Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI PUSKESMAS
SUKAMERINDU KOTA BENGKULU“

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JOURNAL TENTANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ABORTUS INKOMPLIT DI PUSKESMAS SUKAMERINDU
KOTA BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2021/ 2022

Bengkulu, Agustus 2022

Mengetahui

Perseptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wa barakaatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu WaTta’ala
yang telah memberikan berkah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan reading journal berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan laporan
reading journal ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, partisipasi dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. ……………………. selaku pembimbing reading journal yang telah
membimbing dan memberikan saran dalam pembuatan reading journal.
2. ………………….. selaku perseptor lahan yang telah memberikan saran dan
kritik dalam perbaikan laporan praktik ini
3. Sumber literature dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
pembuatan reading journal.
Penulis menyadari dalam penyusunan reading journal ini masih belum
sempurna, sehingga saran dan masukan untuk perbaikan ini sangat penulis
harapkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh

Bengkulu, Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

iii
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
LAMPIRAN..............................................................................................................vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Skala 2
C. Kronologi.......................................................................................................3
D. Solusi 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. AsuhanKebidanan.........................................................................................4
B. TabelReading Journal...................................................................................6
C. HasilAsuhanKebidanandanReading Journal................................................7
D. Teori..............................................................................................................8

BAB III. SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

iv
Halaman

Tabel 1 Reading Jurnal.................................................... 6

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran 1 Jurnal

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan kelahiran yang terbaik merupakan kehamilan dan

kelahiran yang memiliki risiko paling rendah untuk ibu dan anak

(Wiknjosastro & Prawirohardjo, 2017). Risiko terjadinya abortus pada

kehamilan berkaitan dengan usia ibu saat hamil (Lisa & Harisna, 2017).

Departemen Kesehatan RI (2000) membagi 3 golongan usia ibu dalam

masa reproduksi yang dihubungkan dengan kehamilan, yaitu umur < 20 tahun,

ibu masih terlalu muda untuk hamil; lalu umur 20-35 tahun merupakan usia

ideal kehamilan dan melahirkan; dan umur di atas 35 tahun, ibu sudah terlalu

tua untuk hamil (Qurniyawati, 2015). Usia yang berisiko tinggi mengalami

abortus spontan adalah usia 35 tahun (Lisa & Harisna, 2017)

Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan usia gestasi kurang dari

20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gram pada saat dikeluarkan dari

uterus sehingga tidak memiliki harapan untuk hidup. Sedangkan abortus

spontan atau keguguran (miscarriage) adalah aborsi yang terjadi secara

alamiah (Dorland, 2015).

Berdasarkan WHO tahun 2021, diperkirakan bahwa 44% (99 juta) dari

227 juta kehamilan tahunan di dunia merupakan kehamilan tidak tepat waktu

atau tidak disengaja, dimana 12% berakhir dengan abortus spontan (WHO,

2021). Persentase kejadian abortus cukup tinggi. Sekitar 15- 40% kejadian

4
5

abortus pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75% abortus

terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu (Wardiyah, 2016).

B. Skala

Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak

305 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dengan komplikasi penyebab

kematian seperti perdarahan (27,1%), Hipertensi (22,1%) dan lain-lain

(30,2%) . Salah satu penyebab pendarahan dalam kehamilan adalah abortus .

Komplikasi abortus dapat menyebabkan kematian hinggga 15 % sampai 45%.

Frekuensi kejadian abortus spontan di Indonesia sebayak 10%- 15% dari 5

juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-750.000. sedangkan kejadian

abortus spontan sekitar 750.000-1,5 juta setiap tahunnya (Kemenkes RI,

2018).

C. Kronologi

Abortus merupakan kejadian berhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup diluar kanduangan pada usia kehamilan < 20 minggu atau dengan

berat janin kurang dari 500 gram. Abortus merupakan peristiwa yang paling

sering ditakuti oleh banyak wanita hamil. Abortus bisa saja terjadi secara tiba-

tiba tanpa ada sebabnya (C.Due, 2018).

Adapun faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terjadap terjadinya

abortus adalah pekerjaan ibu dan pendidikan ibu. Dari 90% ibu hamil yang

mengalami abortus diantaranya merupakan ibu dengan pendidikan rendah. Hal


6

ini dapat terjadi karena pada ibu dengan pendidikan rendah cenderung kurang

memperhatikan kesehatan dirinya terutama kehamilannya. Sedangkan dari 178

ibu hamil yang mengalami abortus 37,6% diantaranya adalah ibu yang

bekerja. Hal ini mungkin disebabkan karena tingkat kelelahan fisik pada ibu

yang bekerja lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja serta dapat

mempengaruhi kesehatan reproduksi ibu (Noer dkk, 2016).

D. Solusi

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI antara lain

melalui penempatan bidan desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat

dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) (Kementrian

Kesehatan RI, 2015). Kegiatan pemberdayaan masyarakat juga dilakukan

dengan kegiatan inovatif berupa Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK)

yang bertujuan merubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh

stakeholder dalam hal ini ikut menangani permasalahan kesehatan seperti

menurunkan angka kematian maternal.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan
Hari/tanggal : Senin/ 08 Agustus 2022
Tempat : Puskesmas Sukamerindu
Jam : 08.00 WIB
Pengkaji :
Identitas
Nama : Ny.N

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

S:
Ibu mengatakan :
- Ibu menyatakan keluarnya flek-flek dari pukul 23.00–
05.00 WIB kemudian keluar darah segar menggumpal
dan merasakan mules
- Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama,
menikah sejak umur 14 tahun, lama pernikahan 4
tahun, status sah secara agama dan negara
- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun
seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
- Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
8

jantung.
- Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma,
dan penyakit kronis seperti jantung
- Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas
sehari harinya yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu, memasak, mencuci, dan lain lain.

O:
1.   Pemeriksaan umum
KU                      : cukup
Kesadaran             : CM
Vital Sign : TD: 110/70  N:80X/menit  S:36,2OC
RR :20X/menit
BB                    : 48,5 kg
BB Sebelum Hamil : 45kg
TB                      : 150
LILA                 : 24 cm

2.    Pemeriksaan fisik
Muka Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,
tidak ada oedem
Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih
Mulut Bibir tidak pucat
Payudara Tidak ada masa/benjolan, areola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol
Abdomen Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka
bekas operasi
Genetalia Keluar flek flek
Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem,
reflek patella (+)Reflek patella : kanan (+) kiri
(+)

3. Pemeriksaan Khusus
9

a. Obstetrik
1) Abdoment
a) Inspeksi : taa
b) Palpasi :
L1 : (+)
LII : ballotement (+)
LIII : ballotement (+),
LIV : ballotement (+)
nyeri tekan atas sympisis (+)
c) Auskultasi :-
b. Gynekologi
1) Kongenital
(a) Inspeksi : fluksus (+), darah (+), Lendir (-), Warna
coklat kehitaman
(b) Inspekulo : vagina tak terkaji, porsio tidak ada
pembukaan
(c) VT : tidak ada pembukaan, portio tegang, tidak ada
penonjolan fornix posterior
4. Pemeriksaan penunjang
Hb= 12,8 gr%
Protein urin (-)
Golongan darah : O
Anti HIV: non reaktif
5. Terapi saat ini :
- Infus RL 20 tpm
- Preabor 1 X1 tab

A:
Ny.N G1P00000 Usia 18 tahun umur Kehamilan 12 Minggu Dgn Abortus
Imminens
P:
10

Jam Penatalaksanaan Paraf


08.15 WIB 1. Memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
ibu mengalami abortus imminens atau ancaman ( )
keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan
cemas karena janin masih bisa dipertahankan.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di
Puskesmas Maesanagar keadaaan ibu bisa terpantau
dengan baik oleh dokter
3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau
tirah baring di tempat tidur serta mengurangi
aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi
maupun aktivitas lainya, menganjurkan ibu agar tetap
berbaring di tempat tidur
4. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu
dengan melakukan pemeriksaaan TTV meliputi :
- TD : 110/70
- N: 80x/i
- S : 36,50C R : 22x/i
5. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda resiko abortus
dan ibu harus segera pergi ke petugas untuk periksa
( nyeri perut yang hebat, keluar darah dari kemaluan)
6. Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan
keadaan pasien saat kunjungan dokter dan meminta
terapi obat yang sesuai.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan
pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin
dalam kandungan
8. Mendokumentasikan tindakan di RM
7

B. Tabel Reading Journal

Tabel 1 Reading Journal

Nama Penulis Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time

Alan Indonesia Journal Faktor-Faktor 86 orang Abortus Untuk interpretasi hasil


Pardillah1 , Rina Of Midwifery yang Inkomplit menggunakan derajat kemaknaan (α)
Afrina2 Sciences Berhubungan sebesar 5%, dengan catatan jika p <
dengan 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
Kejadian diterima. Hasil: Hasil penelitian ini
Abortus adalah Ada hubungan usia dengan
Inkomplit kejadian abortus inkomplit Di Rsud
Cibinong Kabupaten Bogor Tahun
2017, hasil uji statistik diperoleh P
Value = 0,001 (P-value < 0,05). Ada
hubungan paritas dengan kejadian
abortus inkomplit, hasil uji statistik
diperoleh P Value = 0,019 (P-value <
0,05). Ada hubungan abortus
sebelumnya dengan kejadian abortus
inkomplit hasil uji statistik diperoleh
P Value = 0,009 (P-value < 0,05).
C. Hasil Asuhan Kebidanan

Hasil asuhan kebidanan didapatkan bahwa Hasil pemeriksaan data

obyektif didapatkan bahwa Keadaan umum : Baik, Kesadaran umum :

Composmentis, TD: 110/70 mmHg, Pols: 80x/I, RR: 24x/I, Suhu: 36,50C,

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu Memberi tahu hasil pemeriksaan

kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau ancaman keguguran.

Namun ibu tidak perlu khawatir dan cemas karena janin masih bisa

dipertahankan. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di

Puskesmas Maesanagar keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter

Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat

tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar mandi maupun

aktivitas lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur

Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat

kunjungan dokter dan meminta terapi obat yang sesuai. Kolaborasi dengan

dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin

dalam kandungan. Mendokumentasikan tindakan di RM. Menjelaskan kepada

ibu tanda-tanda resiko abortus dan ibu harus segera pergi ke petugas untuk

periksa ( nyeri perut yang hebat, keluar darah dari kemaluan) Mengobservasi

keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan pemeriksaaan TTV.

Ibu merupakan wanita hami usia muda yakni 18 tahun. Hal ini sesuai

dengan teori S. Prawirohardjo yang menjelaskan bahaya kehamilan pada ibu

muda, dimana kehamilan yang terjadi diusia muda tanpa adanya persiapan

akan mengakibatkan stress pada ibu, dalam hal ini juga akan menyebabkan

8
9

kondisi tidaka stabil dan tidak terpelihara dengan baik yang menjadi peluang

abortus meningkat setiap tahunnya. Dari ibu hamil dengan usia 35 tahun,

42,9% diantaranya mengalami abortus, selanjutnya usia 30 tahun sampai

dengan 25-29 tahun. Hal tersebut dikarenakan pada usia 35 tahun rawan akan

hamil terjadi pada ibu, dalam hal ini juga ibu akan kehilangan kasih sayangnya

karena sebelumnya telah mengalmai kehamilan dana tidak terjadi apa-apa

Penelitian sejalan dilakukan juga dengan Mariani 2017, dengan judul

factor-faktor yang berhubungann dengan kejadian Abortus di Di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh. Dari

hasil penelitian yang dilakukan, ia mendaptkan hubungan antara usia ibu yang

hamil dengan Abortus, dengan nilai P-value – 0.032. Pada tahun 2010 di

RSUD Bekasi seorang peneliti juga yang bernama Royani Chairiyah dengan

judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil dengan Abortus juga

menyatakan hal sama, yaitu antara usia ibu dengan abortus memiliki

hubungana yang bermakna. Sejalan dengan penelitian Kusniati di Rumah

Sakit Ibu dan Anak Kabupaten Banyumas Pada Tahun 2007. Dengan nilai P-

value – 0.000. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun belum memiliki

kematangan secara fisik dan mental, juga organ-organ reproduksi mereka

belum cukup matang untuk melalui proses melahirkan, hal tersebut sangat

mempengaruhi proses pertumbuhan janin oleh sebab itu wanita dibawah 20

tahun tidak disarankan untuk hamil. Hal demikian juga untuk wanita diatas 35

tahun, alat reproduksi mereka tidak sanggup lagi yang sangat memungkinkan
10

abortus terjadi. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa asumsi dari

berbagai peneliti.

D. Teori

1. Pengertian Abortus Iminens

Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru

mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Abortus

iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman

terjadinya abortus selanjutnya.

Abortus iminens adalah abortus yang terjadi dan kehamilan dapat

berlanjut. Abortus iminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi

dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan

obat-obat hormonal dan anti spajmodika serta istirahat. (Prawirohardjo,

2017).

2. Penyebab Abortus Iminens

Penyebab - penyebab abortus iminens yaitu :

a. Faktor genetic

Kelainan struktur kromoson yang diturunkan wanita atau pria bisa

berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas dan

mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering

juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena mutasi gen yang bisa

mengganggu proses implantasi dan menyebabkan keguguran.


11

b. Faktor endometrium

Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil

konsepsi Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak

kehamilan.

c. Faktor lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat bahan

kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus, misalnya

paparan temabakau, sigaret rokok mengandung ratusan unsure koksik,

antara lain nikotin, yang mempunyai efek vasoaktif sehingga

menghambat sirkulasi uteroplasenta dengan adanya gangguan pada

system fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang

berakibat terjadinya abortus.

a. Kelainan genetalia ibu

- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uterus

- Congenital anomaly (hippoplasia uteri, uterus bikornis)

b. Trauma fisik

Kecelakaan lalu lintas, jatuh,hubungan seksual. (Saifudin, 2017).

Faktor – faktor lain yang menyebabkan abortus iminens yaitu :

a. Plasenta sign (gejala plasenta) ialah perdarahan yang terjadi dari

pembuluh-pembuluh daerah sekitar plasenta. Gejala ini selalu

terjadi dan terdapat pada kera macacus rhesus yang hamil.

b. Erosi portionis juga mudah berdarah pada kehamilan

c. Polyp
12

Diagnosa kehamilan mudah pada abortus iminens kalau terdapat :

a. Perdarahan sedikit

b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali

c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan

d. Tidak ditemukan kelainan pada servik(Uliyah, 2016).

3. Tanda dan Gejala Abortus Iminens

Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan

plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi

dan O2, pengeluran tersebut dapat terjadi spontan atau seluruhnya.

Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :

a. Sedikit berlangsung lama

b. Kadang dalam jumlah yang besar disertai gumpalan

Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun tapi

menimbulkan (Uliyah, 2016).

a. Tanda dan gejala yaitu :

- Perdarahan sedikit atau banyak

- Nyeri perut bagian bawah

- Perdarahan memanjang sampai terjadi anemia

b. Pada pemeriksaan di jumpai gambaran :

- Kanalis cervikalis belum terbuka

- Pada palpasi nyeri perut bagian bawah

- Uterus teraba lunak


13

4. Penanganan Abortus Iminens

a. Lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan umum pasien dan

TTV.

b. Istirahat baring. Tidur terbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah

ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.

c. Jangan melakukan aktivitas fisik yang berlebihan atau hubungan

seksual.

d. Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan atenatal seperti biasa.

e. Jika perdarahan berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan, USG),

lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (Saifudin,

2017).
14

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil reading jurnal ini dapat disimpulkan bahwa Abortus iminens

adalah abortus yang terjadi dan kehamilan dapat berlanjut. Abortus iminens

adalah keguguran membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus

masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti

spajmodika serta istirahat.

B. Saran

Diharapkan upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI antara lain

melalui penempatan bidan desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat

dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).


DAFTAR PUSTAKA

C. Due, K. Obst, D. W. Riggs, and C. Collins, “Australian heterosexual women’s


experiences of healthcare provision following a pregnancy loss,” Women
and Birth, vol. 31, no. 4, pp. 331–338, 2018, doi:
10.1016/j.wombi.2017.11.002.

Dorland, W. A. N. (2015). Kamus saku kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:


EGC.

Kemenkes RI, “Peran Rumah Sakit dalam Rangka Menurunkan AKI dan AKB
(The Role of the Hospital in Order to Reduce MMR and IMR),” 2018

Lisa, U. F., & Harisna, D. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Abortus pada Ibu Hamil di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Pemerintah Aceh Tahun 2017. JOURNAL OF
HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 3(2), 243–253.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.276.

Mariani. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus


Inkomplit di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daera DR. Zainoel
Abidin Banda Aceh tahun 2012. Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda
Aceh.

Noer RI, Ermawati, Afdal. (2019). Karakteristik Ibu pada Penderita Abortus dan
Tidak Abortus RS Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011-2012. J Kesehat
Andalas. 2016;5(3):575–83.

Prawirohardjo, S. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Qurniyawati, E. (2015). Hubungan Usia Ibu Hamil, Jumlah Anak Dan Jarak
Kehamilan Dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di Bidan
Praktek Mandiri Titik Hariningrum, Kota Madiun. UNS (Sebelas Maret
University).

Saifudin, A. B. (2017).Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta:YBP SP Wiknjosastro,Hanifa, 2007. IU. Jakarta : YBP – SP

Uliyah. (2016). Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.

Wardiyah, A. (2016). Hubungan Anemia Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Dr.


H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan, 7(1), 1–5.
https://doi.org/10.22219/jk.v7i1.3236.

Wiknjosastro, H., & Prawirohardjo, P. (2017). Ilmu kandungan edisi ketiga.


Jakarta: PT Bina Pustaka Prawirohardjo.
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai