Anda di halaman 1dari 37

TUGAS INDIVIDU

ASKEB SOAP PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

Diajukan untuk memenuhi salah tugas Asuhan Kebidanan Pranikah dan


Prakonsepsi

Dosen pembimbing : Nuryani, SST., M. Kes

Disusun Oleh :

RISKA WAHYU UTAMI

NIM :P27824421127

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

PROGRAM ALIH JENJANG DIV KEBIDANAN

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ASKEB SOAP PRANIKAH DAN
PRAKONSEPSI” walaupun secara sederhana, baik bentuk maupun isinya.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Asuhan


Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi yang dibina oleh Ibu Nuryani,
SST., M. Kes yang membantu dalam mempelajari hal-hal penting dalam
pengerjaan makalah ini. Makalah ini dapat penulis selesaikan karena
bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang menbangun demi
sempurnanya makalah ini. Penulis juga mengharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum..............................................................................4
2. Tujuan Khusus.............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pranikah..........................................................................5
B. Perencanaan Kehamilan...................................................................6
C. Faktor faktor yang mempengaruhi rencana kehamilan....................6
D. Pelayanan Ksehatan Pranikah .......................................................11
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Catin........................................22

BAB III STUDI KASUS........................................................................................27


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar kematian ibu tersebut disebabkan oleh penyebab langsung,


yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama dan abortus komplikasi
abortus. Sebagian besar komplikasi kehamilan ini dapat dicegah dengan
melakukan persiapan pra konsepsi. Dalam Riskesdas tahun 2010 tidak seluruh
pasangan siap memiliki menghadapi proses kehamilan atau memiliki anak,
salah satu alasan dari pasangan adalah ketidak tepatan waktu dari terjadinya
proses kehamilan tersebut. Dampak kehamilan yang tidak direncanakan selain
berdampak pada kehamilan juga berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk
hamil dan bahkan dapat berujung pada keputusan untuk pengguguran
kandungan yang tidak aman (unsafe abortion). Kondisi unsafe abortion akan
sangat dekat dengan kejadian kesakitan dan kematian ibu yang saat ini masih
sangat tinggi di indonesia. (Prihastuti, 2004 dalam Pranata & Sadewo, 2012).

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh


karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada kehamilan misalnya
pengaturan nutrisi ibu hamil. Nutrisi yang baik juga berperan dalam proses
pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Nutrisi yg baik berperan dalam
mencegah anemia saat kehamilan, perdarahan, pencegahan infeksi, dan
pencegahan komplikasi kehamilan seperti kelainan bawaan dan lain-lain.
Dalam persiapan kehamilan juga sebaiknya dilakukan skrining penyakit-
penyakit seperti penyakit infeksi yang berisiko menular pada janinnya
misalnya Hepatitis, HIV, Toxoplasma dan Rubella), penyakit yang dapat
diperberat dengan kondisi kehamilan misalnya diabetes Mellitus, epilepsi,
penyakit jantung, penyakit paru, hipertensi kronis (Anon 2007).

1
Data Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil
dengan kadar hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama
antara kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%). Peningkatan
proporsi ibu hamil usia 15- 19 tahun dengan KEK dari 31,3% pada tahun
2010 menjadi 38,5% pada tahun 2013. Ketidak siapan kondisi fisik dan
mental saat kehamilan ini maka akan berdampak pada saat menjadi ibu dan
menjalani proses pengasuhan dari masa emas bayi dan balita. Riskesdas
(2010) juga menemukan bahwa dampak dari situasi ini adalah kurang
maksimalnya kesehatan saat hamil, ketidaksiapan ibu untuk hamil serta
keputusan untuk pengguguran kandungan yang tidak aman.

Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan strategi yang


penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan dilahirkan sekaligus
dapat membantu pada upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Situasi ini didapatkan bahwa faktor risiko yang diketahui yang merugikan ibu
dan bayi yang mungkin bisa terjadi sebelum kehamilan harus ditangani
misalnya ibu mengalami kekurangan hemoglobin (anemia), kekurangan asam
folat dan perilaku yang dapat menganggu kesehatan ibu dan janin pada masa
kehamilan. Konseling prakonsepsi adalah komponen penting dalam pelayanan
kesehatan pra konsepsi. Melalui konseling, pemberi pelayanan mendidik dan
mereko- mendasikan strategi-strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
janin. (Williams dkk 2012).

Boente dkk (2014) merekomendasikan bahwa perlunya perubahan


paradigma pelayanan kesehatan menitikberatkan pada persiapan pada masa
pra konsepsi untuk menskrinning pasangan yang telah siap menjadi orang tua
potensial parents) dengan pasangan yang belum siap menjadi orang tua.
Boente et al juga menyatakan bahwa menjadi orang tua yang siap merupakan
tanggung jawab moral yang paling fundamental bagi setiap pasangan (Bonte,
dkk 2014). Kesadaran akan tanggung jawab moral ini akan membuat para
pasangan akan lebih bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan
sebelum kehamilan terjadi sehingga saat kehamilan terjadi kondisi pasangan

2
tersebut lebih siap secara fisik, mental sosial dan ekonomi. Kesiapan ini
akanberdampak pada pola pengasuhan anak yang lebih bertanggung jawab.
Sangatlah penting menyiapkan kehamilan terutama dalam hal menyiapkan
kesehatannya, khususnya terkait nutrisi, olahraga, kebiasaan yang dapat
menganggu kehamilan misal merokok, minum-minuman keras, polusi
lingkungan dan mengurangi stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi
kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh
pada perubahan – perubahan pada saat hamil, mengurangi stress dan
mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan premature, berat
bayi lahir rendah dan kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari
kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan (Chandranipapongse,
Koren 2013)

Program yang dikembangkan pemerintah saat ini sebagian besar dimulai


setelah pasangan tersebut menjalani kehamilan misalnya program nutrisi
seribu hari pertama kehidupan, program P4K (perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi) maupun program keluarga berencana yang
seluruhnya subjek sasarannya pada ibu yang telah menjalani kehamilan dan
program kesehatan ibu anak lainnya. Adapun program Kesehatan Reproduksi
Remaja menjadi salah satu program yang dikembangkan pada perempuan
yang belum hamil. Namun secara analisis sosial dan psikologis terkait
persiapan dan perencanaan kehamilan, sasaran remaja menjadi sulit karena
berhadapan dengan nilai budaya bahwa remaja belum disiapkan
mendisikusikan tentang perencanaan kehamilan. Program pemerintah saat ini
yang terkait perencanaan kehamilan baru pada seputar mencegah kehamilan
tidak diinginkan melalui program Keluarga Berencana dan kelas calon
pengantin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pranikah
2. Bagaimana konsep dasar perencanaan kehamilan?
3. Apa saja faktor-faktor yang emmepengaruhi rencana kehamilan?
4. Apa saja pelayanan Kesehatan pranikah?

3
5. Bagaimana konsep dasar pendokumentasian askeb soap pranikah?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksnakan asuhan kebidanan prakonsepsi pada
calon pengantin.
2. Tujuna khusus
a. Mahasiswa mampu memahami teori pranikah
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar perencanaan
kehamilan?
c. Mahasiswa mampu memahami faktor-faktor yang memepengaruhi
rencana kehamilan
d. Mahasiswa mampu memahami pelayanan Kesehatan pranikah
e. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar pendokumentasian
askeb soap pranikah

3. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Penulisan laporan ini diharpkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan kebidan.
b. Bagi petugas kesehatan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya
bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada calon pengantin
c. Bagi institusi pendidikan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Definisi Pranikah 
Kata  dasar  dari  pranikah  ialah  “nikah”  yang  merupakan ikatan
(akad)  perkawinan  yang  dilakukan  sesuai  dengan  ketentuan  hukum 
dan ajaran agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum,
sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum
adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita  sebagai  suami  istri  dengan  tujuan  membentuk 
keluarga  (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35
tahun 2014 tentang perubahan atas UU  No.  23  tahun  2002  tentang 
perlindungan  anak,  usia  kurang  dari  18 tahun masih tergolong anak-
anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21
tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal
yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 –  25 tahun bagi
wanita dan umur 25  –  30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan,
pasangan yang  akan melangsungkan pernikahan/akad  perkawinan
disebut calon pengantin (Setiawan, 2017)
Menurut  Kemenkes  (2014),  penyelenggaraan  pelayanan 
kesehatan  masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan
untuk:

5
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatanibu dan bayi  baru  lahir  yang  bermutu,  aman,  dan 
bermanfaat  sesuai  dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Perencanaan Kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang
optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak
hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2010).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk
dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental,
fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih,
2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan
yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang
diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan

Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu di persiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain :
a. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani

6
konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan
anjuran, seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik
(pemeriksaan umum dan kandungan) dan laboratorium. Sebab,
tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon ibu
beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat
sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara
genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya.
Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan akibat
kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
b. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa
ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud
dan bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang
tidak prima akan memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa
hal yang harus dilakukan, antara lain:

1) Mulai menata pola hidup

2) Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan

Lingkungan juga memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih


baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara optimal
kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.

3) Mulai menata pola hidup

Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga


memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila
persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan
menjelang konsepsi.

4) Mencapai berat badan ideal

Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan.


Karena berat badan kurang atau berlebihan, keseimbangan

7
homon dalam tubuh akan ikut-ikutan terganggu. Akibatnya
siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal
gangguan kesehatan.
5) Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa
alasan. Karena, zat-zat gizi akan mengoptimalkan fungsi
organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan
selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi
tumbuh kembang janin. Caranya sebagai berikut:
(1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Masukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari secara
bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai
kebutuhan.
(2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada
makanan, karena dapat menyebabkan kecacatan pada
janin dan alergi.
(3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tida terlalu
lama diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak
hilang.
6) Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan
aliran darah. Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke
seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-benar
bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk
pembentukan sperma dan sel telur yang baik.
Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood
karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh
juga jadi sehat dan bugar. Kalau ini yang terjadi, proses
kehamilan, persalinan, serta kembalinya bentuk tubuh ke
keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan

8
yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan
senam.
7) Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum-
inuman beralkohol, serta mengkonsumsi kafein (kopi,
minum bersoda), sebaiknya dihentikan saja. Sebab, zat yang
terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan.
Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin
kecil.Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi,
kalau sibuk kerja dan lupa istirahat.
8) Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar,
herpes, campak jerman, atau penyakit berbahaya lain,
sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab, penyakit
tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
9) Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan
penggunaan kotrasepsi. Apabila belum berkeinginan untuk
hamil maka harus memakai kontrasepsi. Misalnya, pil, obat
suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang brtugas
terjadinya ovulasi.
10) Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga
berdampak buruk sebelum hamil. Misalnya, gangguan
hormonal atau gagguan pada pembentukan sel telur.
Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur, bakteri, dan
virus), bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida),
radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan
lainnya), dan banyak lagi.
2) Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan

9
kehamilan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus
disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan
dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk
mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai
persalinan (Kurniasih, 2010).
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial,
diantaranya:
1) Sumber keuangan
Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu
merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari
atau tidak, anak ternyata membutuhkan alokasi dana yang
cukup besar.
2) Dana yang wajib ada
Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon
orang tua, yaitu:
a) Saat hamil
Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, USG, dan sebagainya), serta
mengatasi penyakit (bila ada).
b) Saat bersalin
Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi
caesar), “menginap” di rumah sakit pilihan, obat-
obatan, serta biaya penolong persalinan.
c) Setelah bayi lahir
Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu
memperhitungkan masa depan anak.
3) Persiapan Pengetahuan
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka
setiap pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang
berpengaruh dalam perencanaan kehamilan atau dalam
kehamilan. Diantaranya:

10
a) Masa subur
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap
untuk dibuahi. Masa subur berkaitan erat dengan
menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya hasrat antara
suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran
hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika
pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya.
b) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak
Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak
di tengah kehidupan keluarganya. Bagi yang telah
mempunyai anak berjenis kelamin tertentu, pastilah
menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum
mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan
permepuan
c) Kesiapan aspek usia
Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada
usia dibawah 20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan
beresiko mengalami tekanan darah tinggi, kejang-kejang,
perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan
beresiko terkena kanker serviks
4. Pelayanan Kesehatan Pranikah
Pelayanan  kesehatan  sebelum  hamil  di  Indonesia  telah  diatur 
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan
telah tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon pengantin maupun bagi penyuluhnya  yang  dikeluarkan  oleh 
Kemenkes  RI.  Pemerintah  baik  daerah provinsi  maupun 
kabupaten/kota  telah  menjamin  ketersediaan  sumber  daya kesehatan,
sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur
dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat

11
Hidup Sehat (GERMAS), beberapa  kegiatan  program  pendampingan 
1000  HPK  yang  berkaitan  dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi
pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan kesehatan
reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil sebagaimana yang dimaksud dilakukan
pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). 
Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan
pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah kurang energi
kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi
seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

IMT =     BB (kgTB (m)2

Keterangan:

BB = Berat Badan (kg) 

TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya


sebagai berikut:

12
Tabel 1.1 Klasifika si Status Gizi berdasarkan IMT

Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014. 

Jika Kategori IMT


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
seseorang
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
termasuk Norma 18,5 – 25,0
kategori : l
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

(1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
(2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan
(Depkes, 2011).

Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok


Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi
dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA <
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian,
gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).

b. Pemeriksaan Penunjang

13
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan
pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes,
2015):
(1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia
seseorang. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu
atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasihemoglobin,
hematokrit atau jumlah seldarah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g
% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia
pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda
adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak
normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Pemeriksaan darah yang dianjurkan meliputi gula darah
sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV,
serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(2) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic
ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan
libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi

14
orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan
erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
(3) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin
yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan
hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning
pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam.
Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat dicegah
dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang
menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan
hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan
jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan
dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
(4) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex
virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
(a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih
dan tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
(b) Penularan dari ibu ke janin
(c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung

15
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan
sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf,
mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
(5) Pemeriksaan IMS
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea,
klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan
hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular seksual
(IMS) pada  perempuan:
(a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna,
dan gatal
(b) Gatal di sekitar vagina dan anus
(c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
(d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
(e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan
menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran,
hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin, kelainan
penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan kanker
organ seksual lainnya.
(6) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai
penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome)
adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

16
Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi AIDS
dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di
dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan
vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
(a) Hubungan seksual dengan orangyang telah terinfeksi HIV.
(b) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang
yang sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat
tato).
(c) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, saat
melahirkan, dan saat menyusui.
(d) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang
terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual,
homoseksual (sesame jenis kelamin), dan penggunaan narkoba
suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat
dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(a) Abstinence(tidak berhubungan seksual)
(b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki
perilaku seksual berisiko)
(d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang,
seperti narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik,
tindik, tato) dengan siapapun.
(e) Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
(7) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui
fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau
saluran kemih.

17
c. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan
untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai
status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
d. Suplemen Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi
besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian
edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling atau Konsultasi Kesehatan Pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program
persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses
konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal,
memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin
sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas,
dkk, 2017).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang
akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan
agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara
sehat, saling menghargai perbedaan, dandapat meningkatkan
komunikasi yang baik. Bimbingan konseling pra nikah mempunyai
objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon
suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan

18
perempuan yang dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik
maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke
jenjang yang lebih serius (pernikahan).

f. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 


(1) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon Pengantin 
Menurut Depkes RI (2005) dalam Meiriza Wira & Triveni (2018),
imunisasi tetanus toksoid (TT) adalah suatu kuman yang telah
dilemahkan atau dimurnikan, vaksin tetanus mengandung toksoid
tetanus yang telah dimurnikan atau sudah diserap ke dalam 3 mg
alumunium fosfat. Imunisasi tetanus toxoid (TT) calon pengantin
adalah antigen yang sangat aman untuk ibu hamil maupun calon
pengantin wanita, tidak ada bahayanya bagi janin yang dikandung
ibu yang mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT). 

Imunisasi tetanus toksoid (TT) pada calon pengantin merupakan


salah satu syarat yang harus di penuhi saat mengurus surat-surat
menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) (Maharani Nasrinna,
2018) Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42
tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi mengenai jenis
berdasarkan penyelenggaraannya imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah. Sedangkan imunisasi pilihan adalah
imunisasi yang diberikan kepada individu sesuai dengan
kebutuhannya untuk melindungi dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. 

Imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.


Imunisasi lanjutan yaitu imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan tubuh. Sedangkan imunisasi lanjutan diberikan
pada anak usia di bawah tiga tahun, anak usia sekolah dasar dan

19
Wanita Usia Subur (WUS) atau wanita yang akan menikah ( Ponda
Fikarsih & Wahyuni Tri, 2018). 

(2) Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon Pengantin 


Tujuan imunisasi ini adalah melindungi individu terhadap
kemungkinan infeksi tetanus bila terluka, memberikan kekebalan
terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan
dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %.
pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada calon pengantin
bertujuan untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir
(Tetanus Neonaturum) dan merangsang sistem imunologi untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan penyakit Tetanus. (Wira Meiriza, Triveni, 2018; Susanti
Tri Evy, Nurul Kholifah dan Ika Pahditam 2018) 
(3) Penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) 
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang menyerang system syaraf
pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan
oleh clostridium tetani dapat di cegah dengan pemberian Imunisasi
tetanus toksoid (TT). Penyakit ini masuk melalui luka gigitan yang
telah di masuki kuman, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas gigitan,
dan pemotongan tali pusat. Toksin yang dihasilkan
tetanospasminsecara umum menyebabkan kekakuan pada tubuh
(Depkes RI, 2012). 
(4) Manfaat Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon
Pengantin 
Manfaat imunisasi tetanus toksoid (TT) mendapatkan kekebalan
tubuh pada ibu hamil dan calon pengantin wanita, hal ini dapat
menghindari terjadinya penyakit tetanus. Imunisasi tetanus di
lakukan sebelum menikah yang bertujuan untuk mencegah infeksi
bakteri Clostridium tetani (bakteri penyebab tetanus) pada vagina,

20
saat melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya (Sawitri,
2011). 
(5) Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 
Menurut Kemenkes RI (2015) Imunisasi tetanus toksoid (TT) calon
pegantin diberikan sebanyak dua kali kepada calon pengantin wanita
dengan interval 4 minggu sebelum pernikahannya. Imunisasi
lanjutan yang di lakukan oleh calon pengantin wanita salah satunya
yang di laksanakan pada saat melakukan pelayanan antenatal.
Imunisasi tetanus toksoid (TT) pada calon pengantin di berikan
sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai dari sebelum dan
saat hamil yang berguna sebagai kekebalan seumur hidup. Vaksin ini
disuntik pada otot paha atau lengan dengan dosis 0,5mL dan
imunisasi tetanus toksoid (TT) dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
pemerintah, praktek bidan, atau rumah sakit swasta. Interval dalam
pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) dan lama masa
perlindungan di berikan sebagai berikut :
 Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi (TT) Pemberian
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 

Status Interval Lama Perlindungan


TT Pemberian
TT I Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus

TT II 4 minggu setelah TT 3 tahun


1
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT 10 tahun
III
TT V 1 tahun setelah TT > 25 tahun *)
IV
Sumber : Kemenkes, 2017

(6) Efek Samping Imunisasi TT Catin 

21
Susanti T.E, Nurul Kholifah& Ika Pusphita (2018) Efek samping
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) biasanya hanya gejala ringan saja
seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada di tempat
suntikan yang berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri
sehingga tidak memerlukan tindakan atau pengobatan.
5. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
a. Data Subjektif
(1) Identitas
(a) Usia
Usia pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko apabila
dibawah 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang dan
jika lebih dari 35 tahun mendekati menopause. (Dewi,
2012).
(b) Pekerjaan
Pekerjaan pasien dikaji untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena mempengaruhi dalam
pemenuhan gizi pasien.
(2) Alasan datang
(3) Riwayat menstruasi  meliputi: 
(a) Menarche.
(b) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
siklus haid teratur atau normal (22-35 hari) (Kusmiran
2012.
(c) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama
haid normal (2-7 hari). (Kusmiran 2012).
(d) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan
jumlah  pembalut yang digunakan tiap harinya. Apabila
penggunaan pembalut kurang dari 2 perhari berarti jumlah
darah sedikit, 2-4 perhari berarti normal dan lebih dari 5
perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari. (Dewi,
2012)

22
(e) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui
apakah ada nyeri perut atau gejala lain.
(4) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui apakah catin wanita dan pria pernah
menikah sebelumnya atau tidak.
(5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah catin wanita pernah memiliki
riwayat ber KB
(7) Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik yang sedang atau
pernah diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal,
ASMA, epilepsy, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS)
riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit
ginekologi dan riwayat penyakit sekarang (Muslihatun dkk,
2009).
(8) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan seharihari
apakah terpenuhi gizinya atau tidak.
(a) Nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi
pada pasien. (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
(b) Eliminasi : Untuk mengetahui berapa kali BAB dan
BAK, dan bagaimana keseimbangan antara intake dan
output.
(c) Istirahat : Untuk mengetahui berapa lama tidur siang
dan malam.
(d) Aktifitas :Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari. 
(e) Personal hygiene :Untuk mengetahui tingkat kebersihan
pasien. Kebersihan perorangan sangat penting agar
terhindar dari penyakit kulit. 

23
(f) Keadaan psikologis: Untuk mengetahui tentang perasaan
sekarang, apakah  merasa takut atau cemas dengan
keadaan sekarang (Muslihatun dkk, 2009).
b. Data Objektif
(1) Pemeriksaan Fisik
(a) Status generalis
Keadaan umum dan Kesadaran
(b) Tanda-tanda vital meliputi :
Tekanan darah, Denyut jantung, Pernafasan,Temperatur
(c) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan antropometri
meliputi:Berat badan untuk mengetahui penurunan berat
badan.  Tinggi badan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
(d) Pemeriksaan head to toe
- Kepala dan leher
Meliputi edema wajah, mata (kelopak mata pucat,
warna sklera), mulut (rahang pucat, kebersihan,
keadan gigi, karies, karang, tonsil) (Muslihatun dkk,
2009).
- Telinga
Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran.
- Hidung
Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan bentuk dan fungsi hidung. Pengkajian hidung
mulai dari bagian luar, bagian dalam kemudian sinus-
sinus. Pada pemeriksaan hidung juga dilihat apakah
ada polip dan kebersihannya.
- Mulut dan faring

24
Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi
pasien duduk. Pengkajian dimulai dengan mengamati
bibir, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
lantai dasar mulut, dan palatum kemudian faring.
- Leher
Pembesaran kelenjar tyroid, pembuluh limfe
(Muslihatun dkk, 2009).
- Payudara
Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi areola,
keadaan puting susu, retraksi, adanya benjolan/massa
yang mencurigakan, pengeluaran cairan dan
pembesaran kelenjar limfe (Muslihatun dkk, 2009).
- Ekskremitas
Ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki
atau tidak (Muslihatun dkk, 2009).
c. Pemeriksaan Khusus
(1) Abdomen
Palpasi adalah teknik yang dilakukan dengan menggunakan
peranan telapak atau punggung tangan pemeriksaan untuk
mengetahui ukuran, tekstur dan mobilitas massa, kualitas
palpasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan
kelembaban, akumulasi cairan dan odema serta vibrasi dinding
dada (Nursalam, 2009). Pada pemeriksaan ini hanya diperiksa
pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan (Purwoastuti dan
Walyani, 2015).
(2) Anogenital
Anogenital yang di kaji adalah vulva atau vagina,  adakah luka
atau parut, adakah condiloma, varices atau oedama,
pemeriksaan kelenjar bartolini serta pengeluaran pervaginam
yang berupa lender, darah atau flouralbus. Anus apakah
terdapat hemoroid (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

25
(3) Pemeriksaan Laboratorium
c. Asessment
(1) Diagnosa
Nn. … Usia … tahun ingin ………..
Data dasar : - Dasar subjektif: Nn. Y mengatakan ingin ……
(Dewi, 2012).
Data objektif :
(a) Keadaan umum: Untuk mengetahui apakah ibu dalam
keadaan baik, cukup atau kurang (Nursalam, 2009).
(b) Kesadaran: Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai
composmentis, apatis, somnolen, soper, koma, delirium
(Nursalam, 2009).
(c) Tanda-tanda vital normal Menurut Ambarwati dan
Wulandari (2010), meliputi:
- Tekanan darah: Tekanan darah rata-rata normalnya
120/80mmHg.
- Nadi: Denyut nadi normal orang dewasa 60-80x/m.
- Pernafasan: Pernafasan normal pada orang dewasa
16-24x/m.
- Suhu normal
d. Penatalaksanaan
Menurut (Kemenkes RI, 2011) tentang Standar Asuhan Kebidanan,
bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif
berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan

BAB III
TINJAUAN KASUS

26
ASUHAN KEBIDANAN CATIN DENGN PERNECANAAN KEHAMILAN

PUSKESMAS MIRI KABUPATEN SRAGEN

Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2021 Pukul : 10.00 WIB

Tempat Pengkajian :Poli KIA No. RM26346XX

Oleh : Riska W. Utami, Amd. Keb

A. Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. N Nama Calon Suami : Tn. B
Umur : 25 Tahun Umur : 27 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S-1 Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Girimargo Alamat : Girimargo

2. Alasan datang
Ingin memeriksakan kesehatan, suntik TT, imgin berkonsultasi mengenai
pernecanaan kehamilan dan ingin mendapat surat kerterangan sehat.
3. Keluhan utama
4. Tidak ada
5. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 Tahun
b. Siklus : 30 hari lama 4-5hari
c. Banyaknya: Ganti pembalut 2-3 kali/ hari saat merasa penuh.
d. Dishminorea : Tidak pernah
e. Hpht : 10 Desember 2020
f. Flour Albus : Ada setelah menstruasi, warna putih jernih, tidak
bau, tidak gatal.
6. Riwayat Pernikahan

27
Calon pengantin pria dan calon pengantin wanita mengatakan ini
merupakan pernikahan yang pertama, rencana menikah tanggal 29 Maret
2021. Belum pernah berhubungan badan
7. Penyuluhan yang pernah didapat
Calon pengantin pria dan calon pengantin wanita mengatakan belum
pernah mendapatkan penyuluhan.
8. Riwayat Kesehatan
a. Calon pengantin wanita
Tidak sedang atau pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,asma
DM, ginjal, TBC, kelainan darah. Belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatits, IMS dan HIV/AIDS, tidak ada alergi obat
Riwayat status TT 4 ( Saat SD)
b. Calon pengantin pria
Tidak sedang atau pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,asma
DM, ginjal, TBC, kelainan darah. Belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatits, IMS dan HIV/AIDS, tidak ada alergi obat.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Calon pengantin wanita
Calon pengantin wanita dan keluarga tidak pernah menderita penyakit
jantung dan hipertensi, anggota keluarga lain tidak pernah menderita
penyakit DM, ginjal, jantung, asma, alergi, TBC, HIV, Hepatitis
maupun kanker.
b. Calon pengantin Pria
Calon pengantin Pria mengatakan alergi dingim dan ayah dan kakek
mempunyai riwayat penyakit alergi dingin keluarga lain tidak pernah
menderita penyakit jantung dan hipertensi, anggota keluarga lain tidak
pernah menderita penyakit DM, ginjal, jantung, asma, TBC, HIV,
Hepatitis maupun kanker.
10. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Tidak ada
11. Pola Fungsional Kesehatan

28
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, buah. Minum
air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada pantangan atau alergi makanan.
b. Eliminasi: tidak ada keluhan. BAB 1 Kali sehari, BAK 5-6 kali sehari.
c. Istirahat :Tidur malam 7-8 jam, jarang tidur siang.
d. Aktivitas: kerja pukul 07.00-14.00
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari. Tidak
pernah menggunakan sabun pembersih daerah kewanitaan.
f. Riwayat psikososial budaya :
Keluarga dari kedua belah pihak merestui rencana pernikahan.
Sudah siap secara mental dan financial untuk menikah.CPW dan
pasangan ingin segera mempunyai keturunan setelah menikah.
Tidak ada budaya/ tradisi tertentu yang berpengaruh buruk bagi
kehidupan sehari hari.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Calon Pengantin Wanita
(1) Keadaan umum : Baik
(2) Kesadaran : composmentis
(3) Antropometri
(a) BB :53 kg
(b) IMT : 23kg/m2
(c) TB : 160 cm
(d) LILA : 24 cm
(e) Tanda-tanda vital
TD :120/70 mmHg
N : 82 x/ menit
R : 18 x/ menit
S : 36,5 C
b. Calon Pengantin Pria
(1) Keadaan umum : Baik
(2) Kesadaran : composmentis

29
(3) Antropometri
(a) BB :65 kg
(b) TB : 170 cm
(4) Tanda-tanda vital
TD :130/70 mmHg
N : 82 x/ menit
R : 20 x/ menit
S : 36,5 C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Calon Pengantin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : Simetris tidak pucat
(3) Mata : Conjungtiva merah muda sklera putih.
(4) Telinga : Tidak ada serumen
(5) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(6) Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid
(7) Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan
(8) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak teraba
masa. Tidak ada bekas luka operasi
(9) Ekstermitas : Tidak ada odema
b. Calon Pengantin Pria
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : Simetris tidak pucat
(3) Mata : Conjungtiva merah muda sklera
putih.
(4) Telinga : Tidak ada serumen
(5) Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering
(6) Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar
tiroid
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium

30
a. Calon Pengantin Wanita
GD/ Rhesus : O/ (+)
Hb : 12 g/dL
HbsAg : NR
HIV : NR
PP Test :-
b. Calon pengantin pria
Gol. Darah : O+
Hb : 13 g/dL
HbsAg : NR
C. Analisis Data
Nn, N usia subur usia 25tahun sehat dengan prakonsepsi dan perencanaan
kehamilan
D. Penatalaksanaan
1. Kolaborasi dengan doker mengenai hasil pemeriksaan darah. Hasil normal
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada CPW dan pasangan bahwa secara
keseluruhan baik, tanda tanda vital hasil pemeriksaan fisik dan darah
dalam batas normal. CPW dan pasangan mengerti dan mendengarkan
hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan pada calon pengantin wanitabahwa status imunisasi TT
belum lengkap yaituTT 4 sehingga saat ini perlu melakukan suntik TT
lagi dengan perlindungan selama 25 tahun dari suntik TT terakhir. CPW
Menegerti dengan penjelasan dan ersedia untuk suntik TT5
4. Menyiapkan alat dan melakukan injeksi TT. Sudah dilakukan.
5. Memberikan konseling
a. Menganjurkan CPW dan pasangan setelaah menikah untuk intens
berhubungan badan saat masa subur.
b. Mengajarkan cara menghitung masa subur jika
Siklus teratur : siklus -14
Siklus tidak teratur : tentukan siklus terpendek dan terpanjang
selama 3 bulan

31
Siklus pendek : siklus -18
Siklus panjang : siklus -11
c. Menginformasikan tanda-tanda masa subur seperti darivagina keluar
lendir lebih encer bening dan meregang lebih panjang, peningkatan
suhu tubuh, keram perut bagian bawah unilateral.Mengatur jarak
anak demi terciptanya generasi platinum. CPW dan pasangn mengerti
menghitung masa subur , mengenali tanda tanda masa subur dan
berencana memiliki 2 orang anak dengan jarak 4-5 tahun
d. Hak reproduksi dan seksual
e. Persiapan pranikah
6. Menganjurkan pemeriksaan ksehatan apabila da keluhan. CPW dan
pasangan mengerti dan bersedia untuk memeriksakan kesehatanya.
7. Memberikan Buku Pintar Kesehatan Ibu dan Anak bagi calon pengantin
untuk dibaca dirumah. CPW dan pasangan mengerti dan bersedia
membaca buku
8. Memberikan surat keterangan sehat.
9. Melakukan dokumentasi. Dokumentasi telah dilakukan

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menjadi orang tua yang siap merupakan tanggung jawab moral yang
paling fundamental bagi setiap pasangan (Bonte, dkk 2014). Kesadaran

32
akan tanggung jawab moral ini akan membuat para pasangan akan lebih
bertanggung jawab untuk menyiapkan dan merencanakan sebelum
kehamilan terjadi sehingga saat kehamilan terjadi kondisi pasangan
tersebut lebih siap secara fisik, mental sosial dan ekonomi. Kesiapan ini
akanberdampak pada pola pengasuhan anak yang lebih bertanggung
jawab. Sangatlah penting menyiapkan kehamilan terutama dalam hal
menyiapkan kesehatannya, khususnya terkait nutrisi, olahraga, kebiasaan
yang dapat menganggu kehamilan misal merokok, minum-minuman keras,
polusi lingkungan dan mengurangi stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi
kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan
tubuh pada perubahan – perubahan pada saat hamil, mengurangi stress dan
mencegah obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan premature,
berat bayi lahir rendah dan kematian janin mendadak, dan mencegah efek
dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

Bethsaida. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta: Publisher.

Hery, B. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta: Publisher.

33
Kumalasari, A. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Kurniasih. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Gramedia.

Kemenkes. (2015). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. (2017). Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi


Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan
dan Kementrian Agama

Kemenkes. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil.


Jakarta: Kemenkes RI.

Makhfudi, F. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: ECG.

Marmi. (2013). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Pranata, S. (2012). Kejadian Keguguran Kehamilan Tidak Direncanakan dan


Pengguguran di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.

Riskedes. (2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian


RI 2010.

William. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Internasional. Indeks.

34

Anda mungkin juga menyukai