Anda di halaman 1dari 12

GERONTIK

OLEH : NS. DEDI SAIFULAH, S.Kep

MELIPUTI :
• Pengkajian Status Fungsional

• Pengkajian Status Kognitif / Afektif

• Pengkajian Fungsi Sosial

PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


• Pengukuran kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

• Penentuan kemandirian mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien dan


menciptakan pemilihan intervensi yang tepat.

• Meliputi : Indeks Katz, Barthel Indeks, Sullivan

INDEKS KATZ
• Alat yg digunakan untuk menentukan hsil tindakan dan prognosis pada lanjut usia dan
penyakit kronis.
• Meliputi keadekuatan 6 fungsi: mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan
makan
• Untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri atau tergantung)
• Mandiri dilakukan sendiri

INDEKS KATZ

A. Kemandiran dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi
B. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI SATU dari fungsi tersebut
C. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI dan SATU fungsi tambahan
D. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN dan SATU fungsi
tambahan
E. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN, KE KAMAR
KECIL dan SATU fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN, KE KAMAR
KECIL, BERPINDAH dan SATU fungsi tambahan
G. Ketergantungan pada ke ENAM fungsi tersebut
BARTHEL INDEKS

Penilaian :

0-20: ketergantungan
21-61: ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90: ketergantungan berat
91-99: ketergantungan ringan
100: mandiri
PengkajianStatus Kognitif/ Afektif
• Pemeriksaan status mental memberikan sampel perilaku dan kemampuan mental dlm
fungsi intelektual.

• Pemeriksaan status mental pengkajian pdtingkat kesadaran, perhatian, keterampilan


berbahasa, ingatan interpretasi bahasa, keterampilan menghitung dan
menulis,kemampuan konstruksional

• Pengujian status mental bisa digunakan klien yg beresiko delirium


MELIPUTI :
• Short Portable Mental Status Questionnaire ( SPMSQ )

• Mini-Mental State Exam ( MMSE )

• Inventaris Depresi Beck ( IDB )

• Skala Depresi Geritrik Yesavage

Short Portable Mental StatusQuestionnaire ( SPMSQ )


• Untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual
• Terdiridari10 pertanyaan tentang: orientasi, riwayat pribadi, memori dlm hubungannya
dg kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis.
• Rusak/salah nilai 1
• Tidak rusak/benar nilai 0
Mini-Mental State Exam ( MMSE )
• Menguji aspek kognitif dari fungsi mental : orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa

• Pemeriksaan bertujuan untuk melengkapi dan nilai, tetapi tdk dapat digunakan untuk
tujuan diagnostik.

• Berguna untuk mengkaji kemajuan klien


FORM MMSE
Inventaris Depresi Beck ( IDB )

• Alat pengukur status efektif digunakan untuk membedakan jenis depresi yg


mempengaruhi suasana hati.

• Berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa kegagalan, kepuasan, rasa


bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhdp seseorang, kekerasan trhdp diri sendiri,
keinginan utk menghukum diri sendiri, keinginan utk menangis, mudah tersinggung,
menarik diri, ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh, gangguan tidur,
kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan.

• Berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yg berhubungan dg depresi.


Skala Depresi GeritrikYesavage(GDS)

• Instrumen yg disusun secara khusus untuk memeriksa depresi

• Terdiriatas30 pertanyaandengan jawaban YA atau TIDAK

• Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain jawaban
TIDAK dicetak tebal

• Yang dicetak tebal nilai 1 bila dipilih

Skor 0-10 : not depressed


Skor 11-20 : Mild depression
Skor 21-30 : Severe depression

PengkajianFungsiSosial

• Hub. Lansia dengan keluarga sebagai peran sentral

• Menghasilkan informasi tentang jaringan pendukung.

• Perawatan jangka panjang butuh dukungan fisik dan emosional keluarga

• Meliputi:

APGAR Keluarga ( Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve)


Alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi sosial lanjut usia

Instrumen APGAR
• Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya (adaptasi)
• Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)
• Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas (pertumbuhan)
• Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai (afek)
• Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian : Pertanyaan yg dijawab: Selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak
pernah (poin 0 )
TUGT (Time Up and Go Test)

Kriteria pengukuran:

Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan gangguan


keseimbangan.

Alat yang dibuthkan :

Kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch, dinding.

Waktu tes:

10 detik – 3 menit.

Prosedur tes

Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada penyangga
lengan kursi. Pasien mengenakan alas kaki yang biasa dipakai. Pada saat fisioterapis memberi
aba-aba “mulai” pasien berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri
jika pasien menghendaki. Pasien terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jarak 3
meter menuju ke dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali
menuju kursi. Sesampainya di depan kursi pasien berbalik dan duduk kembali bersandar. Waktu
dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga pasien duduk bersandar kembali.

Pasien tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu, stopwatch mulai
menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti menghitung saat subyek kembali pada
posisi awal atau duduk. Bila kurang dari 10 detik, maka subjek dikatakan normal. Bila kurang
dari 20 detik, maka dapat dikatakan baik. Subjek dapat berjalan sendiri tanpa membutuhkan
bantuan. Namun bila lebih dari 30 detik, maka subjek dikatakan memiliki problem dalam
berjalan dan membutuhkan bantuan saat berjalan. Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari
40 detik harus mendapat pengawasan yang optimal karena sangat beresiko untuk jatuh
(Shumway, 2000). Nilai normal pada lansia sehat umur 75 tahun, rata – rata waktu tempuh yang
dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et al., 1991).
Menurut Jacobs & Fox (2008), nilai normal lansia pada Time Up and Go Test berdasarkan
kategori umur yaitu :

Nilai Normal Time Up and Go Test

(Jacobs & Fox , 2008)

Nilai rata-rata Nilai Normal


Umur Jenis Kelamin
( detik ) ( detik )
60-69 Laki-laki 8 4-12
60-69 Perempuan 8 4-12
70-79 Laki-laki 9 5-13
70-79 Perempuan 9 5-15
80-89 Laki-laki 10 8-12
80-89 Perempuan 11 5-17

Jika skor < 14 detik; 87% tidak ada resiko tinggi untuk jatuh

Jika skor ≥ 14 detik; 87% resiko tinggi untuk jatuh

Keunggulan dan kelemahan:

– Cepat, sederhana dan peralatan minimal.

– Tidak sensitif terhadap gangguan keseimbangan ringan-sedang.

Skala Braden untuk mengukur resiko dekubitus

Item Skor
Persepsi sensorik
 Terbatas total 1
 Sangat terbatas 2
 Sedikit terbatas 3
 Tidak ada gangguan 4
Kelembaban
 Kelembaban kulit yang konstan 1
 Sangat lembab 2
3
 Kadang-kadang lembab
4
 Jarang lembab
Aktivitas
1
 Tirah baring 2
 Diatas kursi 3
 Kadang-kadang berjalan
 Sering berjalan 4
Mobilisasi
 Imobilisasi total 1
 Sangat terbatas 2
 Agak terbatas 3
 Tidak terbatas 4
Nutrisi
 Sangat buruk 1
2
 Mungkin kurang
3
 Cukup
4
 Baik
Friksi dan gesekan 1
 Masalah 2
 Masalah yang berpotensi 3
 Tidak ada masalah 4
Total skor

Risiko dekubitus jika skor total ≤ 16


Keterangan:
Score : 20-23 point: risiko rendah
Score : 15-19 point: risiko sedang
Score : 11-14 point: risiko tinggi
Score : 6-10 point: risiko sangat tinggi

Klasifikasi inkontinensia pada lansia

1. Inkontinensia stress

Terjadi akibat adanya tekanan di dalam obdomen ( peningkatan intra badomen


secar tiba – tiba yang menambah tekanan yang emmang telah ada pada kandung kemih ).
Oleh Karen itu, bersin batuk, tertawa, latihan / olahraga, atau perubahan posisi dengan
bangun dari kursi atay berbalik dapat menyebabkan kehilangan sejumlah kecil urine
tanpa disadari atau kebocoran urine dari kandung kemih.

2. Inkontinensia mendesak ( urgensi )

Inkontinensia ini dihubungkan dengan keinginan yang kuat dan mendesak untuk
berkemih dengan kemampuan yang kecil untuk menunda berkemih. Berkemih dapat
dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum sampai ke toilet. Mereka tidak
merasakan adanya tanda untuk berkemih. Pada inkontinensia urgensi, kandung kemih
hampir penuh sebelum kebutuhan utnuk berkemih dirasakan dan sebagai akibatnya,
sejumlah kecil sampai sedang urine keluar sebelum dapat mencapai toilet.
3. Inkontinensia Overflow

Inkontinensia karena aliran yang berlebihan ( overflow ) adalah hilangnya urine


yang terjadi dengan distensi kandung kemih secara berlebihan yang terjadi pada 7 sampai
11% pasien inkontinensia. Kapasitas berlebihan, yang menyebabkan tekanan kandung
kemih lebih besar daripada tekanan resistensi sfingter uretra. Karena otot detrusor tidak
berkontraksi, terjadi urine yang menetes dan penurunan pancaran urine saat berkemih.

4. Inkontinensia fungsional

Inkontinensia fungsional disebabkan oleh factor – factor selain dari disfungsi


system urinaria. Struktur system urinaria utuh dan fungsinya normal, tetapi factor
eksternal mengganggu kontinensia. Demensia, gangguan psikologis lain, kelemahan fisik
atau imobilitas, dan hambatan lingkungan seperti jarak kamar mandi yang jauh adalah
salah satu factor – factor ini. Hal ini terjadi saat terdapat factor yang membatasi individu
untuk kontinensia, bias berupa spinal, psikiatrik, atau musculoskeletal.

Anda mungkin juga menyukai