WUS
mengalami KEK.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain :
a. Anemia pada ibu dan janin
b. Perdarahan saat melahirkan
c. Keguguran
d. Mudah terkena penyakit infeksi
e. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
f. Bayi lahir mati
g. Kelainan bawaan pada janin
h. Stunting
Jika catin perempuan mengalami gizi kurang sebaiknya menunda kehamilan
dengan ber- KB dan mendapatkan penanganan kesehatan sampai status
gizinya baik.
3. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit menular berupa peradangan hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat ditularkan melalui
darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi, seperti cairan
serebrospinal, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya.Apabila salah satu catin
menderita Hepatitis B, akan dapat menularkan kepada pasangannya dan
keturunannya.
a. Gejala.
Tidak khas dan sering tanpa gejala sehingga banyak orang tidak
menyadari dirinya telah terinfeksi. Gejala seringkali timbul dalam keadaan
penyakit yang sudah lanjut seperti sirosis (penyakit liver) bahkan kanker
hati, sehingga Hepatitis sering disebut sebagai silent killer atau penyakit
mematikan. Gejala yang dapat timbul :
1) Demam
2) Mual dan muntah
3) Rasa lelah
4) Kencing berwarna gelap seperti the
5) Mata dan kulit berwarna kuning
b. Faktor risiko penularan :
1) 95% penularan berasal dari ibu hamil pengidap virus Hepatitis B ke
bayi yang dikandung atau dilahirkan
2) 3-5% penularan melalui :
a) Hubungan seksual tidak aman dengan pengidap Hepatitis B
b) Transfusi darah terkontaminasi virus Hepatitis B
c) Penggunaan jarum suntik bergantian yang terkontaminasi virus
Hepatitis B
c. Pencegahan:
1) Menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B
2) Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan
ke-0,1 dan 6
Bila sudah terdeteksiHepatitis B:
1) Segera konsultasi ke dokter
2) Perlukaan pada kulit harus selalu dibalut
3) Tidak berbagi peralatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, sisir,
gunting kuku dengan orang lain
Catin
pentingmengetahuidandiskriningHepatitisBkarenadapatmenularkanpadapasangan
nyadanpada ibu hamil dapat menularkankebayinya.
4. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah 200 mg/dl (pada pemeriksaan gula darah
sewaktu). DM disebabkan oleh kurangnya atau ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan hormon insulin (insulin resistance). DM dapat memicu kerusakan
berbagai organ lain dalam tubuh.
a. Gejala :
1) Trias DM (banyak minum, banyak makan, sering kencing
2) Mudah lelah dan mengantuk
3) Penglihatan kabur
4) Penurunan berat badan meskipun nafsu makan mengalami peningkatan
5) Bila terdapat luka lebih sulit sembuh
6) Masalah pada kulit (misalnya gatal-gatal, iritasi dll)
b. Pencegahan :
Menjaga pola makan dengan gizi seimbang, melakukan aktifitas fisik dan
periksa kesehatan secara rutin.
c. Dampak terhadap kehamilan :
1) Berat badan bayi lahir di atas normal/ bayi lahir besar
2) Bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia (kuning)
3) Peningkatan risiko kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya)
4) Peningkatan risiko hipertensi dalam kehamilan
5) Peningkatan risiko diabetes pada kehamilan berikutnya
6) Bayi berisiko mengidap diabetes saat dewasa
Catin penting mengetahui dan diskriningDiabetes Melitus untuk menyiapkan
calonibuagar dapatmenjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat
5. Malaria
Indonesia mempunyai banyak daerah endemis Malaria. Penyakit ini disebabkan
oleh sekelompok parasit Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasite
Plasmodium. Malaria juga dapat ditularkan melalui transfuse darah yang
terkontaminasi parasit Plasmodium. Seseorang yang menderita Malaria dapat
terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala.
Malaria bias menyebabkan Anemia, dan pada catin perempuan kelak dapat
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Anemia pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, risiko perdarahan saat melahirkan, bayi lahir sebelum
waktunya, dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
a. Pencegahan :
1) Penggunaan kelambu saat tidur.
2) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat kasa/kelambu nilon.
3) Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki saat keluar
rumah.
4) Gunakan obat krim anti nyamuk.
Catindi
daerahendemisMalariapentingmengetahuidandiskriningMalariauntukmen
yiapkan calon ibu agar dapat menjalanikehamilandan melahirkan bayi
yangsehat.
6. TORCH
TORCH adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Toksoplasma,Rubella,
Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simplex virus II (HSV-11) serta virus
lainnya.

a. Pencegahan :
1) Vaksinasi MMR (Mumps Measles Rubella) untuk mencegah komponen
Rubella dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari rencana hamil.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat cuci tangan pakai sabun, mencuci bahan
makanan (sayuran, buah, dan lainnya) dengan air bersih yang mengalir,
dan memasak makanan sampai matang sempurna.
b. Penularan :
1) Penularan aktif : konsumsi makanan dan sayuran yang terkontaminasi
virus TORCH dan tidak dimasak sempurna. Makanan/sayuran dapat
terkontaminasi virus TORCH dari kotoran hewan seperti kucing, anjing,
ayam, burung, dan lain-lain.
2) Penularan pasif: dari ibu hamil pengidap TORCH ke janin.
c. Dampak
1) Infertilitas (baik catin perempuan maupun laki-laki)
2) Kelak jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin, misal
kelainan saraf, mata, telinga, otak (mikrosefali atau hidrosefalus),
kelainan paru-paru, limpa, terganggunya fungsi motorik, dll
Apabila diperlukan, catin perempuan sebaiknya diskrining TORCH
untuk menyiapkancalon ibu agar dapat menjalani kehamilan dan
melahirkan bayiyang sehat.
7. Thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah akibat kekurangan
protein pembentuk sel darah merah yang menyebabkan sel darah merah
mudah pecah, sehingga penderita mengalami kurang darah berat yang dapat
mengancam jiwa. Penyakit ini diturunkan oleh kedua orang tua pembawa sifat
Thalassemia kepada anak kandung dan keturunannya.
Terdapat 2 jenis Thalassemia yaitu Thalassemia Minor dan Thalassemia Mayor.
Orang dengan Thalassemia Minor/ pembawa sifat tampak sehat dan dapat tidak
menunjukkan gejala. Sedangkan orang dengan Thalassemia Mayor memerlukan
pengobatan dan transfusi darah rutin seumur hidup serta memiliki usia harapan
hidup yang relatif pendek.
Pencegahan:
Untuk mencegah kelahiran anak dengan ThalassemiaMayor dilakukan
melalui:
a. Skrining Thalassemia sedini mungkin atau sebelum menikah pada catin
laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah pasangan catin
merupakan pembawa sifat Thalassemia.
b. Jika kedua pasangan catin pembawa sifat Thalassemia memutuskan untuk
tetap menikah, anjurkan untuk menghindari kehamilan dengan selalu
menggunakan kontrasepsi, karena jika hamil berisiko melahirkan anak
dengan Thalassemia Mayor.
Deteksi dini:
a. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Anemia atau Thalassemia .
b. Pucat dan lemah.
Pasangan pembawa sifat Thalassemiaberisikmenurunkano penyakit
Thalassemia kepada anak kandung dan keturunannya

8. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit gangguan faktor pembekuan darah dalam tubuh yang
menyebabkan perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama dan
umumnya dialami oleh laki laki. Penyakit ini diturunkan oleh salah satu atau
kedua orang tua kepada anak kandung dan keturunannya. Laki-laki lebih
berisiko menderita Hemofilia dengan gejala ringan hingga berat, sedangkan
perempuan hanya sebagai pembawa sifat. Apabila salah satu pasangan adalah
penderita atau pembawa sifat Hemofilia maka berisiko menurunkan penyakit
Hemofilia kepada anak kandung dan keturunannya.
a. Gejala
1) Perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama misal pada
Iuka, cedera, operasi, cabut gigi, pasca suntikan, dan pasca imunisasi
suntik. Tingkat keparahan tergantung dari jumlah faktor pembekuan di
dalam darah.
2) Mudah memar pada kulit bila terbentur, persendian bengkak dan nyeri,
mimisan, sering muntah, sakit kepala, cepat lelah, dan penglihatan
ganda.
b. Pencegahan:
Untuk mencegah risiko kelahiran anak dengan Hemofilia dilakukan:
1) Skrining Hemofilia sedini mungkin atau sebelum menikah pada
catin laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah pasangan catin
merupakan pembawa sifat atau penderita Hemofilia. Jika salah satu
catin merupakan pembawa sifat atau penderita Hemofilia memutuskan
untuk tetap menikah mempunyai anak akan beresiko melahirkan
anak laki-laki dengan Hemofilia atau anak perempuan pembawa sifat
hemofillia.
2) Penggunaan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan
9. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangnya kuman penyebab infeksi ke dalam
saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual (Tristiadi FA,
2016).
a. Jenis-jenis ISR
1) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
a). Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina
dan liang vagina, disertai bengkak atau Iuka sobekan kecil.
b). Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu kental
atau kekuningan dan berbau asam.
Komplikasi:

Lecet pada kulit di sekitar kelamin.

Pencegahan:

a). Jaga kebersihan alat kelamin.


b). Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
2) Vaginosis Bakterial
Gejala :
Vagina berbau amis terutama setelah berhubungan seksual, keluarnya
cairan dari vagina namun tidak terlalu banyak, berwarna putih keabu-
abuan, melekat pada dinding vagina, tidak ada tanda-tanda.
Komplikasi :
Menyebabkan penyakit radang panggul dan pada ibu hamil dapat
menyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran prematur, bayi berat badan
lahir rendah.
Pencegahan:
a). Jaga kebersihan alat kelamin
b). Tidak berhubungan seksual
c). Menggunakan kondom
d). Setia pada pasangan
3) Trikomoniasis
Gejala :
Keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah, kadang-kadang
berbusa, peradangan pada vagina, berbau seperti ikan busuk, dapat
disertai rasa gatal pada alat kelamin.
Komplikasi :
Pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur dan bayi berat
badan lahir rendah.
Pencegahan :
1) Jaga kebersihan alat kelamin
2) Tidak berhubungan seksual
3) Menggunakan kondom
4) Setia pada pasangan
10. Infeksi Menular Seksual
Gejala :
a). Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin (vagina,
penis) atau cairan dari anus, yang berbeda dari biasanya.
b). Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing.
c). Ada Iuka terbuka/basah di sekitar kelamin atau sekitar mulut. Luka ini bisa
terasa nyeri bisa juga tidak.
d). Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di
sekitar kelamin.
e). Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
f). Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung
zakar.
g). Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan haid/menstruasi.
h). Keluar darah setelah berhubungan seksual.
i). Demam.
Jenis :
a) Gonore
Pada laki-laki : keluarnya cairan dari alat kelamin bernanah, kental,
berwarna putih kekuningan. Pada perempuan : seringkali, tanpa gejala, bila
ada berupa cairan terutama akan banyak terlihat didaerah mulut rahim
melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga kesehatan.
Komplikasi:
1) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.
2) Pada perempuan menyebabkan mandul dan kehamilan di luar
rahim/ektopik.
3) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan Gonore, menyebabkan
Konjungtivitis Gonore yaitu berupa kemerahan pada salah satu atau
kedua mata dengan adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah
dan mengakibatkan kebutaan.
b) Sifilis (RajaSinga)
Gejala:
Luka atau koreng, biasanya berjumlah satu, berbentuk bulat atau lonjong,
dasar bersih dan bila diraba terasa kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri
bila ditekan. Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar,
kenyal, juga tidak nyeri bila ditekan.
Komplikasi:
Perempuan penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan bayi
cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
c) Herpes Genitalia
Gejala:
Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-luka berkelompok, di
atas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha,
kenyal dan disertai gejala yang menyeluruh dan saling berhubungan
(sistemik).
Herpes genital kambuhan:
Bila ada faktor stres pikiran, hubungan seksual berlebihan, kelelahan
dan lain- lain. Umumnya luka/lesi tidak sebanyak dan seberat
gejala pertama.
Komplikasi :
1) Dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat kambuhan seumur
hidup.
2) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan Klamidia, menyebabkan
Konjungtivitis Klamidiosis yaitu berupa sembab, kemerahan pada
salah satu atau kedua mata dengan adanya cairan yang keluar
dari mata dengan nanah yang tidak terlalu banyak dan dapat
menimbulkan kebutaan.
d) Kondilomata Akuminata (Jengger Ayam)
Gejala :
Bintil-bintil tonjolan berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang
lembab. Bersifat kambuhan seumur hidup.
Komplikasi:
Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu. Pada laki-laki dapat
menimbulkan kanker penis.Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut
rahim.
e) Pencegahan Terinfeksi IMS
Jaga kebersihan alat kelamin
1) Tidak berhubungan seksual
2) Menggunakan kondom
3) Setia pada pasangan
4) Menghindari faktor pencetus
5) Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan dan
minum obat sesuai anjuran
f) Tindakan Jika Terinfeksi IMS
1) Jangan mengobati sendiri.
2) Segera periksakan ke fasilitas pelayanan
3) kesehatan.
4) Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai petunjuk dokter.
5) Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh.
6) Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan.
11. HIV AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus merupakan kuman/virus penyebab
AIDS.AIDS (Acquired lmmuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala/penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi
HIV. lnfeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa
cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya:
a. Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual tanpa
kondom, HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, cairan
mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran darah pasangannya, atau
melalui selaput lendir yang berada di bagian dalam vagina, penis atau dubur
b. HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau
melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
c. Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu narkoba suntik
berisiko tertular HIV.
d. HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan, dan ketika
menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak)
Pencegahan HIV AIDS:
a. Tidak berhubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko.
b. Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan hubungan seksual
dengan orang lain.
c. Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual apabila salah
satu pasangan ada yang menderita HIV positif atau status HIV pasangan
belum diketahui.
d. Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV dalam jarum yang
tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari NARKOBA karena hanya
akan merugikan diri sendiri.
e. Penggunaan alatyang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat penembus) kulit
lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan lebih mudah
terjadi melalui darah.
f. Pencegahan Penularan HIV dari lbu ke Anak (PPIA)
1) Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor risiko maka lakukan
tes HIV
2) Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV, minum obat ARV sesuai
anjuran secara teratur seumur hidup.
3) Pasangan ODHA harus minum Obat ARV dan selalu menggunakan
kondom setiap berhubungan seksual
4) Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan dengan tenaga
kesehatan untuk merencanakan waktu yang tepat untuk hamil sesuai
dengan status kesehatan pasangan
5) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan trimester I dan berikan
ARV Profilaksis pada bayi dari ibu HIV
D. Kesehatan Jiwa

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan “Kesehatan”


adalah: “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai
satu kesatuan yang utuh (holistik). dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa”
(psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada
“penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan “kesejahteraan” dan
“produktivitas sosial ekonomi”.

Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa “Kesehatan Jiwa” merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (integral) dari “Kesehatan” dan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.

Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan “Kesehatan Jiwa”


adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan,
yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut: “Kesehatan Jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya
dengan manusia lain.

Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan
yang selaras dengan perkembangan orang lain.Seseorang yang “sehat jiwa”
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Merasa senang terhadap dirinya serta

a. Mampu menghadapi situasi


b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta

a. Mampu mencintai orang lain


b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
“mengakah” dirinya

3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta

a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis


b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggung jawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru
f. Puas dengan pekerjaannya
E. Fertilitas

Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita,
sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan dalam keadaan
hidup. Besar kecil jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada waktu
kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat
kontrasepsi dan pendapatan atau kekayaan. Fertilitas disebut juga dengan natalitas
yang mempunyai arti untuk mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk
dan reproduksi manusia.
Konsep – konsep lain terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk
diketahui adalah :
a. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk
melahirkananak;
b. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita dalam menghasilkan
suatukelahiran;
c. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dariperubahan
d. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukan tanda –
tanda kehidupan ) pada saat dilahirkan. Tanpa memperhatikan lamanya di dalam
kadungan walaupun akirnya meninggaldunia;
e. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kelahiran kurang
dari 28minggu;
f. Lahir mati ( still birth ) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda – tanda kelahiran,
tidak dihitung dalamkelahiran.
Fertilitas merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi perubahan
jumlah dan komposisi penduduk dalam suatu negara. Fertiltas mempelajari tentang
suatu tingkah laku fertilitas, tingkah laku seorang individu pada umumnya dengan
faktor eksternal meliputi lingkungan dan budaya. Pembahasan mengenai fertilitas
sangat beragam dan telah banyak dilakukan berbagai metode baik kualitatif maupun
kuantitatif yang secara keseluruhan bertujuan menentukan variabel yang
berhubungan dengan tingkah laku fertilitas. Adapun ukuran fertilitas yaitu banyaknya
anak lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau
sekelompok wanit
2. Faktor-faktor yang mempengaruhifertilitas
Teori Davis dan Blake dalam The Social Science Encyclopedia menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi fertilitas. Ada 11 variabel yang dikelompokkan dalam 3
tahap proses reproduksi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin
(intercoursevariables).
1) Faktor yang mengatur dan meniadakan hubungankelamin
a) Umur mulainya hubungan kelamin adalah umur terjadinya hubungan
kelamin antara individu pria dan wanita yang terikat dalam suatu
lembaga perkawinan dengan berbagi ketentuan mengenai hak dan
kewajiban dari masing-masing individu.
b) Selibat permanen yaitu wanita yang tidak pernah melakukan hubungan
kelamin misalnya wanita yang tidak ingin menikah sehingga tidak
terjadi hubunganseksual.
c) Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan
kelamin yaitu bila pasangan suami –istri bercerai atau salah satunya
meninggal dunia sehingga tidak terjadi hubungan seksual yang dapat
menyebabkanfertilitas.

2) Faktor yang mengatur kemungkinan untuk terjadinya hubungan kelamin

a) Abstinensia sukarela (pasangan suami istri bersedia tidak melakukan


hubungan kelamin misal dalam keadaan masa berpuasa
danmenstruasi).
b) Berpantang karena terpaksa atau abstinensia terpaksa (karena sakit,
impotensi, atau pisah sementara). Wanita yang mengalami penyakit
impotensi merupakan efek samping dari KB sehingga jika terjadi
kehamilan dapat menyebabkan kematian ibu dananak.
c) Frekuensi hubungan seksual (Berapa sering melakukan hubungan
seksual). Frekuensi hubungan seksual juga sangat tergantung pada
kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada
pasangan, semakin tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini
dikarenakan masing – masing kebutuhan ada yang tidak terpenuhi dan
dapat menyebabkan rasa frustasi karena kurangnya perhatian dari
pasangan tentang hubungan seksual. Frekuensi berhubungan seksual
idealnya berkisar antara2-4x/minggu.
F. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pengertian rumah tangga tidak dapat ditemukan dalam Deklarasi PBB, namun secara
umum dapat di ketahui bahwa rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam
masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan berkawinan. Pengertian “rumah
tangga” tidak tercantum dalam ketentuan khusus, yang dapat kita jumpai adalah
pengertian “keluarga” yang tercantum dalam Pasal 1 ke 30 UndangUndang Nomor 8
tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yang berbunyi
keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai derajad tertentu
atau hubungan perkawinan. Pengertian rumah tangga atau keluarga hanya dimaksud
untuk memberikan gambaran tentang apa yang menjadi objek perbincangan tentang
kekerasan terhadap perempuan. Terjadinya kekersan dalam sebuah rumah tangga
bukan merupakan hal yang baru, namun selama ini selalu di rahasiakan oleh keluarga
dan korban (Soeroso, Moerti Hadiati 2010:61).

Tujuan perkawinan adalah membentuk dan membina keluargayang bahagia lahir dan
batin. Perkawinan merupakan ikatan yang sakral dan harus selalu dihormati oleh
suami dan istri. Perkawianan harus tetap di jaga agar suami dan istri agar tetap
harmonis. Dalam Undang-undang ini ditentukan prinsip-prinsip atau asas-asas
mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan.
Asas atau prinsip yang tercantum dalam Undang-Undang ini antara lain tujuan
perkawinan adalah membentuk dan membina keluarga yang kekal dan bahagia lahir
dan batin. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun pergaulan masyarakat ( Soeroso, Moerti
Hadiati, 2010:62).

Kekerasan di definisikan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) sebagai tindakan


sengaja dengan kekuatan fisik atau kekerasan, ancaman atau aktual, melawan diri
sendiri atau orang lain, terhadap suatu kelompok yang baik memiliki kemungkinan
tinggi mengakibatkan cedera, kematian, kerugian psikologi, pengembangan atau
perampasan (semahegh and mangistie, 2015).

Kekerasan diartikan dengan perilaku yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik
atau barang orang lain atau ada paksaan. Kekerasan merupakan wujud perbuatan
yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada
orang lain, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau
ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai (Eko Prasetyo
dan Suparman Marzuki, 1997 :7).

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap


seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga).

Kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu masalah
yang bersifal global yang berdampak luas terhadap kesehatan. Kekerasan terjadi
akibat kesenjangan kekuasaan. Pemegang kuasa mempunyai peluang untuk
melakukan kekerasan kepada yang lemah. Di lingkup rumah tangga, perempuan dan
anak sering kali menjadi kelompok yang lemah sehingga kerap kali terjadi kekerasan
pada kelompok ini. Meskipun demikian, kejadian KDRT tidak disebabkan oleh
faktor yang tunggal, melainkan multi faktor. Terdapat keterkaitan yang kuat antara
faktor individu, hubungan, lingkungan maupun masyarakat yang merupakan
penyebab terjadinya KDRT. Hal ini dapat digambarkan melalui contoh kasus sebagai
berikut. Riwayat masa kecil yang sering menyaksikan kekerasan dan diperburuk
dengan faktor kemiskinan dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang sehingga
hal ini dapat berpengaruh dalam hubungan rumah tangga yang memicu terjadinya
KDRT.

Penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai berikut :

1. Budaya Patriarki

Budaya patriarki adalah yang menempatkan posisi pihak yang memiliki kekuasaan
yang lebih unggul. Dalam hal ini laki-laki dianggap lebih unggul daripada
perempuan dan berlaku tanpa perubahan, bersifat kodrati.

2. Stereotype

Pandangan negatif yang merugikan, misalnya laki-laki kasar, maco, perkasa


sedangkan perempuan lemah, dan mudah menyerah jika mendapatkan perlakuan
kasar. Pandangan ini digunakan sebagai alasan yang dianggap wajar jika
perempuan menjadi sasaran tidak KDRT

3. Agama

Interprestasi agama yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal agama. Agama
sering digunakan sebagai legitimasi pelau KDRT terutama dalam lingkup
keluarga, seperty cara memahami Musyuz yakni suami boleh memukul isti dengan
alasan mendidik atau ketika istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suami
maka suami berhak memukul dan ancaman bagi istri.

4. Motif (dorongan seseorang melakukan sesuatu)

a. Motif biologis, artinya kebutuhan biologis pelaku KDRT mengalami terganggu


atau tidak dapat terpenuhi. Sehingga membuat ia melakukan untuk menuntut
kebutuhan tersebut, namun cara menuntut pemenuhan kebutuhan tersebut
menyimpang tanpa adanya komunikasi yang baik dan bagaimana mestinya

b. Motif psikologi, artinya tertekan oleh tindakan psagan, misalnya suami sangat
membatasi kegiatan istri dalam aktualisasi diri, memaksakan istri untuk
menuruti semua keinginan suami

c. Motif teologis, artinya hubungan manusia dengan Tuhan mengalami


penyimpangan. Misalnya, perbedaan agama antara suami dan istri, dan
keduanya tidak saling memahami satu sama lain d. Motif sosial, artinya
komunikasi atau interaksi antara pasangan suami istri tidak dapat berjalan
dengan baik.sehingga saat terjadi kesalahpahaman hanya mementingkan ego
dari masing-masing tanpa adanya komunikasi timbal balik yang baik hingga
kekerasan menurut mereka dapat menyelesaikan masalah

5. Harapan

Setiap pasangan suami dan istri memiliki suatu harapan mengenai apa yang akan
dicapai dalam keluarga, namun diantara keduanya tidak dapat menerima
kenyataan sehingga yang terjadi hanyalah tuntutan kepada pasangan tanpa
memikirkan bersama jalan keluar.

6. Nilai dan norma


Dapat terjadinya KDRT jika terjadi pelanggaran terhadap nilai dan norma yang
ada di dalam keluarga atau tidak dipatuhinya nilai di dalam keluarga. Misalnya
penerapan nilai etika yang salah, tidak adanya penghormatan dari istri terhadap
suami atau sebaliknya, tidak adanya kepercayaan suami terhadap istri, tidak
berjalannya fungsi dan peran dari masing-masing anggota keluarga (Mubarokah,
Zakiyah,2014)

Konsekuensi kekerasan akut adalah termasuk dengan cedera fisik dan emosional,
gangguan terhadap pendidikan, pekerjaan dan perumahan, dan pembatasan perilaku
sosial. Hal ini dapat menyebabkan beberapa dampak langsung di antaranya adalah :

1. Cedera fisik

Cedera fisik akibat kekerasan dapat menyebabkan luka fisik yang signifikan
kepada korban, yang dapat berakibat fatal atu meninggalkan kecacatan permanen
kepada pasien.

2. Mental

Mentaldan emosional Semua bentuk kekerasan dapat berdampak pada


kesejahteraan mental dan emosional. Korban dapat mengalami gangguan mental
dan berhenti mempercayai orang lain, memiliki kesulitan dalam hubungan dan
membatasi bersosialisasi dan menutup diri.

3. Pekerjaan dan pendidikan

Pekerjaan dan pendidikan Individu yang menderita luka fisik atau emosional
akibat kekerasan akan sering mengalami masalah saat pekerja dan melakukan
pendidikan. Korban dapat menerima bullyan yang mengakibatkan korban lebih
sering mengambil absen karena stress atau takut.

4. Sosial

Kekerasan dapat mempengaruhi hubungan yang di miliki korban dengan keluarga,


teman dan mitra intim.

5. Perilaku kesehatan

Kekerasan dapat berdampak pada berbagai perilaku kesehatan, bahkan dalam


jangka pendek. Misalnya, korban kekerasan bisa menderita gangguan makan atau
pola tidur, dan mungkin beralih ke alkohol atau obat lain yang di anggap sebagai
bentuk pengobatan diri sendiri atau mekanisme koping.

6. Tunawisma

Korban kekerasan mungkin terpaksa meninggalkan rumah untuk menghindari


kekerasan intim pasangan, penganiayaan anak, kawin paksa atau pelecehan.
Konflik keluarga dan kekerasan adalah salah satu penyebab utama tunawisma
(Bellis, Mark A,dkk, 2012).

G. Pemeriksaan Kesehatan Reproduksi Bagi PUS

Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum kehamilan


dengan tujuan mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang
optimal sebelum ia mengandung. Masalah umum dalam perawatan prakonsepsi
yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang optimal, skrining dan
pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui imunisasi yang tepat, meninjau
obat untuk efek teratogenik, konsumsi suplemen asam folat, dan pengendalian
penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil kehamilan (Farahi dan
Zolotor, 2013).

Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu pada


intervensi biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat menciptakan kesehatan
prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining prakonsepsi
sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Penerapan kegiatan promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif sangat
efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa manfaat
kesehatan untuk remaja, baik perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya
baik sehat secara fisik, psikologis dan sosial, terlepas dari rencana mereka untuk
menjadi orang tua. Manfaat dari skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan, mencegah kelahiran mati, prematur
dan bayi dengan berat lahir rendah, mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah
infeksi pada neonatal, mencegah kejadian underweight dan stunting sebagai akibat
dari masalah nutrisi ibu, mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler
dalam kehamilan dan mencegah penularan Human Immunodeficience Virus dari
ibu kejanin.( Eka Vicky Yulivantina dkk 2021)

Pada tahun 2006, Center For Disease Control an Prevention mendefinisikan


perawatan prakonsepsi sebagai “serangkaian intervensi yang ditujukan untuk
menemukan dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial pada hasil akhir
kehamilan atau kesehatan wanita melalui pencegahan dan penatalaksanaan.” CDC
menetapkan tujuan-tujuan berikut untuk memperbaiki perawatan prakonsepsi yaitu:
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang kesehatan prakonsepsi,
dan memastikan bahwa semua wanita usia subur menerima layanan perawatan
prakonsepsi, termasuk promosi kesehatan, dan intervensi yang memungkinkan
mereka memasuki kehamilan dengan kesehatan optimal, mengurangi risiko yang
diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada hasil akhir kehamilan sebelumnya,
dan mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang.

Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan perawatan prakonsepsi untuk
kehamilan yang sehat yaitu: Riwayat imunisasi ibu harus terpenuhi, untuk wanita
usia subur suplementasi asam folat 600 mg setiap hari harus didorong, wanita yang
merencanakan kehamilan dalam waktu dekat juga dapat didorong untuk memenuhi
vitamin prenatal, mengkonsumsi obat dan suplemen tidak dianjurkan secara
berlebihan kecuali atas resep dokter, penyalahgunaan obat-obatan merupakan
masalah yang semakin meningkat dan perlu di evaluasi secara khusus, kondisi
kronis yang sering terjadi pada ibu seperti hipertensi dan diabetes memiliki potensi
dampak buruk yang signifikan pada ibu dan janin jika tidak dikontrol sebelum dan
selama kehamilan. Tingkat kesehatan, riwayat keluarga, dan sosial budaya dapat
menjadi faktor penting dalam perencanaan kehamilan, lingkungan dan pekerjaan
ibu sehari-hari juga harus di perhatikan (Helen, dkk. 2015).

Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif pada berbagai aspek kesehatan antara
lain adalah mengurangi angka kematian ibu dan anak, mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, bayi lahir mati, lahir prematur dan berat bayi lahir rendah, mencegah
cacat lahir, mencegah infeksi neonatal, mencegah stunting, mencegah penularan
HIV/IMS, menurunkan risiko beberapa bentuk kanker pada anak, menurunkan
risiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskular penyakit di kemudian hari (CDC, 2006)

H. Asuhan Kebidanan Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat Sesuai
Kasus

Menurut Kemenkes RI ( 2010) Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 938/


Menkes / SK/2007 menjelaskan tentang standar asuhan kebidanan dijadikan
landasan delam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktik kebidanan.

1).Standar I : Pengkajian Bidan menggali semua informasi yang akurat, relevan,


dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
saat ini. Pengkajian diharapkan meliputi data yang tepat, akurat dan
lengkap, terdiri atas data subjektif dan data objektif dari klien.

2).Standar II : Perumusan diagnosis kebidanan Bidan melalukan analisis data yang


diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikannya secara akurat
dan logis untuk menegakkan diagnosis dan masalah kebidanan yang
tepat sesuai kondisi klien.

3).Standar III : Perencanaan Berdasatkan diagnosis dan masalah ditegakkan , bidan


kemudian merencanakan asuhan kebidanan, kriteria perencanaan
yaitu rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif, melibatkan klien atau pasien dan 10 keluarga,
memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evedence based.

4).Standar IV: Implementasi Berdasarkan evidence based, bidan melaksanakan


rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efesien
dan aman kepada klen atau pasien dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif, dan herabilitatif. Asuhan dapat dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

5).Standar V: Evaluasi Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan


berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yng
sudah diberikan, sesuai dengan perubahan kondisi klien secara
bertahap.

6).Standar VI: Penatalaksanaan asuhan kebidanan Bidan melakukan pencatatan


secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan dan
temuan dalam memberikan asuhan kebidanan.pencatatan
dilakukan setelah melakukan asuhan dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.

B. Teori Evidence Based Midwifery Asuhan Kebidanan Holistik Pada Pra


Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat

Masa prakonsepsi merupakan masa penting bagi seorang wanita, karena erat
kaitannya dengan kehamilan serta keadaan janin yang dikandungnya nanti.
Kesehatan wanita pada masa prakonsepsi merupakan langkah untuk melindungi
kesehatan ibu dan anak yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini sejalan dengan
teori LCT ( Life Course Theory) yang berhipotesis bahwa output kelahiran
dipengaruhi oleh interaksi jangka panjang dari biologis, perilaku, dan lingkungan
(healthty food) dari wanita sebelum kehamilan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Annisa Khaira Maadi , Fillah Fithra
Dieny , Hartanti Sandi Wijayanti, A.Fahmy Arif Tsani dan Choirun Nissa tahun
2019 yang meneliti tentang Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita
Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang dengan menggunakan desain cross-sectional
dengan 70 subjek pengantin wanita di KUA Kecamatan Sumowono dan Pringapus,
berusia 16-35 tahun, dipilih dengan metode consecutive sampling mendapatkan
hasil prevalensi anemia dan status gizi kurang sebanyak 11,4% dan 15,7%. Asupan
energi, protein, vitamin B2, seng, besi dan asam folat tergolong kurang. Asupan
energi (p=0,004), protein (p=0,007), zat besi (p=0,009), dan status gizi (p=0,055)
merupakan faktor yang mempengaruhi kadar Hb. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap kadar Hb adalah asupan energi dan status gizi sehingga disimpulkan
bahwa kadar Hb pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh asupan energi, protein,
zat besi dan status gizi. Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah asupan
energi dan status gizi.Asupan energi dari makanan merupakan faktor yang
berpengaruh langsung secara linear dalam menentukan status gizi. Status gizi
merupakan keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi tubuh.
Ketika asupan energi tubuh kurang, maka dapat menurunkan nilai IMT.
Kekurangan asupan energi dapat mengganggu aktivitas enzim glikolitik seperti
hexokinase, kinase piruvat dan glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) yang
mengubah permeabilitas membran, yang mengarah pada pemecahan sel darah
merah. Hal ini menjelaskan perempuan yang memiliki status gizi kurang cenderung
kekurangan zat besi yang terlihat dari nilai Hb yang rendah. Kekurangan asupan
energi berisiko 3,2 kali lebih besar mengalami kekurangan gizi (IMT<18,5kg/m2)
dibandingkan dengan WUS yang memiliki asupan energi cukup.53 Penelitianlain
menyebutkan bahwa wanitaunderweight berisiko 6 kali lebih tinggimengalami
kekurangan simpanan besi dan4 kali lebih tinggi mengalami KEK dibandingkan
dengan wanita normal. Calon pengantin wanita dekat hubungannya dengan
kehamilan dan menyusui, oleh karena itu perbaikan status gizi dan anemia gizi besi
serta defisiensi folat harus dilakukan pada periode ini untuk memperoleh kualitas
generasi penerus yang baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lusyana Gloria Doloksaribu dan Abdul
Malik Simatupang pada tahun 2019 yang meneliti tentang Pengaruh Konseling Gizi
Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan
Batang Kuis dengan menggunakan Quasi Eksperimen dengan disain One Group
Pre – Post Test menunjukkan hasil Hasil penelitian menunjukkan, terjadi
peningkatan pengetahuan. Dimana sebelum diberikan konseling rata-rata nilai
pengetahuan yang didapat sampel sebesar 12,60 dengan nilai terendah 8 dan nilai
tertinggi 16 dari total nilai 20. Dan setelah diberikan konseling rata-rata nilai
pengetahuan yang didapat sampel sebesar 15,97 dengan nilai terendah 11 dan nilai
tertinggi 18. Sebelum diberikan konseling, sampel hanya mampu menguasai 63%
dari total semua pertanyaan yang diberikan. Dengan nilai pengetahuan yang paling
tinggi diperoleh oleh sampel yang memiliki kategori pendidikan tinggi dan nilai
pengetahuan terendah diperoleh oleh sampel yang memiliki kategori pendidikan
menengah. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
keinginan untuk balajar dan mudah melakukan perubahan positif semakin tinggi
juga. Peran konseling gizi prakonsepsi selama satu minggu dengan tiga kali
pengulangan materi mampu meningkatkan pengetahuan sampel secara signifikan.
Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa
konseling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan konseling. Dengan nilai
signifikan diperoleh p = 0,001.

Penelitian yang dilakukan oleh Yhona Paratmanitya, Siti Helmyati, Detty S.


Nurdiati , Emma C. Lewis, dan Hamam Hadi tahun 2020 yang berjudul Assessing
Preconception Nutrition Readiness Among Women Of Reproductive Age In Bantul,
Indonesia: Findings From Baseline Data Analysis Of A Cluster Randomized Trial
yang meneliti tentang kesiapan gizi prakonsepsi pada calon pengantin wanita di
Indonesia menggunakan studi cluster randomized trial memperoleh hasil bahwa
tidak ada satupun responden yang dapat memenuhi seluruh indikator kesiapan gizi
prakonsepsi. Sebanyak 26% responden dapat memenuhi 2 indikator, dan median
skor-nya adalah 3 (2.0-4.0). Kadar Hb, IMT, dan LILA merupakan 3 indikator
terbanyak yang dapat dipenuhi, sementara asupan kalsium, zat besi, dan folat
merupakan 3 indikator yang paling sedikit dapat dipenuhi oleh responden, sehingga
disimpulkan bahwa peningkatan kesadaran akan pentingnya mempersiapkan gizi
prakonsepsi pada calon ibu merupakan hal yang sangat diperlukan. Program
intervensi gizi kedepannya sebaiknya sudah dimulai sejak masa prakonsepsi, bukan
hanya fokus pada kehamilan.jumlah wanita usia reproduktif yang siap gizi
memasuki kehamilan sangat rendah. Prakonsepsi indikator kesiapan gizi yang tidak
terpenuhi termasuk indikator yang berhubungan dengan asupan zat gizi
mikro.Sebaliknya indikator yang terpenuhi oleh sebagian besar peserta, seperti
nutrisi status, MUAC, dan kadar Hb, harus terus diprioritaskan untuk memastikan
kehamilan yang sehat. Studi saat ini menunjukkan bahwa program perawatan
kesehatan prakonsepsi yang lebih serius dilaksanakan untuk mempersiapkan wanita
sehat kehamilan. Pendidikan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya nutrisi prakonsepsi persiapan di antara wanita usia subur yang sedang
merencanakan kehamilan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Igna Nur’Arofah Umisah dan Dyah Intan
Puspitasari tahun 2017 yang meneliti tentang Perbedaan Pengetahuan Gizi
Prakonsepsi Dan Tingkat Konsumsi Energi Protein Pada Wanita Usia Subur (Wus)
Usia 15-19 Tahun Kurang Energi Kronis (Kek) Dan Tidak Kek Di Sma Negeri 1
Pasawahan untuk menguji perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi dan tingkat
konsumsi energi protein antara WUS usia 15-19 tahun KEK dan tidak KEK di SMA
Negeri 1 Pasawahan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah
responden penelitian yaitu 37 responden KEK dan 37 tidak KEK, dengan teknik
pengambilan sampel Proportional Stratified Random Sampling. Data KEK diambil
dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), pengetahuan gizi prakonsepsi
diperoleh menggunakan kuesioner dan data tingkat konsumsi energi protein
diperoleh dengan formulir Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-
FFQ) 3 bulan terakhir.
BAB III

Tinjauan Kasus

A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ny.S usia 40 tahun dengan perencanaan kehamilan sehat
B. Pelaksanaan Asuhan
Tanggal Pengkajian : 15 September 2021
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang KIA Puskesmas Pundu
C. Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn.A
Umur : 40 tahun Umur : 37 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Sawit
Alamat : Selucing
D. Manajemen Asuhan Kebidanan

S : Anamnesa : Ibu mengatakan ingin merencanakan kehamilan dengan


suami
yang kedua, telah menikah selama 4 tahun.

Menstruasi : Ibu mengatakan menarche usia 14 tahun. Haid teratur,


lamanya

3 hari, ganti pembalut 3x, tidak ada keluhan saat haid.

Kesehatan : Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat kesehatan


menurun

maupun menahun.

Obstetri : Hamil anak pertama tahun 2007 melahirkan di rumah tidak


ada
komplikasi bb lahir 3000gr JK laki-laki, Hamil anak
kedua tahun 2014 melahirkan dirumah tidak ada kompikasi
bb lahir 2800gr JK laki-laki.

KB : Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 1


bulan
dari tahun 2017 – Juni 2021, tidak ada keluhan, berhenti
pakai karena ingin merencanakan kehamilan

Keseharian : Makan 3x sehari porsi sedang, minum ± 6 gelas sehari,


mandi,
sikat gigi dan ganti pakaian 2x sehari, tidak pernah tidur
siang, tidur malam ±6 jam, BAB tidak teratur kadang 2
hari sekali, BAK ±5x sehari.

Seksualitas : Ibu mengatakan berhubungan seks dengan suami 4 x


seminggu

O : - k/u : baik - kesadaran: Composmentis

- Tanda – tanda vital :

BB : 54Kg Nadi : 67 x / m

TB : 153 Cm Respirasi : 20 x / m

TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,60C

Head to toe tidak ada kelainan

LILA : 24 Cm

IMT : 22,6

- Pemeriksaan penunjang

Hb : 13,2 dgL

HIV/AIDS : Negatif

HBSAg : Negatif

Sifilis : Negatif
A : Nn Ny.S usia 40 tahun dengan perencanaan kehamilan sehat

Masalah : Usia 40 tahun merupakan usia resiko tinggi untuk hamil

Kebutuhan : KIE kehamilan dengan resiko tinggi

P : 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien

Rasional : Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan


keadaan penyakit yaitu tentang diagnosis, tindakan medik yang
akan dilakukan , segala resiko dari tindakan medik tersebut
( Valery M. P siringoringo et al, 2017)

2. KIE mengenai pra konsepsi dan perencanaan kehamilan

Rasional : Pra konsepsi merupakan masa dimana PUS mempersiapkan diri


untuk perencanaan kehamilan agar kehamilan kelak tanpa
komplikasi dan bayi lahir sehat. Perawatan prakonsepsi bertujian
untuk mengenali atau mengidentifikasi secara dini resiko medis,
riwayat kesehatan, perilaku sosial pada kesehatan biasanya
mencakup pemeriksaan fisik, skrining resiko, vaksinasi dan
konseling. Faktor resiko di evaluasi daei segi penyakit genetik,
status gizi, kondisi medis dan masalah psikososial,( Arum, 2017)

3. KIE tentang Kehamilan Resiko Tinggi


Rasional : Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu
maupun pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan
kematian, kesakitan, kecacatan. Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih
. ibu hamil pada usia ini dapat menglami komplikasi seperti
Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi, partus lama, partus macet
dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin
dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan
lahir sudah tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit.
(Nuryati, 2019)
4. KIE perawatan kehamilan usia >35 tahun
Rasional :Ibu dengan usia >35 tahun tetap dapat merencanakan kehamilan
dengan perawatan dan pencegahan komplikasi dengan rajin
menjaga kebugaran tubuh, istirahat yang cukup , mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang banyak mengandung
vitamin, zat besi dan asam folat serta rutin kunjungan antenatal
pada saat hamil (aninda, 2018)

5. KIE Gizi seimbang dan PHBS

Rasionalisasi: Dari segi gizi, sebanyak 30% ketidaksuburan dapat terjadi akibat
pola makan yang tidak sehat. Untuk memicu kehamilan ada
beberapa jenis makanan yang berguna untuk kesuburan.
Konsumsi banyak sayuran dan buah-buahan terutama yang
mengandung vitamin B,C, D dan E yang penting untuk
pengaturan hormon-hormon seperti pisang, pepaya, mangga,
alpukat, kacang-kacangan, Asam folat yang biasa terkandung di
sayur katuk dan bayam, zinc, tembaga , selenium dan zat besi
yang bisa didapatkan dari daging merah, hati ayam, ikan laut,
sayuran hijau dan kacang-kacangan. Selain nutrisi, hal yang
perlu dilakukan adalah olahraga teratur seperti jalan santai,
jogging, senam, istirahat yang cukup serta menjaga kebersihan
diri dan lingkungan. (Novalia Akmaliyah, 2019)
6. Menganjurkan ibu untuk mendaftar JKN karena usia >35 tahun beresiko pada
saat hamil, jika terjadi komplikasi dan harus mendapatkan tindakan medis
secara intensif maka ibu dan keluarga dapat mendapatkan keringanan biaya.

Rasionalisai : Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat,


secara medis dan maupun non medis yakni pelayanan yang
diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak
dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif
dan preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan
perorangan (personal care).JKN menjangkau semua
penduduk, artinya seluruh penduduk, termasuk warga asing
harus membayar iuran dengan prosentase atau nominal
tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu,
iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini
disebut sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua
penduduk Indonesia sudah menjadi peserta JKN pada tahun
2019. (kemenkes 2017)

7. Dokumentasi Asuhan

Rasionalisai : Dokumentasi asuhan kebidanan adalah proses pencatatan dan


penyimpanan data-data yang bermakna dalam pelaksanaan
kegiatan asuhan dan pelayanan kebidanan( Kemenkes, 2017)
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus Ny.S yang ingin merencanakan kehamilan di usia 40 tahun yang
merupakan resiko tinggi karena Usia tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia
tersebut mudah terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya
dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami
oleh ibu berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus.
Ditinjau dari evidence base, usia 40 tahun masih diperbolehkan hamil selama tidak ada
penyakit komplikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janin, Ibu dengan
usia >35 tahun tetap dapat merencanakan kehamilan dengan perawatan dan pencegahan
komplikasi dengan rajin menjaga kebugaran tubuh, istirahat yang cukup , mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang banyak mengandung vitamin, zat besi dan asam
folat serta rutin kunjungan antenatal.
Karena usia ibu merupakan usia resiko tinggi maka ibu disarankan untuk menjadi peserta
JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional) karena jika terjadi komplikasi dan harus
mendapatkan tindakan medis secara intensif maka ibu dan keluarga dapat mendapatkan
keringanan biaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan dan dapat
menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan. Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu
hamil pada usia ini dapat menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD),
hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut
mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah
tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit.
B. Saran
Saran bagi Ny. S untuk mempersiapkan perawatan kehamilan dan mencegah komplikasi
dengan rajin menjaga kebugaran tubuh, istirahat yang cukup , mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang yang banyak mengandung vitamin, zat besi dan asam folat serta
rutin kunjungan antenatal pada saat hamil nanti. Serta mendaftar kepesertaan JKN.

Anda mungkin juga menyukai