KONSEP IMUNISASI
1. Pengertian umum
imunisasi adalah proses ketika seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit
menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Imunisasi adalah suatu cara yang
sehingga jika nanti terjangkit penyakit, tubuh tidak akan menderita penyakit tersebut
karena telah memiliki sistem memori (daya ingat), ketika vaksin dimasukan kedalam
tubuh maka akan terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem
memori akan menyimpan sebagai suatu yang pernah terjadi (Mulyani, 2018).
2. Tujuan Imunisasi
Pada dasarnya pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting yaitu
untuk mengurangi risiko mordibitas dan mortalitas pada anak akibat penyakit-
penyakit yang tidak dapat dicegah melalui imunisasi (Izah et al., 2020). Status
imunisasi pada anak merupakan salah satu indikator kontak keberhasilan pelayanan
memperbaiki masalah gizi baru, sehingga status imunisasi berdampak secara positif
terhadap status gizi balita dalam jangka panjang (Endris et al., 2017). Imunisasi
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi pada bayi. Dengan
Dalam Mayo Clinic (2019) tujuan imunisasi DPT adalah untuk merangsang
dan tetanus pada saat yang bersamaan. Pemberian imunisasi DPT sesuai jadwal akan
tubuhnya akan terlindungi terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus .Imunisasi
diberikan dua kali pada saat bayi baru lahir dan usia 1 bulan (Nurjanah, dkk., 2019).
3. Manfaat Imunisasi
Terdapat beberapa manfaat Imunisasi seperti yang tercantum pada Kemenkes (2018)
kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal agar dapat melanjutkan
pembangunan Negara.
campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella
syndrome/CRS)
pada penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat
dilihat dari banyak balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah
seperti hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, dan campak. Bayi harus
mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari hepatitis B 3 kali, BCG 1
kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, dan campak 1 kali (Kemenkes, 2019).
Imunisasi dasar lengkap yang wajib di berikan pada rentang usia 0-12
bulan, diantaranya:
bayi terhadap tuberkulosis. Imunisasi BCG diberikan pada bayi <3 bulan, atau
pada anak dengan uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG disuntikan secara
intrakutan di lengan kanan atas menggunakan spuit dengan dosis 0,05 ml dan
adalah ulkus lokal yang superfisial pada 3 minggu setelah penyuntikkan. Ulkus
tertutup krusta, akan sembuh dalam 2- 3 bulan, dan meninggalkan parut bulat
dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul
lebih besar, namun apabila penyuntikkan terlalu dalam maka parut yang terjadi
b. Imunisasi Pentavalen
toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk rejan) inaktif,
komponen HiB sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida
KIPI yang terjadi reaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi
injeksi, demam ringan, anak gelisah dan menangis terus menerus, dan lemas
c. Imunisasi Hepatitis B
diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4
KIPI yang terjadi yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
d. Imunisasi Polio
polio. Vaksin yang digunakan yaitu IPV (Inactivated Polio Vaccine) yang
berisis virus polio virulen yang sudah diinaktivasi/dimatikan dengan panas dan
mencegah kelumpuhan baik akibat virus polio liar atau virus polio vaksin
KIPI yang terjadi reaksi lokal pada tempat penyuntikan antara lain nyeri,
kemerahan, indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. Kejadian dan tingkat
keparahan dari reaksi lokal tergantung pada tempat dan cara penyuntikan serta
demam dengan atau tanpa disertai myalgia, sakit kepala atau limfadenopati
yang serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis),
kebutaan bahkan kematian. Virus Rubella cepat mati oleh sinar ultra violet,
bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Rubella pada anak sering hanya
menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering
sakit sendi (arthritis atau arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada
dosis tinggi. Anak dengan alergi berat gelatin atau neomisin. KIPI yang terjadi
yaitu dapat terjadi malaise (lemas), demam dan ruam yang berlangsung 7-12
hari setelah imunisasi dan pada umumnya berlangsung selama 1-2 hari (Ranuh
dkk, 2017).
setiap jenis imunisasi tergantung pada usia bayi yang akan diimunisasi, berikut
Indonesia):
Tabel.2.1 Berikut Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
3. DPT-HB-HIB 2 bulan
6. Campak 9 bulan
DAFTAR PUSTAKA
Darmin, Rumaf Fachry, Ningsih. (2023). Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi dan
Balita. Jurnal Pengabdian kepada MasyarakatMAPALUSSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gunung Maria Tomohon. JPMM.
Darmawan, Agus., dkk. (2022). ANC visits, Integrated Health Service Post (Posyandu), and
immunization with stunting in children under five in Central Buton District. Baubau:
Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Dinkes Banda Aceh. (2019). Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Kota Banda Aceh.
Banda Aceh: Dinas Kesehatan
Fetene, M.,S., Negash, D., W., Shewrega, S., E., (2023) Determinants of full immunization
coverage among children 12-23 months of age from deviant mothers/caregivers in
Ethiopia : A multilevel analysis using 2016 demographic and health survey. Frontiers.
10.3389/fpubh.2023.1085279
Irawati, N., A., V. (2020). Imunisasi Dasar Dalam Masa Pandemi Covid-19. JK Unila, 4 (2),
https://doi.org/10.23960/jkunila42205-210
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang penyelenggaraan imunisasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. (2022). Pentingnya Imunisasi bagi Anak.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak
Mayo Clinic (2016). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health.
(https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/basics/infant-
and-toddler-health/hlv-20049400 )
Mulyani S.N, dan Rinawati M. 2018. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nandi, A., & Shet, A. (2020). Why Vaccines Matter: Understanding the Broader Health,
Economic, and Child Development Benefits of Routine Vaccination.
Human Vaccines and Immunotherapeutics, 16(8), 1900–1904.
https://doi.org/10.1080/21645515.2019.1708669
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015.
Jakarta: Kemenkes
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. (2014). Buku ajar imunisasi. Jakarta:
Pusdinkes Kemenkes RI.
Rahmadani et al. (2022). Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Pasca Imunisasi
Bayi Di Puskesmas Basuki Rahmat Bengkulu. Jurnal Masyarakat Madani Indonesia.
Ranuh et al. (2014). Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi kelima. Jakarta: Badan Penerbit
IkaTan Dokter Anak Indonesia
Sari, M. K. (2021). Edukasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Terhadap Tingkat Kecemasan
Remaja Menghadapi Vaksinasi Covid-19, 5(3), 542–546.
WHO. (2023). Immunization. https://www.paho.org/en/immunization