Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PRAKTIK LABORATORIUM KEBIDANAN

KIE TENTANG KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI WANITA

Di susun Oleh :

ASIA

NPM : 2226040154.P

Dosen Pembimbing : YUNI RAMADHANIATI, M.KES

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

TRI MANDIRI SAKTI SARJANA KEBIDANAN

TAHUN AKADEMI 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Ynag Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih

atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi

maupun pikirannya. Dan harapanpenulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapt memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makal ini agar menjadi lebih baik. Karenaketerbatasan pengetahuan muapun

pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak kekurangan dalah makalah ini. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................... i

Daftar Isi ......................................................................... ii

Daftar Lampiran ........................................................................ iii

BAB I ......................................................................... 3

a. Pendahuluan ......................................................................... 3

b. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

c. Tujuan ......................................................................... 6

BAB II ......................................................................... 7

a. Kesehatan Reproduksi Remaja ......................................................................... 7

BAB III ........................................................................ 19

a. Kesimpulan ........................................................................ 19

b. Saran ........................................................................ 19

Daftar Pustaka ........................................................................ 20

Daftar Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera
secara fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi (ICPD
1994 dalam Marmi, 2015). Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan tahun 1994 di Kairo menghasilkan kesepakatan bahwa fokus utama
pelayanan kesehatan reproduksi ditujukan pada pelayanan yang mengutamakan
kesehatan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi individu, baik bagi laki-laki
maupun perempuan sepanjang siklus hidupnya, mulai dari masa konsepsi, bayi
dan anak, remaja, usia subur, sampai dengan usia lanjut (Marmi, 2015). Dalam
lingkup kesehatan reproduksi, kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan dan
nifas menjadi masalah utama kesehatan reproduksi perempuan.
Saat ini, Indonesia masih mempunyai banyak permasalahan dan tantangan
dalam upaya pelayanan kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi,
yang tercermin dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 22,23 per 1000
kelahiran hidup (SUPAS, 2015), serta masih rendahnya status kesehatan
perempuan. Berdasarkan Riskesdas (2018), Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada perempuan usia 15-19 tahun sebesar 36,3% dan pada ibu hamil usia 15-19
tahun sebesar 33,5%. Sementara itu, anemia pada ibu hamil mengalami
peningkatan pada Riskesdas (2013) sebesar 37,1% sedangkan tahun 2018 sebesar
48,9%. Pernikahan dan kehamilan remaja juga masih cukup tinggi. Menurut
SDKI (2017), sebanyak 17,4% perempuan usia 19 tahun telah menjadi ibu atau
sedang hamil anak pertama. Sedangkan angka fertilitas kelompok umur 15-19
tahun sebesar 36/1000 perempuan umur 15-19 tahun.
Upaya untuk meningkatkan status kesehatan perempuan harus
dilaksanakan bukan hanya setelah terjadi kehamilan, tetapi juga harus
dilaksanakan lebih ke hulu lagi yaitu sejak masa remaja, dewasa muda/calon
pengantin, dan wanita usia subur (Kemenkes RI, 2017). Salah satu intervensi yang
telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan menjalankan program
Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin (catin) yang ditugaskan khusus ke
Subdirektorat Kesehatan Usia Reproduksi. Subdirektorat Kesehatan Usia
Reproduksi berada di bawah naungan Direktorat Kesehatan Keluarga, yang
memiliki program untuk usia reproduksi dari umur 15 sampai 49 tahun seperti
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin, perencanaan kehamilan
bagi pasangan ODHA dsb. Konsep dasar Program Kesehatan Reproduksi Bagi
Calon Pengantin yaitu Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi Calon Pengantin bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan catin
tentang kesehatan reproduksi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin bertujuan untuk mempersiapkan kesehatan dan kesehatan reproduksi
catin dalam perencanaan kehamilan.
Catin perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang sehat dan aman. Catin
perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar
dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi
calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai
resiko masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan
lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun
fisik terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV (Kemenkes
RI, 2017).
Agar setiap catin mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi maka
diperlukan dukungan dan kerjasama penyuluh pernikahan di KUA dan lembaga
agama lainnya untuk memotivasi catin agar memeriksakan kesehatannya ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan wawasan dan
pengetahuan petugas penyuluh pernikahan diperlukan bahan informasi yang dapat
memberikan gambaran umum tentang kesehatan reproduksi yang diperlukan bagi
catin dalam mempersiapkan dan merencanakan keluarga. Dengan adanya bahan
informasi tersebut diharapkan penyuluh pernikahan dapat memotivasi catin
memeriksakan kesehatannya ke fasilitas pelayanan Kesehatan (Kemenkes RI,
2016).
Kementerian Kesehatan bersama Kementarian Agama telah menyusun
buku saku bagi penyuluh pernikahan “Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin,
Menuju Keluarga Sehat”. Untuk meningkatkan pemahaman dan persamaan
persepsi diperlukan orientasi bagi penyuluh pernikahan. Orientasi adalah usaha
membantu para pekerja agar mengenali secara baik dan mampu beradaptasi
dengan suatu situasi atau suatu lingkungan/iklim bisnis suatu
organisasi/perusahaan (Nawawi, 2008). Orientasi berarti penyediaan informasi
dasar berkenaan dengan program baru yang akan dijalankan oleh setiap provinsi
dan kabapaten/kota, yaitu informasi yang mereka perlukan untuk melaksanakan
program secara memuaskan sesuai dengan pedoman yang sudah ditentukan. Oleh
karena itu, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Keluarga
melakukan orientasi secara berjenjang kepada pengelola program dari 34 provinsi
yang dibagi dalam 2 angkatan, selanjutnya provinsi dengan dana dekonsentrasi
melakukan orientasi kepada pengelola kabupaten kota.
Berdasarkan latar belakang di atas maka pada penelitian ini penulis ingin
mengetahui gambaran Orientasi KIE Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin di
Subdirektorat Kesehatan Usia Reproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
Maka penulis Merumuskan KIE tentang Kesehatan Organ Reproduksi Wanita

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Orientasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin di Puskesmas Bungamas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi Remaja

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan

penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu,

kesehatan reproduksi juga merupakan syarat ensensial bagi kesehatan bayi,

anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia setelah

masa reproduksi.

Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampun untuk

“membuat kembali”. Dalam kaitannya dengan kesehatan, reproduksi diartikan

sebagai kemampuan seseorang memperoleh keturunan (beranak).1

Menurut WHO dan ICPD (International conference on Population and

Development) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah

keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan

bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.

Sesuai dengan definisi tersebut “Pelayanan kesehatan reproduksi” secara luas

didefinisikan sebagai konstelasi metode, teknik dan pelayanan yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah

kesehatan reproduksi.

Menurut Mariana Amiruddin, definisi kesehatan reproduksi adalah

sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan


kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah

kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan

hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan

dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks.

Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan

isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual,

penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS, kebutuhan khusus

remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan ke lapisan masyarakat kurang

mampu atau mereka yang tersisih. Karena proses reprouksi terjadi melalui

hubungan seksual, definisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual

yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup dan hubungan antara individu,

jadi bukan hanya konseling dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS.

Dalam wawasan pengembangan kemanusiaan, merumuskan pelayanan ksehatan

reproduksi sangat penting mengingat dampaknya juga terasa dalam kualitas

hidup pada generasi berikutnya. Sejauh mana orang dapat menjalankan fungsi

dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesunggunya tercermin dari

kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya mulai dari saat konsepsi, masak

anak, remaja, dewasa hingga masa paska usia reproduksi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi adalah suatu cara

untuk pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi meliputi

kesehatn fisik, mental, sosial dan bukan sekedar tidak hanya konsultasi dan

keperawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan

melalui hubungan seks.


Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan

persiapan strategi interfrensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai

anak perempuan dan laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana

perlakuan yang mereka terima merupakan faktor penting yang turut

menentukan keshatan reproduksi mereka dimasa datang.

Adapun ciri-ciri lain disebutnya sebagai ciri-ciri sekunder dan ciri-ciri

tertier.

Ciri-ciri sekunder dapat disebutkan anatara lain :

Ciri-ciri sekunder Pria :

a) Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis, dan lain-lain.

b) Selaput suara semakin membesar dan berat.

c) Badan mulai membentuk segi tiga, urat-urat pun jadi kuat, dan muka

bertambah persegi.

Ciri-ciri sekunder wanita :

a) Pinggul semakin besar dan melebar.

b) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi (lemak).

c) Suara menjadi bulat, merdu, dan tinggi.


d) Muka menjadi bulat dan berisi

Adapun ciri-ciri tertier antara lain, biasanya diwujudkan dalam

perubahan sikap dan perilaku, contoh bagi pria ada perubahan mimik jika

bicara, cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang diucapkan,

aktingnya dan lain-lain. Bagi wanita, ada perubahan cara bicara, cara tertawa,

cara pakaian, jalannya, dan lain-lain.


Prinsip-prinsip reproduksi yang meliputi menstruasi, kehamilan, proses

melahirkan, memelihara diri agar tetap tampil rapi dan bersih, bertingkah laku

sopan dalam menjaga diri, dan menghindari hubungan seksual sebelum

menikah.

2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Menurut Program Kerja WHO ke IX (1996-2001) pada Mei 1994,

masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi :

a. Praktik tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti :

mutilasi genital, diskriminasi nilai anak).

b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak

masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan

remaja, kekerasan / pelecehan seksual dan tindakan seksual tidak aman).

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi

tidak aman.

d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama

kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi

anemia, bayi berat lahir rendah.

e. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), yang berkaitan dengan Penyakit

Menular Seksual (PMS).

f. Kemandulan yang berkaitan dengan ISR / PMS.


3. Unsur-unsur Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga

perlu diarahkan pada masa remaja atau peralihan dari masa anak menjadi

dewasa, dimana perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi

dalam waktu relatif cepat. Masa pubertas ditandai dengan berkembangnya tanda

seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja

secara fisik mampu melakukan fungsi dan proses reproduksi tersebut. Informasi

dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk

mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.

Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat

usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini

berdampak macam-macam pada fisik dan jiwa remaja. Secara fisik akan

muncul apa yang disebut sebagai tanda-tanda seks sekunder seperti payudara

membesar, bulu-bulu kemaluan tumbuh, haid pada perempuan, dan mimpi

basah pada laki-laki. Secara psikologis muncul dorongan birahi yang besar

tetapi juga secara psikologis mereka masaih dalam peralihan dari anak-anak

kedewasa. Secara biologis aktivitas organ dan fungsi reproduksi mereka

meningkat pesat tetapi secara psikoloogis aktivitas organ dan fungsi reproduksi

mereka meningkat pesat tetapi secara psikologis dan sosiologis mereka

dianggap belum siap menjadi dewasa. Konflik yang terjadi antara berbagai

perkembangan tersebut membuat mereka juga beresiko mengalami masalah

kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi tersendiri.


Oleh karena itu kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi remaja

perlu ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditunjukkan untuk

menyiapkan mereka menjadi remaja (yang kelak menjadi orang tua) yang

bertanggung jawab. Mereka bukan saja memerlukan informasi dan pendidikan,

tetapi juga pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Pemberian

informasi dan pendidikan tersebut harus dilakukan dengan menghormati

kerahasiaan dan hak-hak privasi lain mereka. Masalah kesehatan seksual dan

reproduksi adalah isu-isu seksual remaja, termasuk kehamilan yang tidak

diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular melalui seks, dan HIV / Aids,

dilakukan pendekatan melalui promosi perilaku seksual yang bertanggung

jawab dan reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta

dukungan pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik

untuk umur mereka. Penekana kehamilan remaja secara umum juga diharapkan.

Hal-hal yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja antara lain.

a. Kesehatan Alat- alat Reproduksi

Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan lat-alat

reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki. Masalah-

masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah payudara

mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar haid (nyeri

haid yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran reproduksi. Selain itu

juga diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus haid, waktu terjadinya

masa subur, masalah keperawanan dan masalah jerawat. Masalah-masalah

yang berkenaan dengan kesehatan alat-alat reproduksi yang dihadapi oleh

remaja laki-laki antara lain adalah masalah bentuk dan ukuran penis, jumlah

testis tidak lengkap dan hernia scrotalis.


b. Hubungan dengan Pacar

Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah

masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual,

pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar yang

pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan

dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan

disakiti dengan apa yang telah di lakukan pasangannya.

c. Masturbasi

Masturbasi atau onani adalah salah satu cara yang dilakukan jika

seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang dirasakannya.

Jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual, maka onani dapat

dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi pelakunya untuk

menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit

menular seksual. Bahaya onani adalah apabila dilakukan dengan cara tidak

sehat misalnya menggunakan alat yang bisa menyebabkan luka atau infeksi.

Onani juga bisa menimbulkan masalah bila terjadi ketergantungan / ketagihan,

bisa juga menimbulkan perasaan bersalah.

d. Hubungan Seksual Sebelum Nikah

Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan ciuman

bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin (petting)

sampai ada pula yang melakukan senggama. Perkembangan zaman juga

mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja.


Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada

beberapa tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah

dianggap biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free

sex. Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka

terhadap hubungan seksual sebelum menikah.

e. Penyakit Menular Seksual

Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit

menular seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai

terinfeksi HIV.

f. Aborsi

Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah

dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang

ilegal di Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak dilakukan

dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.

4. Manfaat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh

remaja. Hal ini dikarenakan dengan memiliki informasi dan pengetahuan yang

benar maka remaja akan banyak mengambil manfaat. Dampak positif dari

pengetahuan yang benar mengenai kesehatan reproduksi yaitu dapat mencegah

perilaku seks pranikah serta dampaknya termasuk kehamilan tidak di inginkan,

HIV/AIDS, dan IMS dapat dicegah.


Remaja dapat mengambil keputusan apakah memang dia menginginkan

atau tidak dengan pikiran yang sehat, karena remaja sudah mengetahui dampak

positif negatifnya. Remaja akan menghindari situasi-situasi yang membuat

remaja terpaksa atau dipaksa untuk melakukan hubungan seksual. Seringkali,

dalam suatu proses berpacaran, remaja diminta oleh pasangannya untuk

melakukan hubungan seksual dengan alasan saling mencintai dan untuk

membuktikan cinta tersebut kepasangan. Remaja yang memahami informasi

tentang kesehatan reproduksi dengan baik akan mampu menolak jika dipaksa

oleh pasangannya untuk melakukan hubungan seksual.

Remaja yang mempunyai pengetahuan yang benar mengenai kesehatan

reproduksi dapat berhati-hati dalam melangkah. Remaja akan dapat

memberikan penilaian mengenai patut tidaknya melakukan melakukan

hubungan seksual dengan pasangannya sebelum menikah. Penilaian yang

dibuat remaja tersebut dilakukan secara sadar bukan keterpaksaan.

B. Layanan Informasi dalam Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari

kata“Guidance” berasal dari kata kerja “To Guide” yang mempunyai

arti“menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.

Definisi bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau

kepada sekelompok orang di dalam membuat pilihan-pilihan secara


bijaksanadan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan

hidup.Bantuan itu bersifat ”psikis” (kejiwaan), bukan ”pertolongan” finansial,

medisdan sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat

mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih

mampu untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak kemudian.

Bimbingan merupakan pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain

dalam membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan dalam memecahkan

masalah.

Istilah konseling dapat dipahami sebagai bagian dari bimbingan baik

sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan

bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu

secara pribadi yang dilakukan secara individual antara klien dan konselor.

Dalam kamus konseling dan terapi, konseling diartikan sebagai suatu

hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor untuk memperjelas

pandangannya untuk dipakai sepanjang hidup sehingga klien pada tiap

kesempatan dapat menentukan pilihan yang berguna, konseling merupakan

suatu proses belajar membelajarkan pada kedua pihak klien dan konselor.

Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan seorang

pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang


membutuhkannya, agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya dan

mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.

Tujuan adanya bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal

mungkin.

b. Mampu memilih memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara

bijaksana baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial pribadi.

c. Mampu mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun

lingkungan kerja.

d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bersikap dan bertindak sesuai

keadaan lingkungannya.

e. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, menyelesaikan

segala sesuatu dengan bijaksana.

Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai

dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

b. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan

sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat,
bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi

penyaluran ini meliputi ketentuan untuk memantapkan kegiatan

belajar.

c. Fungsi Adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya

guru untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap

minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik.

d. Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk

memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan

dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan

dalam rangka mengidentifikasi, memahami dan memecahkan

masalah.

Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu akan

menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi

dan kondisi positif peserta didik dalam perkembangan secara

berkelanjutan.

g. Sindrom pre dan post menopause (andropause), dan peningkatan

resiko kanker organ reproduksi.

h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan

masalah usia lanjut lainnya.

Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi

menunjukkan persiapan strategi intervensi perlu dimulai jauh

sebelum masa usia subur. Nilai anak perempuan dan anak laki-laki
dalam keluarga dan masyarakat, dan bagaimana perlakuan yang

mereka terima merupakan faktor penting yang turut menentukan

kesehatan reproduksi mereka dimasa mendatang.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar

dan penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan

perempuan. Selain itu, kesehatan reproduksi juga merupakan syarat

ensensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa

bahkan orang-orang yang berusia setelah masa reproduksi.

b. Saran

Diharapkan Setelah membuat makalah ini kita sama – sama belajar

tentang mengeduksasi anak remaja tentang kesehatan reproduksi

wanita khusus nya.


DAFTAR PUSTAKA

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-NonDegree-13960-BABI.Image.Marked.pdf
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR TILIK
KIE TENTANG KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI WANITA

Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sbb :
1. Perlu perbaikan : Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau
dihilangkan.
2. Mampu : Langkah benar dan berurutan, tetapi kurang tepat atau pelatih
perlu membantu / mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu
berarti.
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat tanpa

Score
NO LANGKAH
1 2 3
1. Menyediakan lingkungan fisik yang dapat membuat
klien merasa nyaman.
2. Menyambut dan mempersilahkan duduk dengan
ramah
3. Duduk menghadap klien, senyum dan mengangguk,
serta ekspresi wajah menunjukkan mendengar dengan
penuh perhatian
4. Tubuh condong ke klien, Kontak mata/ tatapan mata
sesuai yang diterima budaya setempat, dan Kontak
mata/ tatapan mata sesuai yang diterima budaya
setempat
5. Volume suara memadai, intonasi dan kecepatan
berbicara memadai, dan memberi pujian/ dikungan
6. Menyampaikan akan menjaga kerahasiaan
7. Tidak mengintererupsi/memotong pembicaraan klien,
dan tidak melakukan penilaian (menyalahkan,
komentar negatif)
8. Menanyakan alasan kedatangan klien, dan
menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat
klien
9. Menanyakan Identitas klien
10. Menanyakan riwayat menstruasi, yaitu menarche,
lamanya, banyaknya darah, dan nyeri.
11. Tahap menanyakan riwayat perkawinan, berpa kali
dan lama perkawinan.
12. Menanyakan penyakit keluarga, penyakit keturunan,
riwayat kembar, menular
13. Tahap penentuan tujuan, evaluasi yang dicapai klien
14. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan
mengakhiri hubungan konseling setelah tujuannya
tercapai

Penilaian :
N= (score yang diperoleh : score maksimal) X 100
Kriteria :
Sangat Baik : 80 – 100
Baik : 75 - 80
Cukup : 74 - 65
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN KIE TENTANG
KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI WANITA

A. Pengkajian
Tanggal : 10-02-2023
Waktu : 08.00
Tempat : Puskesmas

B. Biodata
Nama : Nn. AM Nama pasangan : Tn. No
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Suku bangsa : Jawa/Indonesia Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Muara Danau Alamat: : Muara Danau

C. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Klien ingin suntik TT calon pengantin
2. Keluhan Utama
Tidak ada
3. Riwayat Obstetri
Menarche : 15 tahun Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari Nyeri haid : tidak
Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali/hari
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Klien mengatakan Tidak pernah mengalami.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti batuk lama (TBC), sakit kuning (hepatitis) dan penyakit
keturunan seperti kencing manis (Diabetes Mellitus), jantung, tekanan darah
tinggi (hipertensi), asma.
5. Riwayat Imunisasi : Tidak Pernah
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1 Belum pernah
TT2 Belum pernah
MR Belum pernah
Varicella Belum pernah
6. Rencana KB
Klien dan pasangan berencana ingin langsung punya anak setelah menikah
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
(1) Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
(2) Lauk : 3x @ 1 potong sedang
Jenis : ayam, ikan, telur, tahu, tempe
(3) Sayuran : 3 x @ 1 mangkuk sayur
Jenis : bayam, sawi, kangkung
(4) Buah : 1-2 x / seminggu;
Jenis : pisang, pepaya
(5) Camilan : 2 x sehari
Jenis : gorengan, biskuit
c) Pantangan : tidak ada
Alasan :-
2) Minum
Jumlah ± 8 gelas perhari; jenis air putih, teh.
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
a) Frekuensi perhari : ± 6 x warna kuning
b) Keluhan/masalah : tidak ada
2) Buang Air Besar
a) Frekuensi perhari : 1 x perhari; warna kuning
konsistensi lembek
b) Keluhan/masalah : tidak ada
c. Pola Personal Hygiene
1) Mandi 2 x sehari
2) Keramas 3 x seminggu
3) Gosok gigi 2 x sehari
4) Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
d. Pola Istirahat/ Tidur
1) Tidur malam 7-8 jam
2) Tidur siang 1-2 jam
3) Keluhan/masalah : tidak ada
e. Aktivitas Fisik dan Olahraga
1) Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sehari-hari
2) Olah raga : jalan santai, bersepeda
f. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
1) Merokok : tidak
2) Minuman beralkohol : tidak
3) Obat-obatan : tidak
4) Jamu : tidak
5) Sex bebas : tidak
8. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
1) Syarat pendaftaran pernikahan : klien dan calon sudah melengkapi.
2) Penyesuaian cuti kerja : klien tidak bekerja, sehingga tidak ada cuti kerja,
sedangkan pasangan sudah merencanakan dan mengatur cuti kerja.
3) Tanggal–tanggal penting terkait pernikahan : tidak ada
b. Persiapan Membina Rumah Tangga
1) Persiapan fisik/kesehatan (medical chek up, vaksin) : belum pernah
2) Persiapan Psikososial :
a) Perbedaan latar belakang budaya keluarga : klien dan calon pasangan
sama sama suku Jawa sehingga tidak ada perbedaan.
b) Perbedaan pendidikan : tidak ada persoalan.
c. Persiapan Psikologis
1) Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya: klien dan pasangan sudah
saling memahami
2) Cara berkomunikasi dengan pasangan : klien dan calon berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa
3) Mekanisme koping cara mengatasi masalah : dengan berdiskusi
d. Persiapan Spiritual
Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya dengan cara agama Islam
e. Identifikasi Karakter
1) Harapan/keinginan kebutuhan antar pasangan : saling setia sampai maut
memisahkan.
2) Teknik manajemen konflik : dengan berdiskusi
3) Menanyakan kebiasaan catin : klien dan calon pasangan saling mengerti
kebiasaan masing-masing.

f. Pernikahan ini diharapkan oleh Nona, pasangan, dan keluarga.


g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini :
Kedua keluarga mendukung pernikahan ini.
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan : keluarga calon suami
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga : calon suami.
j. Orang terdekat klien adalah calon suami, orang tua, saudara kandung.
k. Tingkat Pengetahuan
1) Hal-hal yang sudah diketahui terkait gizi :
Makanan yang harus dikonsumsi sehari-hari.
2) Hal-hal yang belum diketahui dalam persiapan pra nikah :
Imunisasi pra nikah.
3) Hal-hal yang ingin diketahui : imunisasi TT.
D. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : compos mentis
3) Tekanan Darah : 120/90 mmHg
4) Suhu : 35,7 ⁰C
5) Nadi : 80 kali/menit
6) RR : 20 kali/menit
7) BB : 55 kg
8) TB : 150 cm
9) LILA : 24 cm
b. Status Present
Kepala : simetris, rambut bersih
Muka : tidak oedem
Mata : konjuntiva tidak anemis, sklera tidak icterus
Hidung : tidak ada polip, tidak ada benjolan, tidak ada serumen
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada peradangan
Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
massa
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada : nafas normal, tidak ada whezing.
Abdomen : tidak ada massa, tidak kembung
Genetalia : bersih
Punggung : normal, tidak skoliosis
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas Atas : tidak oedem
Ekstremitas Bawah : tidak oedem
c. Status Obsterti
Muka : tidak pucat
Mammae : tidak ada kelainan seperti kulit berkerut, tidak ada cairan
Abdomen : tidak teraba massa
Genetalia : tidak ada fluor albus
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
1) HB : 12 gr%
2) Golongan darah :B
3) Rhesus : positif
b. Pemeriksaan Darah yang Dianjurkan
1) Gula Darah Sewaktu (GDS) : tidak
2) Thalasemia : tidak
3) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks) : tidak
c. Pemeriksaan Urin
Plano Tets : negatif
d. Pemeriksaan serologi
HbsAg : non reaktif
HIV : non reaktif
Sifilis : non reaktif

E. Analisa
Nn.AM umur 27 tahun, calon pengantin dengan Memberikan KIE tentang Kesehatan
Reproduksi

F. Penatalaksanaan
Tanggal : 10-02-2022 Jam : 09.30
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa kondisi klien dalam keadaan sehat.
Hasil : klien dan pasangan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan Kepada Klien tentang KIE kesehatan reproduksi, bagaimana cara
menjaga dan merawat kebersiahan organ reproduksi.
Hasil : klien bisa memahami penjelasan bidan.
3. Menganjurkan klien agar kembali lagi ke Puskesmas.
KIE TENTANG DEPENGERTIAN
KESEHATAN ORGAN KESEHATAN REPRODUKSI
REPRODUKSI Pengaruh hormon estrogen dan
WANITA progesteron
REPRODUKSI
Ciri Kelamin Primer:
Kemampuan untuk memperoleh keturunan
(anak) Ovarium memproduksi sel telur
Haid/menstruasi
SEHAT Ciri Kelamin Sekunder
Keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial Payudara membesar
Puting susu menonjol
KESEHATAN REPRODUKSI
Keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial Pinggul melebar
OLEH : dalam menjalankan fungsi dan proses Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar
reproduksinya kemaluan
ASIA Suara berubah lebih nyaring
NPM. 2226040154.P Muncul jerawat

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
MENSTRUASI / HAID MASALAH HAID PADA WANITA

Tiap bulan (21-35 hari), ovarium mengeluarkan


Nyeri haid (Dismenorhea)
sel telur matang Ovulasi
Sel telur bergerak menuju rahim melalui Rasa nyeri di bawah perut, panggul dan Terima Kasih
saluran telur (tuba falopi) pinggang
Sel telur kemudian melekat pada dinding rahim Biasanya akan hilang bila haid telah
bagian dalam yang menebal dan kaya teratur, atau setelah menikah dan
pembuluh darah
melahirkan
Bila sel telur dalam perjalanannya menuju
rahim tidak bertemu sperma, maka tidak
Haid tidak teratur
terjadi pembuahan Umumnya muncul di awal dapat haid
Sel telur akan luruh bersama dinding rahim dan Bila remaja terlalu letih, sakit atau cemas
keluar melalui vagina Menstruasi/Haid (lama 3- Pre Menstrual Syndrome (PMS)
10 hari) Muncul beberapa hari menjelang haid
Gugup, mudah tersinggung, dan lekas
marah
Timbul jerawat
BERITA ACARA BIMBINGAN
LAPORAN LABORATORIUM

Nama : ASiA
NPM : 2226040154.P
Kelas : B2 Kebidanan
Jurusan : S1 Kebidanan

Paraf
No Tanggal Materi Keterangan
Pembimbing

Bengkulu, Februari 2023


Pembimbing Praktik

(………………………….)

Anda mungkin juga menyukai