Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH

PADA BY. K UMUR 9 BULAN DENGAN IMUNISASI CAMPAK


DI POSYANDU VALENTIN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PEMATANG KANDIS

Disusun Oleh:
Rini Apriyani
(PO71242230235)

Dosen Pembimbing:
Titik Hindriati., S.PD., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN KEBIDANAN


PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit dengan pemberian
vaksin. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau hidup yang dilemahkan, masih utuh
atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Permenkes, 2017).
Program imunisasi adalah imunisasi yang diwajibkan kepada
seseorang dalam hal ini adalah balita dalam rangka melindungi dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Data Kemenkes
menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) baru mencapai
33,4% dari target 92%. Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka
kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah
dengan imunisasi masih terbilang tinggi. Laporan WHO tahun 2020
menyebutkan bahwa terdapat 20 juta anak belum mencapatkan pelayanan
imunisasi untuk balita di seluruh dunia secara rutin setiap tahun (WHO,
2022).
Berdasarkan Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi dijelaskan bahwa imunisasi dasar untuk bayi
terdiri atas imunisasi Hepatitis B (sebanyak 5 kali), poliomyelitis,
tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus, pneumonia, meningitis, dan campak.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar (Permenkes,
2017).
Cakupan imunisasi dasar lengkap di Provinsi Jambi sebesar 96,47%
pada tahun 2022 meningkat dari tahun 2021. Naiknya cakupan ini
dikarenakan new normal pasca pandemic Covid-19. Cakupan tertinggi
imunisasi dasar lengkap tertinggi adalah Sarolangun (131,31%), Tebo
(114,69%), Tanjung Jabung Timur (109,23%), Merangin (106,06%), dan
Sungai Penuh (76,05%) dengan capaian terendah (Profil Kesehatan Jambi,
2022).
Berdasarkan data, di Provinsi Jambi sendiri target sasaran anak usia 9-
12 tahun yang wajib diimunisasi adalah sebanyak 771.540 ribu. Saat ini
untuk capaian imunisasi Campak dan Rubela baru 64 persen. Angka itu
menempati urutan ke-3 secara nasional. di Provinsi Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur menempati posisi paling tinggi dengan cakupan
imunisasi BIAN Campak dan Rubela sebesar 80,9%. Bungo 75%, Sungai
Penuh 72%, Muaro Jambi 69%, Batanghari 67%, Tanjung Jabung Barat
67%, Sarolangun 66%, Kerinci 64%, Tebo 61%, Merangin 54%, dan Kota
Jambi 50%. Untuk Kota Jambi, baru 57.770 anak yang sudah melakukan
imunisasi Campak dan Rubela. Masih ada 57.524 anak yang belum
melakukan imunisasi dan harus dikejar. Kabupaten Merangin baru 46.934
anak yang sudah imunisasi. Masih 39.295 anak yang harus dikejar.
Kemudian Kabupaten Muaro Jambi masih harus mengejar sebanyak 30.403.
Dampak dari tidak dilakukan imunisasi mengakibatkan anak menjadi
difabel, bahkan bisa meninggal. Jika tidak diantisipasi, rendahnya cakupan
imunisasi bisa menimbulkan bencana penyakit baru (seperti wabah campak,
difteri, dan tuberculosis). Pemberian imunisasi tidak lepas dari peran orang
tua. Riset membuktikan bahwa pengetahuan, sikap, Pendidikan, dukungan
suami, pekerjaan, pendapatan menyumbangkan peran dalam menentukan
pengambilan keputusan untuk melaksanakan imunisasi (Yuliana, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana Asuhan Kebidanan Pada By. K Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi
Campak Di Posyandu Valentin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang
Kandis Tahun 2023.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
kebidanan Pada By. K Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak Di
Posyandu Valentin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kandis
Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar pada by. K
umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin di
wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
b. Mampu mengintepretasi data dasar pada by. K umur 9 bulan
dengan imunisasi campak di posyandu valentin di wilayah kerja
puskesmas pematang kandis tahun 2023.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada.
By. K umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin
di wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera pada
by. K umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin
di wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
e. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan pada by.
K umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin di
wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
f. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan pada by. K
umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin di
wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
g. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan pada
by. K umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin
di wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.
h. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada
by. K umur 9 bulan dengan imunisasi campak di posyandu valentin
di wilayah kerja puskesmas pematang kandis tahun 2023.

C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga bayi tetapi juga
pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi.
Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I
tersebut.
Jenis imunisasi terdiri dari imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah imunisasi yang merangsang tubuh untuk menghasilkan kekebalan
secara aktif spesifik terhadap suatu penyakit. Imunisasi aktif dilakukan
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh seseorang. Vaksin adalah
bahan biologis yang berupa kuman yang telah dilemahkan atau
dimatikan, utuh atau sebagian, atau berupa toksin dan bahan tiruan
kuman yang dimasukkan kedalam tubuh guna menimbulkan kekebalan
secara spesifik. Sedangkan imunisasi pasif yaitu imunisasi yang
dilakukan dengan memasukkan zat antibodi kedalam tubuh seseorang
untuk meningkatkan kadarnya didalam tubuh sehingga kekebalan bukan
dihasilkan langsung oleh tubuh (Pratiwi, 2012).

b. Tujuan Imunisasi
Sistem kekebalan tubuh anak dan balita masih rendah sehingga
mudah terserang penyakit. Untuk itu diperlukan imunisasi lengkap dan
teratur untuk memberikan kekebalan agar dapat mencegah penyakit dan
menurunkan risiko kesakitan dan kematian bayi dan anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (Proverawati& Andini,
2010).
Imunisasi memang tidak memberikan kekebalan 100 %, tetapi
pada umumnya dapat mencegah 96 %, sehingga apabila terkena tidak
akan separah jika tidak diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu daya tahan tubuh anak, lingkungan
dan kuman.Kalau anak kuat, status gizi baik, lalu terinfeksi kuman yang
jumlahnya sedikit dan tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak akan
jatuh sakit (Proverawati& Andini, 2010).
c. Manfaat Imunisasi
1) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3) Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara
(Proverawati & Andhini, 2010).
d. Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak
menimbulkan efek - efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam yaitu:
1) Imunisasi aktif merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
merersponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau
campak.
2) Imunisasi pasif merupakan suatu proses peningkatan kekebalan
tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh
imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada
orang yang mengalami luka kecelakaan (Proverawati & Andhini,
2010).
e. Jenis Imunisasi Dasar Bayi
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah
yaitu meliputi Hepatitis B, Bacille Calmetee Guerin (BCG), Campak,
polio dan Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB). Imunisasi dasar lengkap
adalah program imunisasi yang dicanangkan pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini
diberikan mulai dari bayi baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan
(campak). Program imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk
memberikan imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B 1 kali pemberian,
BCG 1 kali pemberian, DPT/HB/HiB (pentavalen) 3 kali pemberian
dengan interval 4 minggu, polio 4 kali pemberian dengan interval 4
minggu dan campak 1 kali pemberian. Selain imunisasi yang di wajibkan
ada imunisasi yang di anjurkan pemerintah yaitu HiB (Hemophilus
Influenza Type B), MMR (Measles,mumps, rubella), Tifoid, Hepatitis A,
Varicella, jadi sifatnya tidak wajib (Hayati & Novita, 2014).
1) Imunisasi BCG
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis 16 dan mycobacterium
bovis (Enric et. al., 2017). Tuberculosis paling sering menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ lain seperti selaput otak, tulang,
kelenjar superficialis, dan lain-lain. BCG adalah vaksin hidup yang
dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan berulang 1-3 tahun,
sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas (Dewi, 2012).
a) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi
umur < 2 bulan di lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat
dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya
diberikan INH profilaksi dulu, apabila pasien kontak sudah tenang
bayi dapat diberi BCG (Ranuh, 2008). Vaksin BCG diberikan
secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml
untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya
diberikan pada deltoid kanan (lengan kanan atas) (Dewi, 2012).
b) Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi
pada anak. Imunisasi BCG tidak dianjurkan pada anak dengan
reaksi uji tuberkulin > 5 mm, terinfeksi HIV atau dengan resiko
tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid,
sedang menjalani terapi radiasi, penyakit keganasan pada tulang
dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita penyakit
infeksi kulit yang luas, pernah menderita tuberculosis, dan
kehamilan (Dewi, 2012).
c) Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum. Reaksi yang tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak
perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan
tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya (Sari, D,
2018).

2) Imunisasi Dipteri, Pertusis, Tetanus (DPT)


Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis
(batuk rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan
berat yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat
menyebar ke sistem saraf dan jantung sehingga berakibat kematian
(Peter et.al., 2017). Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari) yang
disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa batuk,
mata merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan
sedangkan tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yang disebarkan melalui luka yang dalam. Gejala tetanus berupa
kejang, mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang, disertai keringat
dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking)
pada 3 sampai 28 hari setelah lahir (Pratiwi, 2012).
a) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5
ml sebanyak 3 dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Imunisasi rutin
pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18
bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan vaksin DPT
yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-80C, vaksin belum kadaluarsa,
tidak pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga (Depkes RI,
2009).
b) Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir
merupakan kontraindikasi pertusis. Gejala tersebut seperti
penyakit-penyakit yang mengenai sistem saraf pusat berupa infeksi
atau kongenital. Anak-anak yang mengalami gejala berat tersebut
pada pemberian dosis pertama komponen vaksin pertusis perlu
dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi dapat
diberikan vaksin DT.
c) Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa
sakit ditempat penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak
mungkin akan demam pada sore hari setelah mendapat vaksin dan
akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami demam lebih
dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain (Margareta, 2009).
Efek samping lain seperti rasa sakit ditempat suntikan dan
peradangan akan sembuh dengan sendirinya. Kejang merupakan
efek samping yang jarang ditemui. Jika terdapat kejang pada anak
maka vaksin pertusis harus dihilangkan pada imunisasi selanjutnya
(Dewi, 2012).
3) Imunisasi Hepatitis-B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Gejala
biasanya bersifat asimptomatik dan kronis serta dapat menimbulkan
sirosis hati. Vaksin hepatitis B mengandung HBsAg (antigen
permukaan) dari virus hepatitis B (sari, D, 2018).
a) Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada usia 0-11 bulan melalui
injeksi intramuskuler dengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan
secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian
suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak suntikan satu bulan
untuk suntikan 1 dan 2, dan lima bulan untuk jarak suntikan 2 dan
3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
(Novitasari, 2015).
b) Kontraindikasi
Riwayat alergi merupakan kontraindikasi utama imunisasi
Hepatitis B. Riwayat alergi atau hipersensitifitas yang dimaksud
yaitu terhadap ragi serta riwayat efek samping yang berat pada
penyuntikan dosis pertama (Depkes RI, 2009).
c) Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B
umumnya ringan. Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri,
bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot dengan reaksi
ringan dan sembuh dalam 1- 2 hari (Dewi, 2012)
4) Imunisasi Polio
Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polimielitis.
Penyakit ini disebabkan oleh virus polio pada medulla spinalis yang
menyebabkan kelumpuhan. Virus vaksin ini akan menempatkan diri di
usus dan akan memacu pembentukan antibodi dalam darah maupun
epitelium usus sehingga akan memberikan perlindungan terhadap
virus yang masuk kemudian (Dewi, 2012).
a) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan
IV yang diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian
sebanyak dua tetes (0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak
interval 4 minggu. Penetes (dropper) harus diganti dengan yang
baru setiap kali membuka vial yang baru (Istriyati, 2011).
b) Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak
boleh menerima vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin
polio antara lain anak dalam keadaan penyakit akut, demam >38 0C,
muntah atau diare berat, anak dengan imunosupresi atau sedang
dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki keganasan yang
berhubungan dengan retikuloendotelial.
c) Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian
imunisasi polio (Margareta, 2009). Efek samping yang serius
seperti lumpuh layu (paralisis) jarang terjadi (Istriyati, 2011).
5) Imunisasi Campak
Vaksin campak merupakan virus campak yang dilemahkan
dengan fungsi memberikan kekebalan aktif terhadap campak.
Imunisasi campak bertujuan untuk mencegah penyakit campak karena
penyakit ini sangat menular dan sering menyebabkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) (Novitasari, 2015).

a) Cara Pemberian dan Dosis


Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-
11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak
dilarutkan dalam cairan pelarut steril sebanyak 5 ml kemudian
disuntikkan di lengan kiri atas secara subkutan (Novitasari, 2015).
b) Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak
dengan imunodefisiensi (Imun lemah) atau individu dengan
gangguan imun akibat leukimia dan lymphoma merupakan
kontraindikasi pemberian vaksin campak (Depkes RI, 2017).
c) Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada beberapa variasi temuan,
efek samping vaksin campak hidup (tunggal atau gabungan)
umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan
(Pratiwi, 2011).
6) Jadwal Pemberian Imunisasi
B. Tinjauan Tentang Imunisasi Campak
a. Pengertian
Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles.
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala
penyakit Campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit
(rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau mata merah
(conjunctivitis). Penyakit ini akan sangat berbahaya bila disertai dengan
komplikasi pneumonia, diare, meningitis, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya inang (reservoir), walaupun
monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan dalam penularan (Kemenkes
RI, 2018).
Setiap orang yang belum pernah divaksinasi Campak atau sudah
divaksinasi tapi belum mendapatkan kekebalan, berisiko tinggi tertular
Campak dan komplikasinya, termasuk kematian. Tidak ada pengobatan
untuk penyakit campak, namun penyakit ini dapat dicegah.
b. Indikasi Imunisasi Campak
Vaksin campak diindikasi pada anak usia 9-11 bulan untuk memberi
imunisasi aktif melawan infeksi yang disebabkan oleh virus campak
(genus morbilivirus).
c. Kontraindikasi Imunisasi Campak
Sebaiknya tidak diberikan pada orang yang punya riwayat kejang
demam, demam berat.
d. Efek Samping
Tidak ada efek samping dalam imunisasi. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi
adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian
ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi (Kemenkes RI,
2018). Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikkan reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya berkurang dalam 8 – 10 hari setelah
vaksinasi.
e. Dosis dan penggunaan
1) Vaksin campak disuntikkan secara subkutan, suntikan di bagian otot
deltoid sepertiga lengan bagian atas.
2) Waktu pemberian pada umur 9 bulan, diberikan sebanyak 1x.
f. Cara Penyimpanan
Vaksin campak harus didinginkan pada suhu yang sesuai (2 – 8 oC)
karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin campak.
Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin tersebut tidak akan
mampu menginduksi respons imun.
g. Cara pemberian Imunisasi campak
1) Melarutkan vaksin campak (vaksin beku kering)
a) Cek label flacon vaksin, berapa cc pelarut yang dibutuhkan.
b) Ambil semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.
c) Semprit dan jarum ini hanya dipergunakan untuk oplos bukan untuk
suntikan.
d) Buka ampul pelarut/ flacon pelarut yang diperlukan.
e) Sedotlah pelarut ke dalam semprit.
f) Bersihkan tutup flacon dengan kapas basah dan masukkan pelarut ke
dalam vaksin campak.
g) Kocok sampai vaksin betul-betul tercampur.
2) Mengatur posisi bayi
a) Dudukkan bayi di pangkuan ibu.
b) Lengan kanan bayi dijepit di ketiak ibunya.
c) Ibu menopang kepala bayi.
d) Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi.
3) Mengisi semprit
a) Ambil semprit 1 cc yang telah steril dan jarum ukuran no. 23
gunakan jarum yang sama untuk mengisi semprit dan menyuntik
anak.
b) Bersihkan tutup karet flacon yang akan digunakan dengan kapas
basah.
c) Isap 0,5 cc vaksin ke dalam semprit.
d) Semprit ditegakkan-luruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara. Apabila ada gelembung udara ketuk pelan-pelan supaya
gelembung naik ke atas lalu dorong piston sehingga gelembung
udara keluar.
h. Cara penyuntikan vaksin campak
1) Tempat yang akan disuntik adalah sepertiga lengan kiri bagian atas.
2) Ambil sedikit kapas yang telah dibasahi dengan air bersih dan
bersihkan sekitar kulit lengan yang akan disuntik.
3) Jepitlah lengan yang hendak disuntik dengan jari tangan kiri.
4) Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira 45
derajat terhadap lengan, jangan masukkan jarum terlalu dalam, kontrol
jarumnya dengan cara menekan semprit dengan tangan anda, lalu
tariklah sedikit pistonnya untuk meyakinkan bahwa jarum tidak
mengenai pembuluh darah, bila mengenai pembuluh darah jarum
dicabut, pindahkan ke tempat lain.
5) Tekan pistonnya pelan-pelan dan suntikkan sebanyak 0,5 cc.
6) Cabut jarum dan usap bekas suntikan dengan kapas yang untuk
membersihkan kulit tersebut.
i. Hal-hal yang harus diperhatikan
1) Vaksin diberikan secara subcutan
2) Vaksin dilarutkan dengan HCL 5 cc
3) Vaksin terhindar dari sinar matahari dan berada di tempat yang bersuhu
2 – 8oC
4) Jangan melarutkan vaksin sebelum siap diberikan.
5) Sisa vaksin dibuang dan tidak dapat dipakai setelah 3 jam pemakaian.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal : 16 – 12 – 2023 Jam : 09.00 WIB.
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama bayi : By. “A”
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 8 Bulan
Status anak : Anak kandung
Nama ibu : Ny. “K” Nama bapak : Tn. “J”
Umur : 23 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S 1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Pematang Kandis Alamat : Pematang Kandis

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan campak anaknya.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan dan waktunya untuk
pemberian imunisasi campak dan sekarang dalam keadaan sehat,
hanya pilek.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di rumah sakit,
tidak pernah menderita gabag, batuk serta diare biasa.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit campak, maupun dalam keluarganya tidak pernah menderita
penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV/AIDS), maupun penyakit
menurun (darah tinggi, jantung, DM, asma, ginjal).
6. Riwayat neonatal
a. Prenatal
Ibu hamil pertama UK 9 bulan, selama hamil ibu rutin periksa ke
bidan 6 x, keluhan mual muntah pada TM I, obat yang didapat B6,
tablet Fe, vitamin, antasit, kalk dan selama hamil ibu tidak pernah
sakit.
b. Natal
Ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama lahir spontan,
ditolong bidan, dengan usia kehamilan 9 bulan dan segera
menangis, BBL : 3200 gram, PBL : 49 cm, jenis kelamin
perempuan, tanggal lahir 15 Maret 2023.
c. Post natal
Setelah bayi lahir diberi ASI 8 x/hari atau jika bayi menangis.
7. Riwayat imunisasi
HB Sejak lahir
BCG 16-04-2023
DPT HB combo 16-05-2023 16-06-2023 16-07-2023
Polio 16-05-2023 16-06-2023 16-07-2023
8. Kebutuhan dasar bayi
a. Pola nutrisi
Pasien mendapatkan ASI dan ditambah dengan nasi tim
kadang nasi dengan sayur.
b. Pola istirahat
Pagi : Setelah selesai mandi dan makan langsung tidur jam
07.30 – 10.00 WIB
Siang : Jam 13.00 – 14.00 WIB
Malam : Jam 19.30 – 04.00 WIB terkadang terbangun jika BAK
dan BAB
c. Pola aktivitas
Ibu mengatakan anaknya bisa duduk sendiri, merangkak,
berdiri dengan berpegangan dengan bantuan ibu.
d. Pola eliminasi
BAK : 5 – 6x/hari warna kuning, bau khas.
BAB : 2x/hari warna kuning konsistensi lembek.
e. Pola personal hygiene
Mandi 2x/hari pagi (jam 06.00 WIB) dan sore (jam 16.00 WIB),
keramas setiap mandi, ganti baju dan popok tiap kali basah dan
selesai mandi.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum : Baik
TTV : Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,7 oC
RR : 36x/menit
Antopometri BB : 8 Kg LK : FO : 33 cm
PB : 60 cm MO : 34 cm
Lila : 9 cm SOB : 33 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Tidak ada benjolan, kulit kepala bersih,
rambut hitam, tidak ada lesi.
Muka : Tidak pucat, tidak oedem.
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis (merah
muda), sklera tidak ikterus (putih), tidak
juling.
Mulut dan gigi : Simetris, tidak ada labio schisis, mukosa
bibir lembab, gigi sudah tumbuh 1.
Telinga : Simertis, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada lesi.
Perut : Tidak terdapat lesi, tidak ada kelainan.
Anus : Bersih, tidak atresia ani.
Eks. Atas & bawah : Simetris, tidak oedem, tidak ada gangguan
pergerakan, jumlah jari lengkap.
b. Palpasi
Kepala : UUB normal, tidak ada benjolan.
Muka : Tidak oedem.
Hidung : Tidak ada nyeri tekan.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada pembendungan vena jugularis.
Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar.
Ekstrimitas : Tidak oedem.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing dan ronchi, pernafasan baik
d. Perkusi
Perut : Tidak kembung.
Reflek patella : +/+
3. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BB : 8,5 kg
PB : 65 cm
LK : FO : 33 cm LD : 36 cm
MO : 34 cm Lila : 9 cm
SOB : 33 cm
b. Perkembangan
1. Motorik halus : Memegang jari-jarinya untuk dimasukkan ke
mulutnya, bermain dengan senang hati.
2. Motorik kasar : Dapat berjalan tetapi dengan cara dituntun
dan kadang-kadang memakai kursi roda,
merambat atau merangkak.
3. Personal sosial : Malu terhadap orang lain, marah jika
mainannya diambil, mengikuti apabila diajak
tepuk tangan.
4. Bahasa : Bayi bisa bicara, ibu, bapak, maem,
menirukan suara.

B. Identifikasi Diagnosa Masalah


Dx : Bayi “A” Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak.
Ds : Ibu mengatakan bayinya berumur 8 bulan, dalam keadaan sakit pilek
dan waktunya imunisasi campak.
Do : Keadaan umum baik.
TTV Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,7 oC
RR : 36 x/menit
Antopometri
BB : 8,5 kg
PB : 65 cm
Lila : 9 cm

C. Antisipasi Masalah Potensial


Tidak ada.

D. Identifikasi Kebutuhan Segera


Tidak ada
E. Intervensi
Dx : Bayi “A” Umur 8 Bulan Dengan Imunisasi Campak.
Tujuan :
Jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 45 menit di
harapkan imunisasi campak dapat dilakukan dengan baik.
Kriteria Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan tenaga kesehatan
tidak terjadi pembengkakan pada daerah sekitar suntikan.
Jangka panjang : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam
diharapkan bayi tidak mengalami demam.
Kriteria hasil : Keadaan umum bayi baik.
TTV dalam batas normal.
Nadi : 120 – 160 x/menit
Suhu : 36,5 oC – 37,5 oC
RR : 20 – 40 x/menit
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada bayi dan ibu dengan melakukan komunikasi
secara terapeutik.
Rasional : Menjalin hubungan dan menciptakan kepercayaan terhadap
petugas serta ibu dapat kooperatif dengan tindakan yang akan
dilakukan.
2. Jelaskan pada ibu tentang imunisasi campak.
Rasional : Berbagi pengetahuan dengan ibu tentang imunisasi campak.
3. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
Rasional : Ibu mengetahui keadaan dan kebutuhan bayinya saat ini.
4. Persiapkan alat dan posisi.
Rasional : Alat dan posisi yang benar mendukung keberhasilan imunisasi.
5. Periksa label kadaluawarsa.
Rasional : Label kadaluarsa menunjukkan batas pemakaian vaksin dapat
digunakan.
6. Tentukan dosis vaksin dan cara pemberian.
Rasional : Dosis dan cara pemberian yang tepat mendukung proses
kekebalan yang efektif.
7. Berikan vaksin campak secara SC pada 1/3 lengan bagian atas.
Rasional : Imunisasi campak membentuk kekebalan terhadap virus
campak.
8. Jelaskan pada ibu tentang efek samping imunisasi campak.
Rasional : Ibu mengetahui kebutuhan anaknya dan segera datang ke
palayanan kesehatan jika terjadi panas lebih dari 10 hari.
9. Berikan obat penurun panas.
Rasional : Dengan pemberian obat akan mengurangi dan mengatasi
gejala panas akibat imunisasi.
10. Jelaskan pada ibu agar tidak menggosok daerah suntikan.
Rasional : Efektivitas vaksin dapat berkurang.
11. Anjurkan pada ibu untuk menimbang bayinya setiap satu bulan sekali atau
bila ada keluhan.
Rasional : Deteksi dini gangguan pertumbuhan bayi.
12. Anjurkan ibu membawa anaknya ke petugas kesehatan jika panas tidak
turun-turun selama 3 hari.
Rasional : Untuk menghindari komplikasi lebih kompleks.
13. Catat hasil atau tanggal pemberian imunisasi campak pada KMS.
Rasional : Dokumentasi agar tidak terjadi penyuntikan ulang vaksin yang
sama.

F. Implementasi
Dx : Bayi “A” Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak.
Tanggal : 16 – 12 – 2023
1. Jam 09.00 WIB.
Melakukan pendekatan pada bayi atau ibu dengan melakukan komunikasi
secara terapeutik sambil melakukan anamnesa.
2. Jam 09.04 WIB.
Menjelaskan pada ibu tentang imunisasi campak.
Imunisasi campak berfungsi untuk membentuk kekebalan terhadap virus
campak. Imunisasi campak diberikan 1 x.
3. Jam 09.07 WIB.
Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dan menunjukkan bayi dalam
keadaan sehat tidak ada keluhan.
Pemeriksaan Suhu : 36,7 oC
4. Jam 09.10 WIB.
Mempersiapkan alat dan posisi bayi.
Alat : Vaksin campak yang sudah dilarutkan.
Kapas DTT
KMS
Bolpoint
Spuit 5 cc dan jarum
Bengkok.
Posisi : Dudukkan bayi pada pangkuan ibunya.
Lengan kanan bayi di lipat di ketiak ibunya.
Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi.
5. Jam 09.16 WIB.
Memeriksa label kadaluarsa vaksin campak dan memastikan bahwa
vaksin masih bisa digunakan.
6. Jam 09.20 WIB.
Menentukan dosis vaksin campak 0,5 cc, memperhatikan cara pemberian
vaksin sesuai dengan langkah yang ditetapkan.
7. Jam 09.24 WIB
Menyuntikkan vaksin campak secara subcutan pada 1/3 atas lengan kiri
bagian luar dengan sudut 45o.
8. Jam 09.30 WIB.
Menjelaskan pada ibu efek samping yang mungkin timbul yaitu
kemerahan di daerah suntikan dan panas, jika terjadi reaksi tersebut yang
harus di lakukan adalah kompres dengan air hangat.
9. Jam 09.34 WIB.
Memberikan obat penurun panas parasetamol 500 ml 3x ¼ /hari jika suhu
badan panas  38oC.
10. Jam 09.36 WIB.
Menjelaskan pada ibu agar tidak menggosok daerah suntikan karena dapat
menurunkan efektivitas vaksin, jadi hanya ditekan saja.
11. Jam 09.39 WIB.
Menginformasikan pada ibu untuk menimbang bayinya setiap satu bulan
sekali untuk dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik
di posyandu atau pelayanan kesehatan lain.
12. Jam 09.43 WIB
Menganjurkan ibu membawa anaknya ke petugas kesehatan (Puskesmas,
Rumah Sakit atau BPS) jika panas tidak turun-turun selama 3 hari.
13. Jam 09.45 WIB.
Mencatat tanggal pemberian imunisasi campak pada KMS dan register
bayi (tanggal : 16 – 12 – 2023)

G. Evaluasi
Tanggal : 16 – 12 – 2023 jam : 09.50 WIB.
Dx : Bayi “A” Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak.
S : Ibu mengatakan bayinya telah di imunisasi campak.
O : Keadaan umum baik.
Ibu mengerti dan menyadari tentang efek samping dari imunisasi
campak.
A : Bayi “A” Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak.
P : Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat penurun panas parasetamol 500 ml 3 x ¼ / hari jika
panas tidak turun-turun  38oC.
Membawa anak ke petugas kesehatan jika panas tidak turun selama 3
hari.
BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai