Nurhaida Br Kaban
Abstrak
Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 9-12 bulan) untuk
memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai penyakit, kecacatan dan
kematian. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG
satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak satu kali. Dari 53
bayi yang berumur 10-12 bulan hanya sekitar 10% anak yang sering datang ke posyandu
ini disebabkan minimnya pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan
pelaksanaan Imunisasi dasar di Desa Medan Krio Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain korelasi. Populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi yang
berada di Desa Medan Krio. Sampel pada penelitian ini adalah bayi yang berumur 10 –
12 bulan yaitu sebanyak 53 bayi. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan
dianalisis dengan teknik korelasi Spearman Rank (Rho).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil korelasi Spearman Rank (Rho) sebesar
0,576 dengan taraf signifikan 1% yaitu p Value <α (0,000<0,01), maka Ho ditolak Ha
diterima. Artinya terdapat hubungan positif antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan
imunisasi dasar pada bayi di Desa Medan Kecamatan sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada diDesa Medan Kecamatan sunggal
Kabupaten Deli Serdang harus lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatan dengan
prosedur dan jadwal-jadwal yang telah ditentukan tentang pemberian imunisasi dasar
pada bayi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pelaksanaan Imunisasi Dasar
PENDAHULUAN
10 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora
Indonesia menjadi salah satu Negara Prioritas yang diidentifikasi oleh WHO dan
UNICEF untuk melaksanakan akselerasi dalam pencapaian target 100%Universal Child
Immunization (UCI) Desa/Kelurahan. Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional (Gain) Universal
Child Immunization (UCI), 2010 adalah salah satu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada semua bayi (Anak dibawah umur 1 tahun) dan berdasarkan Rencana Program
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) pemerintah berkomitmen untuk mencapai target 100%
desa mencapai UCI pada tahun 2014.
Tercapainya UCI berupa cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 99%, imunisasi
tidak lengkap minimal 80%. Yang tidak lengkap 25%. Dari data di atas cakupan imunisasi
belum memenuhi UCI yang cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di 100% desa/kelurahan pada tahun 2014 (Menkes RI,2010). Cakupan imunisasi tahun 2009
untuk propinsi Sumatera Utara dengan jumlah bayi 8.224.220 imunisasi lengkap 70%,
Imunisasi tidak lengkap 20%, Tidak imunisasi sama sekali 10 % (Propil Kesehatan Sumatera
Utara,2010).
Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 9-12 bulan) untuk
memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai penyakit, kecacatan dan kematian.
Imunisasi merupakan benteng utama untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian akibat beberapa penyakit, seperti tuberkulosis (Tb), difteri, pertusis (batuk rejan/batuk
100 hari), hepatitis B, polio, dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak satu
kali (Anik, 2010).
Imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar. Dampak
pada suatu populasi yang tidak sama sekali mengimunisasi anak akan dapat menyebabkan
mudahnya anak terpapar penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga
anak-anak yang memiliki antibodi yang kurang mudah tertular sehingga keadaan yang terakhir
lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti
misalnya penyakit difteria dan poliomelitis (Corry, 2011).
Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi pelaksanaan ibu untuk mengimunisasi
bayinya.Mengimunisasi bayi merupakan suatu bentuk perilaku kesehatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu meliputi faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen
meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan tentang imunisasi, pekerjaan, dan kepercayaan ibu
tentang masalah kesehatan khususnya imunisasi seperti vaksin yang dapat menyebabkan anak
demam atau malah menjadi sakit, efek samping yang ditimbulkan vaksin yang dianggap
masyarakat sangat berbahaya yang berupa kesakitan dan kematian, persepsi tersebut sangat
salah karena vaksin merupakan produk yang sangat aman. Minimnya pengetahuan orangtua
11 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora
didapat tentang imunisasi dapat membuat para orangtua salah persepsi tentang imunisasi
sehingga persepsi yang buruk bisa mempengaruhi tidak terlaksananya imuniasi dengan baik,
persepsi yang negatif tersebut harus dirubah sehingga tidak ada lagi persepsi bahwa
mengimunisasi anak itu hanya membuat anak sakit bahkan kematian dan hampir semua efek
samping vaksin bersifat ringan dan sementara seperti nyeri pada bekas suntikan atau demam
ringan. Sedangkan faktor eksogen meliputi ada atau tidaknya fasilitas kesehatan serta motivasi
atau dukungan social dari keluarga, tokoh masyarakat, petugas kesehatan.(Notoatmodjo,
2010).Hasil penelitian Syamsuddin (2007) menunjukkan bahwa respon ibu yang memiliki balita
terhadap program imunisasi masih relative rendah, hal ini disebabkan karena masih ada
kepercayaan masyarakat yang melarang bayi keluar rumah sebelum berusia 1 bulan, ibu enggan
mengimunisasi bayinya karena takut resiko sakit pada anak, jarak rumah dengan tempat
pelayanan imunisasi yang jauh dan keterbatasan penghasilan keluarga.
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
METODE
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Desain yang
digunakan dalam penilitian ini adalah korelasi yaitu suatu penelitian untuk mengetahui
hubungan antara variabel satu dengan variabel lain (Notoatmodjo 2010). Peneliti ingin
mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan pelaksanaan imunisasi
dasar pada Bayi.
12 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora
13 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora
Menurut Tarwoto (2003) dalam Karina dan Warsito, pengetahuan juga dipengaruhi oleh
faktor pengalaman yang berkaitan dengan usia individu. Semakin matang usia seseorang akan
semakin banyakpengalaman hidup yang dimiliki, dan mudah untuk menerima perubahan
perilaku, karena usia ini merupakan usia paling produktif dan umur paling ideal dalam berperan
khususnya dalam pembentukan kegiatan kesehatan. Semakin cukup umur seseorang, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebihmatang dalam berfikir dan bekerja.
Walaupun terdapat persamaan hasil dengan beberapa penelitian tersebut, namun hal ini
belum sepenuhnya dapat disamakan.Ini disebabkan adanya kemungkinan perbedaan antara
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang disajikan oleh penelitian-penelitian tersebut.Jadi masih
terdapat kemungkinan adanya rendahnya pengetahuan bila dihadapkan dengan kuesioner yang
berbeda. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2003) yang
menyatakan bahwa adanya kecendrungan seseorang yang berpengetahuan tinggi akan lebih
cendrung untuk berperilaku baik dalam bidang kesehatan dalam hal ini berperilaku
mengimunisasikan anaknya.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa responden yangmemiliki pengetahuan
tentang imunisasi dasar dengan kategori cukup sebagian besar proses pelaksanaan imunisasi
dasar tidak lengkap yaitu sebanyak 24 responden, responden yang memiliki pengetahuan
tentang imunisasi dasar dengan kategori baik sebagian pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi
lengkap sebanyak 11 responden. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tentang
imunisasi dasar sebagian besar pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi dengan tidak lengkap
sebanyak 3 responden.
Dimana nilai koefisien korelasi yang didapat antara pengetahuan ibu dengan
pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi di Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang adalah sebesar 0,576 dengan taraf signifikan 1% yaitu p Value <α (0,000<0,01), maka
Ho ditolak Ha diterima. Artinya terdapat hubungan positif antara pengetahuan ibu dengan
pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi di Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas kesehatan Simalungun profil Kesehatan Puskesmas Gunung Maligas tahun 2010
Maryanti.Dwi.dkk, 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Balita. Cilacap : trans info media Jakarta
14 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8
Jurnal Kebidanan Flora
Ranuh IGN, 2011. Pedoman imunisasi di Indonesia. Ed keempat : Badan Penerbit SATGAS
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rosita saragih. 2011. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Dasar
Pada Bayi Di Puskesmas Polonia Tahun 2011. Diunduh dari
:http://uda.ac.id/jurnal/files/Rosita%20Saragih3.pdf
Soejatmiko, 2009. Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya Tahun 2009.
(online). http://wwwIDAI.go.id
15 | V o l u m e X I N o . 1 F e b r u a r i 2 0 1 8