Anda di halaman 1dari 11

F3 - UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA (KB)

PROGRAM BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada anak untuk mendapat
kekebalan awal secara aktif sebelum anak berusia setahun yang mencakup imunisasi
BCG (Bacille, Calmette, Guerin), hepatitis B, DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus),
polio, dan campak. Imunisasi dasar juga merupakan salah satu bentuk upaya
pencegahan penyakit infeksi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Kegiatan Imunisasi di Indonesia dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar yang
dimulai pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi
penyakit cacar. Selanjutnya mulai tahun 1980 program imunisasi rutin terus
dikembangkan dengan memberikan tujuh antigen yaitu vaksin BCG , DPT, Polio,
Campak, Hepatitis B, TT dan DT. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1990 Indonesia
telah berhasil mencapai UCI (Universal Child Immunization) dan cakupan merata
secara nasional pada tahun 1993. Langkah selanjutnya untuk membasmi penyakit
Polio dan komitmen global tentang Eradikasi Polio maka Indonesia melaksanakan
PIN (Pekan Imunisasi Nasional) selama 4 tahun mulai tahun 1995, 1996, 1997 dan
tahun 2002. Beberapa penyakit yang berbahaya namun dapat dicegah melalui
imunisasi sejak dini yaitu difteri dan tetanus
Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi saluran
respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila
mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan penyumbatan.
Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan paralisis otot dan
miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka kematian.
Tetanus didefinisikan sebagai penyakit akut yang ditandai dengan spasme dan
rigiditas otot yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani. Gejala tetanus
bervariasi mulai dari kesulitan membuka mulut (trismus), kesulitan menelan
(disfagia), kaku kuduk, opistotonus, hingga spasme laring yang dapat menimbulkan
gagal napas. Gejala-gejala tersebut ditimbulkan akibat toksin yang diproduksi oleh
bakteri anaerob Clostridium Tetani yang masuk melalui luka.
Kedua penyakit tersebut sudah jarang ditemui sejak digalakkannya program
imunisasi. Namun masih terdapat beberapa kejadian hingga menyebabkan kematian
yang seharusnya dapat dicegah sejak dini melalui imunisasi.
Upaya pelayanan imunisasi dilaksanakan di unit – unit pelayanan kesehatan seperti,
Praktek Dokter / Bidan Swasta, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Setiap unit
pelayanan melakukan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan atau sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Vaksin DTaP terdiri atas 3 komponen, yaitu toksoid difteri (D), toksoid tetanus (T),
dan antigen bakteri pertusis (aP). Di Indonesia, vaksin ini banyak dijumpai dengan
nama DPT atau DTP. Perbedaannya terletak pada komponen antigen untuk pertusis.
Vaksin DTP mengandung sel bakteri pertusis utuh dengan ribuan antigen, termasuk
antigen yang tidak diperlukan. Karena banyak mengandung antigen, vaksin ini kerap
menimbulkan reaksi panas tinggi, merah, bengkak, dan nyeri pada bekas suntikan.
Sementara vaksin DTaP mengandung bagian dari bakteri pertusis yang tidak utuh,
atau hanya mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja, sehingga minim efek
samping. Selanjutnya, vaksin DT merupakan vaksin yang terdiri atas toksoid difteri
(D) dan tetanus (T) yang dikhususkan untuk anak yang memiliki reaksi alergi
terhadap vaksin pertusis. Jadi, bisa dikatakan bahwa vaksin ini merupakan pengganti
vaksin DTaP, pada kondisi tersebut.
Kedua vaksin difteri tersebut ditujukan untuk anak berusia 2 bulan hingga 7 tahun,
yang diberikan secara bertahap. Tahap pertama dimulai ketika anak berusia 2 bulan,
lalu 3 bulan, 4 bulan, selanjutnya pada usia 1 tahun dan kemudian 5 tahun.
Tdap merupakan singkatan dari tetanus, difteri, dan aselular pertusis, sedangkan Td
adalah singkatan dari tetanus dan difteri. Kedua vaksin itu merupakan jenis vaksin
lanjutan yang biasanya diberikan setelah seorang anak mendapatkan serangkaian
vaksinasi DTaP atau DT awal secara lengkap. Vaksin Tdap dan Td umumnya
diberikan ketika anak sudah berusia 10-16 tahun, lalu diulangi lagi setiap 10 tahun
sebagai penguat atau booster. Selain untuk anak-anak di usia tersebut, vaksin Tdap
dan Td juga diberikan untuk orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin
difteri ketika usia anak-anak, petugas medis di rumah sakit, dan wanita hamil. Sama
seperti jenis DTaP dan DT, vaksin Tdap dan Td juga direkomendasikan untuk diulang
setiap 10 tahun sekali.

Masalah
BIAS ini dilakukan sebagai bentuk upaya preventif untuk mencegah penyakit tetanus
dan difteri pada anak melalui imunisasi. Imunisasi lanjutan ini sangat perlu diberikan
untuk anak karena gangguan kesehatan yang terjadi pada masa anak dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang, kecacatan dan kematian. Beberapa anak usia
sekolah lewat masa waktu catch-up dalam pemberian imunisasi, kurangnya
pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang guna vaksin, kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang KIPI dan reaksi imunisasi.
Intervensi
Metode pelayanan perorangan
Metode pelayanan medis, berupa pemberian vaksin kepada anak usia sekolah,
timbang , dan pencatatan di buku imunisasi
Konseling tentang reaksi imunisasi

Pelaksanaan
Program dilakukan pada Kamis, 19 November 2021
Bertempat di SD Al-Azhar Syifa Budi
Pukul 09.00-11.00
Jumlah pasien 60 anak usia sekolah dasar
Siswa kelas 1, 2, dan 5 SD
Pelayanan dan pencatatan dilakukan oleh bidan dan Dokter internsip
Layanan berupa pemberian imunisasi dasar berdasarkan usia anak tersebut, timbang,
dan konseling

Evaluasi
1. Kegiatan BIAS tidak mencapai sasaran dikarenakan asekolah masih menggunakan
sistem belajar dari rumah, sehingga ada beberapa siswa dan keluarganya yang
menyempatkan keluar kota. Setelah penyuntikan vaksin, anak-anak diobservasi terkait
dengan KIPI. Tidak ada anak-anak dengan menunjukan gejala KIPI saat observasi
dilakukan.
2. Jumlah anak yang diimunisasi cukup banyak, sehingga ruang tunggu tidak cukup
luas untuk menerapkan protokol kesehatan, solusinya untuk jadwal selanjutnya, bisa
diinformasikan melalui kader, untuk lebih terjadwal sehingga anak dan orang tua
dapat menghindari kontak kerumunan di PKM

3. Perlu adanya penyuluhan kepada orang tua oleh kader/bidan/tenaga kesehatan


tentang pentingnya imunisasi
PROGRAM PEMASANGAN KB IMPLAN DAN IUD
Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledaka
n penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi
ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi
salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut me
nyebabkan beban negara menjadi semakin besar.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan pengh
idupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan sera
ngkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan
penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah de
ngan menggalakkan program KB (Keluarga Berencana).
Dampak apabila masih banyak pasangan usia subur tidak menggunakan kontrasepsi
yaitu jumlah penduduk semakin besar dan semakin meningkat, kekurangan pangan
dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan
rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi
khususnya di negara berkembang

Permasalahan
Masih tingginya angka kelahiran serta adanya AKI di wilayah kerja Puskesmas IV De
npasar Selatan. PUS dengan risiko tinggi dapat berakibat pula pada tingginya AKI, pa
dahal AKI merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Dilakukan penyuluhan secara individu oleh kader posyandu serta penanggung jawab p
rogram posyandu dari PKK Kelurahan. Setiap kelurahan diberi jatah 20 orang untuk p
emasangan KB implan dan IUD. Setelah dilakukan penyuluhan, akan didata siapa saja
yang berminat untuk dipasang KB implan atau IUD.

Pelaksanaan
Pada hari Senin, tanggal 14 Desember 2020 dilaksanakan pemasangan KB implan dan
IUD di VK Puskesmas IV Denpasar Selatan yang dilakukan oleh bidan puskesmas did
ampingi oleh penanggung jawab program posyandu. Sebanyak 12 orang memasang K
B implan dan 1 orang memasang KB IUD.

Monitoring dan evaluasi


Evaluasi dari program ini adalah masih kurangnya pengetahuan pasangan usia subur t
entang perencanaan keluarga khususnya mengatur jarak kehamilan. Selain itu, masih
adanya ketakutan masyarakat untuk memasang KB, seperti takut sakit, takut berdarah
atau tidak nyaman saat berhubungan. Hal ini bisa dilihat dari tidak tercapainya jatah 2
0 pemasangan KB (hanya 13 orang saja yang bersedia).
SEMINAR ONLINE KELAS IBU HAMIL
Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi tantangan utama di sektor
kesehatan. Dari data SUPAS 2015, menunjukan bahwa dari 1000 angka kelahiran di
Indonesia, 305 diantaranya ibu melahirkan meninggal. Angka Kematian Ibu menjadi
salah satu ukuran indikator suatu bangsa karena menunjukan kesejahteraan suatu
bangsa.
Dalam menemukan angka kematian ibu, perlu diperhitungkan dari berbagai faktor
penyebabnya, selain faktor akses dan kualitas pelayanan kesehatan, faktor penyebab
langsung seperti pendarahan, eklamsi/hipertensi dalam kehamilan, infeksi, aborsi
tidak aman, dan penyakit lainnya juga dapat meingkatkan angka kematian ibu.
Kementerian Kesehatan sudah melakukan berbagai upaya guna menurunkan Angka
Kematian Ibu ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian eduk
asi dan penyuluhan mengenai kesehatan ibu hamil, selain melakukan pelayanan
Antenatal Care (ANC) di fasilitas kesehatan.
Masa pandemi COVID-19 membuat pemberian edukasi secara tatap muka langsung ti
dak berjalan efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan edukasi secara dar
ing (online) untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang baik kepada ibu ha
mil.
Permasalahan
Masih kurangnya pengetahuan mengenai kehamilan, persalinan, penyakit dan kompli
kasi pada ibu hamil untuk mencegah resiko dan tingginya AKI
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Pelaksanaan Kelas Ibu hamil secara online melalui wa group
Tujuan Kegiatan : Memberikan pengetahuan mengenai kehamilan, persalinan, penya
kit dan komplikasi pada ibu hamil untuk mencegah resiko dan tingginya AKI
Petugas pelaksana : Dokter internship, dokter definitif, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Puskesmas IV Denpasa Selatan
Tanggal/Jam kegiatan : 23 Januari 2021/Pukul 08.30 wita - 10.30 wita
Sasaran kegiatan : Ibu hamil yang tergabung dalam wa group kelas ibu hamil
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Ceramah secara daring (online)
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Pelaksanaan Kelas Ibu hamil secara online melalui wa group
Tujuan Kegiatan :Memberikan pengetahuan mengenai kehamilan, persalinan, penyaki
t dan komplikasi pada ibu hamil untuk mencegah resiko dan tingginya AKI
Petugas pelaksana : Dokter internship, dokter definitif, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Puskesmas IV Denpasar Selatan
Tanggal/Jam kegiatan : 23 Januari 2021/Pukul 08.30 wita - 10.30 wita
Sasaran kegiatan : Ibu hamil yang tergabung dalam wa group kelas ibu hamil
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Ceramah secara daring (online)
Hasil Kegiatan:
Kelas ibu hamil di UPTD Puskesmas IV Dinas Kesehatan Kec. Densel. pada tanggal
23 Januari 2021 dilakukan dengan agenda :
1. Ucapan selamat datang sekaligus pembukaan oleh Kepala UPTD Puskesmas
IV Dinas Kesehatan Kec. Densel.
2. Pengisian absensi dan pre test oleh peserta Kelas ibu hamil selama 5 menit.
3. Pemberian materi kelas ibu hamil pertemuan pertama oleh dr. Heri Pribadhi
selama 30 menit tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman, nifas
nyaman, bayi sehat.
4. Diskusi online via wa chat selama 30 menit.
5. Pengisian post test oleh peserta Kelas ibu hamil selama 5 menit.
6. Penutup.

Adapun hasil dari pelaksanakan penyuluhan HIV AIDS adalah :


Pre tes, kategori Baik : 50%
Kurang : 50%

Post tes, kategori Baik : 80%


Kurang : 20%

Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi: Dari hasil kegiatan setelah dilakukan penyuluhan, terjadi peningkatan


pengetahuan ibu hamil dengan kategori baik (80%) Sebaiknya pada kegiatan
berikutnya, diharapkan dapat menggunakan media informasi yang lebih visual dan
memberikan penyuluhan pada remaja secara lebih personal.

Monitoring: Kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar secara daring (online).
SENAM IBU HAMIL
Latar Belakang
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu
hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir.
Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam hamil. Senam hamil merupakan terapi
latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya baik fisik
maupun mental dalam menghadapi persalinan. Ibu hamil sangat membutuhkan tubuh
yang sehat dan bugar. Oleh karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil harus
cukup istirahat dan berolahraga sesuai dengan kebutuhannya, salah satu olahraga yang
baik untuk ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap
ibu hamil, karena senam hamil dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat, dan dapat
membuat ibu hamil tetap mampu menjalankan aktivitas sehari–hari, sehingga stres
akibat rasa cemas menjelang persalinan akan dapat diminimalkan. Pergerakan dan
latihan senam kehamilan tidak saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat
berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungan. Pada saat bayi mulai dapat
bernafas sendiri, maka oksigen yang mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu dari
aliran darah ibunya kedalam aliran darah bayi yang dikandung. Senam kehamilan
akan menambah jumlah oksigen dalam darah diseluruh tubuh sang ibu dan karena itu
aliran oksigen kepada bayi melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar. Jika tidak
melakukan senam hamil dapat mengakibatkan perasaan tegang saat kehamilan atau
persalinan dapat timbul, system tubuh akan terhalang dan mempengaruhi persediaan
oksigen untuk otot-otot maupun organ tubuh dan bayi. Perasaan tegang saat
persalinan juga dapat membuat proses persalinan terhambat.
Permasalahan
Masa pandemi yang masih terjadi akhir-akhir ini menyebabkan pelaksanaan senam ib
u hamil menjadi kurang efektif. Hal ini juga berakibat pada kurang antusiasnya ibu ha
mil dalam mengikuti kegiatan. Selain itu, masih banyak ditemukan kasus ibu hamil ya
ng cemas dan stress menjelang persalinan.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Senam Ibu Hamil
Tujuan Kegiatan : Peningkatan kesehatan ibu dan anak
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Puskesmas IV Denpasar Selatan
Tanggal/Jam kegiatan : 23 Januari 2021/ 11.00 - selesai
Sasaran kegiatan : Ibu hamil yang tergabung dalam wa group kelas ibu hamil
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Pelaksanaan senam ibu hamil secara daring (online)
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Senam Ibu Hamil
Tujuan Kegiatan : Peningkatan kesehatan ibu dan anak
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas
Lokasi kegiatan : Puskesmas IV Denpasar Selatan
Tanggal/Jam kegiatan : 23 Januari 2021/ 11.00 - selesai
Sasaran kegiatan : Ibu hamil yang tergabung dalam wa group kelas ibu hamil
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Pelaksanaan senam ibu hamil secara daring (online)
Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi: Dari hasil kegiatan terjadi peningkatan kehadiran dan ibu hamil lebih antusi
as saat mengikuti kegiatan. Sebaiknya pada kegiatan berikutnya, diharapkan dapat me
lakukan kegiatan secara tatap muka dengan prrotokol kesehatan yang ketat.

Monitoring: Kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar secara daring (online)
VAKSINASI HPV ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Latar Belakang
Kanker serviks uteri merupakan kanker pada perempuan yang menduduki urutan
teratas di Indonesia, sedangkan di negara maju kejadian kanker serviks mengalami
penurunan. Perjalanan penyakit kanker serviks sudah diketahui dengan baik. Infeksi
HPV (Human Papillomavirus) risiko tinggi merupakan awal dari patogenesis kanker
serviks. HPV risiko tinggi merupakan karsinogen kanker serviks, dan awal dari proses
karsinogenesis kanker serviks uteri.Penurunan kejadian kanker serviks di negara maju
disebabkan karena pencegahan sekunder kanker serviks berjalan dengan baik;
meliputi deteksi dini dengan pap smear yang dilanjutkan dengan terapi lesi prakanker
akan menurunkan kejadian kanker serviks. Pencegahan primer kanker serviks adalah
upaya mencegah terjadinya infeksi HPV risiko tinggi. Salah satu bagian dari
pencegahan primer adalah memberikan vaksin HPV, pemberian vaksinasi HPV akan
mengeliminasi infeksi HPV. Tujuan tulisan ini adalah membahas pencegahan kanker
serviks uteri, terutama memperkenalkan pencegahan primer dengan pemberian vaksin
HPV risiko tinggi.
Vaksin HPV bekerja sangat baik. Dalam 10 tahun setelah vaksin direkomendasikan
pada tahun 2006 di Amerika Serikat, infeksi HPV tipe kuadrivalen menurun 86%
pada remaja perempuan berusia 14 hingga 19 tahun dan 71% pada perempuan di usia
awal 20-an. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa semakin sedikit remaja dan
dewasa muda yang mengalami kutil kelamin dan kejadian kanker serviks berkurang
karena vaksin HPV telah digunakan di Amerika Serikat. Penurunan prevalensi pada
tipe vaksin, kutil kelamin, dan pre kanker serviks juga telah diamati di negara lain
dengan program vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV termasuk dalam imunisasi pilihan
(imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi program, namun dapat diberikan
sesuai dengan kebutuhannya dan pelaksanaannya juga dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Vaksin HPV mempunyai efikasi 96–98% untuk mencegah kanker leher rahim yang
disebabkan oleh HPV tipe 16/18. Imunisasi vaksin HPV.diperuntukkan pada anak
perempuan sejak usia >9 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017).
Di Indonesia, ada 2 jenis vaksin HPV yaitu bivalen dan tetravalen yang beredar.
Bivalen mengandung 2 tipe virus HPV (16 dan 18) yang dapat mencegah kanker leher
rahim, sedangkan tetravalen mengandung 4 tipe virus HPV (6,11,16,dan 18) yang
dapat mencegah sekaligus kanker leher rahim dan juga kutil kelamin atau genital
ward. Saat ini, pemberian vaksin HPV di Indonesia disarankan pada remaja
perempuan mulai dari usia 10 tahun ke atas sedangkan di luar negeri vaksinasi HPV
juga disarankan untuk remaja laki-laki. Pada remaja, biasanya penyuntikan vaksin
dilakukan secara intramuskular di deltoid yaitu otot bahu yang terbesar. Vaksin
diberikan sebanyak 3 kali dengan jadwal pemberian vaksin pada bulan 0, lalu 1 atau 2
bulan setelah penyuntikan pertama tergantung jenis vaksin (bivalen atau tetravalen),
dan terkahir 6 bulan setelah penyuntikan pertama. Apabila ada jadwal pemberian
vaksin yang terlewat karena sakit atau hal lain maka pemberian vaksin tidak harus
diulang dari awal, cukup dengan melengkapi dosis yang tertinggal tersebut.
Selama ini beberapa kaum masyarakat beranggapan bahwa vaksinasi HPV pada anak-
anak tidak perlu diberikan karena pada usia tersebut hubungan seksual belum
dilakukan. Namun, sebenarnya vaksin HPV justru harus diberikan sebelum seseorang
berhubungan seksual. Akan terlambat jika vaksin HPV baru diberikan saat seseorang
sudah melakukan hubungan seksual, karena bisa saja orang tersebut sudah terinfeksi
HPV.

Selain belum aktif berhubungan seksual, pemberian vaksin HPV saat anak-anak
memiliki manfaat lain yaitu pemberian vaksin hanya membutuhkan 2 dosis untuk usia
10-13 tahun, sedangkan untuk usia 16-18 tahun atau remaja akhir pemberian vaksin
membutuhkan 3 dosis. Berdasarkan penelitian, pemberian vaksin HPV 2 dosis pada
usia 10-13 tahun terbukti  membentuk kadar antibodi yang tidak lebih rendah
dibandingkan dengan pemberian 3 dosis pada usia 16-18 tahun. Perlu diketahui harga
vaksin HPV masih cukup mahal sehingga pemberian 2 dosis merupakan suatu solusi
yang efisien.

Melihat manfaat vaksin HPV dalam mencegah keganasan, amatlah berguna untuk
melakukan vaksin HPV pada remaja perempuan. Vaksin HPV dapat ditemukan di
klinik/RS terdekat, saat ini vaksin HPV belum tersedia di Puskesmas karena belum
termasuk program imunisasi nasional. Namun vaksin HPV telah diberikan pada anak
sekolah perempuan kelas 5 dan 6 di beberapa kota secara gratis.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan kepedulian orang tua tentang manfaat vaksin hpv yang di
berikan sejak usia sekolah. Selain itu masih banyaknya kasus kanker serviks yang dite
mukan pada perempuan usia dewasa.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Nama Kegiatan : Vaksinasi HPV Anak Usia Sekolah Dasar
Tujuan Kegiatan : Pengetahuan dan kepedulian orang tua tentang manfaat vaksin hpv
yang diberikan sejak dini serta mengurangi kasus kanker serviks pada perempuan usia
dewasa
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas, bidan
Lokasi kegiatan : SDN 7 Pedungan
Tanggal/Jam kegiatan : 27 Maret 2021/ Pukul 09.00-11.00 wita
Sasaran kegiatan : Anak SD di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Kegiatan berlangsung lancar secara tatap muka dengan protokol ke
sehatan
Pelaksanaan
Nama Kegiatan : Vaksinasi HPV Anak Usia Sekolah Dasar
Tujuan Kegiatan : Pengetahuan dan kepedulian orang tua tentang manfaat vaksin hpv
yang diberikan sejak dini serta mengurangi kasus kanker serviks pada perempuan usia
dewasa
Petugas pelaksana : Dokter internship, staf puskesmas, bidan
Lokasi kegiatan : SDN 7 Pedungan
Tanggal/Jam kegiatan : 27 Maret 2021/ Pukul 09.00-11.00 wita
Sasaran kegiatan : Anak SD di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan
Jumlah sasaran : 30 orang
Proses kegiatan : Kegiatan berlangsung lancar secara tatap muka dengan protokol ke
sehatan
Monitoring dan Evaluasi
Jumlah anak yang mendapatkan vaksin sudah memenuhi sasaran, tetapi masih ditemu
kannya anak maupun orang tua yang berkerumun sehingga penerapan protokol
kesehatan tidak terlalu baik, solusinya untuk kegiatan yang sama selanjutnya, bisa
diinformasikan melalui kader, untuk lebih terjadwal sehingga anak dan orang tua
dapat menghindari kontak kerumunan di PKM
Perlu adanya penyuluhan kepada orang tua oleh kader/bidan/tenaga kesehatan tentang
pentingnya vaksinasi HPV yang diberikan terhadap anak sejak usia sekolah.

Anda mungkin juga menyukai