Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM PASCA IMUNISASI DASAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TELAGA BIRU

FITRIA PUJI ARYANI 1. Andi Akifa Sudirman2.. Dewi Modjo3


1)
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo 9600, Indonesia

Fitriaryani511@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted at Telaga Biru Health Centre, Gorontalo District. the objective was
to analyze the risk factor in basic post immunization in telaga biru health centre. This research
used Case Control Study design with used Chi-Square and Odds Ratio test. The result obtained
exclusive breastfeeding there is no risk factor and significant relationship with basic post
immunization showed by P value 0,085 (α>0,05) with OR value 0,362. History of co morbidities
there is no risk factor with P value = 0,087 (α>0,05) and have significant relationship with OR
value 2,763. Nutritional status there is risk factor and significant relationship with basic post
immunization showed by P value = 0,047 (α<0,05).

Keywords: Exclusive Breastfeeding, Nutritional, Immunizatio, Fever .

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor Risiko Kejadian Demam Pasca Imunisasi
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini
menggunakan desain Case Control Study dengan menggunakan uji Chi-Square dan Odds
Ratio. Hasil penelitian didapatkan Asi Eksklusif tidak ada faktor risiko dan hubungan bermakna
dengan kejadian Demam Pasca Imunisasi Dasar yang ditunjukkan dengan nilai P= 0,085
(α>0,05) dengan nilai OR 0,362. Riwayat penyakit penyerta tidak adanya faktor risiko dengan
Kejadian Demam Pasca Imunisasi Dasar yang ditunjukkan dengan nilai P= 0,087 ( α>0,05)
memiliki hubungan bermakna dengan nilai OR 2,763. Status gizi adanya faktor risiko dan
hubungan bermakna dengan Kejadian Demam Pasca Imunisasi Dasar dengan nilai ditunjukkan
dengan nilai P= 0,047 (α<0,05).

Kata Kunci : Asi Eksklusif, Gizi, Demam, Imunisasi.

PENDAHULUAN tubuh agar tubuh membuat zat anti


untuk mencegah terhadap penyakit
Imunisasi merupakan pemberian tertentu sedangkan yang di maksud
kekebalan pada bayi dan anak dengan vaksin adalah bahan yang
dengan memasukan vaksin ke dalam dipakai untuk merangasang

1
pembentukan zat anti yang di khususnya pada anak usia 6 bulan
masukan ke dalam tubuh melalui hingga 5 tahun. Demam merupakan
suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, salah satu gejala dari timbulnya
dan Campak). Pemerintah Indonesia penyakit campak dan merupakan
melalui Departemen kesehatan salah satu efek dari reaksi imunisasi
memberikan imunisasi wajib (dasar). yang akan di berikan pada anak
dan imunisasi campak termasuk salah maupuan bayi yang melakukan
satunya yang wajib di lakukan oleh imunisasi, demam itu sendiri dapat di
setiap orang tua. Ikatan dokter anak kategorikan menjadi 2 kategori yaitu
Indonesia (IDAI) imunisasi campak 1 demam dalam jangka pendek dan
diberikan pada usia 9 bulan, demam dalam jangka panjang. Salah
sedangkan campak 2 diberikan saat satu alasan orang tua memutuskan
program BIAS SD Kelas 1 pada usia tidak memberikan imunisasi pada
6 tahun. (Aziz, 2011) anaknya karena kejadian demam
Pemberian imunisasi merupakan setelah pemberian imunisasi. Kejadian
suatuh proses dimana anak di berikan demam pasca imunisasi merupakan
vaksin untuk membuat kekebalan kejadian yang wajar terjadi pada anak
tubuh balita dan anak menjadi kuatan setelah di berikan imunisasi dasar.
dan mampu memcegah penyakit Dan imunisasi dasar merupakan salah
masuk. pemberian imunisasi itu sendri satu imunisasi yang bisa memberikan
dapat memberikan efek samping yang reaksi demam pasca pemberiannya.
disebut dengan kejadian ikutan pasca Sehingga faktor risiko yang dapat
imunisasi (KIPI). kejadian ikutan berdampak pada demam itu sendiri
pasca imunisasi merupakan kejadian adalah faktor pemberian ASI
sakit yang terjadi setelah menerima eksklusif, status gizi, dan riwayat
imunisasi yang di duga disebabkan penyakit penyerta.( IDAI. 2013)
oleh imunisasi. Menurut departemen UNICEF 2016 ada 21, 8 juta
kesehatan Indonesia RI, kejadian anak, 2017 ada 31,2 juta anak, 2018
ikutan pasca imunisasi (KIPI) didapatkan 37 juta anak di seluruh
merupakan kejadian medik yang dunia yang masih belum
berhubungan dengan imunisasi baik mendapatkan imunisasi dasar
berupa efek vaksin, efek samping dan lengkap,sehingga 1,4 juta anak di
reaksi suntikan. Jenis-jenis KIPI yaitu; seluruh dunia meninggal. Berdasarkan
ruam, demam, rhinitis, dan batuk. data yang diperoleh Indonesia salah
(Nugroho, 2014) satu dari 10 negara yang termasuk
Demam merupakan salah satu angka paling tinggi pada kasus anak
masalah kesehatan yang paling umum yang tidak imunisasi. Di Indonesia
terjadi pada anak-anak, selain batuk anak yang mendapatkan cakupan
pilek, radang tenggorokan dan imunisasi dasar lengkap sebesar
diare,meskipun begitu keadaan ini 57,9%.Berdasarkan data Kemenkes
membuat orangtua panik. Demam RI (2018) cakupan pemberian
merupakan penyebab dari kejang imunisasi lengkap sebesar 57,9%,
yang kerap terjadi pada anak, imunisasi tidak lengkapn sebesar
2
32,9%, dan tidak pernah di imunisasi orang tua yang tidak mau melakukan
sebesar 9,2%. Dari data cakupan imunisasi kepada anaknya.
imunisasi dasar lengkap pada anak Berdasarkan observasi data
mengalami penurunan dari tahun awal saat pengambilan data mengenai
2013 sebesar 80%, dan di tahun 2018 anak demam setelah imunisasi di
menurun menjadi 60%. Pada tahun temukan bahwa pihak puekesmas
2017 cakupan imunisasi dasar jaga tidak memiliki data anak demam
lengkap pada bayi sebesar 40,6%. setelah imunisasi ( data KIPI ringan
Dan pada tahun 2016 cakupan dalam hal ini kejadian
imunisasi dasar lengkap pada bayi demam).sehingga saya tertarik untuk
32,9%.( UNICEF. 2018 ) meneliti faktor risiko kejadian demam
Dikes 2018 Gorontalo pasca imunisasi.
menduduki peringkat ke 21 dengan (Firdinand 2015) dalam
presentasi pemberian imunisasi dasar penelitiannya “Kejadian Demam
lengkap mencapai 80,6%.Hal ini Setelah Imunisasi DTwP-1 pada anak
menujukkan bahwa di Provinsi yang mendapatAsi dan tidak mendapat
Gorontalo dari 21 puskesmas yang Asi di Kota Palembang “Metode,
ada diKabupaten Gorontalo belum Penelitian studi kohort prospektif
mencapai target cakupan imunisasi Puskesmas di Kota Palembang yang
yang di targetkan oleh pemerintah dipilih secara cluster sampling. Sampel
termasuk puskesmas telaga biru penelitian adalah anak usia 2-4 bulan
hanya mencapai 88,1%, dimana yang mendapat immunisasi DPT-1.
pemerintah menargetkan cakupan Anak dikelompokkan menjadi kelompok
imunisasi dasar lengkap sebesar 9,2% ASI eksklusif, dan susu formula. chi
(DIKES Provinsi Gorontalo.2018). square test. Hasil. Didapatkan bahwa
Berdasarkan data dari Puskesmas adanya pengaruh pemberian asi
Telaga Biru Kabupaten Gorontalo eksklusif terhadap penuruan demam
tahun 2018 diketahui jumlah anak pada imunisasi DTwp pada anak.
yang melakuakn imunisasi dasar METODOLOGI PENELITIAN
lengkap sebanyak 544 anak. Baik Jenis penelitian yang digunakan dalam
anak laki-laki maupun anak penelitian ini adalah penelitian
perempuan. anak yang melakukan observasional dengan menggunakan
imunisasi perantigen yaitu: HB0 pendekatan case control study yaitu
Sebanyak 77,9% BCG Sebanyak untuk mengetahui apakah satu atau
60,7% POLIO 1 Sebanyak 60,7% , lebih faktor merupakan faktor risiko dari
DPT 84,0% (Pukesmas Telaga Biru. satu situasi masalah. Pada penelitian
2017). Dan Campak ini, (ASI eksklusif, status gizi, riwayat
60,5%.Berdasarkan hasil obseryasi penyakit penyerta) dioperasionalkan
data awal di dapatkan ada sebanyak sebagai variabel independen dan
10 anak yang melakukan imunisasi demam pasca imunisasi dasar
BCG dan campak mengalami demam dioperasionalkan sebagai variabel
pasca imunisasi.sehingga banyak dependen (Lapau, 2012).
Populasi dan Sampel
3
Populasi yang di teliti adalah Bulan
anak-anak yang telah melakukan 13-24 10 20,8
2
imunisasi dasar populasi pada sampel Bulan
ini sebanyak 544 anak yang telah Jumlah 48 100
melakukan imunisasi dasar Sumber : Data Primer 2019
pengambilan sampel
menggunakan sampling purposive yaitu Berdasarkan Tabel 2,
cara pengambilan sampel yang didasari menunjukkan bahwa sampel penelitian
atas pertimbangan peneliti sendiri. berdasarkan jenis kelamin sebanyak 48
Biasanya peneliti sudah melakukan responden, diperoleh persentase
studi pendahuluan, sehingga telah di responden jenis kelamin laki-laki
ketahui karakteristik populasi yang akan sebanyak 25 responden yaitu (52,1%)
diteliti. Yang merupakan sampel dalam sedangkan persentase responden jenis
penelitian ini adalah anak yang demam kelamin perempuan sebanyak 23
atau memiliki riwayat demam setelah responden yaitu (47,9%).
diberikan imunisasi dasar jumlah Tabel 2 Gambaran Responden
sampel dalam penelitian ini adalah 48 Berdasarkan Jenis Kelamin di
anak.Uji statistic yang digunakan pada Wilayah Kerja Puskesmas
penelitian ini adalah Chi Square dengan Telaga Biru Kabupaten
nilai kamaknaan P< 0,05. Gorontalo
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis
Berdsarkan Tabel 1, N Kelamin Frekuen Persenta
menunjukkan bahwa sampel penelitian o Responde si se (%)
berdasarkan kelompok umur sebanyak n
48 responden, diperoleh persentase 1 Laki – laki 25 52,1
responden paling banyak umur 12 Perempu 23 47,9
bulan sebanyak 38 responden yaitu 2
an
(79,2%) sedangkan persentase Jumlah 48 100
responden dan presentasi responden Sumber : Data Primer 2019
paling sedikit yaitu umur 24 bulan
sebanyak 10 responden yaitu (20,8%). Berdasrkan tabel 3,
Gambaran Karakteristik Responden menunjukkan bahwa sampel penelitian
Tabel 1. tGambaran Frekuensi berdasarkan pemberian Asi eksklusif
Responden Berdasarkan sebanyak 48 responden, diperoleh
Kelompok Umur di Wilayah persentase Asi eksklusif sebanyak 25
Kerja Puskesmas Telaga Biru responden, yaitu (52,1%) Sedangkan
Kabupaten Gorontalo persentase Tidak Asi Eksklusif
sebanyak 23 responden yaitu (47,9%).
Umur Freskuen Persenta
Tabel 3, Gambaran Frekuensi
N Respond si se (%)
Responden Berdasarkan Asi
o en
Eksklusif di
(Bulan)
0-12 38 79,2
1

4
Wilayah Kerja Puskesmas (33,3%) dan persentasi gizi buruk
Telaga Biru Kabupaten sebanyak 2 responden yaitu (4,2%).
Gorontalo Tabel 5, Gambaran Frekuensi
Responden Berdasarkan
N Faktor risiko ASI Frekue Persenta
Status Gizi di Wilayah Kerja
o eksklusif nsi si (%)
Puskesmas Telaga Biru
1 Asi eksklusif 25 52.1
Kabupaten Gorontalo
Tidak asi
2 23 47,9 No Faktor Frekuen Presentasi(%
eksklusif
risiko si )
Jumlah 48 100
status gizi
Sumber : Data Primer 2019
1 Gizi baik 30 62,5
Berdasarkan Tabel 4, 2 Gizi 16 33,3
menunjukkan bahwa sampel penelitian kurang
berdasarkan riwayat penyakit penyerta 3 Gizi 2 4,2
sebanyak 48 responden, diperoleh buruk
persentase berisiko sebanyak 21 Jumlah 48 100
responden, yaitu (43,8%) Sedangkan Sumber : Data Primer 2019
persentase Tidak berisiko sebanyak 27
Berdasarkan Tabel 6.
responden yaitu (56,3%).
menunjukkan bahwa sampel penelitian
Tabel 4. Gambaran Frekuensi
berdasarkan demam pasca imunisasi
Responden Berdasarkan
dasar sebanyak 48 responden,
Riwayat penyakit penyerta di
diperoleh persentase terjadi demam
Wilayah Kerja Puskesmas
sebanyak 24 responden, yaitu (50,0%))
Telaga Biru Kabupaten
sedangkan presentasi untuk tidak
Gorontalo
terjadi demam 24 responden, yaitu
Faktor risiko
N Frekue Present ( 50,0%).
riwayat penyakit
o nsi asi (%) Tabel 6. Gambaran Frekuensi
penyerta
Responden Berdasarkan
1 Berisiko 21 43,8
demam pasca imunisasi di
2 Tidak berisiko 27 56,3
Wilayah Kerja Puskesmas
Jumlah 48 100
Telaga Biru Kabupaten
Sumber : Data Primer 2019
Gorontalo
Berdasarkan tabel 5, No Demam Freku Presenta
menunjukkan bahwa sampel penelitian pasca ensi si (%)
berdasarkan status gizi sebanyak 48 imunisasi
responden, diperoleh persentase gizi 1 Terjadi 24 50,0%
baik sebanyak 30 responden, yaitu demam
(62,5%) Sedangkan persentase gizi 2 Tidak terjadi 24 50,0%
kurang sebanyak 16 responden yaitu demam
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer 2019

5
Tabel 7 Faktor Risiko antara ASI Eksklusif dengan Kejadian Demam Pasca Imunisasi
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun
2019
Kejadian Demam Pasca
Total
Imunisasi Dasar Or 95% CI
P
No ASI Eksklusif Terjadi Tidak Terjadi (Lower limit –
Value
Demam Demam n % Upper limit)
Kasus % Kontrol %
1 ASI Eksklusif
9 36,0 16 64,0 25 100
2 Tidak ASI 0,362
14 60,9 9 39,1 23 100 0,085
Eksklusif 0,112 -1.165
23 47,9 25 52,1 48 100
Jumlah
Sumber : Data Primer 2019
Tabel 8. Faktor Risiko antara Riwayat Penyakit Penyerta dengan Kejadian Demam
Pasca Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo Tahun 2019

Kejadian Demam Pasca


Total OR 95% CI
Riwayat Imunisasi Dasar
P (Lower limit-
No Penyakit Terjadi Tidak Terjadi
Value Upper limit)
Penyerta Demam Demam n %
Kasus % Kontrol %

1 > 50% 13 61,9 8 10,9 21 100


Berisiko 2,763
0,087
2 <50% Tidak 10 37,0 17 63,0 27 100 0,851-8,965
Berisiko 23 47,9 25 52,1 48 100
Jumlah
Sember data primer 2019
Tabel 9. Faktor Risiko antara Status Gizi dengan Kejadian Demam Pasca Imunisasi
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun
2019

Kejadian Demam Pasca Imunisasi


Total
Dasar
P
No STATUS GIZI Tidak Terjadi
Terjadi Demam Value
Demam n %
Kasus % Kontrol %

6
1 Gizi Baik 11 36,7 19 63,3 30 100
2 Gizi Kurang 12 75,6 4 25,0 16 100
0,047
3 Gizi Buruk 1 50,0 1 50,0 2 100
Jumlah 24 50,0 24 50,0 48 100
Sember data primer 2019
membeda-bedakan umur dari anak itu
Karakteristik Responden sendiri.
Gambaran Distribusi Responden Gambaran Distribusi Responden
Berdasarkan Umur Berdasarkan Jenis Kelamin
Umur anak batita dikelompokkan Karakteristik jenis kelamin
dalam 2 kategori yaitu umur 0-12 bulan berdasarkan tabel 5, Jenis Kelamin laki-
sebanyak 38 responden (79,2%), dan Laki dan perempuan memiliki
umur 13-24 bulan sebanyak 10 responden yang sama. Jenis kelamin
responden (20,8%).Berdasarkan Tabel laki-laki sebanyak 25 responden yaitu
4 umur anak yang terbanyak (52,1%) dan jenis kelamin perempuan
berkunjungan di Posyandu Telaga Biru sebanyak 23 responden yaitu (47,9%).
Kabupaten Gorontalo adalah umur 12 Menurut Orinto Purba. 2015,
bulan sebanyak 38 responden (79,2%) Jenis kelamin atau gender berasal dari
dan yang paling sedikit umur 13-24 bahasa latin “ genus” berarti tipe atau
bulan sebanyak 10 responden (20,8%). jenis. Gender merupakan cirri-ciri peran
Umur adalah istilah yang diartikan dan tanggung jawab yang dibedakan
dengan lamanya keberadaan pada perempuan dan laki-laki, yang
seseorang yang diukur dalam satuan ditentukan secara sosial dan bukan
waktu di pandang dari segi kronologik, berasal dari pemberian Tuhan atau
individual normal yang memperlihatkan kodrat. Atau dengan kata lain jenis
derajat perkembangan anatomis dan kelamin adalan atribut-atribut fisiologi
fisiologik sama. Usia adalah lama waktu dan anatomis yang membedakan
hidup atau ada sejak dilahirkan antara laki-laki dan perempuan
(Nuswantari, 2015). Kategori umur Menurut penelitian bahwa dimana
menurut depkes yaitu 0-5 tahun adalah jenis kelamin bukanlah halangan untuk
masa balita, 0-12 bulan adalah masa anak yang di berikan imunisasi haru di
bayi, 12-24 bulan adalah masa baduta. bedakan mana laki-laki dan perempuan.
(Kemenkes RI, 2014) Lalu dimana anak perempuan akan
Menurut peneliti bahwa anak yang lebih tahan terhadap panas setelah di
menjadi responden pada penelitian ini berikan imunisasi tapi untuk anak laki-
adalah anak yang berumur 0-12 bulan laki dia tidak tahan terhadap panas
dan 12-24 bulan dikarenakan anak setelah di imunisasi.
yang mendapatkan imunisasi dasar Gambaran Pemberian Asi Ekslusif
adalah anak yang berusia 0-12 bulan Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
dan anak yang berumur 12-24 adalah Telaga Biru Kabupate Gorontalo
anak yang mendapatkan imunisasi Berdasarkan tabel 6, sampel
tambahan dan dimana anak yang penelitian tentang Asi eksklusif
mendapatkan imuniasai tidak sebanyak 48 responden, diperoleh
7
persentase Asi eksklusif sebanyak 25 Berdasarkan Tabel 7, sampel
responden, yaitu (52,1%) Sedangkan penelitian tentang riwayat penyakit
persentase Tidak Asi Eksklusif penyerta sebanyak 48 responden,
sebanyak 23 responden yaitu diperoleh persentase berisiko
(47,9%).hal ini menujukkan bahwa bayi sebanyak 21 responden, yaitu (43,8%
yang Asi eksklusif lebih banyak di %) Sedangkan persentase Tidak
bandingkan bayi yang tidak Asi berisiko sebanyak 27 responden yaitu
Eksklusif. (56,3%).hal ini menujukan bawha anak
Asi eksklusif adalah makan yang yang berisiko terjadi demam pasca
baik bagi bayi usia 0-24 bulan. Asi imunisasi dengan faktor risiko karena
adalah makanan ideal untuk bayi, riwayat penyakit penyerta lebih sedikit
bahan yang tiada duanya, sedangakan yang tidak berisiko terjadi
merupakanan makanan terbaik bagi demam pasca imunisasi dengan faktor
bayi yang dilahirkan. Bahkan yang tidak risiko karena riwayat penyakit penyerta
tidak satu jenis susu buatan yang lebih banyak.
mendekati atau semutu dengan asi Riwayat penyakit penyerta
( Lestari, 2011).. ASI Eksklusif adalah adalah riwayat yang pernah di alami
pemberian ASI (air susu ibu) sedini oleh anak atau bayi pada saat itu.
mungkin setelah persalinan,diberikan Misalnya sesak nafas,gatal-gatal
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan (alergi) atau bahkan pernah di
lain, walaupun hanya air putih, sampai diangnosa menderita penyakit TBC.
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, Riwayat penyakit penyerta yaitu
bayi mulai di kenalkan dengan penyakit yang di alami oleh keluarga
makanan lain dan tetap di berikan ASI terdekat dari bayi atau anak itu sendiri
sampai bayi berumur dua tahun. Selain sehingga ketika anak itu kontak
ASI mengandung gizi yang cukup langsung dengan si penderita penyakit
lengkap ASI juga mengandung antibodi maka akan membuat anak itu mudah
atau zat kekebalan yang melindungi terinfeksi (terjangkit), seperti penyaki
balita terhadpa infeksi..(Purwanti 2015). TBC, Difteri,Pertusis dan tetanus.
Menurut peneliti hasil yang di (Orinto purba 2014)
dapatkan anak yang diberikan Asi Menurut peneliti dimana anak
Ekeklusif lebih banyak dan bagus yang lebih memiliki riwayat penyakit
karena anak yang mendaptkan asi penyerta akan lebih rentang terjadinya
eksklusif akan lebih jauh atau jarak demam pasca imunisasi dasar karna
untuk terjadinya demam pasca anak yang memiliki riway pemyakit
imunisasi dikarenakan anak yang penyerta daya tahan tubuh atau stmina
mendaptakan Asi Ekaklusif akan anak menurun sehingga tidakakan
mendapatkan membentuk andi bodi tahan terhadap demam yang di
yang baik dan membuat anak atau bayi sebabkan karna imunisasi dasar.
untuk tidak terserang penyakit. Gambaran Status Gizi Pada Anak Di
Gambaran Riwayat Penyakit Penyerta Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Kabupaten Gorontalo
Biru Kabupaten Gorontalo
8
Berdasarkan Tabel 8, sampel Gambaran Demam Pasca Imunisasi
penelitian tentang status gizi sebanyak dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas
48 responden, diperoleh persentase gizi Telaga Biru Kabupaten Gorontalo
baik sebanyak 30 responden, yaitu Berdasarkan Tabel 9 sampel
(62,5%) Sedangkan persentase gizi penelitian tentang Demam Pasca
kurang sebanyak 16 responden yaitu Imunisasi Dasar sebanyak 48
(33,3%) dan persentasi gizi buruk responden, diperoleh persentase terjadi
sebanyak 2 responden yaitu (4,2%) hal demam sebanyak 24 responden, yaitu
menunjukakan bahwa balita yang (50,0%) sedangkan presentasi untuk
berstatus gizi baik lebih banyak di tidak terjadi demam 24 responden, yaitu
bandingkan dengan balita yang bertatus (50,0%). Hal ini menujukan bahwa anak
gizi kurang dan gizi buruk. tidak terjadi demam pasca imunisasi
Secara bahasa status gizi terdiri lebih banyak dibandingkan anak yang
dari 2 kata yaitu status dan terjadi demam pasca imunisasi
gizi .menurut kamus besar bahasa Demam pasca imunisasi dasar
Indonesia status adalah “ kedudukan merupakan demam yang disebabkan
atau keadaan “, sementara itu gizi oleh reaksi sistem imun dalam tubuh
mempunyai arti “ ikatan kimia yang anak umtuk mengenali dan merespon
diperlukan tubuh untuk melakukan komponen vaksin yang baru saja di
fungsinya, yaitu: menghasilkan energi, suntikan ke tubuhnya. Secara umum
membangun dan memelihara jaringan proses imunisasi dapat memicu
serta mengatur proses-proses terjadinya demam. Demam pasca
kehidupan status gizi adalah hasil imunisasi adalah salah satu kejadian
keeimbangan makanan yang masuk ikutan pasca imunisasi(KIPI) setelah
kedalam tubuh. Status gizi optimal anak di imunisasi atau di suntikkan
apabila tubuh memperoleh cukup zat vaksi kedalam tubuh.
gizi yang digunakan secara efisien Menurut peneliti demam pasca
sehingga memungkinkan pertumbuhan imunisasi sangat wajar terjadi pada
fisik dan perkembangan otak. Status anak karna reaksi atau kejadian ikutan
gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pasca imunisasi (KIPI) itu adalah
pemenuhan nutrisi untuk anak yang demam, kejang demam dan ruam
diindikasikan oleh berat badan dan sehingga itu merupakan hal yang wajar
tinggi badan.(Raka avron,2016) terjadi setelah dilakukan imunisasi pada
Menurut peneliti status gizi anak.
sangatlah berperan penting terhadap Faktor risiko antara ASI Eksklusif
pemberian imunisasi pada anak karna dengan Kejadian Demam Pasca
anak yang mendapatkan gizi baik tidak Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja
akan mudah terjadinya demam pasca Puskesmas Telaga Biru Kabupaten
imunisasi dasar karna ssemakin baik Gorontalo
gizi pada anak maka anti body anak Bedasarkan tabel 10 hasil
akan terbentuk dengan sangan baik penelitian diketahui bahwa anak yang
berjumlah 48 responden anak Asi
Eksklusif berisiko terjadi demam
9
sebanyak 9 responden (36,0%) Puskesmas Telaga Biru Kabupaten
responden dan yang tidak berisiko Gorontalo.
terjadinya demam sebanyak 16 ASI Eksklusif adalah pemeberian
responden (64,0%) dan anak yang air susu ibu ke bayi baru lahir sampai
Tidak Asi Eksklusif yang berisiko terjadi usia 6 bulan. Sampai waktu tersebut,
demam sebanyak 14 responden bayi hanya diperbolehkan menerima
(60,9%) dan tidak berisiko terjadi ASI dan tidak diperbolehkan makanan
demam 9 orang (39,1%) responden, hal atau minuman lainnya, termasuk air
ini menujukkan bahwa anak tidak ASI putih.setelah bayi berusia 6 bulan, bayi
Eksklusif dan kejadian demam pasca diperbolehkan dengan makanan lain.
imunisasi dasar lebih banyak di Namun, sebaiknya pemberian ASI
bandingkan dengan anak yang tidak asi masih terus dilanjutkan sampai bayi
eksklusif terhadap kejadian demam berusia 2 tahun.
pasca imunisasi. Menurut penelitian Ferdinan tahun
Uji statistik dilakukan dengan 2015 dalam penelitiannya kejadian
menggunakan Chi-square sehingga demam pacsa imunisasi dasar terhadap
didapatkan hasil analisis statistik pemberian asi eksklusif tidak adanya
menunjukan p-value = 0,085 > 0,05 dan hubungan dan faktor risiko yang bisa
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya terjadinya. Yang dapat mempengaruhi
hubungan antara Asi Eksklusif dengan pemberian asi eksklusif dengan
kejadian demam pasca imunisasi dasar penurunan kejadian demam yaitu hanya
Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga pada pemberian imunisasi pada bayi
Biru Kabupaten Gorontalo. yang melakukan imunisasi DTwP-1
Hasil perhitungan Odds Ratio 0,362 (imunisasi DPT). Imunisasi DTwP-1
< 1 ini berarti asi eksklusif bukan merupakan imunisasi yang sdh di
merupakan faktor risiko terhadap modifikasikasi dimana pada tahun 2015
kejadian demam pasca imunisasi dasar dimana inmunisasi DTwP ini adalah
dengan faktor risiko rendah yaitu 0,362. imunisasi yang diberikan secara
Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor bersamaan dengan vaksin DPT.
risiko asi eksklusif bukanlah faktor risiko ImunisasI DPT adalah imunisasi yang
terjadinya demam pasca imunisasi yang di kenal dengan imunisasi DTwP-
dasar dengan nilai Lowe limit dan dimana imunisasi ini di berikan
Upper limit tidak mencakup nilai 1, bersamaan dengan vaksin DTaP.
maka asi eksklusif tidak mempunyai Menurut peneliti bahwa pemberian
hubungan yang bermakna terhadap asi eksklusif pada anak usia 6 bulan-2
kejadian demam pasca imunisasi dasar, tahun sangatlah penting akan tetapi
akan tetapi pada imunisasi DTwP Asi tidak mempengaruhi pada anak setelah
eksklusif sangatlah berperan di melakukan imunisasi DTwP, terhadap
keranakan reaksi utama dari imunisasi kejadian demam pada anak. Seperti
DTwP adalah demam, tapi pada bayi yang saya jumpai di lapangan dimana
yang di berikan asi eksklusif anak anak yang mendapatkan asi eksklusif
setelah di imunisasi DTwP jarang untuk atau tidak Asi Eksklusif tidak akan
terjadi demam. Di Wilayah Kerja terjadi demam akan tetapi tidak untuk
10
pemberian imunisasi DTwP (DPT) terhadap kejadian demam pasca
dimana dalam penelitian saya anak imunisasi dasar dengan faktor risiko
yang tidak terjadi demam lebih besar tinggi yaitu, 2,673 kali lebih besar. Hal
dibandingkan anak yang tidak terjadi tersebut menunjukkan bahwa riwayat
demam . Sehingga dapat di katakana penyakit penyerta merupakan faktor
tidak adanya faktor risiko antara risiko terjadinya demam pasca
kejadian demam pasca imunisasi dasar imunisasi dasar dengan Nilai Lowe limit
Faktor Risiko antara Riwayat Penyakit dan Upper limit mencakup nilai 1, maka
Penyerta dengan Kejadian Demam riwayat penyekit penyerta mempunyai
Pasca Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja hubungan yang bermakna terhadap
Puskesmas Telaga Biru Kabupaten kejadian demam pasca imuniasasi
Gorontalo. dasar di Wilayah Kerja Puskemas
Berdasarkan tabel 11 hasil Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
penelitian anak yang berjumlah 48 Riwayat penyakit penyerta adalah
responden diketahui riwayat penyakit penyakit yang pernah di alami oleh
penyerta yang berisiko atau >50 % anak atau bayi pada saat itu misalnya
terjadi demam sebanyak 13 orang TBC, alergi (hipersensitivitas),
(61,9%) responden dan tidak pneumonia. Riwayat penyakit penyerta
terjadinya demam sebanyak 8 orang yaitu penyakit yang di alami oleh
(38,1%) responden dan yang berisiko keluarga terdekat dari bayi atau anak itu
atau <50 % yang terjadi demam sendiri sehingga ketika anak itu kontak
sebanyak 10 orang (37,0%) langsung dengan si penderita penyakit
respondenn dan tidak yang terjadi maka akan membuat anak itu mudah
demam 17 orang (63,0%). Hal ini terinfeksi (terjangkit).seperti penyaki
menujukkan bahwa anak yang tidak TBC, Difteri,Pertusis dan tetanus
memiliki riwayat penyakit lebih banyak Menurut penelitian Eksan pada
dan tidak berisiko terjadi demam tahun 2016, dimana pada penelitian ini
sedangkan anak yang memiliki riwayat menyatakan bahwa faktor-faktor yang
penyakit penyerta lebih sedki tdan mempengaruhi riwayat penyakit
berisiko terjadi demam. penyerta pada bayi setelah di lakuakan
Uji statistik dilakukan dengan imunisasi bkan hanya riwayat
menggunakan Chi-square sehingga penyakitnya saja tetap anti body dari
didapatkan hasil analisis statistik tubuh bayi itu sendiri, dimana pada
menunjukan p-value = 0,087 > 0,05 dan penelitiannya beliau menyatakan bahwa
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya ada 10 orang anak melakukan
hubungan antara riwayat penyakit imunisasi dasar atau melakukan
penyerta dengan kejadian demam pemberian imunisasi tidak mengalami
pasca imunisasi dasar di wilayah kerja demam setelah di imunisasi ternyata
Puskesmas Telaga Biru Kabupaten dalam penelitian ini menyatakan yang
Gorontalo. mempengaruhi faktor risiko terjadi
Hasil perhitungan Odds Ratio demam pasca imunisasi dasar untuk
2,673 > 1 ini berarti Riwayat Penyakit riwayat penyakit penyerta ini adalah
Penyerta merupakan faktor risiko buakan dari segi parahnya riwat penakit
11
yang di miliki oleh bayi itu sendiri tapi responden dan tidak terjadi demam
juga dari sistem imuni si bayi sebanyak 4 orang (25,0%) responden.
Menurut peneliti bahwa riwayat pada status gizi buruk untuk terjadi
penyakit penyerta tidak mempengaruhi demam 1 orang (50,0%) dan tidak
kejadian demam pasca imunisasi dasar terjadi demam sebanyak 1 orang
hal ini mungkin di sebabakan karena (50,0%).hal ini menujukkan bahwa
adanya skrining ada anak sesuai anak yang berstatus gizi baik lebih
dengan hasil penelitian yang saya banyak dan tidak tejadi demam pasca
dapatkan di lapangan dimana sebelum imunisasi dasar di bandingkan dengam
melakuakn imunisasi maka curing dari anak yag berstatus gizi kurang dan
imunisasi di dari pihak puskesmas itu buruk lebih sedikit dan lebih rentang
sendiri akan menanyakan terlebih terjadinya demam pasca imunisasi
dahulu apakah anak ibu dalam keaddan dasar
sakit jika menemang dalam keaddan Uji statistik dilakukan dengan
sakit maka anak ini akan di suntikan menggunakan Chi-square sehingga
imunisasi setelah di konsulkan dengan didapatkan hasil analisis statistik
dokter yang bersangkutan karna untuk menunjukan p-value = 0,047 < 0,05 dan
menghindari kejadian yang tidak di dapat disimpulkan bahwa adanya
inginkan. maka anak yang pernah hubungan antara status gizi dengan
memiliki riwayat penyakit penyerta kejadian demam pasca imunisasi dasar
sebaiknya di suntikan imunisasi di di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru
puskesmas saja untuk mengantisipasi Kabupaten Gorontalo.
keadaan anak yang bisa saja demam di Status gizi diartikan sebagai status
sertai dengan kejang. Sehingga dapat kesehatan yang dihasilkan oleh
di simpulakan bahwa tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan dan
faktor risiko riwayat penyakit penyerta masukan gizi. Status gizi sangat di
dengan kejadian demam pasca tentukan oleh ketersedian gizi dalam
imunisasi jumlah cukup dan dalam kombinasi
Faktor Risiko antara Status Gizi waktu yang di tingkatkan sel tubuh agar
dengan Kejadian Demam Pasca berkembang dan berfungsi secara
Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja normal. Status gizi di tentukan oleh
Puskesmas Telaga Biru Kabupaten sepenuhnya zat gizi yang diperlukan
Gorontalo tubuh dan faktor yang menentukan
Berdasarkan hasil penelitian besarnya kebutuhan, penyerapan, dan
diketahui bahwa anak yang berjumlah penggunaan zat-zat tersebut.
48 responden diketahui Status Gizi Menurut peneliti Budiman, ddk.
terbagi menjadi 3 dan berdasarkan 2015 dalam penelitiannya yang berjudul
table di atas status gizi baik untuk Hubungan Usia dan Status Gizi dengan
terjadinya demam sebanyak 11 orang Kejadian Campak pada Anak usia 0-5
(36,7%) responden dan tidak terjadi tahun dimana dalam penenlitiannya
demam sebanyak 19 orang (63,3%). Budiman ,dkk menyatakan bahwa
Pada gizi kurang untuk terjadinya status gizi sangatlah berperan penting
demam sebanyak 12 orang (75,0%) karna anak dengan status gizi baik
12
setelah di imunisasi akan tidak memiliki risiko tinggi terhadap
mempengaruhi statsu imun atau kejadian demam pasca imunisasi dasar.
kekebalan tubuh anak dan efektivitas Tidak adanya faktor risiko antara
vaksin imunisasi campak yang masuk Riwayat Penyakit Penyerta dengan
kedalam tubuh baik kejadian demam pasca imunisasi dasar.
Menurut penelitian bahwa status Semakian sedikit anak yang memiliki
gizi pada anak dapat mempengaruhi Riwayat Penyakit Penyerta dan sistem
kejadian demam pada anak pasca imun pada bayi tidak menurun maka
imunisasi dasar berdasarkan hasil yang akan mengurangi tingkat kejadian
saya dapatkan dilapangan ketika anak demam pasca imunisasi dasar akan
dalam keadaan status gizi kurang atau tetapi jka anak dalam keadaan sakit
hampir mendekati garis merah yang atau tidak dilakukan skrining dan tetap
menyakatan status gizi buruk maka di suntikan imunisasi maka maka
curiang dalam peneltian ini masih akan riwayat penyakit penyerta memiliki
mempertimbangkan pemberian faktor risiko tinggi dengan nilai risiko
imunisasi yang akan di berikan pada 2,673 artinya riwayat penyakit penyerta
bayi itu sendiri. Akan tetapi beliau akan memiliki risiko terhadap kejadian
tetap menyuntikan imunisasi pada bayi demam pasca imunisasi dasar.
itu dengan catatan di bawa ke Adanya faktor risiko antara Status gizi
puskesmas untuk di berikan di ruang dengan kejadian demam pasca
lingkup puskes atau akan menunggu imunisasi. Status gizi memiliki peran
keadaan gizi si bayi stabil atau dalam yang sangat penting. Semakin banyak
keadaan status gizi baik. Sehingga anak yang berstatus gizi baik maka
dapat disimpulkan bawha adanya fakrto akan mengurangi tinglat kejadian
risiko antara kejadian demam pasca demam pasca imunisasi dasar pada
imunisasi dasar dengan status gizi pada anak dan meninggkatkan status
bayi. imunisasi pada
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan Aziz, A. (2011). Ilmu kesehatan anak untuk
pembahasan yang dilakukan di Wiyalah pendidikan kebidanan. Salemba
Medika
Kerja Puskesmas Telaga Biru Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Kabupaten Gorontalo Utara maka 2013.
peneliti mendapatkan kesimpulan peletakan vaksinasi dasar. Kemenkes.
sebagai berikut : Lestari, A. (2011). Panduan menyusui pada
Tidak adanya faktor risiko antara ASI anak usia dini. Salemba Medika.
eksklusif dengan kejadian demam Nugroho, (2014). Determinan Growth
pasca imunisasi dasar. Akan tetapi ASI Falthering (Stunting) Pada Anak
Eksklusif memiliki peran yang sangat Umur 1 s/d 3 Tahun. Jurnal
penting pada imuniasi DTwP pada Kedokteran di Ponegoro.
anak.karena anak yang di berikan asi Orinto Purba. (2015). Berbagi informasi.
eksklusif akan mengurangi kejadian Pertumbuhan anak.
demam setelah di imunisasi DTwP Profil kesehatan Dikes Provinsi
dengan nilai faktor Risiko 0,362 arti Gorontalo. (2018)

13
Profil kesehatan Puskesmas Telaga
Biru Kabupaten Gorontalo. (2017)
Raka, A. (2017). Berbagi
informasi.status gizi pada balita
, Jakarta
Suparyanto M.Kes. ( 2012). Konsep
Dasar Status Gizi Balita ,
Yogyakarta
Sunarti. (2012). Pro kontra imunisasi.
Ismailantodjmo
UNICEF. (2012). ASI ESKLUSIF tanpa
tambahan apapun.

14

Anda mungkin juga menyukai