Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1. Masalah Utama

Halusinasi Pendengaran dan penglihatan

2. Proses Terjadinya Masalah

1) Pengertian

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai

dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu atau merasakan stimulus

yang sebenarnya tidak ada (Anna Budi Keliat, 2009: 109).

2) Etiologi

Halusinasi dapat terjadi pada pada (DepKes, 1983:123)

- Gangguan mental organic

Merupakan gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik

atau otak dengan gambaran utama meliputi gangguan fungsi kognitif misalnya,

daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan daya belajar (learning), gangguan

sensirium mislanya gangguan kesadaran dan perhatian serta syndrome dengan

manifestasi yang menonjol meliputi persepsi (halusinasi), dan isi pikir (waham),

dan suasana perasaan (depresi, gembira, cemas) (PPDGJ_III, 2001: 21).

- Skizofrenia

Suatu syndrome dengan variasi penyebab dan perjalan penyakit yang ditandai

dengan adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi serta afek yang tidak

wajar atau tumpul (PPDGJ_III, 2001: 46).

1
2

- Sindroma putus obat

Merupakan suatu keadaan yang menimbulkan terjadinya gejala fisik yang

bervariasi sesuai dengan sat yang digunakan, gangguan psikologis (ansietas,

depresi, dan gangguan tidur), yang khas pasien melaorkan bahwa gejala tersebut

akan mereda dengan meneruskan penggunaan sat tersebut (PPDGJ_III, 2001: 37).

- Keracunan obat

Merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau

sat psikoaktif lainnya sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif atau

persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis (PPDGJ_III,

2001: 37).

3) Gejala

Karakteristik gejala halusinasi meliputi:

1. Kognitif

- Sulit berkonsentrasi

- Tidak mampu mengambil keputusan

- Sukar membedakan nyata dan tidak nyata

- Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai hubungan yang logis satu

sama lain)

2. Afektif

- Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan

- Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran dan pengalaman orang lain

3. Perilaku dan hubungan sosial

- Cenderung menarik diri


3

- Duduk terpaku dengan pandangan satu arah, tersenyum atau berbicara sendiri

- Aktivitas kurang terkontrol tiba-tiba marah dan menyerang orang lain

- Gelisah

- Inkoheren

4. Fisik

- Muka pucat

- Sulit tidut

- Berat badan menurun

- Napsu mkan menurun

- Individu sering menguap

- Hygiene kurang

- Penampilan kurang rapi

4) Jenis –jenis halusinasi (DepKes, 1983:123-124)

- Halusinasi dengar (akustik, auditorik)

Individu itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau

mengancam padahal tidak ada suara disekitarnya.

- Halusinasi lihat (Visual)

Individu itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.

- Halusinasi bau/hirup (olfaktorik)

Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi kecap. Individu yang mengalami,

mengatakan mencium bau-bauan seperti bau kemenyan, bau bunga, bau mayat

yang tidak ada sumbernya.

- Halusinasi kecap (gustatorik)


4

Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau/hirup. Individu merasa

mengecap sesuatu di mulutnya.

- Halusinasi singgung (taktil/ kinaesthetik)

Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul.

Bila rabaan ini berupa rangsangan seksual maka halusinasi ini disebut halusinasi

haptik.

5) Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi berkembang menjadi 4 fase (Haber, dkk, 1982:602-608):

a. Fase pertama (conforting)

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah, dan

kesepian. Klien mungkin memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan

untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong sementara klien

masih dapat mengontrol kesadaranya dan mengenal pikirannya namun intensitas

persepsi meningkat.

b. Fase kedua (codeming)

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan

sensasi. Halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila

oranglain mendengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnya, klien membuat

jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah

halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.


5

c. Fase ketiga (controlong)

Halusinasi lebih menonjol, menguasai, dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa

dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberinya kesenangan dan

rasa aman sementara.

d. Fase keempat (conquiring)

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah, dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan

orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Proses ini menjadi kronik

bila tidak dilakukan intervensi.

3. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan

1) Pohon Masalah

effect Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain,


dan lingkungan

Core Perubahan sensori- perceptual : Gangguan dalam


problem pemeliharaan
Halisinasi pendengaran dan penglihatan
kesehatan

Kerusakan interaksi sosial: Gangguan pemenuhan


Causa
Menari diri ADL

Causa Harga diri rendah

Causa Koping individu tidak efektif


6

2) Masalah keperawatan yang perlu Dikaji


1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a) Data subyektif :

- Mendengar suara-suara

- Takut terhadap suara yang didengar

- Ingin memukul dan melempar barang-barang.

b) Data obyektif :

- Klien melempar barang didepanya

- Klien meludahi orang didekatnya

- Klien masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya dengan alasan amuk

- Klien mencoba melukai diri sendiri.

2. Perubahan sensori perceptual: halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri

3. Gangguan interaksi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan Koping individu

tidak efektif

4. Diagnose Keperawatan

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan khusus:

1. TUK 1: Bina hubungan saling percaya

R/ Hubungan perawat pasien yang saling terbuka memberi rasa aman bagi pasien

untuk berinteraksi.
7

Tindakan keperawatan:

1) Adakan kontak sering dan singkat

2) Ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat

3) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

4) Ajar klien untuk membicarakan hal-hal yang nyata di lingkungan.

2. TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya

R/ dengan mengenal persepsi dan perilaku, kesadaran klien akan meningkat.

1) Observasi perilaku (verbal dan non verbal) berhubungan dengan halusinasi

2) Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan hal yang tidak nyata bagi

perawat.

3) Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi, dan

frekwensi timbulnya halusinasi.

4) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi muncul.

3. TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasinya

R/ Dengan mengontrol halusinasi, dapat mencegah terjadinya cedera.

1) Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara tersebut

muncul

2) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif

3) Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan cara mengendalikan

halusinasi

4) Dorong klien untuk memilih cara yang digunakannya dalam menghadapi

halusinasi.

5) Beri penguatan dan opujian terhadap pilihan klien yang benar


8

6) Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah dipilih

dalam menghadapi halusinasi.

7) Diskusikan dengan klien upaya hasil yang telah dilakukan

8) Beri penguatan terhadap upaya yang barhasil, dan beri jalan keluar terhadap

upaya yang belum berhasil.

4. TUK 4: Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasi

R/ dukungan keluarga diperlukan untuk membantu pasien mengendalikan

halusinasinya

Tindakan keperawatan:

1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

2) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda, dan cara merawat klien

dirumah

3) Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien dirumah

4) Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat.

5. TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya

R/ Keteraturan pengobatan dapat mencegah timbulnya halusinasi

1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan

halusinasi

2) Bantu klien untuk memastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan program

dokter

3) Observasi tanda dan gejala terkait efek samping obat dan efek obat

4) Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat.


9

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktek keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta: EGC

Budi, Anna Keliat. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Direktorat Kesehatan Jiwa.1983.Pedoman perawatan Psikiatrik. Jakarta: DepKes RI

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosa keperawatan
jiwa berat bagi program S-1 keperawatan.

Maslim, Rusli. 2001. Diagnosa Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya

Anda mungkin juga menyukai