Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

KONSEP IMUNISASI

1. Pengertian umum

World Health Organization (WHO, 2021) mengemukakan bahwa

Immunization is the process whereby a person is made immune or resistant to an

infectious disease, typically by the administration of a vaccine, yang artinya

imunisasi adalah proses ketika seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit

menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Imunisasi adalah suatu cara yang

dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit,

sehingga jika nanti terjangkit penyakit, tubuh tidak akan menderita penyakit tersebut

karena telah memiliki sistem memori (daya ingat), ketika vaksin dimasukan kedalam

tubuh maka akan terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem

memori akan menyimpan sebagai suatu yang pernah terjadi (Mulyani, 2018).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat program

imunisasi adalah untuk membangun sistem kekebalan tubuh sejak lahir.

2. Tujuan Imunisasi

Pada dasarnya pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting yaitu

untuk mengurangi risiko mordibitas dan mortalitas pada anak akibat penyakit-

penyakit yang tidak dapat dicegah melalui imunisasi (Izah et al., 2020). Status

imunisasi pada anak merupakan salah satu indikator kontak keberhasilan pelayanan

kesehatan, karena diharapkan melalui pelayanan kesehatan akan membantu

memperbaiki masalah gizi baru, sehingga status imunisasi berdampak secara positif

terhadap status gizi balita dalam jangka panjang (Endris et al., 2017). Imunisasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi. Dengan

tercegahnya penularan penyakit infeksi akan mencegah resiko terjadinya stunting.

Dalam Mayo Clinic (2019) tujuan imunisasi DPT adalah untuk merangsang

pembentukan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Manfaat

imunisasi DPT adalah memberikan perlindungan terhadap penyakti difteri, pertusis

dan tetanus pada saat yang bersamaan. Pemberian imunisasi DPT sesuai jadwal akan

merangsang pembentukan kekebalan pada tubuh bayi secara bertahap, sehingga

tubuhnya akan terlindungi terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus .Imunisasi

campak diberikan setelah bayi berusia sembilan bulan. Imunisasi hepatitis B

diberikan dua kali pada saat bayi baru lahir dan usia 1 bulan (Nurjanah, dkk., 2019).

3. Manfaat Imunisasi

Terdapat beberapa manfaat Imunisasi seperti yang tercantum pada Kemenkes (2018)

adalah sebagai berikut:

a. Bagi anak, dapat bermanfaat untuk mencegah penderitaan yang

disebabkan oleh beberapa penyakit menular yang sering terjangkit.

b. Bagi keluarga, dapat bermanfaat dalam menghilangkan kecemasan serta

biaya pengobatan anak sakit

c. Bagi Negara, dapat bermanfaat dalam memperbaiki tingkat/derajat

kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal agar dapat melanjutkan

pembangunan Negara.

4. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Berdasarkan info Datim Kementrian Kesehatan (2016), penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi yaitu:


a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tubercolosis, hepatitis B, difteri,

campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella

syndrome/CRS)

b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang

paru), meningitis (radang selaput otak cacar air.Alasan pemberian imunisasi

pada penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat

dilihat dari banyak balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi (PD3I).

c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara

5. Jenis-jenis Imunisasi sekaligus KIPI yang dialami

Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi

dilaksanakan program imunisasi baik program rutin ataupun program tahunan

untuk mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31)

seperti hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, dan campak. Bayi harus

mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari hepatitis B 3 kali, BCG 1

kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, dan campak 1 kali (Kemenkes, 2019).

Imunisasi dasar lengkap yang wajib di berikan pada rentang usia 0-12

bulan, diantaranya:

a. Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG)

Pemberian vaksin BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif bagi

bayi terhadap tuberkulosis. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan, atau

pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG disuntikan secara

intrakutan di lengan kanan atas menggunakan spuit dengan dosis 0,05 ml dan

diberikan sekali seumur hidup (Ranuh dkk, 2017).


KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG

adalah ulkus lokal yang superfisial pada 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus

tertutup krusta, akan sembuh dalam 2- 3 bulan, dan meninggalkan parut bulat

dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul

lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu dalam maka parut yang terjadi

tertarik ke dalam (Ranuh dkk, 2017).

b. Imunisasi Pentavalen

Vaksin Pentavalen (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B Rekombinan,

Haemophilus influen-zae tipe b) berupa suspensi homogen yang mengandung

toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk rejan) inaktif,

antigen permukaan Hepatitis 20 B (HbsAg) murni yang tidak infeksius dan

komponen HiB sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida

Haemophilus influenza tibe B tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada

protein toksoid tetanus. Indikasi digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,

pertussis, tetanus, hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenza tipe b secara

simultan. Vaksin ini harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral

paha atas, dengan dosis anak 0,5 ml (Ranuh dkk, 2017).

KIPI yang terjadi reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi

injeksi, demam ringan, anak gelisah dan menangis terus menerus, dan lemas

(Ranuh dkk, 2017).

c. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Vaksin Hepatitis B merupakan vaksin virus rekombinan yang

telah dinonaktivasikan dan bersifat non-infecious. Pemberian imunisasi ini

bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin


disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara intramuskuler,

sebaiknya anteroateral paha. Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama

diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4

minggu (Ranuh dkk, 2017).

KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan

pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari. Kontraindikasi pemberian vaksin hepatitis B

pada bayi yang memiliki riwayat anafilaksis setelah vaksinasi hepatitis B

sebelumnya (Ranuh dkk, 2017).

d. Imunisasi Polio

Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit

polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang

berisis virus polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan panas dan

formaldehid. IPV tidak dipergunakan untuk eradikasi polio, namun dapat

mencegah kelumpuhan baik akibat virus polio liar atau virus polio vaksin

sabin (Ranuh dkk, 2017).

KIPI yang terjadi reaksi lokal pada tempat penyuntikan antara lain nyeri,

kemerahan, indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah

penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. Kejadian dan tingkat

keparahan dari reaksi lokal tergantung pada tempat dan cara penyuntikan serta

jumlah dosis yang sebelumnya diterima. Reaksi sistemik yang ditimbulkan

demam dengan atau tanpa disertai myalgia, sakit kepala atau limfadenopati

(Ranuh dkk, 2017).


e. Imunisasi MR (Measles dan Rubellla)

Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi menular melalui saluran

nafas yang disebabkan oleh virus. Campak dapat menyebabkan komplikasi

yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis),

kebutaan bahkan kematian. Virus Rubella cepat mati oleh sinar ultra violet,

bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Rubella pada anak sering hanya

menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering

tidak terlaporkan, sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan

sakit sendi (arthritis atau arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada

kehamilan trimester pertama dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir

dengan cacat bawaan yang disebut congenital rubella syndrome (CRS)

(Kemenkes RI, 2018).

Kontraindikasi pemberian vaksin MR adalah anak dengan penyekit

keganasan yang tidak diobati atau gangguan imunitas, yang mendapat

pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid

dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau neomisin. KIPI yang terjadi

yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam dan ruam yang berlangsung 7-12

hari setelah imunisasi dan pada umumnya berlangsung selama 1-2 hari (Ranuh

dkk, 2017).

6. Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal Pemberian Imunisasi Jadwal pemberian imunisasi berbeda untuk

setiap jenis imunisasi tergantung pada usia bayi yang akan diimunisasi, berikut

jadwal imunisasi bayi sesuai rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak

Indonesia):
Tabel.2.1 Berikut Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

No Jenis Imunisasi Usia

1. Hepatitis B0 0-7 hari

2. BCG, Polio 1 1 bulan

3. DPT-HB-HIB 2 bulan

4. DPT-HB-HiB 2, OPV 3 3 bulan

5. DPT-HB-HiB 3, OPV 4 4 bulan

6. Campak 9 bulan
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, Rumaf Fachry, Ningsih. (2023). Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi dan
Balita. Jurnal Pengabdian kepada MasyarakatMAPALUSSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gunung Maria Tomohon. JPMM.
Darmawan, Agus., dkk. (2022). ANC visits, Integrated Health Service Post (Posyandu), and
immunization with stunting in children under five in Central Buton District. Baubau:
Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Dinkes Banda Aceh. (2019). Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Kota Banda Aceh.
Banda Aceh: Dinas Kesehatan
Fetene, M.,S., Negash, D., W., Shewrega, S., E., (2023) Determinants of full immunization
coverage among children 12-23 months of age from deviant mothers/caregivers in
Ethiopia : A multilevel analysis using 2016 demographic and health survey. Frontiers.
10.3389/fpubh.2023.1085279
Irawati, N., A., V. (2020). Imunisasi Dasar Dalam Masa Pandemi Covid-19. JK Unila, 4 (2),
https://doi.org/10.23960/jkunila42205-210
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang penyelenggaraan imunisasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. (2022). Pentingnya Imunisasi bagi Anak.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak
Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health.
(https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/basics/infant-
and-toddler-health/hlv-20049400 )
Mulyani S.N, dan Rinawati M. 2018. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nandi, A., & Shet, A. (2020). Why Vaccines Matter: Understanding the Broader Health,
Economic, and Child Development Benefits of Routine Vaccination.
Human Vaccines and Immunotherapeutics, 16(8), 1900–1904.
https://doi.org/10.1080/21645515.2019.1708669
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015.
Jakarta: Kemenkes
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. (2014). Buku ajar imunisasi. Jakarta:
Pusdinkes Kemenkes RI.
Rahmadani et al. (2022). Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Pasca Imunisasi
Bayi Di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu. Jurnal Masyarakat Madani Indonesia.
Ranuh et al. (2014). Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit
IkaTan Dokter Anak Indonesia
Sari, M. K. (2021). Edukasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Terhadap Tingkat Kecemasan
Remaja Menghadapi Vaksinasi Covid-19, 5(3), 542–546.
WHO. (2023). Immunization. https://www.paho.org/en/immunization

Anda mungkin juga menyukai