MAKALAH
IMUNISASI
Dosen Pengampu :
Siti Nur Umariyah F, S.Si.T, M.H
Disusun oleh :
DWI ARRYANI
NIM 2004457
SEMARANG
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017, diperkirakan
19,9 juta bayi di seluruh dunia tidak tercapai dengan layanan imunisasi rutin seperti 3
dosis vaksin DTP. Sekitar 60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara termasuk
Indonesia. Pemantauan data di tingkat daerah sangat penting untuk membantu negara
mengatasi kesenjangan imunisasi dan menjangkau setiap orang dengan vaksin yang
menyelamatkan jiwa.
program tersebut, antara lain Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita
(AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Harapan Hidup (life ecpectancy).
merupakan goals ketiga yaitu jaminan kesehatan dan promosi kesehatan bagi semua
sebagai usaha yang dilakukan untuk menekan penyakit yang dapat dicegah 2 dengan
Imunisasi (PD3I) pada anak antara lain Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
pada anak sejak tahun 1956. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak
usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil. Setiap bayi belum berusia 1 tahun
14
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib) dan campak (Permenkes No. 12, 2017)
bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator IDL
(Imunisasi Dasar Lengkap). Cakupan IDL pada bayi di Indonesia tahun 2017 sebesar
(102,9%) dan terendah Papua (46,0%). Cakupan IDL Yogyakarta sebesar 91,6%,
dengan cakupan IDL rata-rata provinsi di Indonesia (90,8%) (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data cakupan di Indonesia pada anak usia 12-23 bulan dengan
Imunisasi dasar lengkap sebanyak 57,9% pada tahun 2018 menurun dibandingkan
pada tahun 2013 sebanyak 59,2%. Cakupan anak usia 12-23 bulan dengan imunisasi
dasar tidak lengkap pada tahun 2018 sebanyak 32,9% naik dibandingkan pada tahun
2013 sebanyak 32,1% serta untuk data anak usia 12-23 bulan yang tidak imunisasi
pada tahun 2018 sebanyak 9,2% naik dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak
8,7%. Dari data tersebut cakupan imunisasi masih belum mencapai target Renstra
sebanyak 93% untuk cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia. (Kemenkes RI,
2018)
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antingen
sudah mencapai target minimal nasional yaitu (85%), pencapaian tiap tahun cenderung
menurun tetapi tahun 2012 terjadi peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun 2012
sebanyak 575.011 menurun dibanding tahun 2011 yaitu 592.712. Sedangkan cakupan
(99,93%), DPT3+HB3 (99,76%), Polio 3 (100,69%) dan Campak (98,24%). Hal ini
15
mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2011 dengan BCG (98,0%), DPT1+HB1
(97,0%), DPT3+HB3 (95,7%), Polio 3 (94.0%) dan Campak (93,6%). Jumlah kasus
angka kesakitan yang bisa dicegah dengan imunisasi ini di Provinsi Jawa Tengah tahun
2012 dengan Difteri 32 kasus, Pertusis 0 kasus, Tetanus 18 kasus, Hepatitis 98 kasus,
dan Campak 18 kasus (positif campak) sedangkan campak klinis (suspect) sebanyak 416
kasus, lebih sedikit dibanding tahun 2011 (1.873 kasus) (DinKes Jateng, 2012).
Akibat jika anak tidak mendapatkan imunisasi, anak akan berisiko terkena
penyakit-penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) dan
Campak, parahnya lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada anak. Sistem
kekebalan tubuh pada anak yang tidak mendapat imunisasi tidak sekuat anak yang diberi
imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh sehingga tidak
bisa melawannya, ini membuat anak rentan terhadap penyakit. Jika anak yang tidak
karena letaknya yang jauh, tidak ada kegiatan posyandu, serta layanan tidak lengkap
walaupun sudah diberikan fasilitas gratis oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan
beberapa alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan
mendapatkan imunisasi yang lengkap kerana takut anaknya sakit, dan ada pula yang
pada anak terdiri dari beberapa faktor yaitu status ekonomi yang rendah, ibu yang tidak
bekerja, pendidikan rendah, etnik, orang yang hidup di pedesaan, ibu yang berstatus
16
janda, ibu dibawah usia 20 tahun, ibu yang bepergian, caregivers yang bukan merupakan
orangtua anak, kurang informasi terhadap imunisasi, tidak dapat mengakses pelayanan
imunisasi di indonesia masih rendah, pengetahuan dan tingkat kesadaran para ibu
untuk membawa anaknya ke palayanan imunisasi terdekat juga masih rendah, maka
dari itu penulis tertarik untuk mengambil tema ini dalam pembahasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Posyandu
imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan ruang lingkup yang lebih luas.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
2. Tujuan Imunisasi
(IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu 93%),
3. Manfaat Imunisasi
2010 : 5-6).
a. Imunisasi Rutin
2) Imunisasi Lanjutan
2018).
b) Imunisasi Anak Sekolah
kelompok usia 15-39 tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus
2018).
Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan dan
a. Tuberculosis (TBC)
melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit
ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar
keringat pada malam hari, gejala selanjutnya yaitu batuk terus menerus,
nyeri dada dan mungkin batuk darah, sedangkan gejala lain timbul
b. Difteri
kematian.
c. Pertusis
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan
d. Tetanus
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa
kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku
otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti
menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala berikutnya berupa
kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang dapat
e. Hepatitis B
perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan warna
f. Campak
ludah) dari bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa
dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
g. Rubella
RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan
ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh
hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar ke
limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan
seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah
serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan perdarahan (Ankas, 2015).
h. Poliomielitis
disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang
anak di bawah usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan
yang timbul berupa demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh
Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan gejala ringan dan
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam
j. Radang Paru-Paru
virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
Catatan :
• Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai
<7 hari.
• Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi
BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
• Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai
usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
• Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2,
dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
• IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
• Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum
bayi berusia 1 tahun.
Adapun jadwal pemberian imunisasi menurut IDAI 2020 yaitu :
bersalin, bayi baru lahir, balita, pada usia pendidikan dasar, pada usia
dengan gangguan jiwa berat, orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan
1) Rumah Sakit
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas dan
jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi), rawat inap,
2) Puskesmas
d) Pelayanan gizi
3) Pustu
4) Dokter Praktek
2010).
5) Bidan Praktek
sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi dasar
lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi <24 jam
atau sampai <7 hari pasca persalinan, satu kali imunisasi BCG diberikan
ketika bayi berumur 1-2 bulan, tiga kali imunisasi DPT-HB-HiB diberikan
ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal empat minggu,
empat kali imunisasi polio diberikan pada bayi ketika berumur 1,2,3,4
dengan interval minimal empat minggu, dan satu kali imunisasi campak/MR
a. Imunisasi Hepatitis B
umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan yang disusul demam dan pembengkakan, reaksi ini akan
b. Imunisasi BCG
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah dan biasanya akan
mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang
c. Imunisasi DPT-HB-Hib
menderita kelainan saraf, anak yang sedang demam/sakit keras dan yang
diare berat atau sedang sakit parah seperti demam tinggi (di atas 38˚C)
e. Imunisasi Campak
merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan,
indikasi imunisasi campak yaitu pada anak dengan penyakit infeksi akut
sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk menjadi individu dan
masyarakat yang sehat. Menurut teori Health Belief Model perilaku seseorang
ditentukan oleh motif dan kepercayaan individu. Health Belief Model merupakan
terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat
2018).
jika tidak mempunyai pengetahuan dan motivasi relevan tentang kesehatan. Hal
ini dipengaruhi oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinan
terhadap nilai manfaat dan tindakan kesehatan. Apabila individu bertindak untuk
melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di
penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dari rintangan yang
tindakan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah sustu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibody. Antibody ini
berfungsi melindungi diri terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga anak agar
tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit serius yang timbul pada anak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kana-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibody/antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
pengalaman untuk mengatasinya. Teapi pada reaksi yang ke 2, ke 3 dan beikutnya,
tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-antibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan
antigen atau kuman, berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap
penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting adalah bahwa dengan imunisasi, anak akan
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
B. Saran
masing.
imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan ruang lingkup yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2018). Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Girmay, A. & Dadi, A. F. (2019). Full immunization coverage and associated factors
//doi.org/10.1155/2019/1924941.
Hartati, I. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi dasar lengkap pada
bayi usia 0-12 bulan di desa Suka Mulia Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh
IDAI. (2020). Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Dipetik Januari 29, 2021, dari
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
Kemenkes RI. (2017). Imunisasi lanjutan pada anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman pemantauan dan penanggulangan kejadian ikutan pasca
Kemenkes RI. (2018). Profil kesehatan Indonesia tahun 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
WHO. (2017). Status Campak dan Rubella saat ini di Indonesia. Dipetik Agustus 11,