Imunisasi Rotavirus
Oleh :
NURRAYA RIANGGA
P07124523040
Laporan Pendahuluan
“Imunisasi Rotavirus”
Oleh :
NURRAYA RIANGGA
NIM. P07124523040
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Imunisasi Rotavirus”. Tersusunnya laporan pendahuluan ini
tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT.,M.Keb, selaku ketua jurusan kebidanan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Asuhan Kebidanan
Holistik Fisiologi Bayi Balita Dan Anak Usia Prasekolah
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT.,Bdn.,M.Kes, selaku ketua prodi pendidikan
sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kesempatan
dan bimbingan atas terlaksananya Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologi Bayi
Balita Dan Anak Usia Prasekolah
3. Lina Yusni S.ST.,Bdn, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan selama Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Remaja
dan Pranikah
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI
B. Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi atau vaksinasi adalah cara sederhana, aman, dan efektif
untuk melindungi seseorang dari penyakit berbahaya, sebelum
1
bersentuhan dengan agen penyebab penyakit. Sedangkan, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Vaksin mengandung
virus atau bakteri yang dimatikan atau dilemahkan, dan tidak
menyebabkan penyakit atau membuat seseorang berisiko mengalami
komplikasi. Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan, tetapi
beberapa diberikan secara oral (melalui mulut).2
2. Manfaat Imunisasi
1) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3) Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
3. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan
dengan, sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk
antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba.
Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba, atau bagian darinya,
diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara
alami. Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek,
gondongan, rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai
vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella),
rotavirus, dan vaksin influenza.
2
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari
sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga
tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut.
Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif.
Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat,
karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-
sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan
hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-
antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk
melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran.
Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan
digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat
keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-antibodi ini dapat dibuat
menggunakan binatang, dinamai “terapi serum”, meskipun ada
kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem
kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi
manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan
menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota
besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang
ingin mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies
bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena
misalnya habis digigit anjing atau monyet.
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi di
kelompokkan menjadi :
1) Imunisasi Program
Imunisasi Program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang
dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi Program terdiri atas
Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan, dan Imunisasi
3
khusus.Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis
Vaksin, jadwal atau waktu pemberian yang ditetapkan dalam
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
a) Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar
dan Imunisasi lanjutan.
(1) Imunisasi dasar terdiri dari: Hepatitis B; poliomyelitis;.
tuberkulosis; difteri; pertusis; tetanus; pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b
(Hib); dan h. campak
(2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi ini deiberika kepada:
(a.) anak usia bawah dua tahun (Baduta); terdiri atas
Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.
(b.) anak usia sekolah dasar; terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit campak, tetanus, dan difteri.imunisasi ini
diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah
(c.) wanita usia subur (WUS). terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri.
b) Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu
yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu. dilakukan untuk melengkapi
4
Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum
tercapai. Imunisasi ini tidak menghapuskan kewajiban pemberian
Imunisasi rutin.
c) Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang
dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.
Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara
endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah
penyakit tertentu. Imunisasi ini berupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies,
dan poliomyelitis.
d) Imunisasi Pilihan
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
b. diare yang disebabkan oleh rotavirus; c. influenza; d. cacar air
(varisela); e. gondongan (mumps); f. campak jerman (rubela); g.
demam tifoid; h. hepatitis A; i. kanker leher rahim yang
disebabkan oleh Human Papillomavirus; j. Japanese
Enchephalitis; k. herpes zoster; l. hepatitis B pada dewasa; dan
m. demam berdarah
Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat untuk itu
sebelum pemberian Imunisasi diperlukan skrining untuk menilai
kondisi sasaran.
C. Imunisasi Rotavirus
1. Definisi
Imunisasi Rotavirus adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah diare berat pada bayi yang disebabkan oleh Rotavirus.
Imunisasi rotavirus aman dan efektif mengurangi risiko kematian dan
stunting pada bayi akibat diare berat. Jenis vaksin yang digunakan dalam
5
pelaksanaan pemberian imunisasi Rotavirus di Indonesia adalah
ORV116E dengan serotipe G9P[11] dan kemasan multidosis (5 dosis per
vial)4
2. Manajemen Vaksin
a. Manajemen Stok Vaksin
Manajemen stok vaksin yang efektif penting untuk memastikan
ketersediaan vaksin dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu serta
pengelolaan vaksin yang baik untuk menjaga kualitasnya.Untuk
menjamin ketersediaan vaksin, setiap tingkat penyimpanan harus
menghitung stok minimal untuk menentukan waktu permintaan
vaksin dan stok maksimal untuk menentukan batas disetiap tingkat
penyimpanan, sebagai berikut:
1) Tingkat provinsi stok maksimal adalah 3 bulan termasuk stok
minimal untuk 1 bulan
2) Tingkat kabupaten/kota stok maksimal adalah 2 bulan termasuk
stok minimal untuk 1 bulan
3) Tingkat puskesmas stok maksimal adalah 1 bulan dan 1 minggu,
termasuk stok minimal untuk 1 minggu
b. Manajemen Rantai Dingin
Penanganan vaksin yang baik membutuhkan penyimpanan yang
tepat. Secara umum, prinsip-prinsip penyimpanan dan penanganan
vaksin berikut ini harus diperhatikan dalam mengelola vaksin RV:
Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota vaksin disimpan dalam freezer
pada suhu - 25 0 C sampai dengan - 15 0 C, masa kadaluarsa sesuai
dengan tanggal yang tertera dalam kemasan vaksin. Catatan: Bila
vaksin mencair pada kondisi tertentu (misalnya pada saat distribusi,
gempa bumi, pemadaman listrik), maka vaksin dapat disimpan
kembali pada suhu beku.
1) Tingkat fasilitas pelayanan kesehatan vaksin disimpan dalam
refrigerator suhu 2 - 80 C, vaksin dapat bertahan selama 6 bulan.
2) Vaksin harus terlindungi dari sinar matahari.
6
3) Vaksin RV dilengkapi dengan Vaccine Vial Monitor (VVM).
Penjelasan VVM dalam gambar dibawah ini:
7
(a) Hitung kembali dan catat vaksin RV yang digunakan,
pastikan masih utuh dan yang sudah digunakan dibawa
kembali ke puskesmas.
(b) Vaksin yang belum terbuka diberi tanda dan dibawa kembali
ke ruang penyimpanan untuk disimpan di dalam vaccine
refrigerator pada suhu yang direkomendasikan. Vaksin
tersebut didahulukan penggunaannya pada pelayanan
berikutnya.
(c) Vaksin RV yang sudah dibuka hanya dapat digunakan
sebelum 6 jam
(d) Vial vaksin dan aplikator yang telah digunakan dimasukkan
ke dalam kantong khusus limbah medis warna kuning, atau
kantong warna lain yang diberi tanda limbah medis. Kantong
tersebut disimpan ditempat yang aman dan jauh dari
jangkauan pengunjung terutama anak-anak, sebelum
dikelola/dimusnahkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
(e) Vaccine carrier disimpan kembali di ruang penyimpanan
dalam kondisi bersih di Puskesmas atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, sedangkan coolpack dapat dimasukkan ke dalam
vaccine refrigerator untuk digunakan pada hari berikutnya.
8
pelaksanaan imunisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai
berikut 5:
Usia Anak Jenis Imunisasi
< 24 Jam Hepatitis B (HB 0)
1 Bulan BCG
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, IPV1, PCV1, Rotavirus1
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, IPV2, PCV2, Rotavirus2
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, IPV3, Rotavirus3
9 Bulan Campak-Rubella
10 Bulan JE * (DIY akan introduksi tahun 2024)
12 Bulan PCV3
18 Bulan Campak-Rubella, DPT-HB-Hib4
Kelas 1 Campak-Rubella, DT
Kelas 2 Td
Kelas 5 Td, HPV (Putri)
Kelas 6 HPV (Putri)
Catatan: Imunisasi RV harus dilengkapi paling lambat sampai bayi
berusia 6 bulan.
4. Dosis dan Cara Pemberian
Imunisasi RV diberikan secara oral dengan dosis 0,5 ml (5 tetes)
pada usia 2, 3 dan 4 bulan, terintegrasi dengan pemberian imunisasi rutin
lainnya. Imunisasi polio oral diberikan terlebih dahulu kemudian diikuti
dengan pemberian imunisasi RV dan dilanjutkan dengan imunisasi suntik.
Pemberian imunisasi RV pada masa adaptasi kebiasaan baru
mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Rutin pada Masa
Pandemi COVID19 dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a) Lakukan skrining kesehatan, pastikan bayi dalam kondisi sehat dan
tidak memiliki kontra indikasi.
b) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan
hand sanitizer sebelum dan sesudah melakukan imunisasi pada setiap
sasaran imunisasi.
c) Siapkan vaksin RV yang akan digunakan.
9
d) Bayi diposisikan yang nyaman, digendong dengan posisi bayi
setengah duduk sehingga pada saat diteteskan tidak tersedak dan
tidak muntah. Berikan vaksin RV secara oral sebanyak 5 tetes tanpa
menyentuh mulut bayi
e) Catat hasil layanan imunisasi RV dengan menuliskan tanggal
pemberian dan no batch vaksin pada buku register kohort/rekam
medis dan buku KIA, dan catat secara eletronik dalam aplikasi
Indonesiaku (ASIK)
f) Pengantar dan/atau orang tua diminta menunggu selama 30 menit
setelah diberikan imunisasi untuk memantau apabila terjadi reaksi
anafilaktis
g) Sampaikan kepada orang tua apabila di rumah terdapat gejala atau
keluhan pada anak maka perlu segera di bawa ke puskesmas atau
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
h) Ingatkan pengantar dan atau orang tua jadwal imunisasi berikutnya
5. Kontraindikasi RV
a) Hipersensitifitas terhadap komponen vaksin.
b) Severe combined immunodeficiency disease (SCID).
c) Riwayat intususeps
10
6. Perhatian Khusus
a. Penderita defisiensi imun dan kontak erat dengan penderita defisiensi
imun, pemberian imunisasi dapat dikonsultasikan dengan dokter ahli
b. Demam, infeksi saluran pencernaan, maka pemberian imunisasi
ditunda
D. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI
adalah kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian dan
diduga berhubungan dengan imunisasi. Dapat berupa gejala, tanda, hasil
pemeriksaan laboratorium atau penyakit.
KIPI dikategorikan menjadi dua, yaitu KIPI serius dan non-serius,
dengan penjelasan sebagai berikut:
1) KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah imunisasi yang
menyebabkan rawat inap, kecacatan, kematian, tuntutan medikolegal serta
yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Dilaporkan segera 1x24 jam
setiap ada kejadian dan secara berjenjang, dilengkapi investigasi oleh
pengelola program imunisasi di Dinkes Kab/Kota/Provinsi untuk
selanjutnya dilakukan kajian oleh Pokja/Komda PP – KIPI serta
rekomendasi oleh Komnas PP - KIPI. Hasil kajian dan rekomendasi
berupa klasifikasi yaitu reaksi yang berkaitan dengan produk vaksin dan
defek kualitas vaksin, kekeliruanprosedur pemberian imunisasi, reaksi
kecemasan yang berlebihan (immunization stress related response/ISRR),
kejadian koinsiden, dugaan hubungan kausal kuat tetapi tidak cukup bukti
(indeterminate), dan hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan
penyebabnya (unclassifiable).
2) KIPI non-serius adalah setiap kejadian medik setelah imunisasi dan tidak
menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima. Dilaporkan
rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil cakupan imunisasi
Vaksin RV yang digunakan dalam program imunisasi nasional
termasuk vaksin yang aman dan efektif. Secara umum, vaksin tidak
menimbulkan reaksi simpang pada tubuh, atau apabila terjadi, hanya
11
menimbulkan reaksi ringan. Vaksinasi memicu kekebalan tubuh dengan
menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen
yang terkandung dalam vaksin. Demam, muntah, buang air besar cair (diare)
dapat terjadi sebagai bagian dari respon imun terhadap imunisasi RV. Apabila
orang tua/pengantar anak menyatakan bahwa terdapat gejala klinis setelah
pemberian imunisasi RV namun dapat diatasi di rumah dan tidak
menimbulkan risiko potensial pada kesehatan anak, maka hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai kasus KIPI Nonserius.
Khusus untuk pelaporan KIPI non-serius secara manual, laporan
dilakukan pada bulan berikutnya bersamaan dengan laporan cakupan
imunisasi. Namun pelaporan KIPI non-serius melalui laman web keamanan
vaksin bisa dilakukan kapanpun sesuai dengan waktu pelaksanaan imunisasi.
Alur kegiatan penemuan dan pelaporan kasus KIPI non serius
dilakukan seperti pada gambar berikut:
E. Kewenangan Bidan
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan
12
dalam bentuk asuhan kebidanan dengan rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan Dalam
menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan pelayanan yang
meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau ;
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Pada pelayanan kesehatan anak yang tencantum pada Pasal 50 Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan, Bidan berwenang
memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah,
memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat, melakukan pemantauan tumbuh
kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,
gangguan tumbuh kembang, dan rujukan, dan memberikan pertolongan pertama
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.
13
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
D. Rencana Tindakan/Pelaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan sesuai kewenangan bidan yang berlaku. Bidan
melakukan pemeriksaan tumbuh kembang, pemeriksaan fisik untuk memastikan
keadaan bayi sehat, menjelaksan kepada keluarga manfaat pemberian imunisasi,
memastikan vaksin yang diberikan sesuai dengan usia dan jadwal pemberian
14
imunisasi, memberikan KIE tentang kejadian ikutan pasca imunisasi, serta
memberitahu jadwal imunisasi berikutnya
Bila ditemukan bayi sakit atau pertumbuhan dan perkembangan tidak
sesuai dengan uisa bayi maka Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter maupun
tenaga kesehatan lain seperti analis laboratorium medik untuk melakukan
pemeriksaan lanjut yaitu pemeriksaan penunjang. Jika tingkat puskesmas dengan
adanya keterbatasan jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan serta tidak adanya
tenaga ahli, maka dapat dirujuk ke tingkat fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
untuk mendapat tata laksana yang lebih sesuai6.
15
DAFTAR PUSTAKA