Anda di halaman 1dari 15

Tugas individu

Dosen:Ns.Faisal Rizal,S.Kep.,M.kes.,M.kep

TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA TEORI,KERANGKA KONSEP,DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP


KEPATUHAN IMUNISASI DI POSYANDU

OLEH :

NAMA:ANGGITA

NIM: 121681910

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2022/2023
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG IMUNISASI

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap

penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati,

2011).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat

(populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat

pada keberhasilan imunisasi cacar variola (Ranuh et.al, 2011).

3. Manfaat Imunisasi

Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya

dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian

akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh:

a. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani


masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga

yang terencana, agar sehat dan berkualitas.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

4. Dampak Imunisasi

Nilai (value) vaksin dibagi dalam tiga kategori yaitu secara individu, sosial

dan keuntungan dalam menunjang sistem kesehatan nasional. Secara individu,

apabila anak telah mendapat vaksinasi maka 80%-95% akan terhindar dari

penyakit infeksi yang ganas. Makin banyak bayi/anak yang mendapat vaksinasi

(dinilai dari cakupan imunisasi), makin terlihat penurunan angka kesakitan

(morbiditas) dan kematian (mortalitas) (Ranuh et.al, 2011).

5. Kontraindikasi Imunisasi

Menurut Proverawati dan Andhini, (2010) Kontraindikasi imunisasi adalah :

a) Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi

mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas

lebih dari 380 C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, Hepatitis B-1 dan

Campak.

b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala

AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.


c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi

yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi

ketika bayi sudah sehat.

6. Jenis Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar yang wajib diperoleh sebelum 12 bulan adalah sebagai

berikut :

a. BCG

1) Pengertian

Menurut Proverawati (2010), imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup

yang diberikan pada bayi untuk mencegah terjadinya penyakit Tuberculosis

(TBC). Tuberculosis disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama

Mycobacterium tuberculosis complex

Menurut Marimbi (2010), imunisasi BCG adalah imunisasi yang

diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit

tuberculosis(TBC) yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.

2) Usia Pemberian

Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG

ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.vaksin

disuntikkan secara intracutan pada lengan atas, untuk bayi yang berumur

kurang dari satu tahun diberikan sebanyak 0,05 ml dan untuk anak yang

berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Proverawati, 2010).

3) Cara Pemberian dan Dosis


Vaksin BCG disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas.

Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam

memberikan suntikan intracutan agar dapat dilakukan dengan tepat harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerja

sama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan agar

pemberian vaksin berjalan dengan tepat (Proverawati, 2010).

Pemberian imunisasi atau dosis yang diberikan untuk bayi berumur

kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur

lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL (Proverawati, 2010).

4) Efek samping

Reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan vaksin lain.

Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan

imunisasi,akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang

berubah menjadi pustule,kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu

pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara

spontan. Kadang saluran yang disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis

(Marimbi, 2010).

a) Tetanus adalah penyakit dengan gangguan neuro maskular akut berupa

trismus (Maryunani, 2012).

Sedangkan imunisasi Hib (Haemophilius influenza tipe b) merupakan

suatu bakteri gram negative. Hib terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak

berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya

menyebabkan infeksi ringan misalnya faringitis atau otitis media. Tipe yang
berkapsul merupakan yang paling ganas dan salah satu penyebab yang

paling sering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak kurang dari 5

tahun. Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi hib adalah usia 4-8

bulan.

1) Waktu Pemberian

Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir Pemberian

pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan

pada bayi usia 2 bulan, 3bulan, dan 4 bulan.

Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,

campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen vitamin A.

Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus

disuntikkan pada lokasi yang berlainan. (DinKes Prov Jateng, 2013).

2) Cara pemberian dan Dosis

a) Dosis Imunisasi DPT-Hb-Hib

(1) Dosis pemberian 0,5 ml

(2) Disuntikkan secara intramuscular di anterolateral paha atas pada bayi

dan lengan kanan pada anak usia 1,5 bulan

(3) Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90° terhadap permukaan

kulit (DinKes Prov Jateng, 2013).

b) Tidak dianjurkan pada:

(1) Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf siatik

(2) Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi local. (DinKes Prov

Jateng, 2013).
3) Efek samping

Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda

secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B, dan Hib yang diberikan

secara terpisah. Bebrapa reaksi local sementara seperti : bengkak, nyeri,

dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam

jumlah besar kasus. Kadang- kadang reaksi berat seperti demam tinggi,

iritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24

jam setelah pemberian. Episode hypotonic-hyporesponsive pernah

dilaporkan, kejang demam telah dilaporkan dengan angka kejadian 1 kasus

per 12.500 dosis pemberian. Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8

jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan

oleh sejumlah kelompok termasuk United states Institute of Medicine, The

Advisory Commitee on imunization Practices, dan asosiasi dokter spesialis

anak di Australia, Kanada, inggris, dan Amerika, menyimpulkan bahwa data

tidak menunnjukkan adanya hubungan kausal antara DPT dan disfungsi

sistem syaraf kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada bukti ilmiah

bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada anak.

Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik, dalam studi

menggunakan plasebo sebagai kontrol, selain nyeri local. dilaporkan

kejadian seperti myalgia dan demam ringan tidak sering dibandingkan

dengan kelompok plasebo. Laporan mengenai reaksi analfilaksis berat

sangat jarang. Data yang ada tidak menunjukkan adanya hubungan

kausalitas antara vaksin hepatitis B dan sindoma Gullian –Barre atau


kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel, dan juga

tidak ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara

vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan aotomun,

asma, sindroma kematian mendadak pada bayi, atau diabetes.

Vaksin Hib ditoleransi dengan baik, reaksi lokal dapat terjadi dalam 24

jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada

lokasi penyuntikan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara, pada

umumnya akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan

tidak memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistem ringan

termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikan vaksin Hib, reaksi berat

lainnya jarang hubungan kausalitas antara reaksi berat lainnya dan vaksin

belum pernah ditegakkan (DinKesProv Jateng, 2013).

4) Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat

terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk – bentuk reaksi

sejenis lainnya.

Kontraindikasi dosis pertama DPT adalah Kejang atau gejala kelainan

otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan

kontraindikasi terhadap komponen pertutis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh

diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan

sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara

terpisah (DinKes Prov Jateng, 2013).

c) Hepatitis B
1) Pengertian

Imunisasi hepatitis B diberikan untuk memberi tubuh kekebalan

terhadap penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus

yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus ini akan tinggal

selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko

terkena kangker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis B ditemukan

didalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah dan air

mani (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis

Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi

intramuskuler. Imunisasi hepatitis B aktif dilakukan dengan cara pemberian

suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara

suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang

diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar (Proverawati, 2010).

3) Efek samping

Reaksi local seperti rasa sakit,kemerahan dan pembengkakan

disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan

biasanya akan hilang setelah 2 hari (Proverawati, 2010).

4) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya dengan vaksin-

vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

yang disertai kejang (Proverawati, 2010).

d) Polio
1) Pengertian

Merupakan imunisasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit

poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin

DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio, yaitu:

(a) Inactived Polio Vaccine (IPV = Vaksin, Salk), mengandung virus polio yang

telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

(b) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang

telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang

sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang system pencernaan dan system

syaraf. Polio menyebabkan demam, muntah-muntah dan kekakuan otot yang

dapat menyerang saraf-saraf sehingga mengakibatkan kelumpuhan

permanen. Penyakit polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari

makanan, air dan tangan (Proverawati, 2010).

2) Cara pemberian dan Dosis

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali yaitu polio I, II, III, IV dengan

interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu

tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat meninggalkan SD (12

tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan

sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung kemulut anak atau dengan

menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus

menggunakan penetes (dropper) yang baru (Proverawati, 2010).

3) Efek samping
Pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping (Proverawati,

2010).

4) Kontra indikasi

Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang

menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul

akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada

keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat

diberikan setelah sembuh (Proverawati, 2010).

e) Campak

1) Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak lkarena penyakit ini sangat menular

(Maryunani, 2012).

2) Cara pemberian dan Dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali,dapat

dilakukan pada umur 9-11 bulan,dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikan

vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah

tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada

lengan kiri atas secara subcutan (Proverawati, 2010).

3) Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati,

2010).

4) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi campak tidak boleh dilakukan pada orang yang

mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan

respon imun karena leukemia dan limfoma (Proverawati, 2010).

5) Jadwal pemberian imunisasi dasar

Jadwal pemberian imunisasi dasar yang baru adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib,Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib,Polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib,Polio 4

9 bulan Campak
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Imunisasi adalah salah satu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang

sudah dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2010)

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmia tehadap penelitian yang dilakukan

dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi

masalahnya. Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kuat serta

ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan ilmia, hasil

penelitian jurnal penelitian, dan lain-lain (Hidayat, 2014). Berdasarkan landasan teori

yang telah diuraikan, baik itu dari latar belakang dan tinjauan pustaka maka kerangka

konsep dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Pengetahuan

Kepatuhan Imunisasi
Dukungan
keluarga

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Penghubung antar variable

B. Definisi Operasional
1. Klasifikasi Variabel Peneitian

a. Variabel Independen : Pengetahuan dan Dukungan

Keluarga

b. Variabel Dependen : Kepatuhan Imunisasi

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dan criteria objektif:

a. Pengetahuan adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi yang memiliki bayi di

Posyandu Bungabiraeng Desa Bontobirang, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa

Kriteria Objektif:

Baik : jika responden menjawab dengan total skor > 6

Kurang : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 6

b. Dukungan Keluarga adalah bentuk perhatian dari keluarga untuk membawa

anaknya ke posyandu imunisasi.

Kriteria Objektif:

Baik : jika responden menjawab dengan total skor > 3

Kurang : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 3

c. Kepatuhan Imunisasi adalah lengkapnya imunisasi seorang bayi mulai dia lahir.

Kriteria Objektif:

Patuh : jika responden menjawab dengan total skor > 2,5

Tidak patuh : Jika Responden menjawab dengan total skor ≤ 2,5

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang sesuai dengan sejumlah asumsi dasar seba
gaimana yang dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut.

1. Apakah Ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Imunisasi.

2. Apakah ada pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai