Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

JUDUL KASUS : ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N USIA 18 TAHUN


DENGAN ABORTUS IMMINENS DI PUSKESMAS
SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Dosen Pembimbing Pendidikan :

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2021/2022
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
JUDUL KASUS : ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N USIA 18 TAHUN
DENGAN ABORTUS IMMINENS DI PUSKESMAS
SUKAMERINDU KOTA BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Bengkulu, Agustus 2022

Perseptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

Levira Zani

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN TEORI................................................................................... 3
BAB III. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT......... 12
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 17
BAB V SIMPULAN................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Federasi obstetric ginekologi internasional menjelaskan bahwa

kehamilan dapat diartikan sebagai fertilasi atau penyatuan spermatozoa dan

ovum yang dilannjutkan dengan nidasi atau implantasi. bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kelender internasional.

jadi kehamilan juga terbagi menjadi tiga trimester dimana trimester pertama

berlangsung dari konsepsi sampai tiga bulan (0-12 minggu), trimester kedua

dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-28 minggu), trimester

ketiga dari bulan tujuh sampai sembilan bulan (29-42 minggu) (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017).

Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko

terjadinya komplikasi dimana dapat memberikan ancaman kepada ibu dan

janin. dalam hal ini komplikasi dan penyulit dapat dicegah melalui

pemeriksaan yang dilakukan secara dini yang mampu mendeteksi dan

menangani resiko tinggi pada masa kehamilan. (Wahyu, 2019).

Untuk mengetahui terjadinya suatu kehamilan dapat dilakukan dengan

mengenali tanda dan gejala, seperti adanya tanda kemungkinan kehamilan,

tanda tidak pasti kehamilan, tanda pasti kehamilan. tanda tidak pasti

kehamilan meliputi amenorrhea, mual dan muntah, mastodinia, quickening,

sering buang air kecil, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan warna

1
2

kulit, perubahan payudara, mengidam, pingsan, lelah dan varices. sedangkan

tanda kemungkinan kehamilan meliputi perubahan pada uterus, tanda

pisckaceks, suhu basal, perubahan pada serviks, pembesaran abdomen,

kontraksi uterus dan pemeriksaan tes biologis kehamilan. dan tanda pasti

kehamilan meliputi gerakan janin dalam rahim terlihat dan teraba, bagian-

bagian janin teraba, dan adanya denyut jantung janin (Dartiwen & Yati

Nurhayati, 2019).

Adapun beberapa factor yang dapat menjadi penyebab abortus salah

satunya adalah faktor ibu yaitu umur ibu, paritas, usia kehamilan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status ekonomi, berbagai penyakit

medis, status gizi ibu dan riwayat abortus (Jernita Megawati, Riko Dan Yeni,

2017 ).

Hampir 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran, jika

kehamilan berlanjut janin yang dilahirkan oleh ibu akan berakibat buruk

seperti kelahiran prematur, ketuban pecah dini, preeklamsia, solusio plasenta

dan Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dapat terjadi. Hal ini juga

diketahui bahwa usia ibu, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,

hipotiroidisme, pengobatan infertilitas, trombofilia, berat badan ibu dan

struktur rahim yang abnormal meningkatkan risiko abortus imminens

(Yakistiran dkk, 2016).

Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan

menyebabkan beban emosional serius, yang dapat meningkatkan risiko

keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR),


3

kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD).

Apabila Abortus Imminens tidak diberi penanganan yang tepat dan sesuai

dengan prosedur maka akan terjadi komplikasi yang menyebabkan

meningkatnya angka morbiditas ibu. Dan apabila komplikasi tersebut tidak

juga diberi penangan yang tepat maka bisa saja terjadi kematian pada ibu yang

akan meningkatkan angka mortalitas ibu. Terlalu sedikit informasi yang di

dapat oleh ibu baik di praktek umum maupun di fasilitas kesehatan lainnya

mengenai alasan mengapa abortus terjadi serta akibatnya pada kehamilan yang

akan datang

Berdasarkan data dan informasi World Health Organization (2020),

terdapat 4,7%- 13,2% yang mengalami kasus aborsi. diperkirakan 30 wanita

meninggal untuk setiap 100.000 aborsi yang tidak aman dinegara maju.

sedangkan di negara berkembang meningkat menjadi 220 kematian per

100.000 aborsi yang tidak aman. Menurut data dan informasi profil kesehatan

indonesia (2019) jumlah kejadian abortus di indonesia berkisar 1.280 ibu

hamil. dari keseluruhan diatas sebagian besar terjadi di provinsi jawa barat dan

jawa timur yaitu 16% dan 12 %. ibu yang mengalami abortus (kemenkes ri,

2020).

Menurut kemenkes (2018) upaya yang harus dilakukan pemerintah

dalam penanganan untuk menurunkan angka kejadian abortus dengan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dengan elemen

pelayanan seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,


4

pengukuran tekanan darah, pemberian tablet tambah darah selama kehamilan,

pelayanan tes laboratorium (hb) (kemenkes, 2018).

Abortus ditandai dengan keluarnya bercak atau flek kecokelatan dari

vagina sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram. abortus dapat dibagi menjadi dalam beberapa macam yaitu

abortus imminens, abortus insipient, abortus kompletus, abortus inklompletus,

missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, abortus septik

(Prawirohardjo, s, 2016).

Komplikasi yang sering kali terjadi pada awal kehamilan yaitu abortus

imminens yang ditandai dengan adanya perdarahan dari uterus sebelum usia

kehamilan 20 minnggu yang disertai kontraksi dimana hasil konsepsi masih

utuh didalam uterus dan ostium tertutup (Nurbaiti, dkk, 2019).

Deteksi dini terjadinya abortus imminens pada masa kehamilan yaitu

dengan mengenali tanda dan gejala terjadinya abortus imminens seperti

keluarnya flek dari kemaluan yang disertai dengan mulas ringan seperti pada

saat menstruasi. adapun upaya pencegahan terjadinya abortus imminens yaitu

dengan menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas berlebih, menghindari

stress, membuat program kehamilan serta sering melakukan konsultasi kepada

petugas kesehatan yang terdekat (Partiwi, 2019).

Untuk mengetahui terjadinya abortus imminens maka perlu dilakukan

pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti, pemeriksaan panggul, usg, dan

test darah untuk mengetahui adanya kelainan yang mempengaruhi

perkembangan kehamilan serta untuk mengetahui ibu yang mengalami


5

kekurangan zat besi. karena kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat

menyebabkan gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel

tubuh maupun sel otak. (Jayani, 2017).

Jika sudah terjadi abortus imminens yang dapat berakibat menjadi

abortus inkomplet maka membutuhkan perawatan dan pengawasan untuk

mengatasi perdarahan. karena perdarahan yang tidak teratasi dengan cepat dan

tepat akan mengancam keselamatan ibu hamil akibat syok hipovolemik

(Nurbaiti, Nurul Rahma, dkk, 2019).

B. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan laporan case base discussion ini adalah

untuk melatih penalaran klinis dan menekankan pemecahan masalah yang

terdapat pada kasus yang ditemukan saat melaksanakan praktik klinik

kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Usia 18 Tahun

Dengan Abortus Imminens” penyusunan laporan secara terstruktur dan

sistematis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Abortus Iminens

Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam

dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Abortus iminens adalah

abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus

selanjutnya.

Abortus iminens adalah abortus yang terjadi dan kehamilan dapat

berlanjut. Abortus iminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi

dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-

obat hormonal dan anti spajmodika serta istirahat. (Prawirohardjo, 2017).

B. Penyebab Abortus Iminens

Penyebab - penyebab abortus iminens yaitu :

1. Faktor genetic

Kelainan struktur kromoson yang diturunkan wanita atau pria bisa

berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas dan

mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering

juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena mutasi gen yang bisa

mengganggu proses implantasi dan menyebabkan keguguran.

2. Faktor endometrium

Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi

Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

6
7

3. Faktor lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat bahan

kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan

temabakau, sigaret rokok mengandung ratusan unsure koksik, antara lain

nikotin, yang mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi

uteroplasenta dengan adanya gangguan pada system fetoplasenta dapat

terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.

a. Kelainan genetalia ibu

- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uterus

- Congenital anomaly (hippoplasia uteri, uterus bikornis)

b. Trauma fisik

Kecelakaan lalu lintas, jatuh,hubungan seksual. (Saifudin, 2017).

Faktor – faktor lain yang menyebabkan abortus iminens yaitu :

a. Plasenta sign (gejala plasenta) ialah perdarahan yang terjadi dari

pembuluh-pembuluh daerah sekitar plasenta. Gejala ini selalu terjadi

dan terdapat pada kera macacus rhesus yang hamil.

b. Erosi portionis juga mudah berdarah pada kehamilan

c. Polyp

Diagnosa kehamilan mudah pada abortus iminens kalau terdapat :

a. Perdarahan sedikit

b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali

c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan

d. Tidak ditemukan kelainan pada servik(Uliyah, 2016).


8

C. Tanda dan Gejala Abortus Iminens

Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan

plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan

O2, pengeluran tersebut dapat terjadi spontan atau seluruhnya.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :

a. Sedikit berlangsung lama

b. Kadang dalam jumlah yang besar disertai gumpalan

Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun tapi menimbulkan

(Uliyah, 2016).

a. Tanda dan gejala yaitu :

- Perdarahan sedikit atau banyak

- Nyeri perut bagian bawah

- Perdarahan memanjang sampai terjadi anemia

b. Pada pemeriksaan di jumpai gambaran :

- Kanalis cervikalis belum terbuka

- Pada palpasi nyeri perut bagian bawah

- Uterus teraba lunak

D. Penanganan Abortus Iminens

1. Lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan umum pasien dan TTV.

2. Istirahat baring. Tidur terbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke

uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.


9

3. Jangan melakukan aktivitas fisik yang berlebihan atau hubungan seksual.

4. Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan atenatal seperti biasa.

5. Jika perdarahan berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan, USG),

lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (Saifudin, 2017).


BAB III
DOKUMENTASI SOAP

Asuhan Kebidanan pada Ny.N usia 18 Tahun dengan Abortus Imminens

Deskripsi Kegiatan Responsi Perseptor TTD


Lahan
Tanggal: Subjektif : TTD
No RM: - Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00–05.00 WIB kemudian Mahasiswa:
Identitas Pasien: keluar darah segar menggumpal dan merasakan mules
Nama : Ny. N - Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 14
Umur : 18 tahun tahun, lama pernikahan 4 tahun, status sah secara agama dan negara
Agama : Islam - Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, TTD Perseptor
Suku : Jawa hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti Lahan:
Jenis Kelamin : jantung.
Perempuan - Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular
Pendidikan : SMA seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan
Pekerjaan : IRT penyakit kronis seperti jantung. TTD

- Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang Akademik PKK

10
11

menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun


seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung
- Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya
yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
memasak, mencuci, dan lain lain.
Objektif :
1. Pemeriksaan umum
KU    : cukup
Kesadaran     : CM
Vital Sign : TD: 110/70  N:80X/menit  S:36,2OC RR :20X/menit
BB              : 48,5 kg
BB Sebelum Hamil : 45kg
TB                     : 150
LILA               : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
Muka Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,
tidak ada oedem
Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih
Mulut Bibir tidak pucat
Payudara Tidak ada masa/benjolan, areola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol
12

Abdomen Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka


bekas operasi
Genetalia Keluar flek flek
Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem,
reflek patella (+)Reflek patella : kanan (+) kiri
(+)

3. Pemeriksaan Khusus
a. Obstetrik
1) Abdoment
a) Inspeksi : taa
b) Palpasi :
L1 : (+)
LII : ballotement (+)
LIII : ballotement (+),
LIV : ballotement (+)
nyeri tekan atas sympisis (+)
c) Auskultasi :-
b. Gynekologi
1) Kongenital
(a) Inspeksi : fluksus (+), darah (+), Lendir (-), Warna coklat
13

kehitaman
(b) Inspekulo : vagina tak terkaji, porsio tidak ada pembukaan
(c) VT : tidak ada pembukaan, portio tegang, tidak ada penonjolan
fornix posterior
4. Pemeriksaan penunjang
Hb= 12,8 gr%
Protein urin (-)
Golongan darah : O
Anti HIV: non reaktif
5. Terapi saat ini :
- Infus RL 20 tpm
- Preabor 1 X1 tab

Analisa :
Ny.N G1P00000 Usia 18 tahun umur Kehamilan 12 Minggu Dgn Abortus
Imminens
Penatalaksanaan :
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus
imminens atau ancaman keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan
14

cemas karena janin masih bisa dipertahankan.


2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di Puskesmas Maesanagar
keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter
3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat
tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi maupun
aktivitas lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur
4. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan
pemeriksaaan TTV meliputi :
- TD : 110/70
- N: 80x/i
- S : 36,50C R : 22x/i
5. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda resiko abortus dan ibu harus segera pergi
ke petugas untuk periksa ( nyeri perut yang hebat, keluar darah dari kemaluan)
6. Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat
kunjungan dokter dan meminta terapi obat yang sesuai.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin dalam kandungan
 Mendokumentasikan tindakan di RM
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil asuhan kebidanan didapatkan bahwa Hasil pemeriksaan data obyektif

didapatkan bahwa Keadaan umum : Baik, Kesadaran umum : Composmentis, TD:

110/70 mmHg, Pols: 80x/I, RR: 24x/I, Suhu: 36,50C,

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberi tahu hasil pemeriksaan

kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau ancaman keguguran.

Namun ibu tidak perlu khawatir dan cemas karena janin masih bisa dipertahankan.

Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di Puskesmas Maesanagar

keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter Menjelaskan kepada ibu

pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat tidur serta mengurangi

aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi maupun aktivitas lainya,

menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur Kolaborasi dengan dokter

dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat kunjungan dokter dan meminta

terapi obat yang sesuai. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan

USG untuk memastikan keadaan janin dalam kandungan. Mendokumentasikan

tindakan di RM. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda resiko abortus dan ibu harus

segera pergi ke petugas untuk periksa ( nyeri perut yang hebat, keluar darah dari

kemaluan) Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan

pemeriksaaan TTV.

Ibu merupakan wanita hami usia muda yakni 18 tahun. Hal ini sesuai

dengan teori S. Prawirohardjo yang menjelaskan bahaya kehamilan pada ibu

15
16

muda, dimana kehamilan yang terjadi diusia muda tanpa adanya persiapan akan

mengakibatkan stress pada ibu, dalam hal ini juga akan menyebabkan kondisi

tidaka stabil dan tidak terpelihara dengan baik yang menjadi peluang abortus

meningkat setiap tahunnya. Dari ibu hamil dengan usia 35 tahun, 42,9%

diantaranya mengalami abortus, selanjutnya usia 30 tahun sampai dengan 25-29

tahun. Hal tersebut dikarenakan pada usia 35 tahun rawan akan hamil terjadi pada

ibu, dalam hal ini juga ibu akan kehilangan kasih sayangnya karena sebelumnya

telah mengalmai kehamilan dana tidak terjadi apa-apa

Penelitian sejalan dilakukan juga dengan Mariani 2017, dengan judul factor-

faktor yang berhubungann dengan kejadian Abortus di Di Ruang Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh. Dari hasil penelitian

yang dilakukan, ia mendaptkan hubungan antara usia ibu yang hamil dengan

Abortus, dengan nilai P-value – 0.032. Pada tahun 2010 di RSUD Bekasi seorang

peneliti juga yang bernama Royani Chairiyah dengan judul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Ibu Hamil dengan Abortus juga menyatakan hal sama, yaitu antara

usia ibu dengan abortus memiliki hubungana yang bermakna. Sejalan dengan

penelitian Kusniati di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kabupaten Banyumas Pada

Tahun 2007. Dengan nilai P-value – 0.000. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun

belum memiliki kematangan secara fisik dan mental, juga organ-organ reproduksi

mereka belum cukup matang untuk melalui proses melahirkan, hal tersebut sangat

mempengaruhi proses pertumbuhan janin oleh sebab itu wanita dibawah 20 tahun

tidak disarankan untuk hamil. Hal demikian juga untuk wanita diatas 35 tahun,
17

alat reproduksi mereka tidak sanggup lagi yang sangat memungkinkan abortus

terjadi
BAB V

SIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian, pemeriksaan dan penyusunan laporan case

base discussion didapatkan kesimpulan Ny.N usia 18 tahun dengan abortus

imminens, bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

abortus imminens yaitu sesuai evidance base yaitu dengan Memberi tahu hasil

pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau ancaman

keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan cemas karena janin masih bisa

dipertahankan. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di Puskesmas

Maesanagar keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter Menjelaskan

kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat tidur serta

mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi maupun aktivitas

lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur Kolaborasi dengan

dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat kunjungan dokter dan

meminta terapi obat yang sesuai. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan

pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin dalam kandungan.

Mendokumentasikan tindakan di RM. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda resiko

abortus dan ibu harus segera pergi ke petugas untuk periksa ( nyeri perut yang

hebat, keluar darah dari kemaluan) Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital

ibu dengan melakukan pemeriksaaan TTV.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dartiwen, Y. N. (2019). Asuhan Kebidanan pad kehamilan (A. A.C (ed.); kesatu).
ANDI.

Jayani, I. (2017). Tingkat Anemia Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Pada


Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 5(1), 59–68.
https://jurnal.unitri.ac.id/ index.php/care/ article/view/390

Jumiati. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus di


RSU Mutia Sari Duri Periode 2017. Kesehatan Masyarakat, Vol. I1 No(1),
Hal. 57-64. http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Kementrian


Kesehatan RI, 8(9), 1–58.

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Kementrian


Kesehatan RI, 8(9), 1–58.

Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya

Mansjoer, a ,dkk. 2018. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media


Aesculapius FKUI, Jakarta

Pratiwi, D. (2019). Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens Di Rumah


Sakit Umum Mitra Medikamedan Tahun 2017. Gaster, 17(1), 1.
https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.329

Pratiwi, D. (2019). Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens Di Rumah


Sakit Umum Mitra Medikamedan Tahun 2017. Gaster, 17(1), 1.
https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.329

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu kebidanan (S. (K) Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin,
MPH (ed.); empat). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rangkuti, L. F., Sanusi, S. R., & Lutan, D. (2019). Penyakit Ibu Terhadap
Kejadian Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, 3(1), 29. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v3i1.1793

Wahyu. (2019). Deteksi Risiko Tinggi Kehamilan Pada Pelayanan ANC Terpadu
di Puskesmas Bendo Kabupaten Kediri. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2),
240. https://doi.org/10.25077/jka.v7i2.808

WHO. (2020). Preventing unsafe abortion. In World Health Organisation (Issue


May, pp. 1– 5). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs388/en/

Winknjosastro, H. 2018. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai