Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
“Prespektif Keperawatan Maternitas,Kebijakan Program KIA”
Ns.Grace Carol Sipasulta,M.Kes..Sp.Kep.Mat

KELOMPOK 1 :

1. Febiyola Margareta Indu P07220121014


2. Syalom Hosana Keny Rafael P07220121042

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SAMARINDA


POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran tuhan yang maha esa atas
segala rahmat dan pelindungan-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Keperawatan Maternitas” dengan
judul “Perspektif Keperawatan Maternitas,Kebijakan Program KIA”
Makalah ini kami buat dengan sepenuh hati dengan bantuan dari pihak lain dalam
menghadapi berbagai kesulitan dalam proses penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami pada khususnya, kami menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun sebagai perbaikan
makalah ke arah yang baik dan benar. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih.

25 Januari 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................2
1.1. Latar Belakang...............................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3. Tujuan ............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
A. Perspektif Keperawatan Maternitas...........................................4
2.1. Falsafah Keperawatan Maternitas.............................................4
2.2. Paradigma Keperawatan Maternitas.........................................7
2.3. Standar Etik dan Aspek Legal Dalam Keperawatan
Maternitas ....................................................................................8
B. Kebijakan program KIA ............................................................9
2.4 PONED&PONEK ....................................................................10
2.5 Safe Motherhood ......................................................................11
2.6 1000 HPK ..................................................................................12
2.7 Continues of Care ....................................................................13
2.8 PWS KIA&BUKU KIA ...........................................................14
2.9 Rapot Kesehatanku .................................................................15
2.10 Target SGDs .............................................................................16
2.11 SDIDTK ....................................................................................17
2.12 PKPR ........................................................................................18
2.13 Stunting .....................................................................................19

BAB III....................................................................................................... 13
PENUTUP...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan adalah suatu bentuk layanan Kesehatan professional yang berbasis ilmu
dan kiat keperawatan,yang memberikan pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual secara
komprehensif yang ditujukan bagi individu,keluarga,kelompok dan masyarakat baik
sehat maupun sehat yang mencakup proses kehidupan
manusia(Asmadi,2008).Keperawatn maternitas merupakan salah satu sub system dari
pelayanan Kesehatan yang menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra
pelayanan pada masa prenatal,intranatal,postnatal,dan meningkatkan Kesehatan
reproduksi.Keperawatan maternitas ditujukan kepada Wanita pada masa usia subur
terkait dengan system reproduksi,kehamilan,melahirkan,nifas,antara dua kehamilan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari,beserta keluarganya melalui kegiatan-kegiatan advoaksi
dan mendidik WUS dan melakukan Tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilan persalinan dan nifas,membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampaipersalinan dan
masa diantara dua kehamilan,memberikan konsultasi tentang perawatan
kehamilan,pengaturan kehamilan,membantu dalam proses persalinan dan menolong
persalinan normal,merawat Wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai 40 hari
menuju kemandirian,merujuk kepada tim Kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.(Bobak,2012).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja tujuan keperawatan maternitas?
2. Apa saja paradigma kepereawatan maternitas
3. Bagaimana standar etikdan aspek legal dalam keperawatan maternitas?
4. Apa saja Program KIA ?

1.3. Tujuan
Mahasiswa dapat mengerti :
1. Pengertian tentang keperawatan maternitas
2. Peran perawat dalam keperawatan maternitas
3. Paradigma keperawatan Maternitas 
4. Tujuan keperawatan Maternitas

2
5. Hal-hal perspektif keperawatan maternitas
6. Program KIA

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Keperawatan Maternitas


1.4. Falsafah Keperawatan Maternitas
Tujuan keperawatan maternitas adalah:
a. Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah produksi &
menghadapikehamilan. 
b. Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas adalah
normal.
c. Member dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, & nifas adalah
pengalaman positif & menyenamgkan.
d. Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini.
e. Memberi informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
f. Memahami keadaan social & ekonomi ibu.
Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal,alamiah,partisipasi aktif
keluarga dibutuhkan untuk kepentingan Kesehatan ibu dan bayi.Kehamilan awal
bentuk interaksi keluarga.Keperawatan Maternitas memberikan tantangan bagi
peran perawat dan masyarakat.”Maternity Nursing meyakinkan bahwa asuhan
klien atau ibu maternal bukan hanya area medis dan kep saja,namun merupakan
aktivitas pelayanan yang difokuskan pada keluarga sebagai sentra asuhan
(Reeder,2014)
Asumsi yang mendasari asuahan keperawatan maternitas (Kemenkes,2016)
adalah sebagai berikut :
1. Semua individu berhak lahir sehat,oleh karena itu setiap ibu hamil dan janin
berhak mendapatkan layanan Kesehatan yang berkualitas
2. Sikap masyarakat terhadap seksualitas,hubungan peran,masa kehamilan dan
persalinan,seiring dengan kemajuan teknologi dalam mengendalikan
fertilisasi menjadikan kedudukan sebagai orang tua sebuah plihan.

4
3. Reproduksi melibatkan satu atau lebih individu lain dan merupakan proses
psikofisologis normal,dimana orang-orang yang terlibat merasakan
kepuasaan fisik dan emosi.
4. Pengalaman kehamilan,melahirkan anak dan gangguan Kesehatan anak
merupakan tugas perkembangan keluarga yang dapat mencegah krisis situasi.
5. Perubahan fisiologis dan penyesuaian yang dialami ibu serat anaknya selama
proses melahirkan dapat berjalan dengan baik.
6. Setiap hasil reproduksi dan pengalaman melahirkan setiap individu akan
dipengaruhi oleh warisan budayanya.
Hamilton (2012),menyebutkan falsafah keperawatan maternitas meliputi :
1. Keperawatan maternitas berpusat pada keluarga dan masyarakat asuhan
keperawatan yang holistic,menghargai klien dan keluarganya,menyadari
bahwa klien,keluarga,masyarakat berhak menentukan perawatan yang sesuai
dengan dirinya.
2. Setiap individu berhak lahir sehat-optimal dimana Wanita hamil dengan bayi
yang dikandung,Wanita pasca persalinan beserta bayinya berhak
mendapatkan pelayanan Kesehatan.
3. Pengalaman kehamilan,persalinan,gangguan Kesehatan merupakan tugas
perkembangan keluarga dan dapat menjadi Krisis situasi.
4. Meyakini kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang
normal,alamiah,partisipasi keluarga dibutuhkan untuk kepentingan Kesehatan
ibu dan bayi.
5. Awal kehamilan awal bentk interaksi keluarga
6. Sikap,nilai,dan perilaku sehat setiap individu dipengaruhi latar belakang
budaya,agama,dan kepercayaan.
7. Keperawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/pembela untuk
melindungi hak klien
8. Mempromosikan Kesehatan merupakan tugas penying bagi keperawatan
maternitas generasi penerus
9. Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan
merupakan factor utama dalam mempromosikan derajat Kesehatan
individu,keluarga dan masyarakat

5
10. Meyakini penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan maternitas
1.5. Paradigma Keperawatan Maternitas
Paradigma Keperawatan merupakan cara pandang dalam
merencanakan,memprediksi,memberikan makna,menyikapi,dan memilih
Tindakan terhadap berbagai fenomena atau kejadian yang ada dalam
keperawatan.Dalam keperawatan ada 4 komponen yang merupakan pola dasar
dari teori-teori keperawatan yait menurut Virginia Henderson (Aini,2018)
1. Manusia terdiri dari 4 dasar elemen yang merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia yaitu terdiri dari kebutuhan biologis,psikologis social dan
spiritual,individu merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.Kehamilan,melahirkan,nifas,antara dua kehamilan dan bayi baru
lahir sampai umur 40 hari,beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang
unik dan utuh.Salah satu tugas perkembangan Wanita adalah pengalaman
melahirkan anak yang dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut
apabila tidak mampu beradaptasi dengan baik
2. Lingkungan merupakan hubungan timbal balik dengan keluarga.Masyarakat
mengharapkan perawat untuk membantu individu yang tidak mampu
melakukan aktivitas secara mandiri.Proses kelahiran merupakan permulaan
suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting,sehingga
pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang
tua,bayi dan anggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber
dalam kajian.
3. Sehat dan sakit didefinisikan berdasarkan pada kemampuan individu untuk
memenuhi fungsinya secara independent.Setiap individu memiliki hak untuk
lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan Kesehatan yang berkualitas.
4. Keperawatan bertujuan mempertahankan kemandirian maksimal individu
sehingga dapat menjalankan kehidupan yang berharga.Fungsi perawat adalah
memulihkan Kesehatan,membantu individu memperoleh kembali
kemandirian dengan segera mungkin atau mengoptimalkankn
kesejahteraan.Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan

6
professional yang ditujukan kepada Wanita usia subur,Wanita pada masa
subur berkaitran dengan system
reproduksi,kehamilan,melahirkan,nifas,antara dua kehamilan dan bayi baru
lahir sampai 40 hari,beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososil dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.6. Standar Etik dan Aspek legal Dalam keperawatan Maternitas
Hal yang berhubungan dengan pertimbangan perawat yang mengarah pada
pertanggung jawaban moral yang mendasari asuhan keperawatan.
1. Penerapan Erika dalam keperawatan maternitas terhadap individu:wajib
menghormati kepercayaan individu,menghormati nilai,adat,kebiasaan
individu,memegang teguh kerahasiaan informasi individu.
2. Terhadap praktik keperawatan,bertanggung jawab melaksanakan tugas,wajib
memelihara standart keperawatan,mempertimbangkan kemampuan individu
dalam melimpahkan tanggung jawab
3. Masalah etik dalam keperawatan maternitas: masalah etik
ringan,membicarakan rahasia klien,membentak klien yang gelisah.Masalah
etik kompleks;
Untuk memenuhi standar etik keperawatan maternitas perlu kebijakan
Pelayanan Keperawatan Maternitas (Nugroho,2012)
- Memberikan pelayanan tenaga terlatih
- Meningkatkan pengetahuan Kesehatan masyarakat
- Meningkatkan penerimaan Gerakan KB
- Memberikan Pendidikan dukun beranak
- Meningkatkan system pelayanan

B. Kebijakan Program KIA


1. PONEK & PONED
a. Pengertian PONEK
PONEK adalah pelayanan obstetri neonatal esensial / emergensi
komperhensif. Tujuan utamamampu menyelamatkan ibu dan anak baru lahir

7
melalui program rujukan berencana dalam satu wilayah kabupaten kota
madya atau provinsi
PONEK merupakan suatu program pelayanan dimana setiap unsur tim yang
ada di dalamnyamelakukan fungsi yang berbeda,sangat membutuhkan
keterpaduan, kecepatan dan ketepataninformasi yang ditujukan kepada
peningkatan mutu, cakupan dan efektifitas layanan kepada masyarakat.
Keberadaan sistem informasi ditujukan untuk medukung proses
pelaksanaankegiatan pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian misi
yang ditetapkan.Sistem informasi dimaksud pada PONEK adalah :
 Sistem informasi sehubungan dengan PONEK yang sejalan dengan
visi dan misi rumah sakit
 Sistem informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh data penting
dari kamar bersalin dan ruang neonatal yang melaksanakan PONEK
yang dapat diakses secara transparan melalui workstation.
 Sistem informasi yang mampu memberikan peningkatan mutu
pelayanan PONEK bagi pasien,yaitu dengan tersedianya data PONEK
yang lengkap dan akurat.
 Sistem informasi yang dapat mendukung mekanisme pemantauan dan
evaluasi.
 Sistem informasi yang dapat membantu para pengambil keputusan
dengan adanya ketersediaan data yang lengkap,akurat dan tepat
waktu.
 Sistem informasi yang dapat mendukung kegiatan operasional (rutin)
serta dapatmeminimalkan pekerjaan yang kurang memberikan nilai
tambah, meningkatkan kecepatan aktivitas rumah sakit serta dapat
menciptakan ‘titik kontak tunggal’ atau ‘case manager’ bagi pasien.
 Sistem informasi yang dapat memberdayakan karyawan
(empowering).
 Sistem informasi yang dapat mengakomodasi aktivitas yang
dibutuhkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan
keilmuannya di bidang obstetri dan ginekologi dengan ketersediaan
teknologi informasi yang mampu untuk memperoleh,
mentransmisikan, menyimpan, mengolah atau memproses dan
menyajikan informasi dan data baik data internal maupun data
eksternal
b. Pengertian PONED
PONED merupakan pengembangan pelayanan medik spesialistik di
Puskesmas dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat
yang membutuhkan.Dalam hal ini adalah beberapa pelayanan
kegawatandaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. Pengembangan tersebut
dalampelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga,
sarana sesuai standaryang telah ditetapkan. Selain di Puskesmas, PONED

8
bisa diselenggarakan di saran pemberi layanan kesehatan lainnya sepanjang
itu memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan.
Kegiatan –kegiatan yang dilakukan dalam membentuk puskesmas PONED
dimulai dengan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan untuk menangani
kesehatan ibu dan bayibaru lahir melalui pemberian pelatihan intensif untuk
dokter umum dan bidan. Kegiatan pelatihan diikuti dengan memantau
efektivitas program in-service training dan Pendidikan berkelanjutan.Adapun
kualitas PONED dipantau melalui assesment yang dilakukan setiap enam
bulan sekali untuk melihat indikator keberhasilan pelaksanaannya yang
meliputi :
 Peningkatan pengetahuan dan kinerja klinis. Ini dilihat dari penilaian
langsung dengan menggunakan daftar titik dan evaluasi kinerja dari
waktu ke waktu melalui audit klinis.
 Penghargaan positif dari masyarakat yang dilayani. Ini dilihat dari
kunjungan PONED dari waktu kewaktu.
 Peningkatan moral pelaksana yang secara positif  mempengaruhi
retensi dan motivasi.Indikator – indikator di atas akan tercapai, salah
satunya dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan berkelanjutan melalui
in-service training yang dilakukan di fasilitas PONED.Agar tujuan
diadakannya Puskesmas PONED ini tercapai, diperlukan pengelola
yang memiliki kemampuan manajemen dan ketrampilan memadai.
Selain pengelola PONED langsung, peran Kepala Puskesmas sebagai
pengambil keputusan tertinggi di Puskesmas sangat menentukan
keberlangsungan PONED.
2. Save Motherhood
Safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinannya sehat aman serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya safe motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir. WHO (World Health Organization)
mengembangkan four pillars of safe motherhood untuk mengembangkan
ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi.
Empat pilar upaya safe motherhood tersebut adalah :
1. Keluarga berencana
2. Asuhan antenatal
3. Persalinan bersih dan aman
4. Pelayanan obstetric esensial,
salah satu pilar safe motherhood adalah pelayanan antenatal. Pelayanan
antenatal bertujuan untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa
komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani
secara benar (Varney, 2007; h.68). Cakupan pelayanan antenatal dapat
dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil K1 untuk melihat
akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar, yaitu paling sedikit
empat kali (K4). Cakupan kunjungan K1 di Semarang adalah yang tertinggi
yaitu 103,85%, dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada
tahun 2014 adalah sebanyak 28.741 kunjungan (97,5%) tidak mengalami
perubahan berarti dibanding dengan tahun 2014 yaitu 97,2% (28.215

9
kunjungan ibu hamil). Angka tersebut sudah mencapai SPM (Standar
Pelayanan Minimal) tahun 2015 yaitu 95% (Dinkes Kota Semarang, 2015).
3. 1000 HPK
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat
kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode
inilah organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki
dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.
Mengapa 1000 HPK disebut juga periode Emas ?
Karena pada periode ini terjadi perkembangan yang sangat cepat sel-sel otak dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk
jaringan saraf dan otak yang kompleks. Perkembangan otak ini hampir sempurna
yaitu mencapai 80%, sehingga akan menentukan kualitas manusia dimasa depan.
Hal apa saja yang mesti diperhatikan agar anak tumbuh optimal di periode
emas ?
1. Asupan Gizi
2. Stimulasi
3. Pola Pengasuhan
4. Perawatan Kesehatan

4. .Continues of Care (Pemberian Fe pada remaja)


Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care
yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan,
serta hari-hari awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Continuity of

10
care yaitu tempat pelayanan yang menghubungkan berbagai tingkat
pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana kesehatan.
Remaja memang mudah terkena anemia yang ditandai dengan tubuh mudah
lemas ataupun mudah pingsan, karena mengalami menstruasi. Untuk itu
tablet penambah darah dibutuhkan untuk mengatasi anemia.
Mengapa remaja membutuhkan zat besi ?
1. Pertumbuhan cepat,
2. Kebutuhan meningkat Haid: kehilangan darah rutin dalam jumlah
cukup banyak
3. Calon ibu
4. Periode usia melahirkan: kehilangan darah saat persalinan; jumlah
persalinan; jarak antar persalinan; usia melahirkan saat remaja;
5. Bila ibu sudah hamil akan terlambat, terutama untuk perkembangan
organ yang memerlukan asam folat
6. Pola makan untuk menjaga penampilan
7. Untuk mengatasi anemia/defisiensi besi, dll
Dampak anemia pada remaja
1. Konsentrasi belajar
2. Prestasi disekolah rendah atau tidak optimal
3. Produktivitas kerja turun
4. Imunitas lebih rendah sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi
Upaya pemberian tablet zat besi ke untuk remaja ini dilakukan untuk
meminimalisiasi perempuan usia muda mengalami anemia. Jika seorang
remaja menderita anemia dan kemudian hamil maka akan berpotensi
melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir
rendah (BBLR). Hal ini disebakan karena kurangnya supply oksigen dan
makanan ke janin selama masa kehamilan

5. PWS KIA & Buku KIA


Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah
alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah
kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi 4 pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan
PWS KIA terdiri dari :
- Pengumpulan
- Pengolahan
- analisis dan interpretasi data
- serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens.
Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang
esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu

11
kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens
dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap
target yang ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.

6. Target SDGs
Salah satu tujuan SDGs adalah untuk memastikan kehidupan yang sehat bagi
semua orang dari segala usia dan untuk mempromosikan kesejahteraan hidup
semua masyarakat suatu negara (Satriawan et al., 2020).
Isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan
nomor 3,yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan.
Selain permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya
penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta
peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-
hal baru yang menjadi perhatian, yaitu:

12
1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM)
2) Penyalahgunaan narkotika dan alcohol
3) Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
4) Universal Health Coverage
5) Kontaminasi dan polusi air, udara dan tanah; serta penanganan krisis
dan kegawatdaruratan.
Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem
kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana
(KB), serta sanitasi dan air bersih.Pembangunan sektor kesehatan untuk
SDGs sangat tergantung kepada peran aktif seluruh pemangku kepentingan
baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha, media massa,
lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra
pembangunan serta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).Tantangan terbesar
dalam pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah
reformulasi konsep pembangunan yang terintegrasi dan penempatan
kesehatan sebagai satu rangkaian proses manajemen pembangunan yang
meliputi input, process, output, outcome dan impact pembangunan serta
memahamkan bersama akan substansi pembangunan kesehatan yang harus
dilaksanakan bersama di era desentralisasi dan demokratisasi saat
ini.Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang
kesehatan adalah Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni
paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional.
  Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan
konsep promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan dan
menempatkan kesehatan sebagai input dari sebuah proses pembangunan.
  Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan
Akses dan mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer
diarahkan untuk upaya pelayanan promotif dan preventif, melalui
pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan baik
dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola manajemen dan tata kelola
program.
  Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh
penduduk dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam
pelayanan kesehatannya.

13
7. Raport Kesehatanku
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Kesehatan Keluarga meluncurkan
program Buku Rapor Kesehatanku (Buku RK) bagi anak sekolah dan remaja
yang merupakan kelanjutan dari program Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
bagi ibu hamil, bayi dan balita.Baik buku KIA maupun buku RK berfungsi
sebagai media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan media pemantauan
kesehatan sesuai dengan tingkatan siklus hidup.Buku RK terdiri dari dua seri
buku yaitu buku infomasi kesehatan yang berisi berbagai informasi berkaitan
dengan kesehatan dan tumbuh kembang, dan seri buku catatan kesehatan yang
berisi lembar catatan kesehatan anak dari hasil pelayanan kesehatan di sekolah,
puskesmas/fasilitas kesehatan yang diperlukan dalam memantau tumbuh
kembang dan kesehatan anak untuk dilakukan tindak lanjut jika diperlukan.
Fungsi buku catatan kesehatan untuk merekam status kesehatan anak dan
monitor kebiasaan hidup sehat masih belum optimal.

8. SDIDTK

14
a. Pengertian SDIDTK
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melaluikegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang pada masa5tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara : keluarga,masyarakat dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).Indikator keberhasilan program SDIDTK
adalah 90% balita dan anak prasekolah terjangkau olehkegiatan SDIDTK pada
tahun 2010.Tujuan agar semua balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur
5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
b. Kegiatan SDIDTK yang meliputi:
1. Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar
perkembangan kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian anak berlangsung secara optimal sesuai usiaanak.
2. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu
melakukan skrining atau mendeteksi sejak dini terhadap kemungkinan
adanya penyimpangan tumbuh kembang anak balita.
3. Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan
plastisitas otak anak untukmemperbaiki bila ada penyimpangan
tumbuh kembang dengan tujuan agar pertumbuhan dan perkembangan
anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak menjadi
lebih berat.
4. Rujukan dini, yaitu merujuk/membawa anak ke fasilitas kesehatan
bila masalah penyimpangan tumbuh kembang tidak dapat diatasi
meskipun sudah dilakukan intervensi dini
c. Umur anak dalam pendeteksian (SDIDTK)
Tidak semua umur anak bisa dilakukan pendeteksian. Anak bisa dideteksi
ketika menginjak umur 0 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 15 bulan,
18 bulan, 21 bulan, 24 bulan, 30 bulan, 36 bulan, 42 bulan, 48 bulan,
54 bulan, 60 bulan, 66 bulan, dan 72 bulan. Usia ini adalah standar usia yang
telah ditetapkan.Jadawal atau waktu pendeteksian anak yaitu :
1. Anak umur 0 –  1 tahun = 1 bulan sekali
2. Anak umur > 1 – 3 tahun = 3 bulan sekali
3. Anak umur > 3 – 6 tahun = 6 bulan sekaliJika umur si anak belum
menginjak usia standar pemeriksaan maka jangan
dilakukan pendeteksian, namun tunggu si anak mencapai usia yang
ditentukan. Misal jika si anak lahir tanggal 12 Agustus 2009, maka
waktu yang tepat untuk pendeteksiannya adalah :
4. Hitung umur si anak saat ini, dalam contoh anak lahir tanggal 12
Agustus 2009 maka saat ini(12 Juni 2013) usia si anak adalah 46
bulan. Dalam standar usia pendeteksian, 46 bulan tidaktermasuk
standar usia pendeteksian, sedangkan menurut standar usia adalah 48
bulan. Maka sianak baru bisa di deteksi 2 bulan kedepan atau 60 hari
kedepan yaitu pada tanggal 11 atau 12Agustus 2013.
5. Satu bulan dihitung 30 hari.
6. Toleransi kelebihan usia anak pada saat pendeteksian dari usia standar
adalah 29 hari kedepan.
9. PKPR

15
Kepanjangan PKPR adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja.
Program pemerintah ini dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)
di tingkat Kabupaten/Kota bersama dengan Dinkes tingkat provinsi
untuk melayani kesehatan remaja berusia 10-19 tahun.
Program PKPR diresmikan dan dijalankan secara rutin sejak tahun
2003. Di tingkat lapangan, program ini juga dilaksanakan oleh
Puskesmas.
Manfaat Program PKPR untuk Remaja
1. Memberikan edukasi serta informasi kepada remaja tentang
kesehatan
Program PKPR yang pertama adalah memberikan edukasi dan
informasi mengenai kesehatan kepada remaja.
2. Pelayanan klinis medis
Poli PKPR juga menawarkan layanan klinis medis, seperti
pemeriksaan penunjang dan rujukannya.
Remaja yang mengidap kondisi medis tertentu akan dilayani
dengan prosedur yang sesuai dengan penyakitnya.
3.  Konseling
Pada program konseling, para peserta PKPR akan dibantu untuk
mengenali masalah-masalah yang mereka hadapi.
Di samping itu, mereka akan didukung untuk mengambil keputusan
yang tepat dari masalah-masalahnya.
Anak remaja yang ikut serta dalam PKPR juga dapat dibekali cara-
cara untuk:
Mengatasi kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya
Meningkatkan rasa waspada terhadap masalah yang terjadi pada
dirinya
Membantu meningkatkan motivasi untuk mencari bantuan jika
mereka membutuhkannya.
Terlebih lagi, peserta PKPR dapat dibekali dengan informasi
seputar kesehatan reproduksi.
Contoh penyuluhan kesehatan reproduksi yang dapat disediakan
dalam program PKPR adalah infeksi menular seksual, HIV dan
AIDS, serta berbagai macam masalah kesehatan reproduksi dan
seksual.
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Melalui program ini, anak remaja akan diajari untuk hidup sehat
dan menangkal pengaruh buruk yang bisa merugikan kesehatannya.
Tidak hanya kesehatan fisik, program ini dapat membekali anak
remaja tentang kesehatan mental dan sosial.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
Anak-anak remaja juga akan dilatih untuk menjadi kader kesehatan
remaja atau konselor sebaya.
10. Stunting
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Keadaan ini diukur dengan memantau
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO.

16
Masalah balita stunting, bukan hanya menjadi permasalahan gizi, tetapi juga
disebabkan karena faktor sosial dan ekonomi keluarga, status gizi ibu hamil,
status kesehatan bayi, dan asupan gizi bayi yang kurang. Balita yang mengalami
stunting akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal pada masa yang akan datang.
Stunting termasuk masalah gizi kronis pada balita yang bisa diketahui dengan
melihat badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak
yang mengalami stunting akan lebih mudah sakit dan saat dewasa nanti lebih
beresiko untuk mengalami penyakit degeneratif. Dampak stunting bukan hanya
pada masalah kesehatan tetapi juga bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Kejadian stunting pada anak dapat dicegah pada saat ibu hamil dan setelah ibu
melahirkan. Ibu dapat melakukan dua hal selama hamil yaitu
 mencegah anemia dengan mengkonsumsi protein hewani (ati, telur, ikan,
unggas, daging merah) dan
 meminum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama 3 bulan pertama
kehamilan.
Setelah melahirkan. Ibu dapat melakukan tiga hal memberikan asi ekslusif dan
lanjutan.
 Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah persalinan dan kontak
kulit ibu dan bayi minimal 1 jam.
 Berikan ASI eksklusif kepada bayi dari usia 0–6 bulan dan teruskan berikan
ASI hingga usia 2 atau lebih.
 Berikan makanan pendamping ASI setelah usia bayi lebih dari 6 bulan.

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanankeperawatan profesional ya
ng ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system
reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antaradua kehamilan dan bayi baru lahir sampai
umur 40 hari, beserta
keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan 
psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehatmaka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisi
pasi aktif dari
keluarganya.Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalamkeluarga y
ang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendoronginteraksi positif dari orang t
ua, bayi dan angggota keluarga lainnya denganmenggunakan sumber-sumber dalam
keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiapindividu dipengaruhi oleh budaya dan social
ekonomi dari calon ibu sehingga
ibuserta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.Dalam
memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan

Saran

Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, penulis mengharapkan adanya masukan
kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun dan menambah wawasan pengetahuan
baik bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=xKmiEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=perspektif+keperawatan+maternitas&
ots=iqKjUTvuv0&sig=AUd71c-iarf1YnFcMiDklfRORdc&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
https://www.academia.edu/8476630/ponek_dan_poned
http://repository.unissula.ac.id/9976/5/BAB%20I.pdf
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1699265&val=4886&title=ANALISIS%20PELAKSANAAN%20DAN
%20GAMBARAN%20PENGETAHUAN%20SIKAP%20PERILAKU%20SISWA
%20TENTANG%20BUKU%20RAPOR%20KESEHATANKU%20DI%20SEKOLAH
%20DASAR%20TERPILIH%20DI%20DKI%20JAKARTA
https://www.academia.edu/35026808/
SDIDTK_Stimulasi_Deteksi_dan_Intervensi_Dini_Tumbuh_Kembang
https://www.cegahstunting.com/post/penggunaan-buku-kia-baru-untuk-
pencegahan-stunting

19

Anda mungkin juga menyukai