Disusun oleh:
PO 62.24.2.21.501
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Aeolia Febrina Purbakancana
PO 62.24.2.21.501
Profesi Bidan Angkatan III
Tanggal Pemberian Asuhan :15 September 2021
Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Di: Pundu
Pembimbing Institusi
Di:Palangkaraya
Halaman persetujuan..............................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
D. Manfaat.........................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi
konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wankita
mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. wanita hamil yang sehat memiliki
kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua kehamilan adalah
hal yang terencana dan setiap bayi berada dalam lingkungan yang sehat.asuhan prakonsepsi
memiliki banyak keuntungan dan variasi, antara lain: memungkinkan identifikasi penyakit
medis; pengkajian kesiapan psikologis, keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan. Salah satu persiapan
yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan padamasa prakonsepsi atau hamil khususnya padawanita akan mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu
proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat
dihindari (Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga kesehatan masih tabu
dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan masyarakat yang berkualitas dimulai dari
pernikahan yang sehat. Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam
melakukan tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat terwujudnya kehamilan yang
ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis holistic pada PUS dalam perencanaan
kehamilan
2. Tujuan Khusus
1. Klien
Manfaat yang didapatkan oleh klien remaja putri adalah dapat mengetahui mengenai
kesehatan reproduksi, perencanaan kehamilan dan persiapan bagi PUS untuk
merencanakan kehamilan.
2. Mahasiswa
3. Lahan Praktik
Materi tentang pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dan juga asuhan kebidanan
untuk remaja ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak lahan praktik untuk
meningkatkan pelayanan pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Setiap
orang harus mampu memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi
dirinya, juga mampu menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan
apa pun, kapan, dan berapa sering untuk memiliki keturunan. Setiap orang berhak
dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap
tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai.
Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti
pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak dan kesehatan remaja
juga perlu dijamin.
Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015) adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat, secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi 10 bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).
Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi,
maka setiap orang perlu mengenal dan memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini.
Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua yaitu dimulai bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2007).
Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovume) dengan sperma. Proses kehamilan
(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari pdihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri 38 minggu, karena dihitung mulai dari
tanggal konsepsi ( tanggal bersatunya sel sperma dan sel telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya(Kamariyah,2014).
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disbut
blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan
dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi
janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini sangat kritis untuk
keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi
hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke
dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human
chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa
endometrium akan menerima (reseftif) dalam proses implantasi embrio. Umumnya
nidasi terjadi di dinding depan atau belakan uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi
ini terjadi, barulah dapat disebut kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil
konsepsi akan tumbuh dan berkembang didalam endometrium (Saifuddin, 2009).
Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam merencanakan
kehamilan, antara lain:
2. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang
bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan
itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi janin. Oleh
karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi keprimaan
fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-
kira 6 bulan menjelang konsepsi.
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat badan
kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut-ikutan
terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal
juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan.
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi
akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi
kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh
kembang janin. Caranya sebagai berikut:
2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat
menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga
kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
f. Bebas dari penyakit Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes,
campak jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke
dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
3. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang
berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:
a. Sumber keuangan Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu
merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak
ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.
b. Dana yang wajib ada Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon
orang tua, yaitu:
2) Saat bersalin Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obatobatan, serta biaya penolong
persalinan.
3) Setelah bayi lahir Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu
memperhitungkan masa depan anak.
Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan (laki-laki dan perempuan) yang sudah
cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya yang sudah berfungsi
dengan baik. Pada masa ini PUS harus dapat menjaga dan memanfaatkan
reproduksinya dengan baik. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai oleh PUS
adalah:
1. Anemia
Sekitar 1 dari 5 wanita usia subur (WUS) di Indonesia menderita kekurangan
darah (Anemia). Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah kurang dari normal (12 mg/dL). Anemia dapat menimbulkan risiko pada
kehamilan dan persalinan. Anemia sering dialami oleh perempuan karena
kurangnya asupan atau konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
pengaturan pola makan yang salah, gangguan haid/haid abnormal, dan penyakit
lainnya seperti kecacingan, Malaria (Stephanie Patricia, 2016).
Tanda Anemia antara lain :
a. Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Ibu hamil dikatakan Anemia apabila Hb <11 mg/dL.
Dampak Anemia pada Ibu hamil adalah:
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Bayi berat lahlr rendah (BBLR)
c. Bayi lahir sebelum waktunya (prematur)
d. Bayi mengalami kelainan bawaan
e. Anemia pada bayi yang dilahirkan
f. Risiko perdarahan saat melahirkan
Anemia dapat dicegah dan diatasi dengan:
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
b. Minum tablet tambah darah (TTD) 1 tablet per minggu sebelum hamil dan 1
tablet per hari selama kehamilan
c. Mengobati jika ada penyakit penyerta yang menyebabkan Anemia
Jika catin perempuan mengalami Anemia, perlu segera mendapatkan
penanganan kesehatan sampai Hb normal(> 12 mg/dL) dan menunda
kehamilan dengan ber- KB
2. Kekurangan Gizi
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menerus dapat mengakibatkan Kurang
Energi Krenik (KEK). KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. KEK
merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita usia
subur termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Untuk mengetahui status KEK wanita usia subur adalah dengan cara mengukur
lingkar lengan atas (LILA). Ambang batas LILA pada WUS dengan KEK di
Indonesia adalah 23,5cm, artinya apabila LILA kurang dari 23,5cm, WUS
mengalami KEK.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain :
a. Anemia pada ibu dan janin
b. Perdarahan saat melahirkan
c. Keguguran
d. Mudah terkena penyakit infeksi
e. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
f. Bayi lahir mati
g. Kelainan bawaan pada janin
h. Stunting
Jika catin perempuan mengalami gizi kurang sebaiknya menunda kehamilan
dengan ber- KB dan mendapatkan penanganan kesehatan sampai status
gizinya baik.
3. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit menular berupa peradangan hati yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat ditularkan melalui
darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi, seperti cairan
serebrospinal, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya.Apabila salah satu catin
menderita Hepatitis B, akan dapat menularkan kepada pasangannya dan
keturunannya.
a. Gejala.
Tidak khas dan sering tanpa gejala sehingga banyak orang tidak
menyadari dirinya telah terinfeksi. Gejala seringkali timbul dalam keadaan
penyakit yang sudah lanjut seperti sirosis (penyakit liver) bahkan kanker
hati, sehingga Hepatitis sering disebut sebagai silent killer atau penyakit
mematikan. Gejala yang dapat timbul :
1) Demam
2) Mual dan muntah
3) Rasa lelah
4) Kencing berwarna gelap seperti the
5) Mata dan kulit berwarna kuning
b. Faktor risiko penularan :
1) 95% penularan berasal dari ibu hamil pengidap virus Hepatitis B ke
bayi yang dikandung atau dilahirkan
2) 3-5% penularan melalui :
a) Hubungan seksual tidak aman dengan pengidap Hepatitis B
b) Transfusi darah terkontaminasi virus Hepatitis B
c) Penggunaan jarum suntik bergantian yang terkontaminasi virus
Hepatitis B
c. Pencegahan:
1) Menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B
2) Imunisasi Hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada bulan
ke-0,1 dan 6
Bila sudah terdeteksiHepatitis B:
1) Segera konsultasi ke dokter
2) Perlukaan pada kulit harus selalu dibalut
3) Tidak berbagi peralatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, sisir,
gunting kuku dengan orang lain
Catin
pentingmengetahuidandiskriningHepatitisBkarenadapatmenularkanpadapasangan
nyadanpada ibu hamil dapat menularkankebayinya.
4. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah 200 mg/dl (pada pemeriksaan gula darah
sewaktu). DM disebabkan oleh kurangnya atau ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan hormon insulin (insulin resistance). DM dapat memicu kerusakan
berbagai organ lain dalam tubuh.
a. Gejala :
1) Trias DM (banyak minum, banyak makan, sering kencing
2) Mudah lelah dan mengantuk
3) Penglihatan kabur
4) Penurunan berat badan meskipun nafsu makan mengalami peningkatan
5) Bila terdapat luka lebih sulit sembuh
6) Masalah pada kulit (misalnya gatal-gatal, iritasi dll)
b. Pencegahan :
Menjaga pola makan dengan gizi seimbang, melakukan aktifitas fisik dan
periksa kesehatan secara rutin.
c. Dampak terhadap kehamilan :
1) Berat badan bayi lahir di atas normal/ bayi lahir besar
2) Bayi berisiko mengalami hiperbilirubinemia (kuning)
3) Peningkatan risiko kelahiran prematur (lahir sebelum waktunya)
4) Peningkatan risiko hipertensi dalam kehamilan
5) Peningkatan risiko diabetes pada kehamilan berikutnya
6) Bayi berisiko mengidap diabetes saat dewasa
Catin penting mengetahui dan diskriningDiabetes Melitus untuk menyiapkan
calonibuagar dapatmenjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat
5. Malaria
Indonesia mempunyai banyak daerah endemis Malaria. Penyakit ini disebabkan
oleh sekelompok parasit Plasmodium yang hidup dalam sel darah merah yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasite
Plasmodium. Malaria juga dapat ditularkan melalui transfuse darah yang
terkontaminasi parasit Plasmodium. Seseorang yang menderita Malaria dapat
terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala.
Malaria bias menyebabkan Anemia, dan pada catin perempuan kelak dapat
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya. Anemia pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, risiko perdarahan saat melahirkan, bayi lahir sebelum
waktunya, dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
a. Pencegahan :
1) Penggunaan kelambu saat tidur.
2) Tutup pintu dan jendela menggunakan kawat kasa/kelambu nilon.
3) Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki saat keluar
rumah.
4) Gunakan obat krim anti nyamuk.
Catindi
daerahendemisMalariapentingmengetahuidandiskriningMalariauntukmen
yiapkan calon ibu agar dapat menjalanikehamilandan melahirkan bayi
yangsehat.
6. TORCH
TORCH adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Toksoplasma,Rubella,
Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simplex virus II (HSV-11) serta virus
lainnya.
a. Pencegahan :
1) Vaksinasi MMR (Mumps Measles Rubella) untuk mencegah komponen
Rubella dari TORCH dilakukan 3-6 bulan dari rencana hamil.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat cuci tangan pakai sabun, mencuci bahan
makanan (sayuran, buah, dan lainnya) dengan air bersih yang mengalir,
dan memasak makanan sampai matang sempurna.
b. Penularan :
1) Penularan aktif : konsumsi makanan dan sayuran yang terkontaminasi
virus TORCH dan tidak dimasak sempurna. Makanan/sayuran dapat
terkontaminasi virus TORCH dari kotoran hewan seperti kucing, anjing,
ayam, burung, dan lain-lain.
2) Penularan pasif: dari ibu hamil pengidap TORCH ke janin.
c. Dampak
1) Infertilitas (baik catin perempuan maupun laki-laki)
2) Kelak jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin, misal
kelainan saraf, mata, telinga, otak (mikrosefali atau hidrosefalus),
kelainan paru-paru, limpa, terganggunya fungsi motorik, dll
Apabila diperlukan, catin perempuan sebaiknya diskrining TORCH
untuk menyiapkancalon ibu agar dapat menjalani kehamilan dan
melahirkan bayiyang sehat.
7. Thalassemia
Thalassemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah akibat kekurangan
protein pembentuk sel darah merah yang menyebabkan sel darah merah
mudah pecah, sehingga penderita mengalami kurang darah berat yang dapat
mengancam jiwa. Penyakit ini diturunkan oleh kedua orang tua pembawa sifat
Thalassemia kepada anak kandung dan keturunannya.
Terdapat 2 jenis Thalassemia yaitu Thalassemia Minor dan Thalassemia Mayor.
Orang dengan Thalassemia Minor/ pembawa sifat tampak sehat dan dapat tidak
menunjukkan gejala. Sedangkan orang dengan Thalassemia Mayor memerlukan
pengobatan dan transfusi darah rutin seumur hidup serta memiliki usia harapan
hidup yang relatif pendek.
Pencegahan:
Untuk mencegah kelahiran anak dengan ThalassemiaMayor dilakukan
melalui:
a. Skrining Thalassemia sedini mungkin atau sebelum menikah pada catin
laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah pasangan catin
merupakan pembawa sifat Thalassemia.
b. Jika kedua pasangan catin pembawa sifat Thalassemia memutuskan untuk
tetap menikah, anjurkan untuk menghindari kehamilan dengan selalu
menggunakan kontrasepsi, karena jika hamil berisiko melahirkan anak
dengan Thalassemia Mayor.
Deteksi dini:
a. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit Anemia atau Thalassemia .
b. Pucat dan lemah.
Pasangan pembawa sifat Thalassemiaberisikmenurunkano penyakit
Thalassemia kepada anak kandung dan keturunannya
8. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit gangguan faktor pembekuan darah dalam tubuh yang
menyebabkan perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama dan
umumnya dialami oleh laki laki. Penyakit ini diturunkan oleh salah satu atau
kedua orang tua kepada anak kandung dan keturunannya. Laki-laki lebih
berisiko menderita Hemofilia dengan gejala ringan hingga berat, sedangkan
perempuan hanya sebagai pembawa sifat. Apabila salah satu pasangan adalah
penderita atau pembawa sifat Hemofilia maka berisiko menurunkan penyakit
Hemofilia kepada anak kandung dan keturunannya.
a. Gejala
1) Perdarahan sulit berhenti atau berlangsung lebih lama misal pada
Iuka, cedera, operasi, cabut gigi, pasca suntikan, dan pasca imunisasi
suntik. Tingkat keparahan tergantung dari jumlah faktor pembekuan di
dalam darah.
2) Mudah memar pada kulit bila terbentur, persendian bengkak dan nyeri,
mimisan, sering muntah, sakit kepala, cepat lelah, dan penglihatan
ganda.
b. Pencegahan:
Untuk mencegah risiko kelahiran anak dengan Hemofilia dilakukan:
1) Skrining Hemofilia sedini mungkin atau sebelum menikah pada
catin laki-laki dan perempuan untuk mengetahui apakah pasangan catin
merupakan pembawa sifat atau penderita Hemofilia. Jika salah satu
catin merupakan pembawa sifat atau penderita Hemofilia memutuskan
untuk tetap menikah mempunyai anak akan beresiko melahirkan
anak laki-laki dengan Hemofilia atau anak perempuan pembawa sifat
hemofillia.
2) Penggunaan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan
9. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangnya kuman penyebab infeksi ke dalam
saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan seksual (Tristiadi FA,
2016).
a. Jenis-jenis ISR
1) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
a). Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir vagina
dan liang vagina, disertai bengkak atau Iuka sobekan kecil.
b). Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu kental
atau kekuningan dan berbau asam.
Komplikasi:
Pencegahan:
Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai
satu kesatuan yang utuh (holistik). dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa”
(psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada
“penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan “kesejahteraan” dan
“produktivitas sosial ekonomi”.
Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa “Kesehatan Jiwa” merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (integral) dari “Kesehatan” dan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan
yang selaras dengan perkembangan orang lain.Seseorang yang “sehat jiwa”
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita,
sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan dalam keadaan
hidup. Besar kecil jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada waktu
kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat
kontrasepsi dan pendapatan atau kekayaan. Fertilitas disebut juga dengan natalitas
yang mempunyai arti untuk mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk
dan reproduksi manusia.
Konsep – konsep lain terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk
diketahui adalah :
a. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk
melahirkananak;
b. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita dalam menghasilkan
suatukelahiran;
c. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dariperubahan
d. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukan tanda –
tanda kehidupan ) pada saat dilahirkan. Tanpa memperhatikan lamanya di dalam
kadungan walaupun akirnya meninggaldunia;
e. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kelahiran kurang
dari 28minggu;
f. Lahir mati ( still birth ) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda – tanda kelahiran,
tidak dihitung dalamkelahiran.
Fertilitas merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi perubahan
jumlah dan komposisi penduduk dalam suatu negara. Fertiltas mempelajari tentang
suatu tingkah laku fertilitas, tingkah laku seorang individu pada umumnya dengan
faktor eksternal meliputi lingkungan dan budaya. Pembahasan mengenai fertilitas
sangat beragam dan telah banyak dilakukan berbagai metode baik kualitatif maupun
kuantitatif yang secara keseluruhan bertujuan menentukan variabel yang
berhubungan dengan tingkah laku fertilitas. Adapun ukuran fertilitas yaitu banyaknya
anak lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau
sekelompok wanit
2. Faktor-faktor yang mempengaruhifertilitas
Teori Davis dan Blake dalam The Social Science Encyclopedia menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi fertilitas. Ada 11 variabel yang dikelompokkan dalam 3
tahap proses reproduksi sebagai berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin
(intercoursevariables).
1) Faktor yang mengatur dan meniadakan hubungankelamin
a) Umur mulainya hubungan kelamin adalah umur terjadinya hubungan
kelamin antara individu pria dan wanita yang terikat dalam suatu
lembaga perkawinan dengan berbagi ketentuan mengenai hak dan
kewajiban dari masing-masing individu.
b) Selibat permanen yaitu wanita yang tidak pernah melakukan hubungan
kelamin misalnya wanita yang tidak ingin menikah sehingga tidak
terjadi hubunganseksual.
c) Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan
kelamin yaitu bila pasangan suami –istri bercerai atau salah satunya
meninggal dunia sehingga tidak terjadi hubungan seksual yang dapat
menyebabkanfertilitas.
Pengertian rumah tangga tidak dapat ditemukan dalam Deklarasi PBB, namun secara
umum dapat di ketahui bahwa rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam
masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan berkawinan. Pengertian “rumah
tangga” tidak tercantum dalam ketentuan khusus, yang dapat kita jumpai adalah
pengertian “keluarga” yang tercantum dalam Pasal 1 ke 30 UndangUndang Nomor 8
tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yang berbunyi
keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai derajad tertentu
atau hubungan perkawinan. Pengertian rumah tangga atau keluarga hanya dimaksud
untuk memberikan gambaran tentang apa yang menjadi objek perbincangan tentang
kekerasan terhadap perempuan. Terjadinya kekersan dalam sebuah rumah tangga
bukan merupakan hal yang baru, namun selama ini selalu di rahasiakan oleh keluarga
dan korban (Soeroso, Moerti Hadiati 2010:61).
Tujuan perkawinan adalah membentuk dan membina keluargayang bahagia lahir dan
batin. Perkawinan merupakan ikatan yang sakral dan harus selalu dihormati oleh
suami dan istri. Perkawianan harus tetap di jaga agar suami dan istri agar tetap
harmonis. Dalam Undang-undang ini ditentukan prinsip-prinsip atau asas-asas
mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan.
Asas atau prinsip yang tercantum dalam Undang-Undang ini antara lain tujuan
perkawinan adalah membentuk dan membina keluarga yang kekal dan bahagia lahir
dan batin. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun pergaulan masyarakat ( Soeroso, Moerti
Hadiati, 2010:62).
Kekerasan diartikan dengan perilaku yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik
atau barang orang lain atau ada paksaan. Kekerasan merupakan wujud perbuatan
yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan pada
orang lain, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau
ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai (Eko Prasetyo
dan Suparman Marzuki, 1997 :7).
Kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu masalah
yang bersifal global yang berdampak luas terhadap kesehatan. Kekerasan terjadi
akibat kesenjangan kekuasaan. Pemegang kuasa mempunyai peluang untuk
melakukan kekerasan kepada yang lemah. Di lingkup rumah tangga, perempuan dan
anak sering kali menjadi kelompok yang lemah sehingga kerap kali terjadi kekerasan
pada kelompok ini. Meskipun demikian, kejadian KDRT tidak disebabkan oleh
faktor yang tunggal, melainkan multi faktor. Terdapat keterkaitan yang kuat antara
faktor individu, hubungan, lingkungan maupun masyarakat yang merupakan
penyebab terjadinya KDRT. Hal ini dapat digambarkan melalui contoh kasus sebagai
berikut. Riwayat masa kecil yang sering menyaksikan kekerasan dan diperburuk
dengan faktor kemiskinan dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang sehingga
hal ini dapat berpengaruh dalam hubungan rumah tangga yang memicu terjadinya
KDRT.
Penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Budaya Patriarki
Budaya patriarki adalah yang menempatkan posisi pihak yang memiliki kekuasaan
yang lebih unggul. Dalam hal ini laki-laki dianggap lebih unggul daripada
perempuan dan berlaku tanpa perubahan, bersifat kodrati.
2. Stereotype
3. Agama
Interprestasi agama yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal agama. Agama
sering digunakan sebagai legitimasi pelau KDRT terutama dalam lingkup
keluarga, seperty cara memahami Musyuz yakni suami boleh memukul isti dengan
alasan mendidik atau ketika istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suami
maka suami berhak memukul dan ancaman bagi istri.
b. Motif psikologi, artinya tertekan oleh tindakan psagan, misalnya suami sangat
membatasi kegiatan istri dalam aktualisasi diri, memaksakan istri untuk
menuruti semua keinginan suami
5. Harapan
Setiap pasangan suami dan istri memiliki suatu harapan mengenai apa yang akan
dicapai dalam keluarga, namun diantara keduanya tidak dapat menerima
kenyataan sehingga yang terjadi hanyalah tuntutan kepada pasangan tanpa
memikirkan bersama jalan keluar.
Konsekuensi kekerasan akut adalah termasuk dengan cedera fisik dan emosional,
gangguan terhadap pendidikan, pekerjaan dan perumahan, dan pembatasan perilaku
sosial. Hal ini dapat menyebabkan beberapa dampak langsung di antaranya adalah :
1. Cedera fisik
Cedera fisik akibat kekerasan dapat menyebabkan luka fisik yang signifikan
kepada korban, yang dapat berakibat fatal atu meninggalkan kecacatan permanen
kepada pasien.
2. Mental
Pekerjaan dan pendidikan Individu yang menderita luka fisik atau emosional
akibat kekerasan akan sering mengalami masalah saat pekerja dan melakukan
pendidikan. Korban dapat menerima bullyan yang mengakibatkan korban lebih
sering mengambil absen karena stress atau takut.
4. Sosial
5. Perilaku kesehatan
6. Tunawisma
Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan perawatan prakonsepsi untuk
kehamilan yang sehat yaitu: Riwayat imunisasi ibu harus terpenuhi, untuk wanita
usia subur suplementasi asam folat 600 mg setiap hari harus didorong, wanita yang
merencanakan kehamilan dalam waktu dekat juga dapat didorong untuk memenuhi
vitamin prenatal, mengkonsumsi obat dan suplemen tidak dianjurkan secara
berlebihan kecuali atas resep dokter, penyalahgunaan obat-obatan merupakan
masalah yang semakin meningkat dan perlu di evaluasi secara khusus, kondisi
kronis yang sering terjadi pada ibu seperti hipertensi dan diabetes memiliki potensi
dampak buruk yang signifikan pada ibu dan janin jika tidak dikontrol sebelum dan
selama kehamilan. Tingkat kesehatan, riwayat keluarga, dan sosial budaya dapat
menjadi faktor penting dalam perencanaan kehamilan, lingkungan dan pekerjaan
ibu sehari-hari juga harus di perhatikan (Helen, dkk. 2015).
Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif pada berbagai aspek kesehatan antara
lain adalah mengurangi angka kematian ibu dan anak, mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, bayi lahir mati, lahir prematur dan berat bayi lahir rendah, mencegah
cacat lahir, mencegah infeksi neonatal, mencegah stunting, mencegah penularan
HIV/IMS, menurunkan risiko beberapa bentuk kanker pada anak, menurunkan
risiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskular penyakit di kemudian hari (CDC, 2006)
H. Asuhan Kebidanan Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat Sesuai
Kasus
Masa prakonsepsi merupakan masa penting bagi seorang wanita, karena erat
kaitannya dengan kehamilan serta keadaan janin yang dikandungnya nanti.
Kesehatan wanita pada masa prakonsepsi merupakan langkah untuk melindungi
kesehatan ibu dan anak yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini sejalan dengan
teori LCT ( Life Course Theory) yang berhipotesis bahwa output kelahiran
dipengaruhi oleh interaksi jangka panjang dari biologis, perilaku, dan lingkungan
(healthty food) dari wanita sebelum kehamilan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Annisa Khaira Maadi , Fillah Fithra
Dieny , Hartanti Sandi Wijayanti, A.Fahmy Arif Tsani dan Choirun Nissa tahun
2019 yang meneliti tentang Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita
Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang dengan menggunakan desain cross-sectional
dengan 70 subjek pengantin wanita di KUA Kecamatan Sumowono dan Pringapus,
berusia 16-35 tahun, dipilih dengan metode consecutive sampling mendapatkan
hasil prevalensi anemia dan status gizi kurang sebanyak 11,4% dan 15,7%. Asupan
energi, protein, vitamin B2, seng, besi dan asam folat tergolong kurang. Asupan
energi (p=0,004), protein (p=0,007), zat besi (p=0,009), dan status gizi (p=0,055)
merupakan faktor yang mempengaruhi kadar Hb. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap kadar Hb adalah asupan energi dan status gizi sehingga disimpulkan
bahwa kadar Hb pada wanita prakonsepsi dipengaruhi oleh asupan energi, protein,
zat besi dan status gizi. Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah asupan
energi dan status gizi.Asupan energi dari makanan merupakan faktor yang
berpengaruh langsung secara linear dalam menentukan status gizi. Status gizi
merupakan keadaan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi tubuh.
Ketika asupan energi tubuh kurang, maka dapat menurunkan nilai IMT.
Kekurangan asupan energi dapat mengganggu aktivitas enzim glikolitik seperti
hexokinase, kinase piruvat dan glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) yang
mengubah permeabilitas membran, yang mengarah pada pemecahan sel darah
merah. Hal ini menjelaskan perempuan yang memiliki status gizi kurang cenderung
kekurangan zat besi yang terlihat dari nilai Hb yang rendah. Kekurangan asupan
energi berisiko 3,2 kali lebih besar mengalami kekurangan gizi (IMT<18,5kg/m2)
dibandingkan dengan WUS yang memiliki asupan energi cukup.53 Penelitianlain
menyebutkan bahwa wanitaunderweight berisiko 6 kali lebih tinggimengalami
kekurangan simpanan besi dan4 kali lebih tinggi mengalami KEK dibandingkan
dengan wanita normal. Calon pengantin wanita dekat hubungannya dengan
kehamilan dan menyusui, oleh karena itu perbaikan status gizi dan anemia gizi besi
serta defisiensi folat harus dilakukan pada periode ini untuk memperoleh kualitas
generasi penerus yang baik.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lusyana Gloria Doloksaribu dan Abdul
Malik Simatupang pada tahun 2019 yang meneliti tentang Pengaruh Konseling Gizi
Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan
Batang Kuis dengan menggunakan Quasi Eksperimen dengan disain One Group
Pre – Post Test menunjukkan hasil Hasil penelitian menunjukkan, terjadi
peningkatan pengetahuan. Dimana sebelum diberikan konseling rata-rata nilai
pengetahuan yang didapat sampel sebesar 12,60 dengan nilai terendah 8 dan nilai
tertinggi 16 dari total nilai 20. Dan setelah diberikan konseling rata-rata nilai
pengetahuan yang didapat sampel sebesar 15,97 dengan nilai terendah 11 dan nilai
tertinggi 18. Sebelum diberikan konseling, sampel hanya mampu menguasai 63%
dari total semua pertanyaan yang diberikan. Dengan nilai pengetahuan yang paling
tinggi diperoleh oleh sampel yang memiliki kategori pendidikan tinggi dan nilai
pengetahuan terendah diperoleh oleh sampel yang memiliki kategori pendidikan
menengah. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
keinginan untuk balajar dan mudah melakukan perubahan positif semakin tinggi
juga. Peran konseling gizi prakonsepsi selama satu minggu dengan tiga kali
pengulangan materi mampu meningkatkan pengetahuan sampel secara signifikan.
Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa
konseling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan konseling. Dengan nilai
signifikan diperoleh p = 0,001.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Igna Nur’Arofah Umisah dan Dyah Intan
Puspitasari tahun 2017 yang meneliti tentang Perbedaan Pengetahuan Gizi
Prakonsepsi Dan Tingkat Konsumsi Energi Protein Pada Wanita Usia Subur (Wus)
Usia 15-19 Tahun Kurang Energi Kronis (Kek) Dan Tidak Kek Di Sma Negeri 1
Pasawahan untuk menguji perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi dan tingkat
konsumsi energi protein antara WUS usia 15-19 tahun KEK dan tidak KEK di SMA
Negeri 1 Pasawahan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah
responden penelitian yaitu 37 responden KEK dan 37 tidak KEK, dengan teknik
pengambilan sampel Proportional Stratified Random Sampling. Data KEK diambil
dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), pengetahuan gizi prakonsepsi
diperoleh menggunakan kuesioner dan data tingkat konsumsi energi protein
diperoleh dengan formulir Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-
FFQ) 3 bulan terakhir.
BAB III
Tinjauan Kasus
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ny.S usia 40 tahun dengan perencanaan kehamilan sehat
B. Pelaksanaan Asuhan
Tanggal Pengkajian : 15 September 2021
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang KIA Puskesmas Pundu
C. Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. S Nama Suami : Tn.A
Umur : 40 tahun Umur : 37 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Sawit
Alamat : Selucing
D. Manajemen Asuhan Kebidanan
maupun menahun.
BB : 54Kg Nadi : 67 x / m
TB : 153 Cm Respirasi : 20 x / m
LILA : 24 Cm
IMT : 22,6
- Pemeriksaan penunjang
Hb : 13,2 dgL
HIV/AIDS : Negatif
HBSAg : Negatif
Sifilis : Negatif
A : Nn Ny.S usia 40 tahun dengan perencanaan kehamilan sehat
Rasionalisasi: Dari segi gizi, sebanyak 30% ketidaksuburan dapat terjadi akibat
pola makan yang tidak sehat. Untuk memicu kehamilan ada
beberapa jenis makanan yang berguna untuk kesuburan.
Konsumsi banyak sayuran dan buah-buahan terutama yang
mengandung vitamin B,C, D dan E yang penting untuk
pengaturan hormon-hormon seperti pisang, pepaya, mangga,
alpukat, kacang-kacangan, Asam folat yang biasa terkandung di
sayur katuk dan bayam, zinc, tembaga , selenium dan zat besi
yang bisa didapatkan dari daging merah, hati ayam, ikan laut,
sayuran hijau dan kacang-kacangan. Selain nutrisi, hal yang
perlu dilakukan adalah olahraga teratur seperti jalan santai,
jogging, senam, istirahat yang cukup serta menjaga kebersihan
diri dan lingkungan. (Novalia Akmaliyah, 2019)
6. Menganjurkan ibu untuk mendaftar JKN karena usia >35 tahun beresiko pada
saat hamil, jika terjadi komplikasi dan harus mendapatkan tindakan medis
secara intensif maka ibu dan keluarga dapat mendapatkan keringanan biaya.
7. Dokumentasi Asuhan
Berdasarkan kasus Ny.S yang ingin merencanakan kehamilan di usia 40 tahun yang
merupakan resiko tinggi karena Usia tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia
tersebut mudah terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya
dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami
oleh ibu berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus.
Ditinjau dari evidence base, usia 40 tahun masih diperbolehkan hamil selama tidak ada
penyakit komplikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janin, Ibu dengan
usia >35 tahun tetap dapat merencanakan kehamilan dengan perawatan dan pencegahan
komplikasi dengan rajin menjaga kebugaran tubuh, istirahat yang cukup , mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang banyak mengandung vitamin, zat besi dan asam
folat serta rutin kunjungan antenatal.
Karena usia ibu merupakan usia resiko tinggi maka ibu disarankan untuk menjadi peserta
JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional) karena jika terjadi komplikasi dan harus
mendapatkan tindakan medis secara intensif maka ibu dan keluarga dapat mendapatkan
keringanan biaya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam kandungan dan dapat
menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan. Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu
hamil pada usia ini dapat menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD),
hipertensi, partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut
mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah
tidak lentur dan memungkinkan mengalami penyakit.
B. Saran
Saran bagi Ny. S untuk mempersiapkan perawatan kehamilan dan mencegah komplikasi
dengan rajin menjaga kebugaran tubuh, istirahat yang cukup , mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang yang banyak mengandung vitamin, zat besi dan asam folat serta
rutin kunjungan antenatal pada saat hamil nanti. Serta mendaftar kepesertaan JKN.