Anda di halaman 1dari 4

F3.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

“PEMBERIAN DAN PENYULUHAN IMUNISASI BALITA DI POSYANDU”

LATAR BELAKANG
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan, dari
penyakit menular dan penyakit tidak menular termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi adalah dengan meningkatkan kesadaran bahwa betapa pentingnya kesehatan.
Pemerintah telah merencanakan kegiatan imunisasi dari tahun 1956, yang dimulai di Pulau Jawa
dengan vaksin cacar.
Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa sejak didalam kandungan
ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai
penyakit infeksi dan menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar
anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi adalah suatu upaya pencegahan
untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari
penyakit infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat infeksi tidak akan
meninggal atau menderita cacat. Anak yang diimunisasi akan terhindar dari ancaman penyakit
yang ganas dan menular tanpa bantuan pengobatan.
Undang- Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 130 menyatakan bahwa
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan
datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia),
pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut Program
Pengembangan Imunisasi (PPI). Wajib itu artinya semua anak yang tinggal di Indonesia wajib
diberikan lima jenis imunisasi untuk mencegah tujuh jenis penyakit. Meski penting, namun
pemerintah tak mewajibkan semua jenis imunisasi. Hanya ada 5 jenis imunisasi yang wajib
diberikan kepada anak yaitu imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin), hepatitis B, DPT
(Difteri Pertusis Tetanus), Polio, dan campak.
Imunisasi sudah terbukti manfaat dan efektifitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah
dengan berdasarkan kejadian berbasis bukti. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang
dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh
vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7% anak belum mendapatkan vaksinasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menggalakkan pemberian imunisasi dasar kepada bayi secarah menyeluruh atau
universal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional dalam
rangka UCI (Universal Child Immunization ) 2010-2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 741/MENKES/PER/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Kabupaten/ kota menyebutkan bahwa
SPM Imunisasi adalah tercapainya cakupan desa / kelurahan UCI 100 % mulai tahun 2010.
Sampai saat ini upaya pencapaian Desa/ Kelurahan UCI 100 % belum mencapai yang
diharapkan.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat dengan
bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan dan perilaku
kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan seorang ibu akan
mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak.

PERMASALAHAN DIMASYARAKAT
Riset terbaru di Lancet yang memaparkan situasi global tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap vaksin di 67 negara, menemukan berbagai faktor kompleks penyebab timbulnya
keraguan terhadap program imunisasi; di antaranya politik, sejarah, hubungan dengan petugas
kesehatan, dan faktor emosional.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan keraguan terhadap vaksin (imunisasi)
terjadi saat seseorang menunda atau menolak mendapatkan pelayanan imunisasi yang tersedia.
Kondisi ini bersifat kompleks dan spesifik, sangat bervariasi dari waktu ke waktu, berbeda antar
tempat dan juga untuk tiap jenis vaksinnya.
Suatu riset meta-analisis kualitatif–dari berbagai penelitian yang sudah dipublikasikan
online–tentang faktor pendorong keraguan terhadap vaksin di beberapa negara berpenghasilan
tinggi, sebenarnya tidak menunjukkan sesuatu yang mengejutkan. Umumnya penolakan orang
tua terhadap vaksinasi bervariasi untuk tiap vaksin, sesuai dengan konteks sosial-budaya,
keadaan sosial dan pengalaman pribadi masing-masing. Walau latar belakang para orang tua
sangat heterogen, pola pengambilan keputusan orang tua terhadap vaksinasi memiliki gambaran
yang mirip. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi orang tua menolak atau menerima program
imunisasi atau vaksin tertentu.
Dari riset meta-analisis tersebut ditemukan pentingnya norma sosial dan dukungan dari
kelompok pro-vaksin, agar vaksinasi menjadi “hal yang normal dilakukan” bagi mayoritas orang
tua. Ini agar mereka menerima vaksinasi tanpa pikiran berpikir dua kali. Kemudahan akses, dan
adanya rekomendasi tentang pentingnya imunisasi oleh pemerintah dan sumber yang dipercaya
berkontribusi besar agar vaksinasi dapat diterima sebagai norma sosial bagi orang tua.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan keamanan vaksin merupakan
faktor yang sangat penting. Kepercayaan masyarakat yang rendah dapat menyebabkan
masyarakat enggan dan menolak program imunisasi. Contohnya di Ukraina, WHO melaporkan
[adanya kejadian luar biasa (KLB) campak] dengan total kasus mencapai 28.182 kasus dengan
13 kematian hingga Agustus 2018 akibat adanya kecemasan tentang keamanan vaksin, ketidak
percayaan terhadap pemerintahan, dan sistem kesehatan yang jelek.

PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan masalah diatas, pilihan intervensi yang dilakukan adalah melakukan
pemberian vaksinasi dan melakukan penyuluhan singkat mengenai imunisasi. Kegiatan ini
dilaksanakan di Posyandu wilayah kerja PKM Sarudu yang di lakukan rutin setiap bulan.
Penyuluhan dilakukan dengan tujuan membangun kepercayaan masyarakat dalam program
imunisasi adalah upaya mengubah dan mempengaruhi pikiran seseorang bahwa imunisasi adalah
satu metode pencegahan penyakit yang paling efektif.

PELAKSANAAN
Kegiatan imunisasi ini dilakukan di Posyandu wilayah kerja PKM Sarudu pada tanggal 26
Juni 2021. Sasaran imunisasi adalah balita yang berada dan tinggal di lingkungan sekitar lokasi
kegiatan dan penyuluhan singkat dilakukan kepada Ibu Balita.

EVALUASI
Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi balita di posyandu berjalan dengan lancar
dan baik. Semua balita yang datang untuk imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi balita yang
tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan jadwal pemberian).
Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu mengikuti penyuluhan
sampai selesai. Karena penyuluhan sendiri dilakukan setelah pemberian imunisasi selesai.
Penyuluhan dilakukan dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta yang
hadir untuk memahami materi. Respons peserta cukup baik yang ditunjukkan dengan
memperhatikan, memberi tanggapan, dan mengajukan pertanyaan.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dikarenakan kurangnya petugas lapangan.
Kegiatan posyandu bukan saja dilakukan imunisasi balita tapi dirangkaikan sekaligus dengan
kegiatan posyandu lansia dan pemeriksaan rutin ibu hamil. Sehingga pelayanan yang dilakukan
hanya terfokus kepada pelayanan seperlunya saja agar semua balita ibu dan lansia yang datang
dapat terlayani. Sedangan intervensi preventif yaitu berupa penyuluhan yang merupakan salah
satu tujuan penting dari Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer masih kurang.

Anda mungkin juga menyukai