Anda di halaman 1dari 9

Topik : Penyuluhhan Kesehatan Reproduksi di SMP 1 Muara Enim

LATAR Kesehatan reproduksi identik dengan seksualitas karena


BELAKANG menyangkut beberapa hal antara lain dimensi biologis, yaitu
berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan
kesehatannya. Kesehatan reproduksi sama halnya dengan
kesehatan pada umumnya merupakan hak setiap umat manusia.
Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang
benar dan komprehensif sangat dibutuhkan guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal dan demikian juga pada aspek kesehatan
reproduksi (Kemenkes RI, 2014).
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan,
karena pendidikan merupakan cara yang sangat efektif guna
mendapatkan ilmu atau pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dan seksualitas. Pengetahuan dan pembelajaran mengenai
kesehatan reproduksi dan seksualitas diperlukan untuk semua
kalangan masyarakat, terutama pada kalangan remaja. WHO
(2015) telah menyatakan bahwa kelompok usia remaja (10-19
tahun) sudah menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan
83% di antaranya hidup di negara-negara berkembang.
Remaja merupakan kelompok usia yang sangat rawan atau
sangat mudah mengalami masalah, terutama terletak pada masalah
kesehatan reproduksi yaitu seperti kehamilan usia dini, aborsi yang
tidak aman, infeksi menular 2 seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan
pemerkosaan. Oleh karena itu pendidikan kesehatan reproduksi dan
seksualitas diharapkan mampu mencegah semua masalah tersebut.
Menurut BKKBN (2013) menyebutkan sebanyak 20,9 persen
remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum
menikah, karena hal-hal yang ditabukan seperti berciuman dan
perilaku seks pranikah sekarang ini sudah dilakukan oleh remaja-
remaja. Menurut Komnas Anak (2012) menyatakan bahwa
sebanyak 97 persen remaja pernah menonton film porno dan 93,7
persen pernah melakukan adegan intim bahkan hingga melakukan
sex oral.
Perilaku seks pra nikah salah satunya dipengaruhi oleh hasrat seks
yang sudah banyak terjadi dikalangan remaja. Berdasarkan data
KPAI dan Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa sekitar 62,7%
remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Selain itu, masalah pada remaja juga terlihat dari kasus HIV/AIDS
pada remaja. Berdasarkan data dari Ditjen (P2P) Kemenkes RI
(2019) kasus HIV di Indonesia dalam triwulan I bulan Januari
sampai dengan Maret jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak
11.081 kasus dan mengalami peningkatan pada triwulan 2 bulan
April hingga Juni sebesar 11.519 kasus, sedangkan kasus AIDS di
Indonesia dalam triwulan I bulan Januari sampai dengan Maret
jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.536 kasus dan
mengalami penurunan pada triwulan 2 bulan April hingga Juni
sebesar 1.463 kasus, Estimasi dan proyeksi jumlah Orang Dengan
HIV dan AIDS 3 (ODHA) menurut proposi HIV/AIDS terbesar
masih pada penduduk usia produktif (15-49 tahun) yang dibagi
dalam tiga golongan umur yaitu 15-19 tahun (3,7%), 20-24 tahun
(17,3%), dan 25-49 tahun (69,3%), dimana kemungkinan
penularan terjadi pada usia remaja (Kemenkes RI, 2017).WHO
melaporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki
gangguan kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian
terjadi pada anak-anak. Dengan angka kejadian yang meningkat
setiap tahunnya, memperluas pengetahuan terkait kesehatan mental
pada anak dan remaja menjadi hal yang penting.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki program Promosi Kesehatan untuk memberikan
pelayanan berupa edukasi terkait berbagai masalah yang terdapat di
wilayah kerja, salah satunya adalah Kesehatan reproduksi pada
remaja. Oleh karena itu selain dilakukan penyuluhan tentang apa
itu Kesehatan reproduksi pada remaja.
PERMASALAHAN Sebagai media informasi kepada murid-murid tentang pentingnya
menjaga Kesehatan reproduksi
PERENCANAAN Sasaran: Siswa-siswi SMP 1 Muara Enim
DAN PEMILIHAN Lokasi: SMP 1 Muara Enim
INTERVENSI Waktu : Kamis, 2 Maret 2022
Metode: Konseling kesehatan
reproduksi kepada beberapa siswi
SMP 1 Muara Enim
PELAKSANAAN Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan pada
hari Rabu, 1 maret 2023 pukul 09.00-10.00 WIB di SMP 2 Muara
Enim kepada beberapa siswi

Kegiatan diawali dengan menanyakan kepada murid-murid tentang


apa yang mereka ketahui tentang Kesehatan reproduksi. lalu
dilakukan penyuluhan tentang Kesehatan reproduksi mulai dari
defenisi Kesehatan reproduksi remaja, masalah apa yang paling
sering dialami oleh remaja, bagaimana tanda dan gejala penyakit.
Kemudian tanya jawab antara pemateri degan siswa. Kegiatan
berlangsung dengan lancar dan para siswa tampak aktif
mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan
MONITORING Setelah melakukan penyuluhan dilakukan evalusi dengan melihat
DAN EVALUASI seberapa paham dan mengerti siswa terkait materi ayng
disampaikan dengna menanyakan ulang materi tersebut. Dan
kebanyakan dari mereka memahami dan menjawab serentak
pertanyaan yang ditanyakan terkait Kesehatan reproduksi remaja
Topik : Penyuluhan Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar Di Posyandu Desa Tanjung Raja
Muara Enim

LATAR Anak mendapat zat kekebalan dari ibunya baik yang dibawa
BELAKANG sejak didalam kandungan ataupun dari air susu ibu (ASI) tetapi tidak
mencukupi untuk melindungi anak dari berbagai penyakit infeksi dan
menular. Oleh karena itu anak membutuhkan zat kekebalan buatan
agar anak terlindungi dari berbagai penyakit tersebut. Dan imunisasi
adalah suatu upaya pencegahan untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit
infeksi tertentu sehingga walaupun nantinya orang tersebut mendapat
infeksi tidak akan meninggal atau menderita cacat. Anak yang
diimunisasi akan terhindar dari ancaman penyakit yang ganas dan
menular tanpa bantuan pengobatan.

Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mencapai


Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu, sekurang-kurangnya 70% dari
penduduk suatu daerah harus mendapat imunisasi dasar yang
meliputi: BCG, Polio, Hepatitis B, Campak dan DPT. Namun di
Indonesia masih banyak ditemukan kasus penyakit yang seharusnya
dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Kementerian Kesehatan
imunisasi dasar di Indonesia diantaranya pemberian imunisasi pada
bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-
0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2
dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HBHib 3, Polio 4 dan IPV
atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia menurut data
Riskesdas tahun 2018 mencapai 57,9%.

Puskesmas sebagai sarana Kesehatan dan juga sebagai media untuk


bisa dilakukannya kegiatan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi
bagi batita. Oleh sebab itu penyuluhan dilakukan Bersama dengan
kegiatan imunisasi dasar untuk meningkatkan angka kepatuhan
orangtua terkait imunisasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan tentang imunisasi untuk meningkatkan
pemahaman keluarga tentang pentingnya imuisasi dasar pada bayi dan
balita agar keluarga mau mengimunisasikan anaknya.

PERMASALAHAN WHO melaporkan bahwa diperkirakan 1.7 juta bayi dan anak-anak
meninggal karena penyakit infeksi seperti, campak, difteri, pertusis,
tetanus, dan TBC. Disamping itu Indonesia di kelompokkan sebagai
daerah endemik sedang sampai tinggi Hepatitis B di dunia. Hal ini
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia
tentang imunisasi dan pentingnya imunisasi bagi bayi.

Warga masyarakat mekarmukti khususnya para ibu-ibu yang masih


mempunyai bayi dan balita ternyata masih banyak diantara mereka
yang kurang memahami arti pentingnya imunisasi bagi anak
mereka.Selain ketidaktahuan keluarga tentang pentingnya imunisasi
untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit infeksi dan menular,
banyak juga diantara mereka yang lebih mementingkan pekerjaan
misalnya bekerja daripada mengantarkan anak-anak mereka ke
posyandu atau tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
imunisasi.

PERENCANAAN Sasaran : Bayi dan Balita usia 0-2 tahun di desa tanjong raja
DAN PEMILIHAN Lokasi : Desa Tanjung Raja
INTERVENSI Waktu : 15 Maret 2023
Metode : Penyuluhan pentingnya Imunisasi dasar Bayi dan Balita
PELAKSANAAN Kegiatan diawali dengan melakukan penimbangan berat badan dan
tinggi badan terhadap bayi dan balita, kemudian mencatatnya ke
dalam KMS. Setelah itu dilakukan pemberian imunisasi pada para
bayi dan balita yang datang, imunisasi yang diberikan adalah
imunisasi yang sesuai jadwal dari masing-masing bayi dan balita.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan imunisasi bayi dan balita mengiringi rangkaian
penyuluhan terkait lainnya, yaitu tentang ASI eksklusif dan gizi
balita/makanan pendamping ASI. Penjelasan mengenai imunisasi bayi
dan balita yang diinformasikan antara lain meliputi:

1. Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.


2. Menjelaskan tujuan imunisasi.
3. Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi.
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.
5. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.
6. Menjelaskan cara pemberian imunisasi.
7. Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.
8. Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.
9. Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.

Acara kemudian ditutup dengan sesi pertanyaan dan diskusi.

MONITORING Secara keseluruhan, upaya pemberian imunisasi bayi dan balita di


DAN EVALUASI posyandu berjalan dengan lancar dan baik. Semua bayi dan balita
yang datang untuk imunisasi diberikan imunisasi kecuali bagi bayi
dan balita yang tidak sesuai jadwal (usianya belum sesuai dengan
jadwal pemberian).

Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, mayoritas para ibu


mengikuti penyuluhan sampai selesai. Karena penyuluhan sendiri
dilakukan setelah pemberian imunisasi selesai. Penyuluhan dilakukan
dengan metode diskusi agar lebih akrab dan memudahkan peserta
yang hadir untuk memahami materi. Respons peserta cukup baik yang
ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan, dan
mengajukan pertanyaan. Kegiatan posyandu berjalan dengan lancar
dan tertib, hal ini juga karena dukungan dari para kader aktif. Namun
terdapat juga beberapa kendala. Diantaranya ibu-ibu banyak yang
takut untuk membawa anaknya untuk imunisasi dikerenakan wabah
covid 19.
Topil: Pemberian Vaksinasi Dasar DPT-HB-Hib 2
JUDUL KEGIATAN
Pemberian Vaksinasi Dasar DPT-HB-Hib 2
IDENTITAS PENERIMA VAKSIN
Nama : Muthia
Usia : 3 bulan
Status vaksinasi dasar : DPT-HB-Hib 2-Polio
LATAR BELAKANG
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bersifat akut dan biasanya
menyerang saluran pernafasan bagian atas seperti tonsil, faring, laring, hidung namun,
beberapa dapat ditemui di selaput lendir atau kulit dan kadang-kadang konjungtiva atau
vagina. Diperkirakan sebanyak 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita disebabkan
oleh PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi). Menurut laporan WHO, hasil
evaluasi kejadian PD3I di Indonesia tahun 1972 sekitar 5000 anak meninggal setiap
tahunnya akibat difteri dan sebanyak 28.500 kasus difteri tenggorok ditemukan pada balita.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah
satu upaya pemberantasan penyakit menular. Sejak tahun 1956, upaya imunisasi ini telah
diselenggarakan dan mulai tahun 1977, upaya imunisasi dikembangkan menjadi Program
Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap PD3I, yaitu
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B.
GAMBARAN PELAKSANAAN
Imunisasi dasar dilaksanakan pada 15 Maret 2023 di Desa Tanjung Raja. Sebelum
dilakukan imunisasi dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan
serta pengukuran suhu. Apabila anak dinyatakan sehat dan dapat dilakukan imunisasi,
selanjutnya dilakukan pengecekan buku pink untuk mengetahui riwayat imunisasi pasien
untuk mengetahui imunisasi yang akan diberikan kepada pasien, petugas juga akan
mengkonfirmasi ke ibu pasien sebelum dilakukan penyuntikan. Setelah semua sesuai,
pemberian vaksin dilakukan. Pasien diposisikan tidur terlentang diatas bed. Vaksin yang
digunakan adalah vaksin DPT-HB-Hib 2-Polio. Selesai dilakukan penyuntikan, petugas
melakukan edukasi mengenai efek samping yang dapat timbul dari pemberian vaksin (KIPI).
Selanjutnya petugas mengisi buku pink dan rekam medis pasien untuk memudahkan petugas
imunisasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai