Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK
“IMUNISASI”
Dosen Pengampu : Hj. Umi Kalsum, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Syalom Hosana Keny Rafael (P07220121042)


2. Wisma Karina (P07220121044)

TINGKAT II / SEMESTER IV
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan Anak dengan materi “Imunisasi”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat konstruktif untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca
Aamiin.

Samarinda, 26 Januari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Kebijakan Umum Imunisasi................................................................................3
2.2 Imunisasi Dasar Wajib Sesuai PPI, Ulangan dan Bepergian...............................6
2.3 Vaksin dan Jenis Vaksin......................................................................................9
2.4 Imunisasi Dasar dan Ulangan (booster).............................................................12
2.5 Imunisasi Aktif dan Pasif...................................................................................14
2.6 Konsep Antigen dan Antibody...........................................................................15
BAB III........................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................17
3.1 Simpulan............................................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Setiap
orang menginginkan dirinya selalu sehat, sehingga bisa hidup secara mandiri dan
produktif. Manusia yang sehat tidak hanya dilihat dari segi jasmani, tetapi juga sehat
rohani. (Azwar, 2004).
Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti paling
cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian sakit,
kecacatan, dan kematian yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.
Kekebalan yang didapatkan seseorang melalui imunisasi merupakan kekebalan aktif,
sehingga apabila terpapar suatu penyakit tertentu maka hanya akan mengalami sakit
ringan dan tidak sampai sakit. Penyakit menular seperti TBC, Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, Radang selaput otak, dan radang paru-paru
merupakan beberapa penyakit yang termasuk ke dalam penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Imunisasi akan memberikan perlindungan bagi anak terhadap
penyakit berbahaya tersebut dan dapat mencegah kecacatan serta tidak akan
menimbulkan kematian (Kemenkes, 2016).
Imunisasi dasar berhak diperoleh oleh setiap anak agar penyakit dapat dicegah
dan dihindari dan imunisasi dasar lengkap wajib diberikan kepada setiap bayi dan
anak oleh pemerintah tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013. Semua orang, terutama bayi dan anak wajib diberi imunisasi
dasar sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari berbagai penyakit (Maryunami,
2010).
Setiap bayi (usia 0–11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, polio, dan campak. Awal mula
terjadinya suatu penyakit berasal dari virus atau bakteri yang menyerang tubuh

1
manusia. Benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikategorikan sebagai agent yang
tidak dikenal tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi untuk
menyerang antigen yang masuk ke dalam tubuh tersebut. Imunisasi salah satu
langkah yang diberikan agar terbentuk sistem kekebalan tubuh terhadap paparan dari
penyakit (Ranuh, et al., 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebijakan umum imunisasi?
2. Seperti apa imunisasi dasar, wajib sesuai PPI, ulangan dan bepergian?
3. Apa yang dimaksud dengan Vaksin dan apa saja jenisnya?
4. Apa yang dimaksud imunisasi dasar dan ulangan (booster)
5. Apa yang dimaksud imunisasi aktif dan pasif?
6. Bagaimana konsep antigen dan antibody?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kebijakan umum imunisasi.
2. Mengetahui imunisasi dasar, wajib PPI, ulangan dan bepergian.
3. Mengetahui vaksin dan jenis vaksin.
4. Mengetahui imunisasi dasar dan ulangan (booster).
5. Mengetahui imunisasi aktif dan pasif.
6. Mengetahui konsep antigen dan antibody

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Umum Imunisasi
a. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi adalah proses
memasukkan antibodi ke dalam tubuh agar didapatkan kekebalan yang tidak
dibentuk sendiri oleh tubuh kita, tetapi diperoleh dari luar tubuh. Imunisasi
adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.
Imunisasi adalah proses di mana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap
penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang
sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi atau
penyakit berikutnya.
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan sasaran
jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta cara memberikan vaksin
pada sasaran. Pelaksanaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan
pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah
ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan, di Indonesia pelayanan imunisasi
dapat diperoleh dari:

3
 Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah seperti puskesmas, posyandu,
puskesmas pemabntu, Rumah Sakit atau Rumah bersalin.
 Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya
pada saat diselenggarakan program bulan imunisasi anak sekolah, pekan
imunisasi nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
 Imunisasi rutin juga bisa diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik
swasta atau rumah sakit swasta.

b. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum penyelenggaraan imunisasi yaitu:
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
2) Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
3) Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.
4) Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang pedoman
penyelenggaraan imunisasi.
5) Keputusan Menkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang pedoman
pemantauan dan penanggulangan kejadian ikutan paska imunisasi.

c. Imunisasi Sebagai Upaya Pencegahan


Pencegahan adalah suatu perlindungan yang paling efektif dan jauh
lebih murah dari pada mengobati apabila sudah terserang penyakit dan
memerlukan perawatan rumah sakit. Secara konvensional, upaya pencegahan
penyakit dan keadaan apa saja yang akan menghambat tumbuh kembang anak
dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan
tersier yang dapat dilaksanakan selama masa tumbuh kembangnya sejak pra-
konsepsi, prenatal, masa neonatal bayi, masa sekolah dan remaja menuju
dewasa.

4
 Pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit
atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita
cedera dan cacat.
 Pencegahan sekunder dengan deteksi dini, bila diketahui adanya
penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak maka intervensi atau
pengobatan perlu segera diberikan untuk koreksi secepatnya.
 Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan
upaya pemulihan seorang penderita agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan
orang lain.

d. Manfaat Imunisasi
Imunisasi memiliki banyak manfaat selain bermanfaat untuk anak juga
bermanfaat untuk keluarga dan negara.
 Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
 Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila
orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanan
yang nyaman.
 Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

5
2.2 Imunisasi Dasar Wajib Sesuai PPI, Ulangan dan Bepergian
Imunisasi dasar wajib adalah imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
sesuai dengan program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi yang termasuk
dalam PPI adalah BCG, Hepatitis B, DPT, polio, dan campak.

1) BCG
Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Namun untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, Kementrian Kesehatan menganjurkan
untuk pemberian imunisasi BCG pada umur 0 - 12 bulan. Dosis 0,05 ml untuk
bayi 1 tahun. Apabila BCG diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya
dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila hasil
uji tuberculin menunjukkan negatif. Pemberian vaksin BCG ulangan tidak
dianjurkan. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan
kepada pasien dengan sistem kekebalan yang rendah. Vaksin BCG
disuntikkan di lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO, krena lebih mudah
dilakukan.
2) Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (HepB) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi HepB merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan penyakit hepatitis B melalui transmisi maternal
dari ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Jadi, imunisasi HepB-1 diberikan
dalam jangka waktu 12 jam setelah bayi dilahirkan. Ini mengingat walaupun
hanya 3,9% ibu hamil yang mengidap penyakit hepatitis B aktif, tetap
mempunyai risiko penularan kepada bayi yang bisa mencapai 90%. Imunisasi
HepB-2 diberikan 1 bulan (4 minggu) setelah pemberian imunisasi HepB-1,
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Imunisasi HepB-3 diberikan ketika bayi
mencapai umur 3-6 bulan. Sejak 2005, Kementerian kesehatan Republik
Indonesia memberikan vaksin HepB saat bayi lahir dalam kemasan uniject,
dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB atau DTwP/HepB/Hib

6
pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan pemberian vaksin HepB dalam kombinasi
dengan DTwP dan Hib untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan
cakupan pembeian imunisasi HepB-3 dan Hib yang masih rendah. Apabila
sampai dengan umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
HepB, maka ia harus secepatnya mendapat imunisasi HepB.
3) DTP (Difteri,Tetanus, Pertusis)
Saat ini telah ada vaksin DtaP (DTP dengan komponen acelluler pertusis) di
samping vaksin DTwP (DPT dengan komponen whole cell pertussis) yang
telah dipakai selma ini. Kedua vaksin DTP tersebut dapat digunakan dalam
jadwal imunisasi. Imunisasi DTP dasar diberikan 3 kali sejak bayi berumur 2
bulan, dengan jarak 4-8 minggu. DTP tidak boleh diberikan sebelum bayi
berusia 6 minggu. DTP-1 diberikan ketika bayi berumur 2 bulan, DTP-2
ketika bayi berumur 4 bulan, dan DTP-3 diberikan ketika bayi berumur 6
bulan. Ulangan (booster)/DTP, atau DTP 4 diberikan dalam waktu 1 tahun
setelah pemberian DTP-3, yaitu ketika bayi berumur 18-24 bulan. DTP-5 saat
anak masuk sekolah pada usia 5 tahun. Pada usia 5 tahun seorang anak harus
mendapatkan penguat ulangan DTP. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi
ulangan vaksinasi DTP diberikan pada awal sekolah dasar dalam program
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Vaksin DTP dapat dikombinasikan
dengn vaksin lain, yaitu hepatis B, Hib, atau polio injeksi (IPV).
4) Polio
Vaksinasi dapat melindungi orang dari polio. Polio adalah penyakit yang
disebabakan oleh virus. Terdapat dua jenis vaksinasi polio yang berisi virus a.
OPV (Oral Polio Vaksin) berisi vaksin hidup yang dilemahkan. Cara
pemberian vaksin ini adalah dengan diteteskn dimulut. b. IPV (Inactivated
Polio Vaccine) berisi vaksin inaktif. Cara pemberiannya adalah dengan
disuntikkan. Kedua jenis imunisasi polio ini dapat dipakai secara bergantian.
Vaksinasi jenis IPV dapat diberikan kepada anak sehat ataupun anak sakit dan
dapat diberikan sebagai imunisasi dasar dan ulangan. Vaksinasi IPV dapat

7
juga diberikan bersamaa dengan pemberian vaksinasi DTP secara terpisah
atau kombinasi. Untuk imunisasi dasar polio 1,2 dan 3 diberikan pada bayi
berumur 2 bulan, 3-4 bulan, 4-6 bulan. Interval pemberian diantara dua
imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1
tahun sejak imunisasi polio 4 dan imunisasi selanjutnya dilakukan saat masuk
sekolah (5-6 tahun). Dosis OPV diberikan 2 tetes per oral dan IPV dalam
kemasan 0,5 ml, intramuscular.
5) Campak
Imunisasi campak pertama diberikan dengan suntikan ketika bayi berumur 9
bulan. Namun ternyata kekebalan tidak bertahan lama sehingga banyak anak
yang masih terkena campak walaupun telah diimunisasi. Sejak 2013 diberikan
suntikan tambahan campak kedua pada umur 2 tahun dan saat kelas satu SD
(dalam program BIAS). Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu
dosis 0,05 ml secara subkutan pada umur 9 bulan.

Adapun kelengkapan imunisasi dasar wajib adalah imunisasi wajib diberikan


pada bayi sebelum berusia satu tahun, yang terdiri dari Bacillus Calmette Guerin
(BCG), Diphtheria Pertussis Tetanus (DPT), hepatitis B pada bayi baru lahir, polio
dan campak.23 Dalam program imunisasi, pemberian imunisasi dasar lengkap
tercapai jika bayi telah mendapat imunisasi BCG 1 dosis, Hepatitis B 4 dosis, DPT
sebanyak 3 dosis, polio sebanyak empat dosis, dan campak 1 dosis sebelum berusia
satu tahun.

8
2.3 Vaksin dan Jenis Vaksin
Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu. Biasanya, vaksin
mengandung agen atau zat yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan
sering kali dibuat dari mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, dari
toksinnya, atau dari salah satu protein permukaannya. Agen dalam vaksin
merangsang sistem imun agar dapat mengenali agen tersebut sebagai ancaman,
menghancurkannya, dan mengingatnya agar sistem imun dapat kembali mengenali
dan menghancurkan mikroorganisme yang berhubungan dengan agen tersebut saat
ditemui pada masa depan.

Pemberian vaksin disebut vaksinasi, yang merupakan salah satu


bentuk imunisasi. Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk
mencegah penyakit menular.

Adapun jenis-jenis vaksin yang direkomendasikan oleh pemerintah yaitu:


a) Hepatitis B, Jenis vaksin hepatitis B dianjurkan diberikan sesaat setelah bayi
lahir, kira-kira sekitar 12 jam setelah ibu melahirkan. Setelah itu vaksin kedua
akan diberikan sebulan setelah dosis pertama. Vaksinasi ketiga sebaiknya
dilakukan minimal dua bulan setelahnya dan dosis keempat dilakukan 5 bulan
setelahnya dosis ketiga.
b) BCG, merupakan jenis vaksin anak yang bermanfaat mencegah tuberkulosis
atau umum dikenal TBC. Vaksin ini dianjurkan diberikan saat anak berusia 2-
3 bulan untuk membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat di masa
mendatang.
c) Vaksin Polio Oral (OPV) dan Vaksin Polio Suntik (IPV), Jenis vaksin anak
yang berfungsi mencegah penyakit polio. Polio adalah infeksi virus yang bisa
menyebabkan kelumpuhan permanen dan kematian pada anak. Vaksin OPV
dapat diberikan sejak anak lahir dan diulang saat ia berusia 2,3, dan 4 bulan.
Sedangkan IPV diberikan saat anak berusia 6 hingga 18 bulan.

9
d) DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus), Vaksin DPT diberikan kepada anak saat
berusia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin anak yang satu ini juga perlu diulang setahun
setelah anak menerima imunisasi DPT ynag ketiga.
e) HIB (Haemophilus Influenza) Tipe B, HIB adalah salah satu jenis vaksin
untuk mencegah penyakit meningitis dan pneumonia. Anak diberikan vaksin
HIB saat usia 2,3, dan 4 bulan. Dosis ke empat diberikan kepada anak saat
berusia 15-18 bulan.
f) PCV (Vaksin Pneumokokus), Pneumonococal Conjugate Vaccine atau PCV
adalah vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
streptococcus pneumoniae. Bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit
meningitis, pneumonia, dan septikemia. Pemberian jenis vaksin ini dilakukan
sebanyak 4 kali sbelum anak berusia 3 tahun.
g) Rotavirus, rotavirus adalah virus yang menyebabkan diare atau gangguan
pencernaan berat pada anak. Jenis vaksin anak ini diberikan sebanyak 3 kali
hingga buah hati berusia 3-6 bulan.
h) Measles, Mumps, and Rubella (MMR), Vaksin MMR diberikan untuk
pencegahan campak, gondongan dan rubella. Sebaiknya masing-masing
diberikan sebanyak satu kali kepada anak dibawah umur 3 tahun.
i) Varicella, adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan cacar air dan herprs
zoster dikemudian hari. Jenis vaksin ini diberikan satu kali saat anak berusia
1-4 tahun atau sebelum memasuki sekolah dasar.
j) Hepatitis A, jenis vaksin ini dapat mencegah virus Hepatitis A yang
menginfeksi organ hati (liver). Vaksin ini dianjurkan diberikan sedini
mungkin karena sistem kekebalan tubuh anak belum kuat maksimal. Hepatitis
bisa menyebabkan penyakit kuning dan kejang pada anak.
k) Tifoid, tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella thypi
dan bisa menyebabkan demam pada anak. Demam tifoid kerap terjadi di
negara berkembang terutama dengan sanitasi atau kebersihan yang buruk.

10
Jenis vaksin ini sebaiknya diberikan sebnayak satu kali pada anak berusia
dibawah 3 tahun.
l) Japanese Encephalitis, dilansir dari laman ikatan dokter anak indonesia
(IDAI), JE adalah penyakit akibat infeksi virus japanese encephalitis yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini kerap menyebabkan radang otak,
kecacatan, hingga kematian. Jenis vaksin ini diberikan bila anak tinggal di
daerah endemis atau bila akan bepergian ke daerah endemis. Vaksin anak JE
diberikan ketika berusia 1 tahun dan diulang saat anak berusia 2-3 tahun.
m) Vaksin dengue, diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositive
dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis
dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue
positif.

11
2.4 Imunisasi Dasar dan Ulangan (booster)
Imunisasi bertujuan memberikan antibodi bagi anak. Setelah imunisasi,
antibodi anak akan meningkat. Tetapi, suatu saat antibodi tersebut akan turun lagi,
sehingga harus diberikan imunisasi ulangan( booster). Tujuannya agar antibodi akan
meningkat kembali sehingga anak tidak mudah terserang penyakit.
Program imunisasi pemerintah maupun IDAI mempunyai jadwal pemberian
imunisasi dasar adalah sebagai berikut:
a) Imunisasi BCG untuk melindungi dari penyakit tuberkulosis, diberikan 1x
sebelum usia anak 1 bulan
b) Imunisasi Hepatitis B, vaksin pertama bisa diberikan segera setelah lahir,
sebelum 24 jam. Selanjutnya pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
c) Imunisasi Pentabio (berisi vaksin DTP, Hepatitis B dan HIB)
d) Imunisasi DTP untuk melindungi dari penyakit difteri, tetanus, dan pertusis,
diberikan 3x pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
e) Imunisasi HIB untuk melindungi dari penyakit yang disebabkan oleh
kuman Haemophilus influenza type B (HIB), diberikan 3x pada usia 2, 3, dan
4 bulan.
f) Imunisasi Polio, minimal pemberian vaksin polio yang disuntik adalah 2x
bersama vaksin pentabio, sebelum usia 1 tahun (khusus untuk DIY imunisasi
polio diberikan 3x sebelum usia 1 tahun, Bersama imunisasi pentabio)
g) Imunisasi Campak, Gondongan, dan Rubella. Saat ini vaksin campak saja
sudah tidak ada, yang tersedia adalah vaksin MR (Measles, Rubella)
dan MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin MR diberikan pada usia 9
bulan.

Sementara untuk jadwal pemberian imunisasi tambahan (booster) berupa:


a) Imunisasi pentabio pada usia 18 bulan.
b) Imunisasi campak rubella pada usia 18 bulan.

12
Selain itu, ada juga imunisasi pilihan dengan jadwal:

a) Imunisasi Rotavirus untuk melindungi dari diare yang disebabkan oleh


rotavirus, diberikan 2-3 kali, sejak usia 2 bulan dan diharapkan selesai
saat usia 6 bulan.
b) Imunisasi Pneumococcus untuk melindungi dari penyakit pneumonia
(infeksi pada paru) diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan, sementara
imunisasi lanjutan (booster) pada usia 12 bulan sebanyak 1 kali
c) Imunisasi Influenza dapat diberikan sejak anak usia 6 bulan.
Pemberian pertama sebanyak 2 kali dengan selang waktu 1 bulan
dilanjutkan 1 kali setiap tahun.
d) Imunisasi Varisela untuk melindungi dari penyakit cacar air, diberikan
sebanyak 2 kali dengan selang waktu 6 minggu – 3 bulan, mulai usia
12 bulan.
e) Imunisasi Hepatitis A dapat diberikan sejak usia 12 bulan dengan
pemberian 2 kali interval waktu 6-12 bulan
f) Imunisasi Typhoid diberikan sejak usia 2 tahun, dapat diulang setiap 3
tahun.
g) Imunisasi HPV, diberikan pada anak perempuan sebelum hubungan
seksual pertama, untuk melindungi dari virus HPV yang menyebabkan
kanker serviks, diberikan pada anak usia 9-14 tahun, sebanyak 2 kali
dengan selang waktu 6-15 bulan.
h) Imunisasi Japanese Encephalitis diberikan sejak usia 9 bulan pada
daerah endemis atau yang mau bepergian ke daerah endemis.
i) Imunisasi dengue untuk melindungi dari demam berdarah, diberikan 3
kali digunakan pada anak dengan usia 9 – 16 tahun dengan
serokonversi positif.

13
2.5 Imunisasi Aktif dan Pasif
Imunisasi adalah proses menginduksi kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Kekebalan dapat diinduksi baik secara pasif melalui pemberian sediaan yang
mengandung antibodi atau secara aktif oleh pemberian vaksin untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh menghasilkan respon imun humoral/seluler yang
berkepanjangan.
 Imunisasi pasif
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah pemberian imunoglobulin
spesifik untuk penyakit tertentu, misalnya imunoglobulin tetanus untuk
penderita penyakit tetanus. Kekebalan pasif juga dapat diinduksi secara alami
melalui transfer transplasental dari antibodi ibu selama kehamilan. Antibodi
transplasental yang diturunkan secara maternal dapat memberikan
perlindungan selama 1 bulan pertama kehidupan bayi dan lebih lama selama
menyusui.
 Imunisasi aktif
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut
imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan
tindakan itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi
berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori
imunologis, walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi
alamiah. Untuk memperoleh kekebalan aktif dan memori imunologis yang
efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan jadwal yang telah
ditentukan oleh produsen vaksin melalui bukti uji klinis yang telah dilakukan

14
2.6 Konsep Antigen dan Antibody
Antigen adalah suatu substansi atau potensi dari suatu zat yang mampu
merangsang timbulnya respons imun yang dapat dideteksi, baik berupa respons imun
seluler, maupun respons imun humoral atau respons imun kedua-duanya. Karena
sifatnya itu, maka antigen disebut juga imunogen. Imunogen yang paling poten
umumnya merupakan makromolekuler protein, polisakharida atau polimer sintetik
yang lain seperti polivinilpirolidon (PVP). Imunogenisitas atau kemampuan dari
imunogen untuk merangsang terbentuknya antibody bergantung dari antigennya
sendiri, cara masuknya, individu yang menerima antigen tersebut, dan kepekaan dari
metode yang digunakan untuk mendeteksi respons imunnya (Bellanti, 1985; Abbas
dkk.,1991; Kresno,1991).
 Pengelompokkan Antigen
Secara umum antigen dapat digolongkan menjadi antigen eksogen dan
antigen endogen. Antigen eksogen adalah antigen yang berasal dari luar tubuh
individu, misalnya berbagai jenis bakteri, virus dan obat-obatan. Sedangkan
antigen endogen adalah antigen yang berasal dari dalam tubuh sendiri,
misalnya; antigen xenogenic atau heterolog yang terdapat dalam spesies yang
berlainan. Antigen autolog atau idiotipik yang merupakan komponen dari
tubuh sendiri, dan antigen allogenic atau homolog yang membedakan satu
individu dari individu yang lain dalam satu spesies. Contoh determinant
antigen homolog adalah antigen yang terdapat pada eritrosit, leukosit,
trombosit, protein serum dan major histocompatibility complex (MHC)
(Kresno, 1991; Abbas, 1991; Roitt dkk., 1993).
 Jenis-Jenis Antibodi
Ada beberapa jenis antibodi yang masing-masingnya mempunyai
fungsi yang berbeda. Antibodi juga dikenal sebagai immunoglobulin.
a) Immunoglobulin A (IgA)
Ini adalah jenis antibodi yang paling sering ditemukan dalam tubuh
dan terlibat dalam proses terjadinya reaksi alergi. Antibodi IgA

15
kebanyakan ditemukan pada lapisan mukosa (selaput lendir) tubuh,
terutama yang melapisi saluran pernapasan dan saluran pencernaan.
Selain itu, antibodi ini banyak juga ditemukan di cairan tubuh,
misalnya air liur, dahak, air mata, cairan vagina, dan ASI. Pemeriksaan
sistem imunitas biasanya melibatkan pemeriksaan antibodi IgA.
b) Immunoglobulin E (IgE)
Jenis antibodi ini umum ditemukan dalam aliran darah meskipun
jumlahnya sedikit. Hanya saja jumlah antibodi IgE dapat bertambah
seiring reaksi peradangan akibat alergi pada tubuh. Untuk mendeteksi
adanya alergi akibat parasit biasanya dilakukan pemeriksaan antibodi
IgE.
c) Immunoglobulin G (IgG)
Ini adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan dalam darah
dan cairan tubuh lainnya. Saat antigen seperti kuman, virus, atau zat
kimia tertentu masuk ke tubuh, sel-sel darah putih akan mengenali
antigen dan segera membentuk antibodi IgE untuk melawan.
d) mmunoglobulin M (IgM)
Antibodi IgM akan terbentuk dalam tubuh ketika pertama kali kamu
terinfeksi bakteri atau virus. Ini adalah bentuk pertahanan pertama
tubuh untuk melawan infeksi. Jumlah IgM meningkat dalam waktu
singkat ketika infeksi terjadi, perlahan akan turun dan tergantikan oleh
antibodi IgG. Pemeriksaan IgG biasanya dilakukan untuk mendeteksi
apakah ada infeksi atau penyakit autoimun pada seseorang.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi adalah proses memasukkan antibodi ke dalam tubuh agar
didapatkan kekebalan yang tidak dibentuk sendiri oleh tubuh kita, tetapi diperoleh
dari luar tubuh. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit. Imunisasi adalah proses di mana seseorang dibuat kebal atau resisten
terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang
sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi atau
penyakit berikutnya.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut untuk klien dan keluarga, orang tua diharapkan dapat berperan aktif agar anak
tetap mendapatkan imunisasi dasar, lanjutan dan pilihan agar kesehatan anak tetap
terjaga dengan meningkatnya sistem imun dalam tubuh.

17
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta : PT Elex Media.

Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggar
aan_Imunisasi_.pdf . Diakses pada 26 Januari 2023.

Paramita, Mindy. 2020. ” Mengenal Imunisasi Dasar, Lanjutan, dan Ulangan

(Booster) untuk Anak” : https://skata.info/article/detail/727/mengenal-


imunisasi-dasar-lanjutan-dan-ulangan-booster-untuk-anak. Diakses pada 26
Januari 2023.

Anonim. 2021. “Imunisasi Dasar Untuk Anak Usia 0-18 Tahun” : Imunisasi Dasar
untuk Anak Usia 0-18 Tahun (biofarma.co.id) . Diakses pada 26 Januari 2023.

18

Anda mungkin juga menyukai