Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN


IMUNISASI BCG PADA BAYI DI PUSKESMAS CLURING KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2020

OLEH :
LINDA SEPTI ANGGRAENI
NIM.2017.02.022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
PROPOSAL
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN WAKTU
PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI PUSKESMAS CLURING
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2020

Proposal Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan
Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi

Oleh :
LINDA SEPTI ANGGRAENI
NIM :2017.02.022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Proposal Dengan Judul :
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN WAKTU
PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI PUSKESMAS CLURING
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2020
Nama Mahasiswa (Tanpa Gelar)
NIM
Tugas Proposal telah disetujui
Pada tanggal,……..
Oleh:
Pembimbing

Nama Lengkap & Gelar


NK :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 keperawatan

Nama Lengkap & Gelar


NK :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Imunisasi
2.1.1 Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap
suatu antigen sehingga bila kelak ia terpapar pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit. Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman (bakteri, virus, dan riketsia) atau racun kuman yang telah di lemahkan atau di
matikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu
(Depkes RI, 2009).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman
atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Hidayat, 2009).
2.1.2 Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit.
menurut Atikah, (2010) Secara umun tujuan imunisasi antara lain
1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3) Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita Menurut (Proverawati &Andini, 2010)
tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia.Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit Imunisasi memang tidak memberikan kekebalan 100 %,
tetapi pada umumnya dapat mencegah 96 %, sehingga apabila terkena tidak akan separah
jika tidak diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu daya
tahan tubuh anak, lingkungan dan kuman.Kalau anak kuat, status gizi baik, lalu terinfeksi
kuman yang jumlahnya sedikit dan tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak akan jatuh
sakit (Proverawati& Andini, 2010).
2.1.3 Macam-macam imunisasi dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah yaitu meliputi
Hepatitis B, BCG (Bacille Calmetee Guerin), Campak, polio dan Vaksin Pentavalen (DPT-HB-
HiB). Imunisasi dasar lengkap adalah program imunisasi yang dicanangkan pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi baru
lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak). Program imunisasi yang diwajibkan
pemerintah untuk memberikan imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B 1 kali pemberian, BCG
1 kali pemberian,DPT/HB/HiB (pentavalen) 3 kali pemberian dengan interval 4 minggu, polio 4
kali pemberian dengan interval 4 minggu dan campak 1 kali pemberian. (Hayati & Novita,
2014).
A. Jadwal Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
B. Jenis – Jenis Vaksin Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan dan mulut (Proverawati &Andini, 2010).
Jenis-jenis vaksin, yaitu sebagai berikut :
1) Vaksin BCG Vaksin BCG singkatan dari Bacille Calmette Guerin.Calmite dan Guerin
adalah dua orang ilmuwan dari Perancis yang mengembangkan vaksin BCG untuk
melawan penyakit Tuberculosis di awal abad ini.Vaksin BCG digunakan untuk
mencegah penyakit tuberkulosis (TBC).TBC merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis.Kuman TBC ditemukan oleh Robert
Koch pada tahun 1882 (Proverawati &Andini, 2010).
2) Vaksin Hepatitis B Hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada
manusia.Penyakit ini disebabkan oleh virus.Penyakit Hepatitis dapat dicegah dengan
imunisasi (Proverawati &Andini, 2010). Ada 2 macam hepatitis yaituVaksin Hepatitis
A, Vaksin Hepatitis B.
3) Vaksin Polio Vaksin polio adalah penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan
kaki.Kelumpuhan yang di akibatkan oleh virus polio dapat melumpuhkan anggota
tubuh
lainnya.Tetapi kelumpuhan banyak terjadi pada kaki sebelah (Proverawati &Andini,
2010). Ada 2 macam vaksin polio, yaitu : IPV (Injection Polio Vaksin), vaksin ini
diberikan melalui suntikan. OPV (Oral Polio vaksin), vaksin ini diberikan melalui
tetesan, keunggulan vaksin ini karena lebih praktis dan dapat langsung menangkal
serangan virus yang masuk ke dalam tubuh. Gejala yang umum dan mudah dikenal
adalah anak mendadak menjadi lumpuh pada salah satu anggota geraknya, setelah ia
menderita demam selama 2-5 hari. Bila kelumpuhan itu terjadi pada otot pernapasan,
mungkin anak akan meninggal karena sukar bernafas. Penyakit ini dapat langsung
menular dari seorang penderita polio atau dengan melalui makanan.Daya proteksi
vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100% (Proverawati &Andini, 2010).
4) Vaksin Campak Vaksin campak merupakan salah satu penyakit berjangkit.Campak
adalah infeksi virus yang menular.Gejala- gejalanya penyakit ini adalah demam,
batuk,
peradangan selaput ikat mata, dan ruam kulit.Vaksin campak diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan gondongan dan campak jerman.Vaksin disuntikan pada otot paha
atau lengan atas.Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9
tahun
ketika duduk di sekolah dasar (Proverawati &Andini, 2010).
5) Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB) Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB) adalah vaksin
DPT- HB ditambah HiB.Penyakit yang dapat dicegah petavalen adalah Difteri,
Tetanus, Hepatitis B, Radang selaput otak (meningitis), Batuk rejan / batuk 100 hari,
radang paru-paru. Cara pemberian yaitu Disuntikkan secara intramuskuler di
anterolateral paha atas pada bayi dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun, Tidak
dianjurkan pada bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf
siatik.Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal, Satu dosis adalah 0,5
ml.
waktu pemberian Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi yang baru lahir.
Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan
pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulandan anak usia 1,5 tahun. Vaksin ini aman dan
efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan
suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus
disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Efek samping jenis dan angka kejadian reaksi
simpang yang berat tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B
dan Hib yang diberikan secara terpisah.Kontra indikasi dosis berikutnya Hipersensitif
terhadap komponen vaksin atau reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi
sebelumnya atau bentuk- bentuk reaksi sejenis lainnya.Kontraindikasi dosis pertama
DPT Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
lainnya (Hayati & Novita, 2014).
C. Efek samping Terjadinya Reaksi Pada Tubuh Bayi Setelah Imunisasi
Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah
imunisasi, kejadian ini umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.Pada
keadaan tertentu lama pengamatan Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi dapat mencapai masa 42
hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella) atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak
vaccine-strain.pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak dan infeksi virus polio
(proverawati, 2010)
2.1.4 Imunisasi BCG
A. Pengertian Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil
yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis
tetapi mengurangi risiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan
tuberkulosis milier (Ranuh,2008)
B. Waktu pemberian Imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi pada usia 0 - 2
bulan, apabila BCG diberikan di atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif
C. Cara pemberian dan dosis:
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan
dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct Scheering (ADS) 5 ml.
2) Dosis pemberian: 0,05 ml.
3) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
D. Kontra Indikasi Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi :
1) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti, furunkulosis
, dan sebagainya.
2) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC.
E. Efek samping Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti
deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang- kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya (proverawati, 2010).
2.2. Konsep Pengetahuan
A. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2010).
B. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010),Pengetahuan yang mencakup di
dalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali(recall).
Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan
menyatakan
2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
pemikiran terhadap suatu materi atau obyek(Notoatmodjo, 2010).
C. Cara memperoleh pengetahuan Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu
1) Cara coba-salah (Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan
keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka
cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/
coba- coba.
2) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli- ahli ilmu pengetahuan. Prinsip
cara ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah
benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
D. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
1) Umur Usia adalah umur individu terhitung mulai saat lahir sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
2) Pendidikan Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
3) Pekerjaan Pekerjaan dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu
pengetahuan karena adanya saling mewnukar informasio antara teman – teman di
lingkungan kerja.
4) Pengalaman Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik
dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara
pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak
akan mengulangi cara itu.
5) Kepercayaan Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa
menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan.Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau
nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai
tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali
mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010).
2.2.1. Konsep Dukungan Keluarga
A. Definisi keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga ,berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ali
(2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya
dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
B. Definisi dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock,
2010). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010). Dukungan keluarga
merupakan hubungan interpersonal yang didalamnya berisi pemberian bantuan yang
melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan
instrumental yang diperoleh ibu postpartum blues melalui interaksi dengan lingkungan,
dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat
membantu ibu postpartum dalam mengatasi masalahnya. Dukungan keluarga merupakan
salah satu variabel penting yang membantu ibu postpartum primipara dalam mengahadapi
permasalahan dan pemecahan masalah setelah proses melahirkan (Yanti, 2012). Menurut
House dalam Smet (2004) yang menyatakan bahwa melalui dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental serta dukungan informatif dapat bermanfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan psikologis.Dukungan yang diperoleh ibu postpartum primipara
dapat mencegah berkembangnya masalah dan dapat megurangi tekanan dalammenghadapi
adaptasi setelah melahirkan. Tanpa dukungan keluarga ibu postpartum primipara tidak
mampu menyelesaikan masalah-masalah yang akan terjadi setelah melahirkan.
C. Bentuk-bentuk dukungan keluarga Dukungan keluarga menurut Friedman (2010)
adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.Jadi
dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memperhatikan.
Menurut Chaplan, (1976) dalam Ali (2009) bentuk dukungan keluarga terdiiri dari empat
macam dukungan yaitu:
1) Dukungan informasional Yang bersifat informasional dapat berupa sarana pengarahan
dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan masalah antara lain keluarga
mengetahui anggota keluarganya telah memasuki masa tua, keluarga mengetahui
masalah/penykakit yang biasa terjadi pada orang usia lanjut, keluarag mengetahui sebab-
sebab lansia rentan terhadap masalah penyakit keluarga mengenali gejala-gejala yang terjadi
apabila lansia mengalami masalah/sakit dan keluarga mengganggap perawatan pada orang
tua itu penting
2) Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik membimbing
dan menangani pemecahan masalah serta sebagai sumber dan validator identitas anggota.
Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif
terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.
3) Dukungan instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan
konkrit.Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan secara langsung misalnya berupa
penyediaan barang-barang/jasa yang diperlukan.
4) Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istrahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.Merupakan dukungan emosional
yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan pengertian terhadap orang yang
bersangkutan misalnya penegasan, reward, pujian dan sebagainnya.
2.2.3 Konsep Imunisasi
A. Pengertian Imunisasi
Kata imun berasal dari Bahasa latin (imunitas) yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.dalam sejarah
istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan
terhadap penyakit,dan lebih spesifik lagi,terhadap penyakit menular.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua agar tumbuh kembang
anak tidak terganggu.salah satu hal yang patut dicermati adalah kesehatan anak.jangan
sampai dimasa emas pertumbuhannya,anak terjangkit penyakit yang membahayakan fisik
apalagi jiwanya oleh karena itu,orang tua mesti waspada terhadap penyakit yang
senantiasa mengancam kesehatan anak.”lebih baik mencegah dari pada mengobati”.ini
ungkapa yang tepat,karena dalam dunia kesehatan modern seperti sekarang,bukan lagi
soal pengobatan yang terpenting,melainkan cara pencegahannya.sebab,apabila tindakan
yang dilakukan menunggu anak sakit terlebih dahulu,maka biayanya bisa menjadi
semakin tinggi. Salah satu cara yang tepat untuk mengantisipasi kemungkinan anak
terinfeksi penyakit sewaktu-waktu mengancam ialah pemberian imunisasi sebagaimana
yang dianjurkan.imunisasi sangat diperlukan demi memberikan
perlindungan,pencegahan,sekaligus membangun kekebalan tubuh anak terhadap berbagai
penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan
tubuh,bahkan kematian.(Mahayu,2014:85).
Pemberian imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal bukan hanya bermanfaat
untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap penyakit,melainkan juga mencegah
penularan penyakit atau wabah.imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan
kekebalan kepada anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.sedangkan yang dimaksd vaksin adalah
bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukkan zat anti,yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,DPT,dan campak) dan mulut
(contohnya,Vaksin polio).
B. Jenis – Jenis Imunisasi
1.) Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah “inmuno globulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakit campak (measles pada anak).
2.) Imunisasi aktif (active immunization)
a.) Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk memberi tubuh kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B,penyakit hepatitis disebabkan oleh virus yang telah
mempengaruhi organ liver(hati).bayi yang terjangkit virus hepatitis beresiko
terkena kanker hati atau kerusakan pada hati.penularan virus hepatitis B biasanya
disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh(darah,air liur,air mania atau dari
ibu ke anak pada saat melahirkan).gejala yang dirasakan oleh penderita penyakit
hepatitis B mirip flu,yaitu hilangnya nafsu makan,mual,rasa Lelah,mata kuning
dan muntah serta demam,urine menjadi kuning,dan sakit perut.
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui
intramuscular,sedangkan yang diberikan sesaat pada usia 0-7 hari yaitu vaksin B-
PID.efek samping yang tejadi yaitu berupa reaksi local seperti rasa
sakit,kemerahan dan pembungkukan disekitar tempat penyuntikan ,reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
b.) BCG
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan TBC
(tuberculosis).kemasan vaksin BCG dalam 1 ampul,beku kering di larutkan ke
4ml pelarut.imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan sebanyak 0,05cc
yang disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,akan timbul indurasi dan
kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule,kemudian pecah
menjadi luka.luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan.
c.) DPT
Imunisasi DPT adalah vaksin yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri,pertussis(batuk
rejan/batuk serratus hari),dan tetanus.DPT berfungsi untuk mencegah penyakit
diptheri,pertusisi,dan tetanus.vaksin DPT dilakukan 3 kemasan
sekaligus,pemberian imunisasi DPT dilakukan 3 kali mulai bayi berumur 2 bulan
sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu melalui injeksi intramuscular pada
paha tengah luar.sedangkan efek samping pemberian imunisasi DPT yaitu
demam.
d.) Polio
Polio dapat menyebabkan gejala ringan atau penyakit yang sangat
parah.penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sitem saraf.polio dapat
menyebabkan demam,muntah-muntah,dan kekakuan otot-otot dan dapat
menyerang saraf-saraf.diantara dua sampai 5 persen penderita polio meninggal.
Imunisasi polio berfungsi untuk mencegah penyakit poliomilitis.diberikan 4
kali(polio I,II,dan IV)dosis pemberian imunisasi polio sebanyak 2 tetes kedalam
lidah.
e.) Campak
Imunisasi campak diberkan untuk mencegah penyakit campak
(mesles).pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali,dapat dilakukan
pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5cc.sebelum disuntikkan,vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5ml
cairan pelarut.
f.) Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dan calon pengantin,imunisasi ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya tetatus pada bayi yang akan dilahirkan.
C. Jadwal Pemberian Imunisasi
Sangat bagi para orang tua mengetahui jadwal imunisasi yang diberikan kepada si
buah hati.dengan adanya jadwal tersebut,diharapkan tidak ada imunisasi yang
terlewatkan.jadwal imunisasi ini adalah yang harus diberikan kepada anak.

No Jenis 1 2 3 4 5 6 9 15
Imunisas
i
1 Hepatitis 1 II III
B
2 BCG X
3 DPT I I III
4 Polio 1 II II IV
5 Campak X

D. Macam Kekebalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit, menular dapat digolongkan menjadi 2 yakni:

1)      Kekebalan tidak spesifik (non-spesifik resistance)

Yang dimaksud factor-faktor khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang
secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya, kulit air
mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-reflek
tertentu misalnya batuk dan bersin dan sebagainya.

2)      Kekebalan spesifik (specipic resistance)

Kekebalan specipic dapat diperoleh dari dua sumber yakni:

a)      Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan dengan ras
(warna kulit dan kelompok-kelompok etnis).

b)      Kekebalan yang diperoleh (acquaied immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.
Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat fasif. Kekebalan aktif dapat
diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Kekebalan juga dapat
diperoleh melalui imunisasi, yang berarti kedalam tubuhnya dimasukan
organisme pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara
(dalam waktu pendek saja).
E.     Factor-faktor yang Mempengaruhi Kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain umur, sek, kehamilan, gizi dan
trauma.

1)      Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah
terserang. Dengan dengan kata lain orang pada usia sangat  muda atau usia tua lebih
rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin
disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2)      Jenis Kelamin

Untuk penyakit menular tertenu seperti polio dan diphtheria lebih parah terjadi pada
wanita dari pada pria.

3)      Kehamilan

Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit
menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis.

4)      Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-
penyakit infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang
terhadap penyakit infeksi.

5)      Trauma

Stress salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang
terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
2.3 Landasan Teori
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh dengan cara memasukan cairan
kedalam tubuh yang akan berfungsi untuk melawan penyakit berbahaya. Pemberian
imunisasi dapat dilakukan kepada anak secara bertahap berdasarkan jenis imunisasi yang
akan diberikan kepada anak. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah
untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.Beberapa penyakit yang dapat
dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk
rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya. Saat ini, imunisasi sudah dikenal luas
dikalangan masyarakat, namun partisipasi masyarakat untuk memberikan imunisasi kepada
anak masih tergolong rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi partisipasi keluarga
terhadap pemberian imunisasi, sebagaimana disampaikan oleh Gunardi dkk (2009) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian imunisasi antara lain adalah
pengetahuan orang tua, dukungan keluarga, pendapatan keluarga, sikap orang tua,
lingkungan dan sosial budaya setempat.
Menurut Ranuh,dkk.(2008) bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi
pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh
atau sekedar ikut-ikutan, maka akan berpengaruh pada pemberian imunisasi pada anaknya
tidak sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya. Apabila pengetahuan ibu tentang
pemberian imunisasi baik diharapkan pemberian imunisasi bisa sesuai dengan jadwal
sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya
berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan.
Faktor lain yang mempengaruhi ketepatan imunisasi di atas adalah dukungan keluaraga.
Friedman (2003) menyatakan bahwa bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan
dapat berupa dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan
dukungan emosional.Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting, karena
berkaitan langsung dengan kebutuhan penunjang orang tua dalam memberikan imunisasi
kepada anaknya. Sebab jika tidak ada dukungan dari keluarga maka, proses pemberian
imunisasi kepada anak akansangat sulit dilaksanakan. Dalam hal ini, salah satunya berkaitan
dengan kesiapan keluarga untuk mengantar anak ke posyandu atau klinik untuk diberikan
imunisasi.
2.4 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Imunisasi
Pada penelitian Eva Supriatin tahun 2015 Hubungan antara dukungan keluarga dengan
ketepatan waktu ibu dalam pemberian imunisasi BCG pada bayi di Kecamatan Cicendo Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Dari data yang disajikan pada tabel di atas terlihat bahwa dari
33 orang ibu yang tidak tepat waktu dalam pemberian imunisasi campak, lebih dari setengahnya
sebanyak 18 orang (54,5%) memiliki dukungan keluarga yang kurang. Dan dari 53 orang ibu yang tepat
waktu dalam pemberian imunisasi campak, lebih dari setengahnya sebanyak 38 orang(71,7%) memiliki
dukungan keluarga yang baik. Dari hasil analisis chi square, diperoleh p-value sebesar 0,027 < 0,05. Hal
ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan ketepatan
waktu ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi di Kecamatan Cicendo Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Tingginya dukungan keluarga terutama suami terhadap ketepatan
waktu pemberian imunisasi campak di Kecamatan Cicendo menunjukan bahwa dukungan keluarga
terutama suami dalam melakukan suatu tindakan sangat berperan.Dukungan suami memegang peranan
penting untuk memebentuk suatu kepatuhan dalam diri ibu karena dengan adanya dukungan membuat
keadaan dalam diri ibu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku untuk patuh dalam pemberian
imunisasi campak sesui dengan umur yang telah ditentukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Effendi, dkk (2010) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan
suami dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar, diperoleh hasil bahwa ada hubungan
yang bermakna antara dukungan suami dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi dasar.
Menurut Muamalah (2006) kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu yang positif terhadap imunisasi
harus mendapat konfirmasi dan dukungan dari suami.

2.5 Keaslian Penelitian


Tabel 2.5 Analisa PICOT Dari Jurnal Penelitian Sebelumnya
1. Jurnal 1
2. Judul Jurnal Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Ketepatan
Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi Di Pasar Kaliki Bandung
P (Problem) 33 orang kurang dukungan ketepatan waktu pemberian imunisasi

I (Iintervention) Dari hasil penelitian diketahui hampir setengahnya umur responden


adalah dewasa (20-35 tahun) yaitu sebanyak 42 orang (48,84%).
Dimana pada usia tersebut pola pikir seseorang sudah cukup
dewasa,sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden
tentang imunisasi BCG.

C (Comparison) -

O (Outcome) Dari data yang disajikan terlihat bahwa dari 33 orang ibu yang tepat
waktu dalam pemberian imunisasi BCG,lebih dari setengahnya
sebanyak 18 orang (54,5%) memiliki dukungan keluarga yang
kurang.dan dari 53 orang ibu yang tepat waktu dalam pemberian
imunisasi BCG ,lebih dari setengahnya sebanyak 38 orang (71,7%)
memiliki dukungan keluarga yang baik.
T (Time) Dilakukan 3 hari pada tanggal 21 april 2016 sampai dengan 23 april
2016

2. Jurnal 2
3. Judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Imunisasi
Jurnal Polio Di Posyandu RW 10 Kampung Banteng Kota Semarang

P (Problem) Sebanyak 40 ibu memiliki sikap ibu tentang ketepatan imunisasi

I (Intervention) Setelah dilakukan penelitian pada 40 ibu didapatkan hasil bahwa sikap
ibu tentang ketepatan imunisasi BCG pada bayi di posyandu RW.10
kampung banteng kota semarang paling banyak mempunyai sikap
mendukung yaitu 24 ibu (60%).

C (Comparison) -

O (Outcome) Dari hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan sikap ibu dengan
ketepatan imunisasi BCG di posyandu RW 10 kampung banteng kota
semarang,dapat disimpulkan sebagai berikut:sebagian besar ibu di
posyandu RW 10 kampung banteng kota semarang memiliki
pengetahuan cukup dan ketepatan imunisasi tidak tepat sebanyak 10
(52,6%),sedangkan sikap mendukung dan tepat imunisasi sebanyak 14
(58,3%)

T (Time) Dilakukan 6 hari pada tanggal 13 maret 2015 sampai dengan 18 maret
2015

3. Jurnal 3
Judul Jurnal Hubungan Tingkat Pendidikan,pekerjaan,dan
pengetahuan ibu dengan ketepatan jadwal
imunisasi BCG di wilayah kerja puskesmas
sukoharjo
P (Problem) Untuk mengetahui ibu tingkat ketepatan
imunisasi BCG
I (Intervention) Memberi motivasi dan dukungan

C (Comparison) -

O (Outcome) Sebagian besar tingkat pendidikan ibu di


wilayah kerja Puskesmas Weru termasuk
kedalam kategori sedang yaitu tamat SMP
dam SMA sebanyak 174 responden
(80,5%), sebagian besar ibu tidak bekerja
sebanyak 180 responden (83,3%), dan
sebagian besar ibu berpengetahuan baik
sebanyak 194 responden (89,8%). Kemudian
responden yang mengimunisasikan anaknya
tepat waktu ada 174 (80,6%) dan yang
tidak tepat ada 42 (19,4%).
Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan ketepatan melakukan
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas
Weru (nilai p=0,403).
Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan ketepatan melakukan imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Weru
(nilai p=0,166).
Tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan ketepatan melakukan
imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas
Weru (nilai p=0,152).

T (Time) -
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual


Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Ketepatan waktu Pemberian
Imunisasi BCG pada bayi di PKM jajag.

Faktor yang mempengaruhi Ketepatan Indikator


ketepatan imunisasi BCG waktu ketepatan waktu
pemberian pemberian
1.Umur
imunisasi BCG imunisasi
2.Pendidikan
1.Baik
3.Pekerjaan
2.Cukup
4.Pengalaman
3.Kurang

Kuesioner (Lienda,2009)
5.Pengetahuan
Dampak-dampak jika
tidak diberikan
ketepatan waktu
pemberian obat
Keterangan Hingga saat ini belum
ada penelitian yang
: Variabel yang diteliti membuktikan bahwa
tidak ketepatan waktu
pemberian obat bisa
: Variabel yang tidak diteliti menjadi fatal

: Adanya hubungan

Gambar 2.1. Kerangka konsep Hubungan Pengetahuan Tentang Imunisasi BCG terhadap
perilaku ibu dari bayi pada saat memberikan imunisasi BCG

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau pertanyaan
peneliti (Nursalam,2013)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi bcg pada bayi di wilayah
kerja Puskesmas Jajag Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020”

Anda mungkin juga menyukai