Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BAYI NY. N.A NEONATUS ATERM FISIOLOGIS
DI TPMB BIDAN SUDJIATI FRANS, S.ST, BD., MM, SURABAYA

Disusun Oleh :
St. Nabilah Mardhiyah
112229058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Laporan Komprehensif


Asuhan kebidanan bayi baru fisiologis, program studi Pendidikan Profesi Bidan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.

Judul : Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. N.A neonatus aterm
fisiologis
Tanggal:

Mahasiswa,

St. Nabilah Mardhiyah


NIM. 112229058
Mengetahui,

Pembimbing Klinik
TPMB Sudjiati Frans

Sudjiati Frans, S.ST., Bd., MM

Pembimbing Akademik
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya

Dwi Izzati Budiono, S.Keb., Bd., M.Sc


NIP. 198607182016113201
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
Asuhan Kebidananpada bayi dan balita dengan pemberian imunisasi DPT-HB-
HIB.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dari Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Laporan
Komprehensif ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.O.G.,Subsp.F.E.R selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
2. Dr. dr. Budi Prasetyo,Sp.O.G.,Subsp.Obginsos selaku Koordinator
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
3. Sudjiati Frans, S.ST., Bd.,MM, selaku Pembimbing klinik di TPMB
Muntianah, S. ST
4. Dizza Budiono, S.Keb., Bd., M. Sc, selaku pembimbing akademik Prodi
Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
5. Seluruh staf di TPMB Sudjiati Frans, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan serta pengalaman baru bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran. Semoga Laporan Komprehensif ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun
1956, pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kegiatan imunisasi dikembangkan
menjadi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977, dalam
upaya mencegah penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak,
Polio, Tetanus serta Hepatitis B (Permenkes, 2017).Pelaksanaan imunisasi
pada balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh dunia setiap
tahun dan berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari
65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018
(Nandi & Shet, 2020).
Imunisasi merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif
dan aman dalam menurunkan angka kejadian, prevalensi, kesakitan, dan
kematian berbagai penyakit menular (Orenstein, Ahmed. 2017).Imunisasi
adalah keberhasilan penggunaan imunoterapi untuk mengobati banyak
penyakit menular dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
memproduksi antibodi spesifik atau limfosit spesifik untuk melawan patogen
dan, yang terbaru, melindungi dari tumor ganas. Imunoterapi ini menciptakan
memori imunologis yang bertahan lama. Imunisasi yang ada saat ini
melindungi terhadap difteri, tetanus, pertusis, poliomielitis, campak, gondok,
rubella, pneumonia pneumokokus, cacar, sepsis, meningitis, hepatitis B,
varicella-zoster, tuberkulosis, kolera, diare yang disebabkan oleh rotavirus,
salmonellosis, dan demam berdarah. Namun perkembangan teknologi vaksin
dalam beberapa tahun terakhir, munculnya HIV, SARS, flu burung, Ebola,
dan Zika menekankan perlunya kesiapsiagaan global menghadapi pandemi.
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan
efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Pelaksanaan imunisasi diharapkan
dapat menurunkan jumlah balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD31) (InfoDatin Kementerian Kesehatan, 2016).
Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian balita akibat penyakit
infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih terbilang
tinggi. Laporan WHO tahun 2020 menyebutkan bahwa terdapat 20 juta anak
belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk balita di seluruh dunia secara
rutin setiap tahun. Tingginya jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi
mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan
bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah dengan vaksin, muncul
kembali di negara maju dan 2 berkembang. Penyakit tersebut antara lain
campak, pertusis, difteri dan polio (Hidayah et al., 2018; UNICEF, 2020).
Pelaksanaan imunisasi dasar lengkap merupakan hal yang sangat
penting untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020). Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity atau
Kekebalan Kelompok. Kekebalan Kelompok ini hanya dapat terbentuk
apabila cakupan imunisasi pada sasaran tinggi dan merata di seluruh wilayah.
Kebalnya sebagian besar sasaran ini secara tidak langsung akan turut
memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, sehingga bila ada satu
atau sejumlah kasus Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) di masyarakat maka penyakit tersebut tidak akan menyebar
dengan cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini
merupakan bukti bahwa program imunisasi sangat efektif juga efisien karena
hanya dengan menyasar kelompok rentan maka seluruh masyarakat akan
dapat terlindungi (Mantel C and Cherian, 2020).
1.2 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
bayi dan balita dengan pemberian imunisasiDPT-HB-HIB-Hb-Hib (Difteri,
Tetanus, dan Pertusis- Hepatitis B- Haemophillus Influenza Tipe B-)pada bayi
dan balita.
1.3 Tujuan Khusus
Menjelaskan tentang konsep dasarimunisasi
Menjelaskan tentang konsep dasar imunisasi DPT-HB-HIB-Hb-Hib
Menjelaskan tentang konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada
bayi dan balita dengan pemberian imunisasi DPT-HB-HIB-Hb-Hib
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan bayi dan balita dengan pemberian imunisasi DPT-HB-
HIB-Hb-Hib
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan
penulis dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang berkaitan
dengan asuhan bayi dan balita dengan pemberian imunisasi DPT-HB-HIB-
Hb-Hibsecara efektif dan efisien.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan paham mengenai pentingnya pemberian
imunisasi DPT-HB-HIB-Hb-Hibpada bayi dengan harapan dapat
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1.1.1 Pengertian
Bayi yang baru lahir normal adalah pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badan 2500-4000 gram. Menurut Tando (2016) bayi baru lahir normal adalah
bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan
presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa
memakai alat.
1.1.2 Ciri –ciri bayi baru lahir normal
1. Berat badan 2.50-4.000 gram.
2. Panjang badan 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm.
4. Lingkar kepala 33-35 cm.
5. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit.
6. Pernafasan ±40-60 x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
8. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora:
pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11. Bayi lahir langsung menangis kuat.
12. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
13. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan
baik.
14. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
16. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kecokelatan.
1.1.3 Adaptasi BBL dari Intrauterine ke Ekstrauterine
Bayi baru lahir akan beradaptasi setelah lahir, dari yang awalnya semua
kebutuhannya didapatkan dari plasenta, pada saat lahir seluruh organ nya akan
memulai proses metabolisme nya sendiri. Ada beberapa perubahan beberapa
sistem organ bayi, yaitu :

1. Perubahan pada Sistem Pernafasan

Usia
Kehamilan
24 hari bakal paru-paru sudah terbentuk
26-28 hari Bakal bronchi membesar
6 minggu Segmen bronchus terbentuk
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Surfaktan matang
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah lahir pertukaran gasmelalui paru– paru bayi (Armini,
Sriasih, dan Marhaen, 2017).
2. Rangsangan untuk gerak nafas
Menurut Legawati (2018) rangsangan gerakan pertama terjadi karena
beberapa hal berikut:
a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan PaO2 (tekanan parsial oksigen) dan peningkatan PaCo2
(tekanan parsial karbon dioksida) merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus
(stimulasi sensorik).
d) Reflek deflasi hering
3. Upaya pernafasan Bayi
Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk megeluarkan cairan dalam paru
dan mengembangkan jaringan alveoli paru untuk pertama kali. Untuk
mendapatkan fungsi alveoli harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran
darah melalui paru.Surfaktan megurangi tekanan permukaan dan
membantu menstabilkan dinding alveoli pada akhir persalinan sehingga
tidak kolaps.
4. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
Setelah bayi lahir paru akan berkembang menyebabkan tekanan arteriol
dalam paru berkurang. Tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan karena rangsangan biokimia duktus arterious
berobliterasi ini terjadi pada hari pertama
5. Perubahan pada sistem Termogulasi
Noordiati (2018) menjelaskan ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu
lingkungan yang rendah dari suhu di dalam 10 rahim. Perubahan sistem
termoregulasi empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya yaitu evaporasi, konduksi,
konveksi dan radiasi.
6. Perubahan pada Sistem Renal
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasya kecil hingga
setelah lahir.Urin bayi encer, berwarna kekuningkuningan dan tidak berbau.
Warna cokelat disebabkan oleh lendir bekas membran mukusa dan udara
asam akan hilang setelah bayi banyak minum.
7. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan makanan terbatas,
hubungan esofagus bawah dan lambung belum sempurna, sehingga mudah
gumoh terutama bayi baru lahir dan bayi muda. 11 Kapasitas lambung
terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan (Noordiati. 2018).
8. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
9. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan
kadarnatriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjalbelum sempurna karena: (a)Jumlah nefron masih belum
sebanyak orang dewasa (b)Tidak seimbang antara luas permukaan
glomerulus dan volume tubulus proksimal
10. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
11. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. (Walyani dan Purwoastuti,
2015:135).
12. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam
keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidak
seimbangan hepar untuk menghilangkan bekas penghancuran dalam
peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015).
1.6 Asuhan Segera pada Bayi Baru Lahir Normal
1.1.4 Perawatan Segera BBL
Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan
bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti penilaian APGAR skor,
jaga bayi tetap hangat, isap lendir dari mulut dan hidung bayi (hanya jika perlu),
keringkan, klem dan potong tali pusat, IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg
intramuskular, beri salep mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik,
imunisasi hepatitis B 0.5 ml intramuscular dan pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir
1. Melakukan Penilaian dan Inisiasi Pernafasan Spontan
Skor Apgar didefinisikan sebagai ukuran fisik kondisi bayi yang baru lahir,
Skor APGAR memiliki poin maksimal, dengan dua 14 kemungkinan untuk
setiap detak jantung, otot, respons terhadap stimulasi, dan pewarnaan kulit.

Keterangan:
 Nilai 1-3 asfiksia berat

 Nilai 4-6 asfiksia sedang

 Nilai 7-10 normal


1.1.5 Menjaga Bayi Tetap Hangat
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi
adalah:
a. Keringkan bayi secara seksama Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera
setelah bayi lahir untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi. Selain
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka
tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang
pernafasan bayi.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat Bayi yang
di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara
konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut
dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat. 16
c. Tutup bagian kepala bayi Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang
relatif luas dan cepat kehilangan panas. Untuk itu tutupi bagian kepala bayi
agar bayi tidak kehilangan panas.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Selain untuk
memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan
bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya.
e. Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan memandikan bayi segera
1) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi
mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi
ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain bersih.
2) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda
memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.
3) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Jangan tempatkan bayi di
ruang ber-AC. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in). Jika
menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap hangat.
4) Jangan segera memandikan bayi baru lahir. Bayi baru lahir akan cepat
dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan panas di dalam
tubunya belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal enam
jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir normal, diantaranya:
a. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat 18 terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Seperti meja, tempat tidur, atau
timbangan yang 19 temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi. Tubuh bayi
akan menyerap panas melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan
di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilairkan atau ditempatkan
didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika aliran udara dari kipas angin, hembusan
udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih renda dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh bayi adalah:
a. Keringkan bayi secara seksama, pastikan tubuh bayi dikeringkan
segera setelah bayi lahir untuk mencegah kehilangan panas secara
evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh bayi,
mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan
rangsangan taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan
panas secara konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi,
ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan
hangat.
c. Tutup bagian kepala bayi bagian kepala bayi merupakan permukaan
yang relatif luas dan cepat kehilangan panas. Untuk itu tutupi bagian
kepala bayi agar bayi tidak kehilangan panas.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya selain untuk
memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara
ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu
anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.
e. Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan
bayi baru lahir
1) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi
mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi
ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain bersih.
2) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda
memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat Jangan tempatkan bayi di
ruang ber-AC. Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in). Jika
menggunakan AC, jaga suhu ruangan agar tetap hangat.
g. Jangan segera memandikan bayi baru lahir. Bayi baru lahir akan
cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan panas
di dalam tubunya belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan
minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa
jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
3. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
a. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :
1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat dipotong
(oksitosin IU intramuscular)
2) Melakukan penjepitan pertama tali pusat dengan klem DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan pertama tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(supaya darah tidak menetes kemana-mana pada saat melakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm
dari tempat jepitan pertama ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
memegang tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT
4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
5) Melepaskan klem tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin
0,5% 6) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
b. Merawat tali pusat
Lipat popok dibawah puntung tali pusat, jika puntungnya kotor
bersihkan menggunakan air matang/DTT kemudian keringkan, lalu ikat
(dengan simpul kunci) tali pusat dengan tali atau penjepit. Jika ada
warna kemerahan atau nanah pada pusar atau tali pusat bayi maka itu
terdapat infeksi (bayi tersebut harus dirujuk ke tenaga medis untuk
penanganan lebih lanjut)
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Kemenkes (2015), setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, gunakan
topi pada bayi diletakkan secara tengkurap di dada ibu kontak langsung
antara dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi akan merangkak mencari puting
susu dan menyusu. Suhu ruangan tidak boleh kurang dari 26oC. Tujuan dan
manfaat IMD sebagai berikut:
a. Tujuan utama inisisi menyusui dini adalah agar bayi dapat menyusu ke
ibunya dengan segera. Namun, secara tidak langsung akan membangun
komunikasi yang baik dengan ibuk sejak dini.
b. Manfaat IMD untuk bayi
1) Mempertahankan suhu bayi supaya tetap hangat
2) Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak
jantung.
3) Kolonisasi bakterial di kulit usus bayi deongan bakteri badan ibu yang
normal, bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik
bagi bakteri yang menguntungkan, dan mempercepat pengeluaran
kolostrum
4) Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga
yang dipakai bayi
5) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk
mulai mmenyusu
6) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam
tubuh bayi
7) Mempercepat keluarnya mekonium
8) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu sehingga mengurangi
kesulitan menyusu
9) Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi system
kekebalan bayi 28 11) Mencegah terlewatnya puncak reflex mengisap
pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir
10) Membantu perkembangan persarafan bayi
c. Manfaat IMD untuk ibu
Manfaatnya yaitu dapat merangsang produksi oksitosin dan prolaktin,
oksitosin dapat menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risik
perdarahan postpartum, merangsang pengeluaran kolostrum, dan
meningkatkan produksi ASI, prolaktin dapat meningkat ASI, memberi
efek relaksasi, dan menunda ovulasi. Tatalaksana IMD, sebagai berikut:
1) Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan
2) Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan
3) Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lemak-lemak putih
(verniks)
4) Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurepkan bayi
di atas 29 dada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi kemudian
selimuti keduanya
5) Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk
merangsang bayi mendekati puting
6) Biarkan bayi bergerak sendiri mecari puting susu ibunya.
7) Biarkan selama minimal 1 jam
8) Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain.
Faktor yang mendukung untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini
menurut (Anik Maryunani, 2015) adalah sebagai berikut :
1) Informasi dan pengetahuan yang jelas diperoleh ibu mengenai
inisiasi menyusui dini
2) Tempat bersalin dan tenaga kesehatan
5. Pencegahan Infeksi Mata
Dengan memberikan salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
bayi setelah satu jam kelahiran bayi.
6. Pemberian Vitamin K
Pemberian Vitamin K pada BBL untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi. BBL yang lahir normal dan cukup bulan berikan Vit.K 1 mg
secara intramuscular di paha kanan lateral. Suntikan vit K1 dilakukan setelah
proses IMD.
7. Pemberian Imunisasi Vaksin Hepatitis B 0,5 ml
Pemberian imunisasi vaksin hepatitis B 0,5 ml untuk mencegah dari virus
hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning).
Penularannya secara horizontal, seperti:
a. dari darah dan produknya
b. Suntikan yang tidak aman
c. Transfusi darah
d. Melalui hubungan seksual
Penularan secara vertical Dari ibu ke bayi selama proses persalinan
Gejalanya seperti berikut:
(a) Merasa lemah
(b) Gangguan perut
(c) Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat.
(d) Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit
Komplikasi penyakit ini bisa menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan
hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan
menimbulkan kematian. Cara pemberian dan dosis vaksinasi hepatitis B,
yaitu:
(a) Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha.
(b) Pemberian sebanyak 3 dosis.
(c) Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4
minggu (1 bulan).
Kontra indikasi: Penderita infeksi berat yang disertai kejang. Efek
Samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan
di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan Efek samping:
(a) Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
(b) Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
(c) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
(d) Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
(e) Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
8. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran.
Tujuannya adalah untuk mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus
ke kehidupan luar uterus dengan penilaian APGAR Penilaian dilakukan
dengan 3 aspek yaitu :
a. Antropometri yaitu ukuran – ukuran tubuh
b. Sistem organ tubuh yaitu melihat kesempurnaan bentuk tubuh
c. Neurologik yaitu perkembangan organ syaraf
Tehnik pemeriksaan yang dilakukan secara komprehensif :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
Pengkajian pada bayi baru lahir yang dilakukan segera setelah lahir yaitu
untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterin ke.
Ekstrauterin. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari tiga
bagian:
a. Riwayat bayi baru lahir
b. Pengkajian usia kehamilan dan
c. Pemeriksaan fisik
1) Riwayat bayi baru lahir dikumpulkan dengan tinjauan dan
wawancara dengan ibu dan jika mungkin ayah bayi baru lahir. Area
persoalan termasuk faktor lingkungan, genetik, sosial, medis
maternal, perinatal dan neonatus.
2) Pengkajian usia kehamilan meliputi skala untuk pengkajian usia
gestasi dan aplikasi pengkajian usia gestasi
3) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan dengan melakukan
pengukuran antropometri, pemeriksaan neurologis dan
pemeriksaan sistem organ dari kepala hingga kaki.
Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah :
a. Untuk menentukan status kesehatan pasien
b. Mengidentifikasi masalah
c. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana asuhan
d. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera
e. Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Langkah-langkah pemeriksaan fisik :
a. Melakukan informed consent pada ibu atau keluarga bayi
b. Memakai celemek untuk perlindungan diri
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air DTT
d. Mengamati dan menilai keadaan bayi, meliputi:
1) Pernafasan
2) Warna kulit
3) Tangis bayi
4) Tonus otot dan tingkat aktivitas
5) Ukuran keseluruhan
e. Memeriksa Tanda-Tanda Vital Bayi, yaitu:
1) Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi)
dalam 1 menit lalu dicatat
2) Menghitung laju jantung dengan menggunakan stetoskope
tepat diatas jantung bayi selama 1 menit
3) Memeriksa suhu bayi, letakkan termometer pada aksila bayi
tunggu selama 5-10 menit
4) Perhatikan air raksa pada skala berapa dan catat hasilnya.
f. Menimbang Berat Badan, yaitu dengan cara :
1) Skala timbangan bayi tepat pada angka 0
2) Letakkan bayi pada timbangan dan lihat skala berapa, dan
catat hasilnya
3) Rapikan dan bersihkan alat yang telah digunakan
g. Mengukur tinggi/panjang badan bayi, yaitu dengan cara :
1) Persiapkan meja datar
2) Letakkan bayi dalam posisi ekstensi
3) Letakkan bayi pada garis tengah alat ukur (bila alat ukur tidak
ada pakai meteran dan letakka meteran tepat ditengah)
4) Luruskan lutut bayi secara lembut
5) Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja
datar yang berukuran
6) Lihat berapa panjang atau tinggi bayi dengan melihat angka
pada tumit kaki bayi
7) catat hasilnya
h. Periksa Keadaan Kepala Bayi
1) Periksa ubun-ubun, moulase, adanya benjolan dan daerah yang
mencekung.
a) Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran
dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Fontanel yang besar terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus sedangkan terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol diakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung
akibat dehidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara
fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
b) Perhatikan adanya kelainan congenital seperti mis:
anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
c) Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput
suksedanum, cepal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak.
2) Ukur lingkar kepala bayi dengan melingkarkan pita pengukur
mulai dari pertengahan frontalis hingga ketulang atas telinga,
oksipitalis atau belakang kepala hingga kembali kefrontalis
Lihat dan catat hasil pemeriksaan
i. Periksa Keadaan Telinga Bayi
1) Tataplah mata bayi, bayangkan sebuah garis lurus melintas
dikedua mata si bayi secara vertikal untuk mengetahui bayi
mengalami Syndrom Down. Daun telinga yang letaknya rendah
(low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom
tertentu (pierre-robin).
2) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel. Hal ini dapat
berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
j. Periksa Keadaan Mata Bayi
1) Periksa jumlah, posisi atau letak mata
2) Periksa kedua mata bayi apakah normal dan bergerak ke arah
yang sama
3) Tanda-tanda infeksi misalnya : pus
4) Periksa adanya strabismus atau koordinasi mata yang belum
sempurna
5) Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
6) Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk
seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina.
7) Periksa adanya trauma seperti pada palpebra, perdarahan
konjunctiva atau retina
8) Periksa adanya secret pada mata, konjuntivis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan
9) Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi
mengalami sindrom down.
10) Sentuh bulu mata untuk mengetahui Refleks Labirin
k. Periksa Keadaan Hidung Dan Mulut Bayi
1) Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya
harus lebih 2,5 cm.
2) Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring
3) Periksa adanya secret yang mukopuluren yang terkadang
berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital
4) Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan
5) Periksa bibir bayi apakah ada sumbing/kelainan.
6) Refleks menghisap bayi (Sucking Refleks)
7) Rooting Refleks dinilai dengan menekan pipi sibayi maka bayi
akan mengarahkan kepalanya kearah jari anda atau pada saat
si bayi menyusui dan dapat menilai Refleks menelan bayi
(Swalowing Refleks)
l. Periksa Keadaan Leher Bayi
1) Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
2) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis.
3) Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya 46 pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugularis
4) Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21
m. Periksa Keadaan Dada Bayi
1) Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan
sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
2) Pada bayi cukup bulan, putting susu sudah terbentuk dengan
baik dan tampak simetris.
3) Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
4) Dengarkan bunyi jantung dan pernafasan menggunakan
stetoskop Ukur dada dengan pita cm. ukuran normal.
n. Periksa Keadaan Bahu, Lengan Dan Tangan Bayi
1) Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara
meluruskan kedua lengan ke bawah
2) Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
3) Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
4) Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya
satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti
trisomi 21
5) Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
6) Periksa Keadaan Sistem Saraf Bayi Adanya refleks morro
Lakukan rangsangan dengan suara keras, yaitu pemeriksa
bertepuk tangan
p. Periksa Keadaan Abdomen Bayi
1) Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secra bersamaan
dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
(palpasi)
2) Jika perut sampai cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika
3) Abdomen yang membuncit kemungkinan karena
hepatosplenomegali atau tumor lainnya
4) Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten (kaji dengan
palpasi) Periksa keadaan tali pusat, kaji adanya tanda-tanda
infeksi (kulit sekitar memerah, tali pusat berbau).
q. Periksa Keadaan Genetalia Dan Anus Bayi
1) Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis. 2) Periksa
adanya hipospadia dan epispadia 3) Skortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah
testis ada dua 4) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
5) Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina Terkadang tampak adanya sekrat yang
berdarah dar vagina. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone ibu
(withdrawlbedding). r. Periksa Keadaan Tungkai Dan Kaki Bayi 51 Gambar 2.15
Pemeriksaan Tungkai dan Kaki Bayi Sumber: pingpoint.co.id 1) Periksa kesimetrisan
tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan 2) Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis 3) Periksa adanya
polidaktili atau sidaktili pada jari kaki Gerakan dan jumlah jari untuk menilai Refleks
Babynsky dan Walking 52 s. Periksa Keadaan Anus Bayi 1) Periksa adanya kelainan
atresia ani (pemerikasaaan dapat dengan memasukkan thermometer rektal kedalam
anus), kaji posisinya Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama.jika sampai
48 jam belum keluar kemungkian adanya mekonium plug syndrome, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan t. Periksa Keadaan Punggung Bayi Balikkan badan bayi dan
lihat punggungnya, jalankan jari jemari anda untuk menelusuri punggung bayi untuk
merasakan benjolan pada tulang punggungnya. 53 Gambar 2.16 Spina Bifida Sumber:
alomedika.com u. Keadaan Kulit Bayi 1) Verniks (Tidak perlu dibersihkan untuk
Periksamenjaga kehangatan tubuh bayi) 2) Warna kulit 3) Pembengkakan atau bercak-
bercak Amati tanda lahir bayi, Mongolord (hitam hijau) dan Salmon (Merah) v. Mencatat
seluruh hasil pemeriksaan dan laporkan setiap kali ada kelainan yang anda temukan
pada saat pemeriksaan w. Membereskan alat dan mencuci tangan
9. nn
1.1.6 Jumlah Pemberian

1.1.7 Cara Pemberian

1.1.8 Efek Samping

1.7 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


2.4.1Pengkajian Data Awal
1. Data Subjektif
A. Identitas Bayi
a. Umur
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatka
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga bila
suatu saatterpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.Untuk mencapai kadar perlindungan maka
imunisasi harus diberikan sesuai jadwalyang telah ditentukan. Pemberian
imunisasi yang terlambat atau tidak lengkap kepadaanak menjadi salah
satu hambatan dalam upaya meningkatkan kekebalan anak (KEMENKES
RI 2022). Sehingga mengetahui umur dan status imunisasi bayi
sangatdiperlukan.
b. Alasan Kunjungan dan masalah
Keluhan atau gejala yang menyebabkan orang tua membawa bayinya
datang kefasilitas kesehatan. Selain itu alasan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan sepertipemeriksaan kesehatan umum, pelayanan
imunisasi, pelayanan tindik pada bayi,pelayanan pemeriksaan tumbuh
kembang bayi, dan lain-lain.
c. Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Imunisasi
Status imunisasi dasar bayi seperti BCG, Polio, Pentabio, Hepatitis A dan
B danlain – lain. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui status
perlindungan yang sudahdidapatkan bayi serta dapat membantu diagnosis
dalam kondisi tertentu. Serta bayiyang mengalami reaksi vaksin
sebelumnya yang tidak diinginkan sebaiknya tundapemberian imunisasi
lanjutan.
(2) Riwayat Persalinan
Dikaji untuk mengetahui apakah bayi aterm atau tidk. Bayi
prematurmemperoleh jumlah antibodi melalui plasenta yang lebih
rendah daripada bayi aterm.Karena antibodi pada bayi premature
tingkatnya lebih rendah, maka antibodi tidakbertahan selama seperti
pada bayi aterm. Pada bayi prematur, antibodi yang berasal
dariturunan maternal berada dalam titer yang rendah dan durasi yang
lebih pendek dari padabayi aterm. Karena bayi prematur bergantung
pada sistem kekebalan tubuh merekasendiri untuk perlindungan segera
daripada bayi cukup bulan, sangat penting bagimereka untuk
menerima vaksinasi yang diperlukan sehingga mereka dapat
melindungidiri terhadap penyakit. Sehingga, bayi prematur dengan
kondisi klinis yang baik harusdiimunisasi sesuai dengan umur
kronologisnya dengan dosis dan jadwal yang samadengan bayi cukup
bulan, terlepas dari berat lahir mereka.
(3) Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji untuk mengetahui status kesehatan bayi sekarang, apabila bayi
sakitdapat menunda pemberian imunisasi polio kepada bayi sampai
bayi sehat dan siapmendapatkan vaksin polio. Pasien
imunokompromais keadaan imunokompromaisdapat terjadi sebagai
akibat penyakit dasar atau sebagai akibat pengobatan
(pengobatankemoterapi, kortikosteroid jangka panjang). Vaksinasi
dengan mempergunakan vaksinhidup merupakan indikasi kontra pada
pasien imuno-kompromais. Imunisasi tetapdiberikan pada pengobatan
kortikosteroid dosis kecil dan dalam waktu pendek. Padaanak dengan
pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2mg/kg berat badan/hari
atauprednison 20 mg/hari selama 14 hari, maka imunisasi ditunda.
Imunisasi dapatdiberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid
dihentikan, atau 3 bulan setelahkemoterapi selesai. Pada resipien yang
mendapatkan human immunoglobulin,imunisasi virus hidup diberikan
setelah 3 bulan pengobatan untuk menghindarkanhambatan
pembentukan respons imun (Hadinegoro, 2016).
(4) Riwayat Penyakit Lalu
Dikaji untuk mengetahui apakah bayi masih mengkonsumsi obat-
obatan daripenyakit lalu yang diderita yang dapat mengganggu sistem
kerja dari vaksin yang akandiberikan.
(5) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui status kesehatan keluarga, apakah terdapat penyakit
menularatau menurun yang dapat menjangkit bayi. Apabila terdapat
penyakit menular ataumenurun dalam keluarga sebaiknya pantau dan
cegah agar tidak terpapar pada bayi.
d. Pola Fungsional
(1) Nutrisi
Pola nutrisi meliputi frekuensi, komposisi, kuantitas, serta jenis dan
jumlahasupan bayi sehari-hari. Hal ini untuk mengetahui gizi balita
baik atau buruk, serta polaasupannya teratur atau tidak.
(2) Istirahat
Pola istirahat dikaji untuk mengetahui berapa jam bayi tidur dalam
sehari danapakah terdapat gangguan.
(3) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui kondisi BAB dan BAK apakah terdapat
masalah atautidak.
e. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial meliputi bayi diasuh oleh siapa, hubungan bayi
denganorang tua, serta lingkungan sekitar tempat tinggal bayi.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum : Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup
keadaanumum baik, sedang , lemah.
(2) Nadi : Untuk menilai irama, suara nadi jelas dan teratur.
(3) Pernapasan : Menilai sifat pernapasan dan bunyi nafas dalam satu
menit.
(4) Suhu : Untuk mengetahui temperatur bayi, apakah bayi sedangdemam
atau tidak. Apabila bayi sedang demam sebaiknya tundapemberian
vaksin.
b. Pemeriksaan Antropometri
Untuk mengetahui pertumbuhan bayi. Meliputi BB, PB, LK, LD, dan
LILA.
c. Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala : mengkaji kondisi ubun-ubun bayi apakah cekung atau
tidak.Ubun-ubun bayi yang terasa cekung ketika disentuh
merupakantanda bahwa bayi sedang mengalami dehidrasi.
(2) Muka : mengkaji kondisi muka bayi apakah kemerahan atau tidak.
(3) Mata : mengkaji kondisi sklera dan konjungtiva.
(4) Hidung : mengkaji apakah terdapat secret yang keluar dari hidung.
Bayiyang sedang mengalami pilek sebaiknya tunda pemberianvaksin.
(5) Mulut : mengkaji kondisi kesehatan mulut bayi adakah bercak
putihpada mulut bayi, hal ini menandakan bayi terkena infeksi jamur.
(6) Leher : mengkaji adakah pembesaran kelenjar tiroid, dan
bendunganvena jugularis.
(7) Dada : mengkaji apakah terdapat massa abnormal, adakah suararonchi
atau wheezing.
(8) Perut : mengkaji adakah massa abnormal, pembesaran hepar.
(9) Kulit : mengkaji warna kulit bayi apakah bayi kuning.
(10) Ekstremitas : mengkaji adakah tanda sianosis, akral tidak dingin,
dan kukusudah melebihi jari-jari.
2.4.2 Interpretasi data
a. Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktekkebidanan.
b. MasalahHal-hal yang berkaitan dengan pengalaman bayi yang ditemukan
dari hasilpengkajian yang menyertai diagnosa.

2.4.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial


Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosamasalah yang sudah diidentifikasi. Ketika mengidentifikasi
membutuhkan antisipasi,bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien. Bidan diharapkansiap bila diagnosa atau masalah potensial ini
terjadi. Diagnosa potensial pada bayidengan imunisasi DPT-HB-HIB adalah bayi
rewel, menangis, muntah, dan hilang nafsu makan.
2.4.4 Identifikasi tindakan segera/kolaborasi rujukan
Tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang
dihadapibayi. Setelah mengantisipasi diagnosa potensial apabila terjadi
emergency segera lakukan tindakan baik secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Bayi setelah imunisasi DPT-HB-HIBadalah apabila bayi mengalami demam
segera beriobat penurun panas yang sudah didapatkan dari fasyankes.
2.4.5 Perencanaan tindakan
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan bayi sebagai berikut,
Pemberian vaksin secara IM :
(1) Orang tua bayi diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
(2) Bayi dibaringkan diatas tempat tidur
(3) Mencuci tangan
(4) Menyiapkan spuit disposable 3 cc
(5) Mengambil vaksin dalam termos es
(6) Menutup kembali termos es
(7) Mendesinfeksi tutup flacon dengan alkohol
(8) Menghisap vaksin sesuai dosis
(9) Mengembalikan vaksin ke dalam termos es
(10) Mengusap kulit dengan kapas alkohol sebelum penyuntikan dengan teknik
sekali usapMenyuntik 0,5 cc secara IM
(11) Memberikan penyuluhan akibat imunisasi
(12) Memberikan obat untuk diminum dirumah
(13) Mencatat tindakan pada buku KIA dan status imunisasi
(14) Mencuci tangan
2.4.6 Pelaksanaan tindakan
Asuhan menyeluruh yang telah dijelaskan pada rencana tindakan
dilaksanakansecara efisiensi dan aman.
2.4.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan pada bayi dengan imunisasi polio adalah
sebagaiberikut,
(1) Keadaan umum bayi baik.
(2) Orang tua memahami tindakan yang akan dilakukan petugas.
(3) Orang tua memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas.
(4) Orang tua memahami status imunisasi bayinya.
(5) Orang tua bersedia datang untuk mengimunisasikan bayinya pada dosis
selanjutnya.
(6) Dokumentasi asuhan kebidanan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DAN BALITA DENGAN


PEMBERIAN IMUNISASI DPT-HB-HIB (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

Hari/tanggal : Rabu, 23 Agustus 2023


No. RM : xxxx
Jam : 09.10 WIB
Tempat : TPMB Muntianah
Nama Pengkaji : St. Nabilah Mardhiyah

A. Data Subjektif
1. Identitas anak
Nama : M. K
Tanggal lahir : 09/06/ 2023
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : Laki- laki
Anak ke- :1
2. Identitas orang tua
Nama : Ny. S Nama : Tn. A
Umur : 23 th Umur : 29 th
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat :TWB 11/36
3. Alasan Kunjungan
Ini merupakan waktu untuk kunjungan imunisasi DPT-HB-HIB dan polio
Masalah/keluhan : Tidak ada

4. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pada buku KIA :
-Hepatitis B (Hb 0): Tanggal 9/6/2023
-BCG : Tanggal 26/6/ 2023
-Polio tetes 1 : Tanggal 26/6/ 2023
5. Riwayat ASI Eksklusif
Bayi mendapatkan campuran Asi dan juga susu formula.
6. Riwayat Persalinan
Usia Kehamilan : 38-39 minggu
BB Lahir : 2900 gram
PB Lahir : 49 cm
Jenis persalinan : Normal
Penyulit : Ibu mengatakan melahirkan di rumah sakit dengan indikasi kehamilan
dengan hepatitis.
7. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya tidak sedang mengalami sakit.
8. Riwayat penyakit lalu
Ibu mengandung bayinya dalam keadaan ibu di diagnosa hepatitis. Ibu juga
mengatakan bayinya tidak pernah menderita sakit batuk pilek,
demam,maupundiare.
9. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
imunokompromaissepertiHIV dan Kanker, tidak ada riwayat penyakit menurun
seperti asma, DM, jantung,hipertensi, serta tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakitmenular sepertiTBC. Ibu di diagnosa menderita hepatitis.
10. Pola Fungsional
a. Nutrisi
Ibu mengatakan sejak lahir sampai berumur 2 bulan bayinya diberikan ASI dan
susuformula, dengan frekuensi ASI lebih sering daripada susu formula. Susu
formuladiberikan apabila ASI ibu yang keluar sedikitsehingga pada jam tersebut
bayimendapat susu formula. Apabila ASI ibu berlimpah kembali, bayi hanya
mendapat ASIsaja. Frekuensi menyusui 2-3 jam sekali dengan durasi +15 menit.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan frekuensi bayi BAK adalah 3-4 kali sehari.
Frekuensi BAB bayi adalah 2-3 kali perhari. Dan tidak ada keluhan BAK
atauBAB bayi.
c. Istirahat
Ibu mengatakan bayi tidur dalam sehari kurang lebih13 jam dengan durasi
tidurmalamlebih lama dibandingkan tidur siang.
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan bayi dimandikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
11. Riwayat Psikososial budaya
Ibu mengatakan bayinya diasuh oleh ibu dibantu dengan mertua. Ibu
hanyatinggal di rumah bersama anak dan suami, namun setelah melahirkan, ibu
mertua datang dan ikut membantu mengasuh bayi. Bayi ini merupakan anak
pertama dari pernikahan ibu. Ibu tidak memiliki hewan peliharaan serta tempat
tinggalnya bersih dan rapi.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Suhu : 36, 5 0C
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 50x/menit
2. Pengukuran antropometri
Berat Badan : 6300 gr
Panjang Badan : 55 cm
Lingkar Kepala : 35 cm
Lingkar Lengan : 10 cm
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Ubun-ubun tidak cekung
Muka : tidak kemerahan
Mata : sklera putih dan konjungtiva tidak pucat.
Hidung : tidak terdapat pengeluaran lendir atau secret
Mulut : tidak terdapat bercak putih
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid dan bendunganvena jugularis.
b. Dada : tidak terdapat massa abnormal serta tidak ada suara ronchi atau
wheezing.
c. Perut : tidak ada massa abnormal dan pembesaran hepar.
d. Kulit : bayi tidak kuning
e. Ekstremitas : tidak ada tanda sianosis, akral hangat, dan kuku tidak melebihi
jari-jari.
C. Analisis
Diagnosis : Bayi cukup bulan usia 3 bulan
Masalah : Tidak ada
D. Planning
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa bayi
sehat dan dapat menerima imunisasi
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisi bayinya.
2. Menjelaskan pada Ibu tentang pentingnya imunisasi DPT-HB-HIB bahwa
imunisasi DPT-HB-HIB itu penting bertujuan untuk mencegah penularan
Difteri, pertusis dan tetanus- Hepatitis B dan juga Haemophilus Influenza
tipe B.
Evalausi : Ibu paham
3. Memberikan informed consent pada ibu bahwa bayinya akan diberikan
imunisasi DPT-HB-HIB
Evaluasi : Ibu setuju bayinya diimunisasi.
4. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
5. Mencuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir
6. Menggunakan sarung tangan
7. Membaca nama vaksin, tanggal kadaluarsa, & melihat warna indikator
VVM
8. Menghisap vaksin dari vial dengan menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml.
9. Mengatur posisi bayi
10. Menyiapkan bagian yang akan diinjeksi (1/3 bagian lateral paha kanan
atas).
11. Membersihkan daerah yang akan diinjeksi dengan kapas DTT dari tengah
ke luar, secara melingkar sekitar 5 cm. Tunggu hingga kering.
12. Mengangkat kulit daerah suntikan dengan ibu jari dan telunjuk.
13. Menusukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut 90 derajat (injeksi Intra
Muscular).
14. Melakukan aspirasi kemudian mendorong pangkal piston dengan ibu jari
tangan kanan dan memasukkan vaksin secara perlahan.
15. Menarik jarum suntik dengan cepat setelah semua vaksin masuk.
16. Menekan daerah suntikan dengan kapas DTT.
17. Merapikan alat-alat dan membuang spuit ke dalam safety box.
18. Membersihkan sarung tangan lepas secara terbalik dan merendam dalam
laruta klorin.
19. Memberikan penjelasan kepada orangtua sehubungan dengan hasil
imunisasi, efek samping, dan obat penurun panas untuk mengantisipasi
efek samping berupa panas, serta kapan jadwal imunisasi selanjutnya.
Evaluasi : Ibu paham penjelasan yang diberikan
20. Menganjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
mengenai bayinya.
Evaluasi : Ibu paham
21. Menuliskan pada buku KIA jadwal imunisasi berikutnya yaitu DPT-HB-
HIB-Hb-Hib 3 dan polio 4, tgl 23 september 2023.
Evaluasi : Telah dilakukan
22. Mendokumentasi tindakan dalam buku KIA dan kohort bayi.
Evaluasi : Telah dilakukan.
BAB 4
PEMBAHASAN

Imunisasi DPT-HB-HIB merupakan imunisasi yang diberikan untuk


menimbulkan kekebelan aktif terhadap beberapa penyakit seperti penyakit difteri,
yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan
tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam
beberapa hari saja. Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan) yang disebut
juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3
bulan lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang
dan lama disertai bunyi “(whoop)”/ berbunyi dan diakhiri dnegan muntah, maka
dapat bengkak atau penderita bisa meninggal karena kesulitan bernapas. Penyakit
pertusis, yaitu peyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkancing
sehingga mulut tidak bisa membuka/terbuka (Achmadi, 2006).Menurut
PermenkesRI Nomor 12 tahun 2017 disebutkan bahwa tujuan umum Imunisasi
yaitu turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Pemberian imunisasi DPT-HB-HIB pada By. M. K sudah sesuai dan tepat
waktu, yaitu pemberian imunisasi DPT-HB-HIBmenurut Depkes RI, imunisasi
DPT-HB-HIB-Hb-Hib diberikan tiga kali dengan interval 4 minggu. Jadwal
pemberian imunisasi DPT-HB-HIBHb-Hib pertama harus diberikan setelah bayi
berusia 2 bulan dan untuk imunisasi berikutnya diberi jarak 1 bulan atau 4
minggu. Menurut Achmadi, pemberian imunisasi pertama kali harus menunggu
bayi berusia 2 bulan, karena bayi masih punya sisa kekebalan yang diperoleh dari
ibu ketika dalam kandungan (maternal antibodi), selain itu pemberian menunggu
bayi berumur 2 bulan karen areaktogenitas pertusis bayi kecil. Jadwal DPT-HB-
HIB-Hb- Hib yang tidak diikuti akan memberikan tingkat kekebalan yang
berbeda.
Imunisasi DPT-HB-HIB diberikan melalui injeksi intra Muscular(IM)
yaitu berada di 1/3 paha kanan atas lateral dan sudut injeksi yang diberikan yaitu
90 derajat dari permukaan kulit.Pada pelaksaan imunisasi DPT-HB-HIB pada By.
M. K lokasi penyuntikan sudah sesuai yaitu secara intra Muscular (IM).
Setelah tindakan pemberian imunisasi DPT-HB-HIB selesai maka dilanjutkan
dengan sesi konseling informasi edukasi/KIE mengenai kejadian ikutan pasca
imunisasi/KIPI yang mungkin saja bisa terjadi pada By. M.K. KIE yang
disampaikan yaitu adanya kemungkinan ada panas pada bayi maka bisa
diberikan parasetamol sesuai dengan anjuran dokter/bidan dan anjurkan ibu
untuk terus menyusui bayi nya setelah pemberian imunisasi DPT-HB-HIB,
pemberian parasetamol dan ASI diberikan jarak waktu diatas 15 menit agar
penyerapan obat bisa berjalan secara maksimal, bekas suntikan bisa dikompres
dengan air dingin, dan apabila ditemukan kondisi yang semakin parah maka
anjurkan ibu untuk segera melakukan kunjungan ulang ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan terdekat.
Langkah selanjutnya yaitu pendokumentasian yang dilakukan di buku KIA
milik ibu, dengan menjelaskan bahwa tanggal berapa By. M.K sudah
mendapatkan imunisasi DPT-HB-HIB serta dituliskan juga untuk jadwal
imunisasi berikutnya. Selain itu, pendokumentasian juga dilakukan pada rekam
medik pasien lalu selanjutnya di tulis di kohortTPMB pada buku kunjungan
bayi.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Asuhan kebidanan melalui laporan komprehensif ini yaitu
pemberian imunisasi DPT-HB-HIB pada bayi M.K usia 3 bulan.
Pemberian imunisasi sudah dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang
berlaku. Asuhan dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi dan bayi dalam
kondisi sehat tanpa adanya kelainan yang ditemukan.
2. Saran
1. Bagi TPMB
Diharapkan pihak TPMB dapat meningkatkan pengetahuan orang
tua tentang jadwal pemberian setiap imunisasi dasar wajib ( BCG,
Polio, DPT-HB-HIB, HB dan campak), efek KIPI dan berapa kali
pemberian imunisasi serta tujuan imunisasi dengan mengadakan
penyuluhan kesehatan secara berkala.
2. Bagi Masyarakat
Disarankan bahwa orang tua yang sibuk sebaiknya meminta
bantuan dari keluarga sebagai pengganti untuk membawa ke TPMB,
posyandu atau puskesmas untuk diimunisasi dan pihak ibu disarankan
juga menambah inisiatif untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang
diadakan oleh pihak TPMB.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI 2015, Buku Ajar Imunisasi. 2nd edn, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI 2016, Profil Kesehatan Tahun 2016. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, UNICEF. Imunisasi Rutin pada
Anak Selama Pandemi COVID-19 di Indonesia : Persepsi Orang tua dan
Pengasuh Agustus 2020. 2020;1—16.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Imunisasi Pada Masa
Pandemi Covid-19. Jakarta : Kemenkes RI; 2020.
Mantel C, Cherian T. New immunization strategies: adapting
toglobalchallenges.Bundesgesundheitsblatt-Gesundheitsforschung
Gesundheitsschutz. 63.(1) 2020; 25-31.
Mardianti, M., & Farida, Y. (2020). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan
Kabupaten Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia : Journal Of Indonesia
Midwifery, 11(1): 17
Nandi, A., & Shet, A. (2020). Why vaccines matter: understanding the broader
health, economic, and child development benefits of routine vaccination.
Human Vaccines & Immunotherapeutics, 16(8), 1900–1904.
https://doi.org/10.1073/pnas.1704507114
Orenstein WA, Ahmed R. Sederhananya: Vaksinasi menyelamatkan nyawa. Proc
Natl Acad Sci US A. 2017 18 April; 114 (16):4031-4033. [ Artikel gratis
PMC ] [ PubMed ] [ Daftar referensi ]
Permenkes RI. No:12 Th:2017. Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Republik
Indonesia. 2017
Senewe, M. S., Rompas, S. & Lolong, J., 2017. Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado.
EJournal Keperawatan, Volume 5 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai