Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA ( IMUNISASI )

Disusun sebagai salah satu syarat memenuhi tugas

mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
OKTA PRAMUNING TIYAS
201604

AKADEMI KEBIDANAN MARDI RAHAYU


Jl. KISARINO MANGUN PRANOTO NO.9 UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke illahi robbi atas teselesaikannya makalah ini. Persoalan
bayi dan balita merupakan suatu kajian yang tidak akan pernah habisnya sepanjang daur kehidupan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa masa depan sangat ditentukan kondisi pada saat bayi dan
balita.

Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini agar pembaca lebih mudah memahani tentang
imunisasi karena melalui program imunisasi telah berhasil menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Dalam makalah ini imunisasi bukanlah merupakan usaha dari penulis seorang tetapi tidak
terlepas dari dukungan moral dan material dari berbagai pihak. Imunisasi selalu dikaitkan dengan
angka kesakitan dan kematian pada bayi. Hal ini dikarnakan pemberian imunisasi adalah sebagai
upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit. Dalam hal ini pemerintah
mencanangkan rogram imunisasi yang diwajibkan terutama paa bayi (usia 0-12 bulan). Beberapa
jenis imunisasi yang termasuk program pemerintah diantaranya adalah imunisasi Hepatitis B,
BCG, DPT, Polio, dan Campak.

Untuk itu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya. Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat
diharapkan penulis demi penyempurnaan makalah ini. Dan saya berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

Paradigma sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah
pencegahan penyakit. Sebagai upaya menghasilkan generasi sehat memerlukan motivasi dan
koordinasi semua pihak terutama orangtua, tenaga kesehatan, aparat pemerintah dengan
mendukung program program dalam bidang kesehatan sehingga angka kesakitan dan ataupun
angka kematian dapat ditekan secara maksimal. Salah satu program kesehatan untuk menghasilkan
generasi sehat dan berkualitas adalah dengan dilakukannya kegiatan imunisasi.

Imunisasi merupakan bagian dari proses pemeliharaan dan penanganan kesehatan yang
juga sangat penting bagi bayi dan balita. Karena pada masa-masa itulah proses kekebalan dan
pertumbuhan tubuh mulai dibangun.

Maka dari itu perlu adanya pendekatan yang baik dan berkualitas dan tenaga provider
program maupun pemberi pelayanan imunisasi untuk membuat suatu pembentukan pola hidup
sehat dimasyarakat khususnya dalam memasyarakatkan imunisasi di kalangan sasarannya. Dalam
makalah ini akan dibahas berbagai hal tentang imunisasi dan seluk beluk imunisasi, khususnya di
Indonesia.
BAB II

PENGERTIAN

Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif
terhadap penyakit menular (Mansjoer, 2000). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan
kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen
yang serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2001).

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu


(Theopilus, 2007), sedangkan yang dimaksud dengan vaksin suatu obat yang diberikan untuk
membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibody.
Antibody ini berfungsi melindungi terhadap penyakit (Theopilus, 2007).

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi,
anak, dan juga orang dewasa (Indiarti, 2008). Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan
antibody yang dalam bidang ilmu immunologi merupakan kuman atau racun (Riyadi, 2009).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa imunisasi adalah usaha
untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
vaksin dalam tubuh bayi atau anak. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal
untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud
dengan imunisasi dasar menurut Ranuh, dkk (2001) adalah pemberian imunisasi BCG (1x),
Hepatitis B (3x), DPT (3x), Polio (4x), dan Campak (1x) sebelum bayi berusia 1 tahun.
BAB III

KONSEP DASAR IMUNISASI

A. SEJARAH SINGKAT IMUNISASI


Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost
effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini,
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977
kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam
rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD31) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus, Hepatitis
B, serta Pneumonia.sejarah perkembangan imunisasi di Indonesia terlihat pada table di
bawah ini :
Tahun Perkembangan Imunisasi
1956 Imunisasi Cacar
1973 Imunisasi BCG
1974 Imunisasi TT pada ibu hamil
1976 Imunisasi DPT untuk bayi
1977 Imunisasi dijadikan upaya global oleh WHO
1980 Imunisasi Polio
1982 Imunisasi Campak
1990 Indonesia menapai UCI Nasional
1997 Imunisasi Hepatitis B
2004 Introduksi DPT-HB
2013 Introduksi vaksin DPT/HB/Hib
BAB IV
JENIS-JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi Hepatitis B (Hb 0)
Hepatitis B (Penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati. Penularannya adalah secara horizontal yaitu dari darah dan produknya
melalui suntikan yang tidak aman melalui transfuse darah dan melalui hubungan seksual.
Sedangkan penularan secara vertical yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan.
Infeksi pada anak biasanya tidak menimulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa
lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi
pucat, warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini isa menjadi
kronis dan menimbulkan pengerasan hati, kanker hati, dan menimulkan kematian.
(Kemenkes RI, 2007)
a. Deskripsi
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin recominan yang telah diinaktivasikan dan ersifat non-
infecious, erasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)
menggunakan teknologi DNA rekombinan.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virs hepatitis
B.
c. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
d. Efek samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pemengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi ersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi
homogeny.
2. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah), pemberian suntikkan seara
intra muscular (IM) dengan sudut 90o, sebaiknya pada anterolateral paha kanan.
3. Pemberian sebanyak 3 dosis.
4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan) pada imunisasi lanjutannya.
(Depkes RI dan Path, 2005), 9Ranuh, dkk. 2005)
2. Imunisasi Polio (Oral Polio Vaccine / OPV)
Polio adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus
yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis adalah anak di bawah
umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut.
Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan
dimulai dengan gejala demam, nyeri otot, dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama
sakit. (Kemenkes RI, 2017)
a. Deskripsi
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2, dan 3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, diuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distailkan dengan sukrosa.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
c. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
d. Cara pemberian dan dosis
1. Diberikan secara oral melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes seanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
3. Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa dan label VVM.
3. Imunisasi BCG
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk
darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal
penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada
malam hari. Tuberkolosis dapat menyebabkan kematian.
a. Deskripsi
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium bovis
hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
c. Kontraindikasi
- Defesiensi sistem kekebalan.
- Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh diberikan
vaksin BCG.
- Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti eksim, furunkulosis, dan
sebagainya.
- Mereka yang sedang menderita TBC.
d. Efek samping
Reaksi local yang timbul adalah wajar, suatu pembengkakan kecil, merah, lembut
biasanya timbul pada daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah menjadi vesikel
keil, dan kemudian menjadi sebuah ulkus kecil dalam waktu 2-4 minggu. Reaksi ini
biasanya hilang dalam 2-5 bulan, dan umumnya anak anak meninggalkan bekas berupa
jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.
e. Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan
dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5ml).
2. Dosis pemberian : 0,5 ml sebanyak 1 kali.
3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion muscular
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml
4. Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa.
5. Vaksin yang telah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada suhu 2
s.d 8oC selama maksimal 3 jam.
4. Imunisasi Pentabio (DPT-Hb-Hib)
Imunisasi ini dapat mencegah lima macam jenis penyakit yaitu difteri, pertussis, tetanus,
hepatitis B, dan hemofilus influenza tipe B. Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali yaitu
DPT-Hb-HiB 1, DPT-Hb-HiB 2, DPT-Hb-HiB 3 dan diberikan bersamaan dengan
imunisasi polio. Pada imunisasi DPT-Hb-HiB 3 diberikan bersamaan dengan imunisasi
IPV pada paha anterolateral bagian kiri.
a. Deskripsi
Vaksin DPT-Hb-HiB berupa suspense homogen yang mengandung toksoid tetanus
dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis
B (HBsAg) murni yang tidak infeksius, dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub
unit berupa kapsul polisakarida Hemophilus influenza tipe b tidak infeksius yang di
konjugasikan kepada protein toksoid tetanus.
b. Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanubbs, pertussis (batuk
rejan), hepatitis B, dan infeksi.
c. Kontraindikasi
- Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan syaraf serius
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertussis. Dalam hal ini
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DPT harus
diberikan sebagai pengganti DTP, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara
terpisah. Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau sebelumnya
telah terinfeksi virus hepatitis B.
d. Efek samping
Reaksi local bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam
dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang reaksi berat seperti demam tinggi,
iritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam.
e. Cara pemberian dan dosis
- Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.
- Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada paha anterolateral secara intramuscular
(IM) dengan sudut 90o.
DPT-Hb-HiB 1 di paha kanan pada usia 2 bulan.
DPT-Hb-HiB 2 di paha kiri pada usia 3 bulan.
DPT-Hb-HiB 3 di paha kanan pada usia 4 bulan, dan imunisasi ulangan (booster)
pada usia 18 bulan.
- Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf dan tidak
dianjurkan.
- Suntikan tidak boleh diberikan ke dalam kulit karena dapat meningkatkan reaksi
local. Satu dosis anak adalah 0,05 ml.
- Sebelum vaksin dipergunakan periksa dahulu label VVM.
5. Imunisasi IPV
a. Deskripsi
Vaksin IPV disajikan dalam bentuk suspense dalam bentuk injeksi. Vaksin ini di
indikasikan untuk pencegahan polio pada bayi, anak anak, dan orang dewasa, untuk
vaksinasi primer dan sebagai booster.

b. Indikasi
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised, kontak
di lingkungan keluarga dan pada individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra
indikasi.

c. Kontraindikasi
- Vaksinasi harus ditunda pada mereka yang sedang menderita demam, penyakit
akut atau penyakit kronis progresif.
- Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
- Penyakit demam akibat infeksi akut : tunggu sampai sembuh.
- Alergi terhadap streptomycin.
d. Cara pemberian dan dosis
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense
menjadi homogen.
- Disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,05 ml pada paha kiri.
- Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut turut 0,5 ml harus diberikan pada interval
dari satu atau dua bulan.
- IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi
dari WHO.
- Bagi orang dewasa yang belum di imunisasi diberikan 2 suntikan berturut turut
dengan interval satu atau dua bulan.
- Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu label VVM.
- Pada anak umur 2 tahun atau dosis ke 4 diberikan satu tahun setelah suntikan
ke 3.
- Pada orang dewasa dosis ke 3 diberikan 8 s.d 12 bulan setelah suntikan ke 2.
- Booster diberikan setiap 5 tahun pada anak dan remaja serta setiap 10 tahun
pada orang dewasa.
6. Imunisasi Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viridae measles.
Disebarkan melaui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari
penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah
diare hebat, peradangan pada telinga, dan infeksi napas. (pneumonia)
a. Diskripsi
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CA, 70
dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mg erythromycin.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
c. Kontraindikasi
- Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, limfoma.
- Vaksin ini sebaiknya tidak diberikan bagi orang yang alergi terhadap dosis
vaksin campak sebelumya, wanita hamil karena efek vaksin campak
terhadap janin belum diketahui, anak yang memiliki kerentanan tinggi
terhadap protein telur.
d. Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Cara pemberian dan dosis
- Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan (SC) dengan sudut
45o pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan dan ulangan (Booster) pada
usia 2 tahun.
- Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa dan label
VVM.
- Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
7. Imunisasi DT
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal penyakit
adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam 2-3
hari timbul selaput putih kebiru biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat
menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.
a. Deskripsi
Vaksin DT merupakan kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial
gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang teradsorbsi
kedalam aluminium fosfat.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak
anak.
c. Kontraindikasi
- Dosis kedua DT jangan diberikan apabila anak menderita reaksi berat
terhadap dosis sebelumnya.
- Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
d. Efek samping
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
e. Cara pemberian dan dosis
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
- Disuntikkan secara intramuscular (IM) atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml pada lengan kiri. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8
tahun. Untuk usia 8 tahun lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
- Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa dan label
VVM.
8. Imunisasi Japanese Encephalitis (JE)
JE adalah penyakit radang akut susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus
Japanese Encephalitis, yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
culex, anopheles, dan mansonia.
a. Diskripsi
Vaksin JE merupakan vaksin hidup yang dilemahkan.
b. Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit radang otak yang disebabkan
oleh virus.
c. Kontraindikasi
- Demam akut.
- Sensitifitas terhadap vaksin JE.
- Pasien dengan riwayat alergi (termasuk alergi obat).
- Kehanilan.
d. Efek samping
- Terasa sakit, kulit memerah, dan bengkak pada area yang disuntikkan
vaksin.
- Demam, biasanya hal ini banyak dialami anak-anak. Namun pada
kebanyakan kasus, hal ini bukan hal yang berbahaya.
- Kepala pusing dan sakit pada otot, biasanya hal ini terjadi pada orang
dewasa.
e. Cara pemberian dan dosis
- Sebelum disuntikkan vaksin JE terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang tersedia berisi 5 ml cairan pelarut.
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara Subkutan (SC) dengan sudut
45o pada lengan bagian kanan atas, pada usia 9 bulan sampai dengan 15
tahun.
- Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa dan label
VVM.
- Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
9. Imunisasi MR
Imunisasi MR merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit
campak dan ruella.
1. Campak
- Gejala penyakit campak yaitu : demam, bercak kemerahan, batuk pilek,
konjugtivitas (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki.
- Komplikasi berat : Radang paru, radang otak, diare berat, radang telinga,
dehidrasi, kmatian.
- Epidemiologi : 1) Insiden tinggi pada anak umur 5-9 tahun. 2) Tingkat
penularan pada kelompok anak sangat tinggi.
- Pencegahan : Imunisasi untuk kekebalan seumur hidup.
2. Rubella
- Gejala penyakit Rubella yaitu : Demam dan ruam ringan, jarang ada
sequelae 50% kasus tidak bergejala.
- Epidemiologi : 1) Insiden tinggi pada anak umur 3-10 tahun. 2) Tingkat
penularan pada kelompok anak sangat tinggi.
- Pencegahan : Imunisasi kekebalan setelah seumur hidup.
- Sasaran :
1. Seluruh bayi usia 9 bulan.
2. Seluruh anak usia 18 bulan.
3. Seluruh anak usia SD / MI / Sederajat /SDLB kelas 1.
a. Deskripsi
- Vaksin yang mengandung virus hidup yang dilemahkan.
- Berupa serbuk dengan pelarut. Dapat digunakan sampai 6 jam setelah
dilarutkan selama tetap disimpan pada suhu 2-8 derajat C.
- Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.
- Setiap dosis vaksin MR mengandung :
1000 CCID50 virus campak.
1000 CCID50 virus rubella.
- Sensitif panas, disimpan pada suhu 2-8oC.
b. Indikasi
Vaksin digunakan untuk penegahan penyakit campak dan rubella.
c. Efek samping
Reaksi local seperti kemerahan ataupun demam ringan dapat terjadi pada
anak.
d. Cara pemberian dan dosis
- Sebelum disuntikkan vaksin MR terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan (SC) dengan sudut
45o pada lengan kiri atas.
- Seelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluwarsa dan label
VVM.
- Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
BAB V

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus
diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain
tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwenang mengeluarkannya.

Berikut ini adalah jadwal imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode
2004.

 Bayi baru lahir (usia kurang dari 24 jam) : imunisasi hepatitis B (HB-1)
 Usia 0 – 1 bulan : Polio 0 dan BCG
 Usia 2 bulan : DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV
 Usia 3 bulan : DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3
 Usia 4 bulan : DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus 2
 Usia 6 bulan : PCV 3, influenza 1, rotavirus 3 (pentavalen)
 Usia 9 bulan : Campak atau MR
 Bayi baru lahir (usia kurang dari 24 jam): imunisasi hepatitis B (HB-1)
 Usia 0 – 1 bulan : Polio 0 dan BCG
 Usia 2 bulan : DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV
 Usia 3 bulan : DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3
 Usia 4 bulan : DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus 2
 Usia 6 bulan : PCV 3, influenza 1, rotavirus 3 (pentavalen)
 Usia 9 bulan : Campak atau MR
GAMBAR

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/imunisasi/jadwal-imunisasi-bayi-anak/
BAB VI

KIPI

(KEJADIAN-PASCA IMUNISASI)

Definisi

KIPI merupakan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), yang merupakan suatu kejadian (medik)
sakit dan kematian yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh
imunisasi. Biasanya terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (dapat lebih lama, 6 bulan).
Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi simpang, reaksi vaksin,
reaksi suntikan, kesalahan program dan koinsiden.

Kandungan vaksin berupa :


- Zat aktif
- Pelarut
- Stabilizer
- Antibiotik
- Ajuvant
A. Klasifikasi KIPI
1. Klasifikasi Lapangan (Field Classification, WHO 1999)
2. Klasifikasi Kausalitas
Klasifikasi lapangan, meliputi :
a. Reaksi Vaksin
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu reaksi ringan yang biasa dan ringan (“normal”) dan
reaksi vaksin langkah / jarang terjadi.
b. Kesalahan Program
c. Reaksi Suntikan
Reaksi suntikan langsung seperti sakit, bengkak, dan kemerahan. Reaksi suntikan
tidak langsung meliputi : rasa takut, nafas tertahan, pernafasan sangat cepat, pusing,
mual / muntah, kejang dan sinkope.
d. Kebetulan
Kejadian ini timbul secara kebetulan setelah imunisasi dan ditemukan kejadian yang
sama saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak di imunisasi
(vaksin disalahkan menjadi penyebab).
e. Tidak diketahui
Kejadian yang dilaporkan belum dapat dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke
dalam salah satu penyebab (dibutuhkan kelengkapan informasi lebih lanjut).
B. Pencatatan dan Pelaporan KIPI
Hal hal yang harus diperhatikan dalam proses penggalian informasi KIPI.
1. Pencatatan dan pelaporan yang jelas, meliputi :
a. Identitas
b. Jenis kelamin
c. Penanggung jawab
d. KIPI pada imunisasi terdahulu
e. Gejala klinik dan pengobatan
f. Hari, tanggal, jam KIPI
g. Saat timbul KIPI
h. Prognosis, gejala sisa
i. Kronologis (cara penyelesaian KIPI)
j. Aspek / delik hukum
2. Surveilans KIPI
Selama pelaksanaan Imunisasi perlu dilakukan monitoring keamanan vaksin atif
(mahal, kecuali vaksin baru sebagai kewajiban (PMS).
Adapun surveilan keamanan meliputi :
a. Mendeteksi, koreksi dan pencegahan progamme errors.
b. Identifikasi KIPI yang tidak biasa.
c. Memedakan Ko-Insiden dan KIPI
d. Mempertahankan kepercayaan terhadap program imunisasi
e. Membuktikan adanya hipotensi KIPI dari vaksin tertentu
f. Estimasi KIPI rate dalam masyarakat
BAB VII
PENUTUP
Imunisasi adalah bagian dari proses pemeliharaan dan penanganan kesehatan yang juga
dapat sangat penting bagi bayi, dan balita, karena pada masa-masa itulah proses kekebalan dan
pertumbuhan tubuh mulai dibangun.
Dalam makalah ini dibahas berbagai hal tentang imunisasi dan seluk beluk imunisasi. Makalah
imunisasi memuat materi materi yang mengacu pada kurikulum kebidanan sesuai dengan KKNI.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hard skill, soft skill, pengetahuan serta Bidan mampu
bertindak sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta,
2005
Depkes RI, Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta 2005
Markum, Imunisasi, FKUI, Jakarta 1997
Majalah Cermin Dunia Kedokteran No, 110, Hal 15-16,
1995
Modul Hasil Workshop Imunisasi Terkini Pada Bayi dan Balita
IDAI, 2010,
Vedemecum biofarma. Imunisasi Terkini. Jakarta. 2002
WHO : expanded programmer or immunization, immunization
In practice
Satgas Imunisasi IDAI, 2000. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI
Sari Pediatri 2:1
Ranuh, I.G.N. dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kedua.
Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta
Ranuh, I.G.N. dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama.
Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai