Anda di halaman 1dari 7

F6.

Upaya Pengobatan Dasar

“ GOUT ARTHRITIS”

Arthritis gout merupakan salah satu penyakit degeneratif dan suatu sindrom klinik
akibat deposit kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan
inflamasi akut. Gout berarti penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol
metabolisme asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri
pada tulang dan sendi. Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain yang
mendukung, seperti :
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperurisemia), retensi asam urat, atau keduanya
2.  Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
a. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperurisemia. 
b. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretik, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan
etambutol.

Salah satu tanda dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam
darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah
jenis kelamin, BMI, dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat
yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia.
Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout, sangat berhubungan
erat dengan sindrom metabolik seperti hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas
truncal, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Didapatkan bukti bahwa
hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kardiovaskuler. Insiden dan prevalensi gout di seluruh dunia tampaknya meningkat karena
berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout mempengaruhi minimal 1% dari populasi
negara-negara barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria
lebih dari 40 tahun. Satu survey epidemiologi yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah
atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun
didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada
wanita.
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia termasuk hiperurisemia asimptomatik,
mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam
urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan
terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang menjadi
tatalaksana. Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan berat badan.
Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang
satu sendi dan dapat disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa
keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang
mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi
antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki.
Dari uraian di atas, jelas bahwa gout arthritis disebabkan oleh multifaktor, beberapa
diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gout arthritis dan tindakan
preventif terhadap faktor risiko.

A. PERMASALAHAN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Sukarna
Umur : 60 tahun
Alamat : Jl. Garuda
Pekerjaan :-
Tanggal Periksa : 04 Januari 2020

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 04 Januari 2020
Keluhan Utama
Nyeri pada persendian tangan dan kaki.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada persendian tangan dan kaki yang
dirasakan sejak sehari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri memberat
setiap pasien berjalan dan berkurang saat pasien beristirahat. Pasien juga merasa
jari-jari kakinya terdapat benjolan-benjolan dan terasa kaku saat digerakkan.
Pasien tidak didapatkan keluhan demam. Pasien memiliki riwayat penyakit
diabetes melitus sejak 7 tahun lalu dan PJK sejak 2 tahun lalu. Pasien baru mulai
berobat rutin sejak 2 tahun yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi : sejak 4 tahun lalu
b. Riwayat DM : sejak 7 tahun lalu
c. Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
d. Riwayat asam urat : (+) sejak 3 tahun yang lalu
e. Riwayat sakit jantung : PJK sejak 2 thun yang lalu
f. Riwayat mondok : 2 tahun yang lalu saat didiagnosa PJK
g. Riwayat asma/alergi : disangkal

3. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat hipertensi : (+)
b. Riwayat sakit gula : (+)
c. Riwayat asma/alergi : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah tidak bekerja. Saat ini pasien tinggal bersama suami dan
anaknya. Pasien berobat menggunakan fasilitas JKN.

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 04 Januari 2020
1. Keadaan Umum : Compos mentis, gizi kesan baik
2. Tanda Vital
a. Tensi : 139/89 mmHg
b. Nadi : 76 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36,8 °
3. Kulit
Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).
4. Kepala
bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
5. Wajah
Simetris, eritema (-)
6. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva
(-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+)
normal, oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-)
7. Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran
(-)
8. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
9. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil
lidah atropi (-)
10. Leher
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-).
11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening
aksilla (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan
parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat.
Perkusi :
batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra
batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea
medio clavicularis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis
dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis
dextra
pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis
sinistra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 120 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising
(-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi intercostal (-).
Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-),
sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien
tidak teraba
13. Genitourinaria
Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)
14. Kelenjar getah bening inguinal
tidak membesar
15. Ekstremitas : tofus pada persendian jari-jari kedua kaki.

Pemeriksaan Lab Darah tanggal 04 Januari 2020:


Asam urat : 9 mg/dl.
B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
1. DIAGNOSIS : GOUT arthritis akut
2. PENATALAKSANAAN
Terapi Non-farmakologis:
Edukasi pada pasien yaitu dengan diet rendah purin, turunkan berat badan,
hindari alkohol, olahraga ringan dan teratur, dan hindari stres. Makanan tinggi
purin antara lain:
a. Daging, jeroan, bebek, daging awetan, hewan laut, sarden, kepiting, kerang,
udang.
b. Ragi, bir, minuman alkohol.
c. Kedelai, bayam, asparagus, bunga kol, jamur, emping.

Terapi famakologis:
1. Obat untuk mengatasi nyeri akut dapat dengan Colchicin, NSAID, atau
steroid. Pada saat nyeri akut.
2. Pengobatan hiperurisemia yaitu dengan diet rendah purin dan obat
penghambat xantin oksidase (allopurinol) 100-300 mg/hari. Allopurinol
diberikan saat nyeri akut sudah hilang.

Terapi farmakologis yang diberikan kepada pasien:


R/ Ibuprofen tab mg 400 No. X
S 3 dd tab 1
R/ Vit B complex tab No. X
S 2 dd tab 1
R/ Metilprednisolone 4mg tab No. X
S 3 dd tab 1
R/ Allupurinol tab 100mg No. X
S 2 dd tab 1

Edukasi yang diberikan kepada pasien:


1. Diet rendah purin yaitu tidak boleh memakan: daging, jeroan, bebek, daging
awetan, hewan laut, sarden, kepiting, kerang, udang, ragi, bir, kedelai, bayam,
asparagus, bunga kol, jamur, emping.
2. Turunkan berat badan, hindari alkohol, olahraga ringan dan teratur, dan
hindari stres.
3. Pasien disarankan untuk kontrol kembali setelah nyerinya hilang dan
melakukan pemeriksaan asam urat secara rutin.

C. MONITORING DAN EVALUASI


Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah masih ada nyeri atau
tidak. Jika tidak didapatkan nyeri akut, dapat dilanjutkan pemberian obat hiperurisemia
(allopurinol). Pemeriksaan kadar asam urat secara rutin dapat dilakukan kurang lebih setiap
satu bulan, setelah mengkonsumsi obat allopurinol.
Pasien juga diminta untuk tetap menjaga konsumsi makanannya sehari-hari dan
melakukan pola hidup yang sehat. Pasien tetap disarankan selalu kontrol rutin ke
puskesmas/praktek dokter untuk mengetahui perbaikan penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai