Anda di halaman 1dari 9

Available online at https://stikesmu-sidrap.e-journal.

id/JIKP 155
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163
DOI:https:// doi.org/10.12345/jikp.v9i02.188

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir


Terhadap Tingkat Pengetahuan

Stefanus Timah
Universitas Pembangunan Indonesia Manado
stefanustimah@gmail.com
*corresponding author
Tanggal Pengiriman: 31 Agustus 2020, Tanggal Penerimaan: 21 Desember 2020

Abstrak
Neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama pada masa ini bayi sangat rentan terhadap penyakit dan
infeksi seperti tetanus toxoid setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena tetanus toxoid dan
400.000 akibat infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir terhadap pengetahuan dan tindakan ibu nifas hari 1-3 di
Puskesmas Ranomut. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experiment dengan
rancangan one grup pretest-posttest. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Besar
sampel adalah 30 responden dengan Uji statistik Wilcoxon sign Rank Test tingkat kemaknaan 0,05. Hasil
penelitian terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir terhadap
pengetahuan dan tindakan ibu nifas 1-3 hari. Kesimpulan Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan tali pusat bayi baru lahir maka terdapat peningkatan yaitu pada posttest pengetahuan dalam
kategori baik dengan prosentasi 73,3% dan posttest tindakan ibu bayi baru lahir dalam kategori baik
dengan prosentasi 66,7%.

Kata Kunci: perawatan tali pusat; pengetahuan; neonatus

Abstract

Neonates are babies born in the first 28 days of this period. Infants are very susceptible to diseases and
infections such as tetanus toxoid. Each year around 500,000 babies die from tetanus toxoid and 400,000
from bacterial infections. This study aims to determine the effect of health education on newborn
umbilical cord care on knowledge and actions of postpartum mothers day 1-3 at the Ranomut Health
Center. This type of research used in this study was a pre-experiment with a one-group pretest-posttest
design. The sampling technique used was purposive sampling. The sample size was 30 respondents with
the Wilcoxon sign Rank Test statistical test with a significance level of 0.05. The results showed that
there was an effect of health education on newborn umbilical cord care on knowledge and actions of 1-3
days postpartum mothers. Conclusion After being given health education about newborn umbilical cord
care, there was an increase, namely the posttest knowledge in the good category with a percentage of
73.3% and posttest actions of the mother of newborns in the good category with a percentage of 66.7%.

Keywords: cord care; knowledge; neonates

PENDAHULUAN
Salah satu yang menyebabkan kematian pada bayi baru lahir adalah infeksi tali pusat yang
merupakan jaringan yang sangat unik dan bisa menjadi infeksi pada bayi baru lahir jika tidak
dirawat dengan baik dan benar, setelah bayi baru lahir tali pusat akan dipotong dan akan
membentuk luka dan memungkinkan segala bakteri dan kuman berkoloni dan hidup di

This is an open access article under the CC–BY-SA license.


Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 156
Stefanus Timah

dalamnya. Bakteri yang hidup di dalamnya akan menyebabkan infeksi pada tali pusat atau
disebut omphalitis (Sumaryani, 2006, dalam Permanasari, 2015).
Neonatus atau bayi baru lahir meliputi 0-28 hari, kehidupan pada masa neonatus ini sangat
rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya. WHO,2012. Tetanus neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab
kesehatan dan kematian secara terus menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar
500.000 bayi meninggal karena tetanus toxoid dan 400.000 akibat infeksi bakteri. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus, diperkirakan 2/3 kematian
bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus (Rohmayana, 2011). Angka kematian
bayi baru lahir di Indonesia mencapai 35/1000 kelahiran hidup atau dua kali lebih besar dari
target World Health Organization (WHO) tahun 2016 sebesar 15/1000 kelahiran hidup (WHO,
2016).
Pada tahun 2016, angka kematian bayi atau Infont Mortality Rate (IMR) di Indonesia
masih cukup tinggi yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup artinya terdapat 31,04 bayi meninggal
dalam setiap 1000 kelahiran (Rohmayana, 2011). Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga
tahun 2015, penyebab langsung kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya asfiksia
(27%), tetanus neonatorum (10%), masalah pemberian makanan (10%) gangguan hematologi
(6%) dan lain-lain (13%) (Kemenkes RI, 2016).
Di Provinsi Sulawesi Utara Angka Kematian Bayi tahun 2010 sebanyak 242/1000
kelahiran hidup dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 257/1000 kelahiran
hidup, penyebab kematian bayi di Provinsi Sulawesi Utara antara lain BBLR (32,6%), Asfiksia
(29,3%), Tetanus (0,38%), Sepsis (6,2%), Kelainan Kongenital (4,7%), Ikterus (0,38%), dan
lain-lain (26,4%).
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2015 di Indonesia terdapat 14 kasus bayi terkena
infeksi tetanus neonatorum dan 6 orang meninggal dunia dengan case fatality rate 42,9 %,
khususnya di Sulawesi Utara terdapat 1,3% dan Kota Manado 0,5% serta 1 pasien yang
meninggal Puskesmas Ranomut.
Angka insiden yang terkena infeksi sebagai akibat langsung dari tinggal di rumah sakit dan
prosedur rumah sakit semakin meningkat. Beberapa negara telah mengesahkan undang-undang
yang mengharuskan rumah sakit untuk melaporkan angka infeksi dan jenis infeksi tertentu. The
Joint Commission (2017), memandang hal ini sebagai masalah keamanan klien. Pencegahan dan
kontrol infeksi penting untuk menciptakan lingkungan pelayanan kesehatan yang aman bagi
klien dan staf. Seorang perawat, memiliki peran primer dalam pencegahan dan control infeksi
dalam semua tatanan pelayanan kesehatan (Potter dan Perry, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit berkembang didapat 47% bayi dirawat
sepsis dan penyebab utamanya adalah infeksi tali pusat dan 21% bayi mengalami omphalitis. Di
negara berkembang infeksi pada tali pusat biasanya disebabkan karena perawatan tali pusat yang
kurang bersih, tindakan persalinan yang kurang steril dan cakupan tetanus toksoid pada ibu
hamil yang masih kurang (Sumaryani dalam Aditya, 2015). Diagnosis infeksi pada bayi baru
lahir tidak mudah, misalnya pada infeksi tunggal tali pusat (omphalitis). Infeksi pada bayi baru
lahir cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol
lagi. Diagnosis dini sering dibuat apabila petugas pelayan kesehatan cukup waspada terhadap
pelayanan tingkah laku bayi baru lahir, yang sering kali merupakan tanda awal infeksi umum
(Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2002)

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 157
Stefanus Timah

Perawatan pencegahan dan kontrol infeksi pada bayi harus didukung oleh kemauan dan
adanya pengetahuan ibu serta petugas kesehatan , maka dari itu ibu harus mempunyai
pengetahuan dan informasi yang cukup. Deswani (2010) menyatakan apabila informasi baru
disebarkan dengan efektif, yakni petugas kesehatan dan pasien diberi pendidikan lebih baik
dapatmerubah perilakunya. Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmojo, 2010)
Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman, selain itu jugadari informasi yang
berasal dari seseorang (WHO, 2017). Seorangg perawat bisa memberikan informasi pengetahuan
saat pasien berada di instansi kesehatan.. Cara ini merupakan pemberian informasi pengetahuan
yang sasaranya ke pasien dan keluarga, bukan hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan,
semua apakah pasien dan keluarga mengetahui factor resiko apa yang dapat membuat
penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap
kondisi penyakitnya (Raff, 2011).
Melihat permasalahan di atas, ibu bayi baru lahir seharusnya mempunyai pengetahuan dan
tindakan yang cukup dalam perawatan pada bayi baru lahir, sehingga tidak terjadi peningkatan
kematian pada bayi baru lahir, misalnya mengetahui menyusui bayi sangat penting, merawat tali
pusat, mengkaji kondisi umum bayi, jika ada kemerahan pada pusat, pendarahan atau tercium
bau busuk, bayi segera dirujuk. Tanda-tanda bahaya pada bayi bisa dicatat semua data yang
ditemukan. Jika bayi meninggal penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar
kabupaten atau provinsi dan nasional.
Pengetahuan dan tindakan perawatan tali pusat dapat diberikan pada asuhan keperawatan
sejak pasien berada di instansi kesehatan, salah satunya melalui pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan dengan adanya
pesan tersebut masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik (Notoatmojo, 2010).
Survey awal di Puskesmas Ranomut pada bulan Januari sampai Maret 2018 jumlah pasien
rawat inap terdapat 30 pasien dengan 4 pasien yang terinfeksi tali pusat bayi baru lahir yang
disebabkan oleh peralatan medis yang tidak steril, jumlah tenaga kesehatan termasuk perawat
berjumlah 36 orang, menurut tenaga kesehatan perawat, bidan dan dokter akan memberikan
informasi tentang perawatan tali pusat, sesaat sebelum pasien pulang. Dari hasil wawancara
peneliti dengan pasien, ibu post partum rawat inap sehari, belum diberikan informasi perawatan
tali pusat pada bayi, karena pasien sendiri masih melakukan perawatan tali pusat dari
pengalaman sebelumnya misalnya pasien mengenakan pakaian pada bayi di atas tali pusat yang
masih basa. oleh karen itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan perawatan tali pusat bayi baru lahir terhadap tingkat pengetahuan.

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pre experiment dengan rancangan One
Grup Pretest-Postest (Nursalam, 2012). Ciri dari rancangan ini adalah untuk mengungkapkan
adakah hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan suatu kelompok subjek. Satu kelompok
sebelum diberikan perlakuan tertentu diberikan pretest terlebih dahulu, kemudian setelah

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 158
Stefanus Timah

perlakuan dilakukan pengukuran lagi untuk mengetahui akibat dari perlakuan. Penelitian ini
telah dilaksanakan di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado, Penelitian telah
dilaksanakan pada bulan Mei 2020.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bayi yang baru lahir yang berada di Puskesmas
Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado berjumlah 30 responden. Sampel adalah bagian
atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Tehnik penariksan sampel dalam penelitian
ini adalah purposive sampling dengan Uji statistik Wilcoxon sign Rank Test tingkat kemaknaan
0,05. Wilcoxon Signed Rank Test adalah uji nonparametris untuk mengukur signifikansi
perbedaan antara 2 kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi
tidak normal. Dengan jumlah 30 sampel. Dan melihat Kriteria Inklusi: Tercatat ibu dengan bayi
baru lahir rawat inap, Ibu melahirkan spontan dan ibu tanpa komplikasi Saat melahirkan, Ibu
yang bayinya baru lahir cukup bulan. Faktor yang menyebebakan responden tidak diambil
sebagai sampel dengan Kriteria Eksklusi: Ibu yang tidak bersedia untuk menjadi responden
penelitian dan Ibu yang SC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan di Puskesmas Ranomut


Kota Manado (n=30)
Karakteristik n %
Pendidikan
SMP 2 6,7
SMA 20 66,7
PT 8 26,6
Pekerjaan
PNS 6 20
Swasta 10 33.3
IRT 14 46,7

Tabel 1 memperlihatkan distribusi menurut pendidikan responden. Berdasarkan hasil


penelitian yang dilakukan didapatkan karakteristik pendidikan respoden terbanyak ialah
pendidikan SMA yaitu 20 responden (66,7%). Berdasarkan pekerjaan terbanyak ialah sebagai
ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 14 responden (46,7%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Tindakan Sebelum Pendidikan Kesehatan


Di Puskesmas Ranomut Kota Manado (n=30)
Variabel n %
Pengetahuan
Kurang 17 56,7
Cukup 10 33,3
Baik 3 10
Tindakan
Kurang 20 66,7
Cukup 9 30
Baik 1 3.3

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 159
Stefanus Timah

Berdasarkan tabel 2 terlihat pengetahuan ibu nifas sebelum perlakuan pendidikan


kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir sebanyak 17 responden atau 56,7%.
Sedangkan tindakan ibu nifas sebelum perlakuan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali
pusat bayi baru lahir sebanyak 20 responden atau 66,7 % tindakan kurang, 9 responden atau 30%
tindakan cukup dan 1 responden atau 3,3% tindakan baik.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Tindakan Setelah Pendidikan Kesehatan


Di Puskesmas Ranomut Kota Manado (n=30)
Variabel n %
Pengetahuan
Kurang 2 6,7
Cukup 6 20,0
Baik 22 73,3
Tindakan
Kurang 2 6,7
Cukup 8 26,7
Baik 20 66,7

Tabel 3 terlihat pengetahuan ibu nifas sesudah perlakuan pendidikan kesehatan tentang
perawatan tali pusat bayi baru lahir sebanyak 2 responden atau 6,7 % pengetahuan kurang, 6
responden atau 20% pengetahuan cukup dan 22 responden atau 73,3% pengetahuan baik
Sedangakan tindakan ibu nifas sesudah perlakuan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali
pusat bayi baru lahir sebanyak 2 responden atau 6,7 % tindakan kurang, 6 responden atau 20%
tindakan cukup dan 22 responden atau 66,7% tindakan baik.

Tabel 4. Deskripsi Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Tali usat Bayi
Baru Lahir Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas Hari 1-3 di Puskesmas Ranomut
Kota Manado (n=30)
Median Standar
Mean P-value
Pengetahuan (Minimum-Maximum) Deviasi
Pretest 1,000 1,5 0.68
(1,00-3,00) 0,000
Postest 3,000 2,6 0,60
(1,00-3,00)

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa Berdasarkan table diatas terlihat Ho ditolak karena
nilai asymp sig < nilai α , oleh karena nilai asymp sig = 0,000< α =0,05 maka Ho ditolak yang
berarti bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu nifas sebelum dan sesudah perlakuan pemberian
pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir di Puskesmas Ranomut Kota
Manado.
Tabel 5 terlihat bahwa Berdasarkan table diatas terlihat Ho ditolak karena nilai asymp
sig < nilai α , oleh karena nilai asymp sig = 0,000< α =0,05 maka Ho ditolak yang berarti
bahwa ada perbedaan tindakan ibu nifas sebelum dan sesudah perlakuan pemberian pendidikan
kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 160
Stefanus Timah

Tabel 5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Tali usat Bayi Baru Lahir
Terhadap Tindakan Ibu Nifas Hari 1-3 di Puskesmas Ranomut Kota Manado (n=30)
Standar Nilai Nilai
Median P-value
Tindakan Mean Deviasi Maximum Minimum
Sebelum 1,37 0,56 1,000 1,5 0,68
Sesudah 2,60 0,62 3,000 2,6 0,60 0,000

Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebelum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan,
bahwa ibu kurang memahami perawatan tali pusat hal ini berdasarkan dari hasil yang diperoleh,
30 ibu bayi baru lahir yang diberikan perlakuan yakni untuk pretest tingkat pengetahuan masuk
kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden atau 57,7% dan pretest tindakan kategori kurang
sebanyak 20 responden atau 66,7%. Maka dari hasil persentase terbesar ibu bayi baru lahir
masih kurang memahami tentang pengetahuan dan tindakan perawatan tali pusat. Berdasarkan
hasil di atas maka peneliti memberikan pendidikan kesehatan untuk mengetahui apakah
pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan tindakan tentang perawatan
tali pusat pada ibu bayi baru lahir.
Adanya perbedaan tingkat pengetahuan dan tindakan itu dipengaruhi oleh perilaku baik
dari dalam atau dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain persepsi,
motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Sean, 2010). Lingkungan sosial
akan mendukung terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Apabila ekonomi baik tingkat
pendidikan tinggi secara otomatis pengetahuan juga akan semakin baik dan semakin tua umur
seseorang maka pengalaman seseorang akan semakin banyak (Notoadmodjo, 2010).
Menurut Notoadmodjo (2010) pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan, seperti memberikan informasi
pada ibu bayi baru lahir mengenai perawatan pencegahan dan control infeksi pada bayi yang
harus didukung oleh kemauan, ketrampilan dan adanya pengetahuan ibu serta petugas kesehatan
maka dari itu ibu harus mempunyai pengetahuan dan informasi yang cukup. Sean (2010)
menyatakan apabila informasi baru disebarkan dengan efektif yakni petugas kesehatan dan
pasien diberi pendidikan lebih baik dapat merubah perilakunya.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Ranomut Kota Manado memberikan
informasi kepada ibu bayi baru lahir tentang pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat
sesaat sebelum pemulangan, dalam hal ini pada saat pemberian pendidikan kesehatan pihak
puskesmas belum memberikan buku panduan misalnya leaflet, brosur ataupun modul yang salah
satu metode untuk dapat mempermudah dan memperdalam pengetahuan ibu sehingga tidak
muda lupa.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri (2015) bahwa metode ceramah dengan
pemberian modul lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan tindakan dibandingkan
metode ceramah tanpa disertai modul. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalamn, selain
itu juga dari informasi yang berasal dari seseorang.
Seorang perawat bisa memberikan informasi pengetahuan saat pasien berada di instansi
kesehatan. Menurut buku saku keperawatan jiwa, dalam hubungan pasien dan perawat, perawat
menggunakan diri dan teknik-teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk
meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien. Bisa disimpulkan sebelum diberikan

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 161
Stefanus Timah

pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat , tingkat pengetahuan dan tindakan ibu bayi
baru lahir masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini ibu bayi baru lahir yang memahami perawatan tali
pusat, setelah diberikan pendidikan kesehatan maka semakin meningkat yaitu pada posttest
tingkat pengetahuan masuk kategori baik sebanyak 22 responden atau 73,3% dan posttest
tindakan masuk kategori baik sebanyak 20 responden atau 66,7%. Dengan melihat hasil
penelitian di Puskesmas Ranomut Kota Manado yang didapatkan, terdapat peningkatan
pengetahuan ibu bayi baru lahir yang masuk dalam kategori baik.
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bantuk intervensi keperawatan
yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat
berperan sebagai pendidik (Slameto dkk, 2016). Dimana perawat bisa memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu bayi baru lahir.
Pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoadmodjo, 2010).
Adanya peningkatan pengetahuan dan tindakan pada ibu bayi baru lahir juga dipengaruhi
oleh penggunaan metode pada waktu memberikan pendidikan kesehatan yaitu demonstrasi dan
tanya jawab yang dilakukan saat memberikan pendidikan kesehatan dan pemberian tindakan
perawatan tali pusat, dimana ada komunikasi timbale balik antara peneliti dengan responden
yakni bisa menanyakan langsung apa yang kurang jelas, karena komunikasi mencakup
penyampaian informasi dan pertukaran pikiran serta perasaan dan merupakan cara yang
digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena itu komunikasi sangat penting
untuk mencapai keberhasilan intervensi keperawatan karena proses keperawatan ditunjukan
untuk meningkatkan perubahan perilaku yang lebih baik.
Ditunjang dengan pemberian leaflet yang merupakan salah satu media pendidikan, setelah
pemberian pendidikan kesehatan sehingga ibu bisa lebih mengingat dan memahami dalam
perawatan tali pusat bayi baru lahir. Dalam memberikan pendidikan kesehatan hendaknya
menggunakan salah satu media kesehatan. Menurut Notoadmodjo (2017), media pendidikan
kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual), berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media).
Hasil analisa dengan menggunakan uji Wilcoxon pretest pengetahuan dan posttest
pengetahuan nilai Z=-3,975 dan Asymp. Sign(2-tailed)= 0,000. Sedangkan untuk pretest dan
posttest tindakan menghasilkan nilai Z=-4,173 dan Asymp. Sign(2-tailed)= 0,000. Jika
probabilitas < α 0,05 maka, artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan
tali pusat bayi baru terhadap pengetahuan dan tindakan ibu nifas 1-3 hari di Puskesmas Ranomut
Kota Manado.
Penelitian juga yang dilakukan Pracita Rohmayana (2011) dalam penelitiannya bahwa
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ayah dalam merawat tali pusat di
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakakarta. Ada pengaruh yang bermakna antara
pemberian pendidikan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan responden.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 162
Stefanus Timah

Pendidikan kesehatan menurut Puspita (2013) merupakan proses perubahan yang


bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat kearah yang positif secara
terencana melalui proses belajar. Proses tersebut mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan
melalui proses pendidikan kesehatan.
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam menangkap sesuatu yang diketahui.
Menurut Puspita (2013) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oeh orang yang
didapat secara formal dan informal Pengetahuan seseorang bisa meningkat jika didukung dengan
berbagai faktor, salah satunya adalah ketersediaan alat-alat atau fasilitas yang cukup seperti
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007),
mempengaruhi pengetahuan terdiri dari 2 yaitu : Faktor internal yaitu pendidikan, motivasi,
pengalaman dan faktor eksternal terdiri dari lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan
informasi.
Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2013). Pengetahuan juga dapat diperoleh dari
pengalaman, selain itu juga dari informasi yang berasal dari seseorang (WHO, 2013). Seorang
perawat bisa memberikan informasi pengetahuan saat pasien berada di insansi kesehatan
sebelum pasien kembali pulang. Salah satu peran perawat adalah meningkatkan pemahaman
masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
pengetahuan (Puspita, 2013) yaitu salah satunya melalui pendidikan kesehatan.
Metode pendidikan kesehatan juga berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan ibu
seperti demonstrasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang diungkapkan Gave dkk (2016)
menyatakan bahwa daya tangkap terhadap informasi sangat dipengaruhi oleh keefektifan fungsi
indera untuk menangkap stimulus yang diberikan sehingga dicerna dengan baik menjadi suatu
informasi, semakin banyak jumlah indra yang terlibat dalam suatu proses penerimaan informasi
maka akan semakin berat daya tangkap terhadap stimulasi tersebut.
Pendapat yang serupa diungkapkan juga oleh Syah (2014) bahwa metode ceramah,
demonstrasi dan latihan sangat mempengaruhi hasil proses belajar yang berorientasi pada
tindakan jasmaniah. Tindakan merupakan sesuatu yang dilakukan setelah menerima
pembelajaran tertentu dan hasil efektif yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu
dengan makna yang terkandung dalam aktivitas mental atau otaknya (Puspita, 2003).
Menurut Putrii, (2011) menyatakan nahwa pengetahuan akan mendukung kemampuan
untuk melakukan prosedur-prosedur yang dimaksud. Menurut Rohmayana (2010) ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan yaitu kemampuan, motivasi, pengetahuan,
pengalaman dan minat. Hal yang sama juga adanya penelitian yaitu adanya pengaruh pendidikan
kesehatan tentang perawatan tali pusat terhadap tiingkat pengetahuan dan ketrampilan ibu bayi
baru lahir di RS PKU Muhammadiyah Yogykarta.
Asumsi peneliti dari hasil penelitian ternyata sebagian besar responden telah
berpendidikan SMA dengan demikian jika diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang
perawatan tali pusat bayi baru lahir sehingga ibu dapat berperilaku baik berakibat proses
penyembuhan tali pusat pada bayi akan semakin baik. Responden dalam hal ini ibu yang
melakukan perawatan dengan diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang perawatan tali
pusat bayi baru lahir, ibu semakin memahami dan berani untuk melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur kesehatan yang berlaku.

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, 09 (2), 2020, 155-163 163
Stefanus Timah

SIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pretest pengetahuan masuk kategori kurang
lebih banyak dibandingkan dengan pretest tindakan ibu bayi baru lahir masuk dalam kategori
kurang dengan baik Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi
baru lahir maka terdapat peningkatan yaitu pada posttest pengetahuan dalam kategori baik lebih
banyak. Tindakan sebelum dilakukan Pendidikan kesehatan lebih banyak ibu ber pengetahuan
kurang tentang perawatan tali pusat. Tindakan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan lebih
banyak ibu telah melakukan tindakan baik terhadap perawatan tali pusat. Ada pengaruh sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir terhadap
pengetahuan dan tindakan ibu nifas 1-3 hari di Puskesmas Ranomut Kota Manado. Ada
pengaruh sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir
terhadap pengetahuan dan tindakan ibu nifas 1-3 hari di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya. (2016). Pengaruh discharge planning terhadap pengetahuan ibu dalam merawat anak
dengan diare di PKU Muhamadiyah Yokyakarta. Yogyakarta. PT Gramedia Jakarta.
Arikunto. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Rineka cipta. Jakarta.
Dyah. (2014). Gambaran pelaksanaan Discharge planning pada ibu postpartum di rumah sakit
umum daerah Sleman Yogyakarta. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Dalam praktek kebidanan. Jakarta.
Deswani. (2010). Panduan Praktek klinik dan laboratorium keperawatan maternitas. Salemba
Medika. Jakarta.
Lombogia. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Konsep Teori, dan Modul
Praktikum.Edisi I. Indomedia Pustaka. Yogyakarta.
Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka cipta. Jakarta.
Permanasari. (2015). Perbedaan Lama Pelepasan tali pusat antara tertutup dan
dibiarkan terbuka. Indomedia Pustaka. Yogyakarta.
Potter. (2010). Fundamentals of Nursing buku 2 edisi 7. Salemba Medika.Jakarta.
Putri, T. A. (2011). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi
Baru Lahir di BPS Vitarina Pekalongan Lampung Timur. Journal Kebidanan Vol 4. No 7
Lampung
Rohmayana, 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan
keterampilan ayah dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta. Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Setiawan. (2013). Pengaruh pendidikan kesehatan disertai buku panduan terhadap
pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam perawatan kolostomi di ruang bedah anak
RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. Tesis Pascasarjana. Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Syah. (2010). Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Ketrampilan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
WHO. (2016). Guideline Io: care of the umbilical cored review of the eviden on care umbilical
cord, British Colombia. Terjemahan Jakarta

Copyright © 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah


ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Anda mungkin juga menyukai