Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN “Y” UMUR 22 TAHUN


DENGAN SKRINING PRAKONSEPSI DI PUSKESMAS
ANGGUT ATAS KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH :

ICA HERLINA
NPM: 2226061001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI STIKES TRI MANDIRI
SAKTI BENGKULU
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED
DISCUSSION
STASE ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN “Y” UMUR 22


TAHUN DENGAN SKRINING PRAKONSEPSI DI
PUSKESMAS ANGGUT ATAS KOTA BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Bengkulu, April 2023

Mengetahui

Perseptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

Bdn. Ruri Maiseptyasari, SST, M.Kes Jainati, SST Ica Herlina

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................................1
2. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN TEORI....................................................................................4
BAB III. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT..........7
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................10
BAB V SIMPULAN..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan bahwa

Setiap hari 830 ibu di dunia meninggal akibat penyakit/komplikasi terkait

kehamilan dan persalinan, 94% dari semua kematian ibu terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah (World Health Organization,

2019).

Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di

Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 305/100.000 kelahiran hidup (KH).

Angka kematian ini masih jauh dari target Sustainable Development

Goals (SDGs) pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu

menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran (Sustainable Development

Goals, 2017).

Upaya penurunan AKI merupakan salah satu target yang ingin dicapai

dalam SDGs khususnya pilar yang berkitan dengan Pilar Pembangunan

Sosial. Pembangunan Sosial SDGs adalah tercapainya pemenuhan hak dasar

manusia yang berkualitas secara adil dan setara. Seluruh isu kesehatan dalam

SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni nomor 3 yaitu menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang

disegala usia salah satunya upaya menurunkan AKI dan AKB (Sustainable

Development Goals Indonesia, 2021).

1
2

Peran Bidan dalam SDGs upaya penurunan AKI dan AKB terletak

pada tujuan nomor 3, dimana disini bidan dituntut bekerja dengan perempuan,

suami dan keluarganya selama melewati masa kehamilan, persalinan dan masa

nifas untuk memberikan asuhan yang aman dan holistik. Untuk

mengoptimalkan pengaruhnya, maka bidan harus mempunyai pengetahuan

tentang kondisi sosial dan kesehatan masyarakat sekitar dan kebutuhannya,

mempunyai jejaring kerja yang baik dengan sistem kesehatan dan sosial, pro

aktif dalam mengidentifikasi risiko kesehatan, menyatu dengan perempuan,

keluarga dan sistem pelayanan sebaik mungkin (Handayani, 2017).

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan penting dalam

penurunan AKI dan AKB, melalui pendekatan asuhan kebidanan yang tepat.

Continuity of Care diartikan sebagai asuhan kebidanan secara

berkesinambungan diberikan oleh seorang bidan dari masa pranikah,

kehamilan, kelahiran dan periode masa setelah melahirkan baik pada ibu

dengan resiko tinggi maupun resiko rendah. Asuhan ini bisa diberikan melalui

konseling, informasi dan edukasi (KIE) pada semua unit pelayanan (Sandall,

2017; Yanti et al., 2015).

Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu

pada intervensi biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat

meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat

menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining

prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif

terhadap kesehatan ibu dan anak. Penerapan kegiatan promotif, intervensi


3

kesehatan preventif dan kuratif sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan

ibu dan anak sehingga membawa manfaat kesehatan untuk remaja, baik

perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya baik sehat secara fisik,

psikologis dan sosial, terlepas dari rencana mereka untuk menjadi orang tua.

B. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan case base discussion ini adalah untuk

melatih penalaran klinis dan menekankan pemecahan masalah yang terdapat

pada kasus yang ditemukan saat melaksanakan praktik klinik kebidanan yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Nn “Y” Umur 22 Tahun Dengan

Skrining Prakonsepsi di Puskesmas Anggut Atas Kota Bengkulu” dengan

penyusunan laporan secara terstruktur dan sistematis.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Prakonsepsi

Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti

sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga

terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel

sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode

prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum

konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma

matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada

perempuan sebelum terjadi konsepsi.

Persiapan pra-kehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah

luas yang mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko

sosial, perilaku, lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil

kehamilan seorang wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini

(bila mungkin) melalui pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat,

sebelum kehamilan.

Idealnya, pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya,

merencanakan program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya

dengan baik sesuai kebutuhan dan keadaan masing-masing individu. Ibu

yang ingin hamil dievaluasi kesehatan alat reproduksi dan pendukungnya,

sementara ibu yang belum ingin hamil tetap harus dijaga kesehatan

4
5

reproduksinya dan ditawari metode keluarga berencana yang sesuai. Selain

evaluasi kesehatan reproduksi berkala, perawatan prakonsepsi juga dapat

berkisar pada :

a. Pemeriksaan pranikah dan berbagai pemeriksaan penunjangnya

b. Konseling Kontrasepsi pra-kehamilan

c. Evaluasi penyakit menular seksual atau infeksi vagina

Petugas kesehatan harus mampu melakukan penilaian prakonsepsi

dasar, memberikan pendidikan dasar kesehatan reproduksi, dan menawarkan

rekomendasi yang tepat untuk intervensi. Apabila terdapat situasi di luar

kemampuan petugas kesehatan, harus dilakukan rujukan kepada seorang

konselor genetik dan / atau petugas dengan keahlian khusus.

2. Tujuan Prakonsepsi

Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan

pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang

optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan

serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan

dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi

beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang

memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan

prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik

bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat

membahayakan kehamilan.

Menurut Sofie Krisnadi tujuan pra konsepsi diantaranya :


6

a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu, janin, dan kehamilan

b. Mendidik wanita tentang risiko ini, pilihan untuk intervensi dan

manajemen

c. Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu

dan janinnya, melalui Konseling, motivasi, optimasi penyakit, dan

rujukan spesialis

3. Manfaat Prakonsepsi

Manfaat adanya asuhan masa prakonsepsi adalah adanya kesiapan

secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi.

Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal

yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan

pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya

proses konsepsi, sehingga dapat melakukan upaya yang maksimal agar

bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi juga

bermanfaat untuk :

a. Identifikasi keadaan penyakit

b. Penilaian keadaan psikologis

c. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya

untuk membantu membuat keputusan tentang kehamilan dan

persalinan yang akan di hadapinya


7

4. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi

a. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga

kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan

mengidentifikasi faktor resikonya:

1) Suplementasi asam folat 400-800 microgram terbukti menurunkan

kejadian NTD (Neural Tube Defect)

2) Penilaian medis mengenai obat-obatan yang dikonsumsi saat ini

dapat sangat berguna untuk menghindarkan kelainan kongenital,

misalnya pemakaian warfarin untuk individu dengan penyakit

autoimun seperti sindroma antifosfolipid, dapat diganti dengan

heparin yang tidak teratogenik.

3) Kontrol Glikemik pada wanita dengan diabetes dapat mengurangi

risiko keguguran dan embriopati. Pada wanita diabetes yang diberi

obat (ACE) inhibitor angiotensin-converting, angiotensin receptor

blocker (ARB), statin, dan beberapa obat anti-hiperglikemia oral

harus menghentikan penggunaannya dan beralih ke obat alternatif

yang dapat menghasilkan keamanan janin lebih baik (misalnya,

metildopa, labetalol, calcium channel blocker, insulin, glyburide.

Identifikasi masalah kesehatan (DM, epilepsy, hipertensi,dll),

berikan penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.

4) Menghentikan alkohol dan obat-obatan terlarang


8

Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya

konsepsi (olahraga, hindari minum alkohol, merokok atau

penggunaan obat-obat terlarang/hentikan bila ibu sudah terbiasa)

Belum ada takaran yang aman dari asupan alkohol dan obat

telarang selama kehamilan, oleh karena itu ibu yang ingin hamil

mutlak harus menghentikannya

b. Pemeriksan laboratorium rutin

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan pada setiap wanita yang

akan hamil antara lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah,

titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.

c. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi

d. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan

penyebab banyak masalah dalam kehamilan.

e. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga (kesulitan dalam kehamilan,

persalinan, nifas maupun kecacatan). Pada setiap konseling genetik,

kuncinya adalah menetapkan bahwa setiap bayi dari wanita dan pria

tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu penyakit genetik.

Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat dirujuk

ke konselor genetik.

f. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah

matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat

menyebabkan toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh

kembang janin.
9

g. Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelumnya mengalami

kehamilan merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi

pertumbuhan bayi sehat dan mencegah berat lahir rendah dapat

dilakukan dengan:

1) Mencapai berat badan ideal

2) Mengontrol gangguan makan

3) Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang

h. Konsultasi dengan psikolog dalam perencanaan pra konsepsi untuk

mencapai kehamilan sehat

i. Prakonsepsi pada pria:

Pria-pria dengan riwayat gangguan genetik pribadi atau keluarga

terdapat peningkatan risiko penularan pada anak.Kebiasaan

mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat meningkatkan

risiko berat bayi lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih

tinggi mendapatkan anak dengan Syndrom Down dan anomali

kromosom lain yang terkait dengan usia, baik produksi maupun

pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,

penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat

farmasi sehingga menurunkan fertilitas. Pria juga sering kali

mengemban tanggung jawab stabilitas finansial keluarga dan

merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi seorang

anak. Pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan
10

dalam hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap

suatu kebutuhan untuk mendapat bantuan sebelum prakonsepsi

5. Konseling Prakonsepsi

Preconception Counseling adalah komponen penting dari perawatan

prakonsepsi. Preconception Counseling merupakan skrining dan

memberikan informasi serta dukungan kepada individu usia subur

sebelum hamil untuk promosi kesehatan dan mengurangi risiko.

Preconception Counseling memainkan peran utama dalam

mempersiapkan kehamilan.12 Preconception Counseling bertujuan untuk

mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang berhubungan dengan

kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum kehamilan . Kunjungan

konseling prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk mengevaluasi

pasien dan kehamilan.13

Dalam hal ini, peran tenaga Kesehatan dalam perawatan prakonsepsi

di tingkat dasar antara lain pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan,

intervensi klinikal, dan psikososial. Tenaga kesehatan harus memiliki

akses, seperti informasi tentang perawatan sebelum konsepsi untuk

memberikan anjuran/nasihat kepada orang tua, mengevaluasi kehamilan

dan bila menemukan suatu kelainan, dapat merujuk ke dokter spesialis

yang lebih kompeten sedini mungkin. Dari peran tenaga kesehatan yang

dilakukan tersebut, diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan

yang sehat pada pasangan usia subur.


11

Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik

preventif. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi prognosis bayi

dapat diketahui sebelum kehamilan, selain wanita yang bersangkutan

dinasehati mengenai risiko yang ada, dan ditawarkan intervensi yang

mungkin memperbaiki prognosis kehamilan. Agar efektif, konsultasi

mengenai potensi risiko kehamilan dan intervensi untuk mencegahnya,

harus diberikan sebelum konsepsi. Untuk dokter dalam layanan primer

konseling prakonsepsi akan didominasi oleh wanita dengan faktor risiko

rendah untuk meminta saran diet dan pilihan rencana akses ke perawatan

persalinan. Kualitas konseling ini mungkin memiliki potensi untuk

secara signifikan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Sedangkan, di

rumah sakit, konseling prakonsepsi sebagian besar akan melibatkan

wanita dengan komplikasi penyakit tertentu mencari nasihat tentang

potensi kehamilan yang sukses dan implikasi terkait kondisi latar

belakang medis mereka.

6. Proses konseling

Konseling merupakan suatu bentuk percakapan wawancara, sedangkan

wawancara itu sendiri belum tentu merupakan suatu konseling. Proses

konseling menurut saraswati dalam buku Komunikasi & Konseling

(Feminisme) dalam Pelayanan Kebidanan terdiri dari 4 unsur kegiatan:

a. Pembinaan hubungan baik (rapport)


12

Dilakukan sejak awal pertemuan dengan klien dan dijaga selama

pertemuan konseling. Keterampilan membina hubungan baik merupakan

dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien, keluarga

klien, tokoh masyarakat dan sebagainya. Serta merupakan dasar dari

proses pemberian bantuan.

Hubungan yang baik akan memudahkan klien untuk memahami saran

bidan sehingga mau mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali

lagi untuk memeriksakan diri ke bidan. Tahapan dalam pembinaan

hubungan baik sebagai berikut:

1) Mencari tahu seberapa klien memahami arti konseling dan apa

yang dia harapkan dari seorang konselor.

2) Klien menjajaki kemungkinan keterbukaan

3) Binalah hubungan kepercayaan

4) Biarkan klien bercerita tentang apa yang dirasakan walaupun cerita

itu tidak berurutan

5) Kesan pertama akan menentukan keberhasilan konseling.

Perilaku respon positif yang mendukung terciptanya hubungan baik

a) Bersalaman dengan ramah

b) Mempersilahkan duduk

c) Bersabar

d) Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien

e) Menjaga kerahasiaan klien

f) Tidak melakukan penilaian


13

g) Mendengarkan dengan penuh perhatian

h) Menanyakan alasan kedatangan klien

i) Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.

b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan,

kekuatan diri dan sebagainya).

Pengumpulan informasi merupakan tugas utama konselor. Pendalaman

masalah yang dihadapi klien, latar belakang, situasi dan kondisi klien,

perasaan dan kebutuhan klien, serta pemahaman klien terhadap masalah

yang dipahami oleh konselor, akan berdampak baik terhadap informasi

yang dibutuhkan dan dipahami oleh klien. Tahapan dalam penggalian

informasi:

a) Arahkan klien agar bercerita dengan urutan yang benar

b) Selama bercerita, perhatikan bagaimana klien berbicara (malu, marah)

sikap klien terhadap konselor dan kesulitan selama berkomunikasi

c) Bila klien tampak cemas, tunda sampai klien dapat merumuskan

ceritanya. Jangan memaksa klien jika belum siap

d) Penting sekali peranan dari kedua belah pihak.

c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan

Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien

memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk

mengatasi. Tahapan ini merupakan inti dari proses konseling:

a) Konselor membantu klien memahami permasalahannya

b) Konselor membantu memberikan alternative pemecahan masalah


14

c) Konselor membantu klien memilih alternative pemecahan masalah

dengan segala konsekuensinya.

d. Menindaklanjuti pertemuan

Mengakhiri pertemuan konseling, konselor merangkum jalannya dan

hasil pembicaraan selama pertemuan selanjutnya atau merujuk klien.

Disebut juga dengan tahapan penutup:

a) Konselor mengakhiri proses konseling secara bertahap

b) Beri waktu klien untuk merenungkan berbagai alternative pemecahan

masalah

c) Membuat perjanjian kembali

Berikan dorongan dan semangat bagi klien untuk keputusan yang telah

diambil jalannya proses konseling sangat tergantung pada percakapan

konselor klien.
BAB III
DOKUMENTASI SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA NN “Y” UMUR 22 TAHUN DENGAN SKRINING PRAKONSEPSI DI


PUSKESMAS ANGGUT ATAS KOTA BENGKULU

Deksripsi Kegiatan Responden TTD


Tanggal Pembimbing
CI
Tanggal : 13 April 2023 Subyektif TTD Mahasiswa
Waktu : 09.30 WIB - Ingin mengurus surat keterangan kesehatan
Tempat : PKM Anggt Atas untuk menikah
Pengkaji : Ica Herlina - Saat ini tidak ada keluhan dan dalam ………………….
keadaan sehat Tanda Tangan
- Belum pernah hamil Perceptor Lahan

Obyektif
1. Pemeriksaan Umum ……………………..
Keadaan umum : Baik Tanda Tangan
Kesadaran : Composmentis Pembimbing PKK
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 24x/menit ……………………
Suhu : 36,5 derajat
celcius
BB : 52 kg
LILA : 25 cm

15
16

2. Pemeriksaan Fi sik
Kepala : Simetris, rambut
hitam, tidak ada
ketombe, tidak rontok,
tidak ada massa.
Muka : Bersih, tidak pucat,
tidak ada oedema,
Mata : Conjungtiva tidak
pucat, sklera putih
Hidung : Simetris , bersih, tidak
ada polip
Telinga : Simetris, bersih, tidak
ada cairan yang keluar
dari telinga
Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tyroid,
dan pembengkakan
vena jugularis.
Payudara : Simetris, puting susu
menonjol, tidak ada
benjolan patologis,
tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Tidak ada pembesaran
atas kelenjar getah bening
di aksila, kuku bersih,
ujung jari tidak pucat
Abdomen : Tidak ada luka
operasi, tidak ada
17

pembesaran, tidak ada


benjolan/massa, tidak
ada nyeri tekan pada
perut bagian bawah
Genitalia : Tidak ada keluhan
keputihan yang berbau
dan menimbulkan
gatal.
Ekstremitas : Simetris, tidak ada
bawah varises, tidak ada
edema , reflex patella
kanan/kiri (+)/(+)

3. Pemeriksaan Pe nunjang
Hb : 12,1 gr%
Urine : HCG (-)
18

Analisa
Nn “Y” umur 22 tahun dengan pelaksanaan
skrining pra konsepsi

Penatalaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada Nn Y
2. Melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan Hb dan pemeriksaan urine
3. Memberikan imunisasi TT
4. Memberikan konseling kepada Nn Y terkait
persiapan kehamilan yang sehat dengan cara
mengkonsumsi makanan yang sehat dengan
gizi seimbang, melakukan olahraga,
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil asuhan kebidanan pada Nn ”Y” didapatkan data subyektif

yaitu ingin mengurus surat keterangan kesehatan untuk menikah dan saat

ini tidak ada keluhan dan dalam keadaan sehat. Hasil pemeriksaan

obyektif didapatkan pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal,

LILA : 25 cm, pemeriksaan fisik dalam batas normal, Hb : 12,1 gr% dan

Urine : HCG (-). Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn “Y” yaitu

Melakukan pemeriksaan fisik pada Nn Y, Melakukan pemeriksaan

penunjang yaitu pemeriksaan Hb dan pemeriksaan urine, memberikan

imunisasi TT dan memberikan konseling kepada Nn Y terkait persiapan

kehamilan yang sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat

dengan gizi seimbang, melakukan olahraga.

Skrining yang tidak dilaksanakan pada asuhan ini yaitu pelayanan

psikologi tidak dilaksanakan karena di Puskesmas Muara Pinang belum

tersedia tenaga kesehatan psikolog. Selanjutnya, pemberian suplementasi

gizi tidak diberikan karena pada kasus yang ditemukan ibu tidak

mengalami anemia dan LILA ibu dalam batas normal.

Pelaksanaan skrining ini didukung oleh penelitian menurut

Yulivantina et al. (2021) bahwa prakonsepsi pada calon pengantin

perempuan terdiri dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium wajib dan rekomendasi, pemberian imunisasi

19
20

Tetanus Toxoid, suplementasi gizi, konsultasi kesehatan dan pelayanan

psikologi.

Skrining yang tidak dilaksanakan pada asuhan ini yaitu pelayanan

psikologi tidak dilaksanakan karena di Puskesmas Muara Pinang belum

tersedia tenaga kesehatan psikolog. Selanjutnya, pemberian suplementasi

gizi tidak diberikan karena pada kasus yang ditemukan ibu tidak

mengalami anemia dan LILA ibu dalam batas normal.

Kegiatan pemeriksaan fisik pada calon pengantin sudah sesuai

dengan Permenkes No.97 Tahun 2014 bahwa pemeriksaan fisik yang

dimaksudkan dalam pelayanan masa sebelum hamil paling sedikit

meliputi pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi.

Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi

masalah kurang energi kronis dan pemeriksaan status anemia.

Pemeriksaan fisik pada calon pengantin meliputi pemeriksaan tanda-tanda

vital, penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar lengan atas untuk

mengetahui status gizi calon pegantin. Pemeriksaan berat badan dan

pengukuran status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status

gizi memengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk mencapai

status imunisasi tetanus toxoid ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar dan

lanjutan. Status imunisasi tetanus toxoid ke 5 (lengkap) ditujukan agar

wanita usia subur memiliki kekebalan penuh terhadap infeksi tetanus

toxoid. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari (2014) bahwa
21

imunisasi selama periode prakonsepsi dapat mencegah banyak penyakit

yang mungkin memiliki konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal

bagi ibu atau bayi yang baru lahir (Lassi et al., 2018).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dean et al (2014) bahwa

berat badan ibu hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang

berkontribusi terhadap komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.

Perempuan yang underweight pada periode prakonsepsi berkontribusi

32% lebih tinggi terhadap risiko kelahiran prematur 32%, perempuan

dengan obesitas beresiko dua kali lipat mengalami preeklampsia dan

diabetes gestasional. Perempuan dengan obesitas dan obesitas lebih dari

dua kali lipat risiko preeklamsia

Pelayanan prakonsepsi pada calon pengantin yang belum terlaksana

yaitu dimana calon pengantin belum diberikan asam folat. Asam folat

sangat penting dalam persiapan kehamilan. Penelitian dari Wen et al

(2016) bahwa kekurangan asam folat meningkatkan risiko terjadinya

kecacatan saraf tabung (neuro tube defect), bibir sumbing dan down

syndrome. Gangguan metabolisme folat dapat menyebabkan

hyperhomocysteinaemia dan komplikasi yang lebih sering terjadi pada

kehamilan, seperti keguguran berulang, pertumbuhan janin terhambat dan

pre eklampsia.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian, pemeriksaan dan penyusunan laporan case

base discussion didapatkan kesimpulan Asuhan Kebidanan Pada Nn “Y” Umur

22 Tahun Dengan Skrining Prakonsepsi di Puskesmas Anggut Atas Kota

Bengkulu sudah sesuai dengan evidence based yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, F. (2017). Penguatan Peran Bidan Dalam Pemberdayaan


Perempuan Untuk Mendukung Program Sustainable Development
Goal’s. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2), 13–18.
Lassi, Z. S., Dean, S. V., Mallick, D., & Bhutta, Z. A. (2014).
Preconception care: Delivery strategies and packages for care.
Reproductive Health, 11(3), 1–17. https://doi.org/10.1186/1742- 4755-11-S3-
S7
Sandall, J. (2017). The contribution of continuity of midwifery care to
high quality maternity care. The Royal College of Midwives, 16.
https://www.rcm.org.uk/sites/default/files/Continuity of Care A5
Web.pdf
Sustainable Development Goals. (2017). Sustainable Development Goals.
https://www.sdg2030indonesia.org/page/11-tujuan-tiga
World Health Organization. (2019). Maternal mortality.
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/maternal-
mortality
Yulivantina, E. V., Mufdlilah, M., & Kurniawati, H. F. (2021).
Pelaksanaan Skrining Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan.
Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 47.
https://doi.org/10.22146/jkr.55481

Anda mungkin juga menyukai