Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,Imunisasi merupakan


salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan
prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk
mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian
pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017) Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak
tahun 1956. Mulaitahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus
serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi
campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian
Kesehatan, 2017).

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi
saat ini berbagai perubahan menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial dan
budaya . Salah satu masalah yang ada di masyarakat mengenai berbagai perlakuan terhadap bayi
baru lahir yang sebenarnya tidak lepas dari faktor-faktor sosial budaya daerah tempat tinggal
setempat.

Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan


sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kesehatan bayi.

Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus mempersiapkan
fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat
yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola
pikir ataupun sosial budaya masyarakat.

Ditambah lagi tantangan yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan
rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama
masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh bidan.

1
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,pandangan norma dan
nilai,agama,bahasa,kesenian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Terutama
yang berkaitan dengan aspek sosial budaya pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Upaya pencegahan penyakit pada BBL,bayi dan balita termasuk imunisasi?
2. Apa saja jenis Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
3. Apa saja Tradisi dan Budaya yang berkaitan dengan asuhan BBL, Bayi dan Balita ?
4. Bagaimana perkembangan aspek sosial budaya tersebut pada masa sekarang ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa saja Upaya pencegahan penyakit pada BBL,bayi dan balita
termasuk imunisasi?
2. Untuk mengetahui Apa saja jenis Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
3. Untuk mengetahui Apa saja Tradisi dan Budaya yang berkaitan dengan asuhan BBL,
Bayi dan Balita ?
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan aspek sosial budaya tersebut pada masa
sekarang ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi
hingga remaja tetapi juga pada dewasa.

Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengantujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk
antibodi. Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3Itersebut. (Depkes, 2016)

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupamikroorganisme yang sudah mati
atau masih hidup yang dilemahkan,masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya,
yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu.(Kemkes,2017)

Sebenarnya, anak memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari virus dan bakteri sejak
ia masih dalam kandungan. Ini dikarenakan sel pembentuk antibodi, sel B dan sel T, telah terbentuk
sejak usia kehamilan 14 minggu dan terus berkembang di tahun pertama kelahiran.

Meski begitu, sistem imun bayi tidak sekuat sistem imun orang dewasa. Sebab, antibodi
yang berasal dari tubuh ibu akan mengalami penurunan secara pasif selama beberapa bulan
pertama. Akibatnya, bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum
terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Dengan melakukan imunisasi bayi, berarti Anda melindungi bayi Anda dari berbagai
penyakit di masa yang akan datang. Ya, vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak Anda akan
membantu sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk
melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Nah, hal inilah yang dapat mencegah anak
terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya.

Lebih jauh dari itu, prosedur ini juga dapat menyelamatkan hidup anak Anda. Pada zaman
dahulu, banyak anak menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut menyebabkan banyak
anak meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin diciptakan untuk
memberantas penyakit tersebut dan hasilnya sekarang sudah sedikit anak-anak yang menderita
penyakit berbahaya.

3
Namun, sebenarnya bukan itu saja yang menjadi alasan mengapa Anda harus membawa anak
untuk diimunisasi. Terdapat tiga alasan penting mengapa imunisasi bayi wajib dilakukan:

 Prosedur ini cepat, aman, dan sangat efektif.


 Sekali anak Anda diimunisasi, tubuh anak dapat melawan penyakit lebih baik.
 Jika anak tidak diimunisasi, anak akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian.

2.2 Manfaat Imunisasi

1. Untuk anak:

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.

2.Untuk keluarga:

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.


Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.

3.Untuk negara:

Memperbaiki tingkat kesehatan


Menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.3 Jenis Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan jadwal pemberian imunisasi

1. Hepatitis B

Pemberian imunisasi anak ini ditujukan untuk menangkal infeksi organ hati karena virus
hepatitis B dari ibu ke anak saat proses kelahiran. Hal tersebut menjadi penting karena infeksi
hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati dan sirosis.

Jadwal imunisasi ini diberikan tiga kali. Pertama, dalam waktu kurang dari 24 jam setelah
bayi lahir. Kemudian pemberian vaksin berlanjut saat bayi berumur 1 bulan. Setelah itu diberikan
saat rentang usia bayi 3 sampai 6 bulan.

2. Polio

Polio atau yang juga dikenal dengan penyakit lumpuh layu termasuk sebagai salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dalam saluran pencernaan dan tenggorokan. Sekali

4
anak Anda terkena penyakit ini pada kaki dan/atau tangannya, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Bahkan kadang dapat menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan yang
menyebabkan kematian.

Meski begitu, ada cara mencegah penyakit ini, yaitu dengan melakukan vaksinasi polio
pada usia di bawah lima tahun. Biasanya prosedur ini dilakukan lewat obat tetes atau oral (OPV)
dan suntik (IPV).

Jadwal imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Tenaga
kesehatan bisanya memberikan vaksin polio saat anak baru lahir, kemudian pada saat usia anak
dua bulan, empat bulan, dan enam bulan. Jika Anda telah menjalani empat dosis vaksin polio
semasa kanak-kanak, maka Anda disarankan untuk menjalani vaksin polio booster sebagai
penguat sebanyak satu kali.

3. BCG

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO tahun 2015, Indonesia masuk
dalam enam negara yang memiliki kasus penyakit TBC terbanyak. TBC merupakan penyakit
menular berbahaya yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Nah, salah satu cara
terbaik untuk mencegah TBC adalah dengan memberikan vaksin BCG.

Jadwal imunisasi BCG hanya satu kali pada anak usia di bawah dua bulan. Jika bayi sudah
berumur lebih dari tiga bulan, maka harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Nah, jika hasil
tuberkulin negatif, maka BCG dapat diberikan.

4. DPT

Imunisasi DPT adalah jenis imunisiasi gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis
(batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit tersebut berkaitan dengan penyakit saluran
pernapasan. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta
mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit pertusis atau batuk rejan
dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia). Kuman Sementara penyakit tetanus
dapat mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit
bergerak dan sulit bernafas.

Jadwal imunisasi DPT dilakukan sebanyak lima kali sejak anak berusia dua bulan hingga
enam tahun. Seorang anak akan imunisasi DPT pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan,
antara 18-24 bulan dan terakhir lima tahun.

Jika semasa kanak-kanak Anda belum pernah mendapatkan imunisasi DPT, maka Anda
direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi Tdap, yaitu imunisasi DPT lanjutan yang

5
diperuntukan untuk orang dewasa. Vaksin Tdap hanya diberikan sekali seumur hidup, namun
disarankan untuk menyutikan vaksin penguat setiap 10 tahun sekali. Kosultasikan lebih lanjut ke
dokter Anda sebelum melakukan imunisasi DPT lanjutan.

5. Campak

Campak merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Jika tidak segera
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi radang paru, radang otak, serta kebutaan.
Dalam banyak kasus, penyakit campak seringnya terjadi pada masa anak-anak. Anda dapat
mengurangi risiko anak Anda terkena penyakit ini dengan imunisasi campak.

Jadwal imunisasi campak diberikan pertama kali pada bayi usia 9 bulan. Setelah itu, dilanjutkan
pemberian imunisasi campak kedua kalinya pada usia 18 bulan dan pemberian ketiga pada usia 6-
7 tahun atau saat anak baru masuk sekolah. Imunisasi campak kedua tidak perlu diberikan bila
anak sudah mendapatkan imunisasi MR.

Daftar imunisasi anak tambahan yang juga bisa diberikan

Berbeda dengan imunisasi dasar lengkap yang sifatnya wajib, imunisasi anak tambahan
adalah prosedur yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
melindungi dirinya dari penyakit tertentu. Jadwal imunisasi anak ini biasanya dapat sesuaikan
dengan kebutuhan Anda atau si kecil.

Berikut ini beberapa daftar imunisasi tambahan yang juga dianjurkan untuk dilakukan anak
maupun orang dewasa:

 Imunisasi MR,

Diberikan untuk mencegah dua penyakit, yaitu measles (campak) dan rubella
(campak Jerman). Imunisasi MR dapat diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai
dengan usia kurang dari 15 tahun. Jika anak sudah mendapatkan imuniasasi campak pada
usia 9 bulan, maka pemberian imunisasi MR dilakukan pada usia 15 bulan (minimal jarak
pemberian 6 bulan). Pemberian imunisasi MR kedua (booster) dilakukan saat anak berusia
5 tahun.

 Pneumokokus (PCV),

Dapat diberikan pada anak usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan interval 2 bulan.
Bila diberikan pada anak usia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1 kali. Vaksin
ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari bakteri pneumokokus yang dapat
menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.

6
 Hepatitis A,

Dapat mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun. Berikan sebanyak 2 kali dengan
interval 6-12 bulan.

 Varisela,

Diberikan setelah anak berusia 12 bulan, paling baik diberikan sebelum anak masuk
sekolah dasar. Vaksin ini berfungsi untuk mencegah anak dari cacar air.

 Influenza,

Diberikan pada anak minimal usia 6 bulan, dan diulang setiap tahun.

2.4 Cara-Cara Pencegahan Penyakit Menular Secara Umum


a. Mempertinggi nilai kesehatan.

Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha kesehatan
lingkungan (sanitasi).

b. Memberi vaksinasi/imunisasi Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh.

Ada dua macam, yaitu : Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit
penyakit yang telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi.
Contohnya pemberian vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis. Pengebalan pasif, yaitu
memasukkan serum yang mengandung antibodi. Contohnya pemberian ATS (Anti Tetanus
Serum).

c. Pemeriksaan kesehatan berkala Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya


suatu penyakit, sehingga munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara
ini juga, masyarakat bisa mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan,
penanganan suatu penyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.
Selain cara di atas, gaya hidup sehat merupakan cara yang terpenting untuk mencegah
penyakit.

7
Untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik agar terhindar dari penyakit ada
beberapa cara, antara lain :

1. Udara bersih, paru-paru pun sehat Untuk terhindar dari gangguan pernapasan, hiruplah
udara yang bersih dan sehat. Caranya Tidak perlu repot mencari udara pegungungan, udara pagi
pun sangat baik bagi paru-paru Anda. Selain itu hindari pula udara tercemar, seperti asap rokok,
asap kendaraan atau debu. Bersihkan rumah dan ruangan kerja secara teratur, termasuk perabot,
kipas angin dan AC.

2. Banyak minum air putih Air putih adalah yang terbaik dari minuman apapun.
Biasakanlah minum air putih 8-10 gelas per hari. Kebiasaan ini akan membantu menjaga
kelancaran fungsi ginjal dan saluran kemih. Upayakan untuk minum air hangat di malam hari dan
air sejuk (bukan air es) di siang hari. Tambahkan juga sedikit perasan jeruk lemon atau jeruk nipis.
Selain baik untuk menyegarkan diri, minuman ini sekaligus membantu mengeluarkan toksin dari
dalam tubuh.

3. Konsumsi menu bergizi dan seimbang Pilihlah menu dengan gizi yang cukup, seimbang,
dan bervariasi. Perbanyak konsumsi sayuran hijau dan buah yang mengandung banyak serat dan
zat gizi yang diperlukan tubuh serat. Sebisa mungkin hindari junk food dan makanan olahan, serta
kurangi konsumsi garam dan gula. Satu lagi, jangan lupa sarapan pagi! Karena sarapan pagi dapat
menunjang aktifitas kita sepanjang hari.

4. Seimbangkan antara kerja, olahraga dan istirahat Kerja keras tanpa istirahat sama sekali
tidak ada untungnya bagi Anda. Biasakan istirahat teratur 7-8 jam pada malam hari, dan jangan
sering begadang atau tidur terlalu malam. Cobalah menggunakan waktu senggang untuk
berolahraga ringan atau sekedar melemaskan otot-otot persendian. Dengan berolahraga 2 – 3 kali
per minggu, selama 30 – 45 menit, cukup membuat tubuh bugar dan stamina prima.

5. Kontrol kerja otak Otak, seperti halnya tubuh kita, dia juga butuh istirahat. Jangan terlalu
memberi beban terlalu banyak, karena otak pun memiliki memori yang terbatas. Lakukan kegiatan
di waktu senggang yang membuat otak bekerja lebih santai, misalkan melakukan hobi yang
menyenangkan, seperti melukis, membaca novel terbaru atau hanya sekedar mendengarkan musik.

6. Gunakan suplemen gizi Hanya jika perlu, tubuh kita memerlukan antioksidan (beta-
karoten), vitamin C, vitamin E, dan selenium. Semua zat ini dibutuhkan oleh tubuh untuk
meningkatkan vitalitas dan memperpanjang usia harapan hidup. Untuk memperolehnya banyak
cara yang bisa dilakukan. Selain mengkonsumsi makanan segar, bisa juga dengan cara
mengkonsumsi suplemen kesehatan yang banyak dijual di pasaran. Sebaiknya, penggunaan
suplemen makanan lebih dianjurkan sebagai terapi alternatif saja dengan mengutamakan jenis
suplemen makanan yang sudah diteliti dan bermanfaat.

8
2.5 Tradisi dan budaya yang berkaitan dengan asuhan BBL, bayi dan balita

Aspek Sosial Budaya Bayi Baru Lahir

Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan bayi
tersebut, terutama perkembangan dan pertumbuhan bayi. Perawatan yang benar serta sesuai
dengan standar kesehatan pada dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya
masyarakat masih mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal bahkan
ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang perawatan bayi baru lahir.

Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut:

■ Di pupuki di sekitar ubun-ubun bayi

Pupuk tersebut terbuat dari dringobengkle, cengkeh dan kemukus. Hal tersebut dilakukan agar
tubuh bayi tetap hangat juga tidak mudah terkena flu.

■ Perut bayi ditempeli daun dadap dan bawang merah yang ditumbuk

Hal tersebut dilakukan agar bayi tidak merasa mual.

■ Mengubur ari-ari

Bagi orang Jawa, ari-ari memiliki “jasa” yang cukup besar sebagai batur bayi atau teman bayi
sejak dalam kandungan, sehingga dikubur agar tidak dimakan binatang.

■ Puputan atau putusnya tali pusar

Kegiatan ini dilakukan agar bayi yang telah puput pusar selalu diberkahi, diberi keselamatan dan
kesehatan.

■ Saat tidur bayi diletakkan benda – benda tajam di dekat bayi, dengan maksud mengusir roh –
roh jahat.

Segi positif : tidak ada hubungannya

Segi negatif : benda tajam dapat beresiko mencederai bayi

■ Bayi baru lahir harus dibedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi lurus dan kuat
untuk berjalan.

Segi positif : menjaga kehangatan bayi

9
Segi negatif : jika kain bedong terlalu kuat mengikat bayi akan menyebabkan bayi kesulitan
bernafas dan bergerak.

■ Bayi baru lahir harus dipakaikan gurita hingga umur tiga bulan atau sampai bayi dapat
tengkurap. Dipercaya dapat menjaga perut bayi menjadi tidak melar, dapat menahan talipusat
sehingga talipusat tidak tertarik, juga untuk menjaga agar tulang belakang tidak bengkok.

Segi positif : menjaga kehangatan bayi

Segi negatif : jika terlalu kencang dapat mengganggu pernafasan dan gerak bayi

■ Plasenta (ari-ari) bayi baru lahir harus dipendam dan diberi lampu diatasnya sampai tali pusat
itu kering. Hal tersebut dipercaya dapat membuat plasenta (ari-ari) terhindar dari incaran kucing
atau anjing untuk dimakan. Ada juga yang meyakini supaya plasenta (ari-ari) tidak dikerumuni
semut.

■ Topi bayi baru lahir diberi peniti yang berisi bawang .Hal tersebut dipercaya dapat menjauhkan
bayi dari setan-setan.

Segi positif : Belum ada penelitian

Seginegatif :peniti dapat beresiko melukai bayi, serta bawang apabila membusuk dapat
mengundang semut atau serangga

■ Di samping kamar bayi baru lahir diberi bawang, sapu, pisau dan kembang yang dipercaya
untuk membuang sawan.

Segi positif : tidak ada hubungan

Seginegatif :dapat menimbulkan bau tak sedap, serta pisau juga dapat beresiko mencederai bayi.

■ Bayi baru lahir setelah magrib hingga setelah isya’ harus dipangku atau dibuai tidak boleh
ditidurkan sendirian. Hal tersebut dipercaya supaya bayi tersebut tidak diganggu oleh setan karena
bayi fikirannya masih kosong tidak seperti orang dewasa yang sudah terisi dengan ibadah.

■ Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari

Fakta: Pemijatan hanya berguna jika dilakukan dengan benar dan tepat. Sebaiknya yang
melakukan pijat adalah ibu si bayi sendiri. Tentu saja setelah mempelajari teknik memijat bayi
dengan baik. Perlu diperhatikan kondisi si kecil, apakah ia sedang dalam keadaan nyaman dan
sehat untuk dipijat. Selain itu perlu juga diperhatikan bahan-bahan atau minyak yang digunakan
untuk memijat dapat membuat bayi alergi.

10
■ Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI sedikit dan harus diganti susu botol

Fakta: ASI diproduksi sesuai dengan hisapan si bayi, jadi banyak sedikitnya ASI ditentukan
oleh bayi sendiri. Bayi yang banyak minum ASI akan membuat produksi ASI meningkat. Jadi,
sebenarnya tidak ada istilah ASI sedikit.Bahwa kondisi tertentu mungkin dapat mengurangi
produksi ASI, seperti jika ibu menyusui mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress atau tidak
tenang saat menyusui, sedang sakit dan sebagainya. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak
nyaman saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung masuk ke
dalam, ASI yang memancar terlalu kencang atau ia sedang tidak lapar, sedang tidak enak badan
dan sebagainya.

■ Air susu ibu (ASI) sebagai makanan yang komplit sampai usia si kecil satu tahun

Fakta: ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi sampai sia berusia 6 bulan. Namun
semakin bertambahnya usia bayi, ASI tidaklah mengandung cukup kalori dan kurang
mengenyangkan seiring dengan makin aktifnya si kecil. Ada beberapa zat tambahan yang
dibutuhkan anak, misalnya zat besi dan vitamin C yang banyak didapat dari sumber makanan. Jadi,
anak tetap memerlukan makanan tambahan untuk kebutuhan gizinya juga untuk menghindari
resiko anemia.

■ Baby Walker membantu anak berlatih berjalan

Fakta: Justru sebaliknya, baby walker dapat menghambat perkembangan motorik anak.
Anak tanpa baby walker dapat lebih bebas bergerak, berguling, duduk dan berdiri serta bermain di
lantai yang merupakan dasar untuk belajar berjalan. Penelitian pada saudara kembar menunjukan
kembar yang menggunakan baby walker mengalami gangguan motorik berjalan ketimbang
saudaranya. Baby walker tidak lagi disarankan karena menjadi penyebab utama kecelakaan pada
bayi usia 5-15 bulan.

■ Gurita mencegah perut buncit

Faktanya pemakaian gurita pada bayi—terutama bayi perempuan, sama sekali tidak ada
hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut anak Anda tidak melar ketika ia dewasa. Ketika
dilahirkan, semua bayi memang memiliki perut yang ukurannya lebih besar daripada dada. Seiring
pertambahan usia, perut bayi akan kelihatan mengecil dengan sendirinya. Pemakaian gurita malah
sebaiknya dihindari karena membuat bayi Anda susah bernapas. Pasalnya, pada awal kehidupan,
bayi bernapas dengan menggunakan pernapasan perut sebelum ia belajar menggunakan
pernapasan dada. Pemakaian gurita yang menekan perut bisa membatasi jumlah udara yang
dihirupnya. Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan.
Dinding perut bayi masih lemas, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada
dan rongga perut yang ada karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh
sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita maka ruangan untuk

11
pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja.
Asal ikatan bagian atas dilonggarkan sehingga jantung dan paru-paru bias berkembang. Bila gurita
digunakan agar tali pusar bayi tidak bodong, sebaiknya pakaikan hanya disekitar pusar dan
ikatannya longgar. Jangan sampai dada dan perut tercekik sehingga jantung tidak bias berkembang
dengan baik karena gurita yang terlalu kencang.

■ Pusar ditempel uang logam supaya tidak bodong

Faktanya pusar menonjol atau sering diistilahkan bodong pada bayi adalah kondisi yang
wajar. Sebab, otot dinding perut pada bayi masih lemah sehingga bisa mempengaruhi bentuk
pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding perut, bentuk pusar juga akan mengalami perubahan.
Pusar bayi bisa menonjol akibat terlalu banyak menangis atau ‘ngulet’. Kondisi ini sering dialami
bayi yang alergi susu sapi atau formula. Atau, pada bayi ASI yang sensitif serta memiliki bakat
alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya. Misal, makanan laut, cokelat, telur, kacang
tanah, serta produk makanan yang mengandung susu.

■ Bawang yang dicampur minyak dikenal bisa menurunkan panas

Faktanya secara ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan
minyak yang mudah menguap dan menyerap panas.

■ Upacara tedak siti (menginjak tanah) saat bayi 6-7 bulan

Faktanya secara ilmiah pun ternyata salah, karena pas dengan usia reflek menapak bayi. Di
permukaan badan terdapat putik saraf yang bias menjadi sensor tekanan. Saraf ini tumbuh saat
bayi 6-7 bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk keseimbangan dan alat-alat
keseimbangan untuk posisi berdiri. Tak heran jika di usia ini bayi sudah mulai belajar menapak.

■ Hidung ditarik agar mancung

Faktanya ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung atau tidaknya hidung. Mancung atai tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk
tulang hidung yang sifatnya bawaan.

■ Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan

Faktanya hal ini salah, karena pasalnya usus bayi diusia ini belum punya enzim yang
mampu mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya bayi jadi
sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan
makanan padat kedua yaitu bubur tim.

■ Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari

Mungkin yang tepat adalah jangan pergi ke tempat yang penuh orang (crowded). Banyak
orang berarti banyak kuman penyakit. Kalau kepadatan pada suatu ruangan tinggi, maka penyakit

12
pun tinggi. Misalnya ke mal atau membawa bayi ke perhelatan. Ingat kekebalan bayi masih sangat
rentan saat usianya dibawah 40 hari. Jadi, dibawah setahun sebaiknya jangan dibawa ke mal,
kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.

■ Menggunting bulu mata agar lentik

Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda
asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.

■ Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)

Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu
denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.

■ Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.

Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena
dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin
lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang
kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus
membelikan pakaian yang baru lagi.

■ Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit

Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya
salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit
tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam
asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh
adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker
penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI
nya.

Berikut ini merupakan mitos yang berkembang berkaitan dengan tumbuh kembang anak
prasekolah.

1. Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel biasanya oleh orang tua sering
mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya :
Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara. Biasanya kepercayaan
masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka
kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih
dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.

13
2. Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental dengan
adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka
anak tersebut.
3. Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di
Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat
sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam,
kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.
4. Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam. Hal yang
seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika
seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya.
Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak
mengalami dehidrasi ataupun diare.
5. Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika
cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki
presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa,
keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan, dan
tangan.
6. Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tidak salah langkah.
7. Anak kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat, padahal belum tentu
benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh
makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap
anemia." Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat
besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia
ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat
tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum
tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak
sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang.
Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat,
tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali. Selain itu, faktor genetik pun
bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.

14
8. Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang
sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak.
Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit
tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC," ujar Ghazali.
Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan.
Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih
akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka
di lambung. Tetapi pada anak kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita
orang dewasa. Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg.
Jangan termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai
1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.
9. Vitamin membuat anak lebih cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak
langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara,
berjalan, bermain, dan lainnya.
10. Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan

biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam rumah. Hal

ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan anak tersebut sakit.

Perkembangan Aspek Sosial Budaya tersebut pada Masa Sekarang

Aspek sosial budaya pada bayi baru lahir tersebut merupakan kebudayaan yang turun-
temurun.

Budaya tersebut masih berlangsung hingga saat ini, tetapi hanya sebagian orang yang
melakukannya, tergantung pada permintaan keluarga.

Hal tersebut karena masyarakat telah mengikuti perkembangan zaman.

15
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi


tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai pada upaya
pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai
penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari penyebabnya
sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada rantai penularan,
diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal. .

Dengan melakukan imunisasi pada bayi dan balita, berarti akan melindungi bayi, balita
dari berbagai penyakit di masa yang akan datang. Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh anak
akan membantu sistem kekebalan tubuh anak untuk membentuk antibodi, yang berfungsi untuk
melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Hal inilah yang dapat mencegah anak terkena
berbagai macam penyakit yang berbahaya.

Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan


penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Sebagian besar kematian
anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Bidan
sebagai salah satu anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran
yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
ibu dan anak di wilayah kerjanya.

3.2. Saran

Dalam menghadapi suatu kebudayaan pada masa bayi baru lahir dan anak prasekolah maka
kita memerlukan suatu perencanaan dan pemantauan kesehatan salah satunya dengan penyuluhan
agar kita dapat mengubah atau memperbaiki suatu keadaan dalam mitos yang dapat merugikan
ibu, bayi dan anak, karena bila tidak, dapat membahayakan pertumbuhan dan keadaan bayi bahkan
dapat dikatakan bahwa mitos-mitos yang merugikan dan membahayakan bagi bayi dan anak.
Tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya, beradaptasi dengan budaya-budaya dominan yang ada di daerahnya. Dan
memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para ibu dan masyarakat
di lingkungannya dapat mengerti benar, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di
masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di
dalamnya.

16
17

Anda mungkin juga menyukai