Anda di halaman 1dari 70

FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL RADIUS

ULNA SINISTRA DAN VULNUS LACERATUM


REGIO FRONTALIS

OLEH:
M. BAQIR, S.KED
712017035

PEMBIMBING: DR. H. GUNAWAN TOHIR, SP.B,


MM
PENDAHULUAN

• Fraktur atau patah tulang  terputusnya


kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun
parsial

• Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat


berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
• Fraktur tulang radius ulna terjadi cukup sering. Gaya
terpelintir, yang sering kali akibat lengan yang
terjatuh dengan cepat menghasilkan fraktur spiral
dengan kerusakan di tempat yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA

• Fraktur
• Definisi
•  terputusnya kuntinuitas struktural tulang.1 dapat berupa
retakan, patah, atau serpihan dari korteks; sering patahan
terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser.

Etiologi
• Cedera
• Fatigue atau stress fracture1
• Fraktur patologis1
• Fraktur Radius Ulna
• Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling
sering adalah jatuh dengan outstreched hand atau
trauma langsung.

• Gaya twisting menghasilkan fraktur spiral pada level


tulang yang berbeda. Trauma langsung atau
gangguan angulasi menyebabkan fraktur
transversal pada level tulang yang sama.
• Pemeriksaan Klinis
• Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi
(pronasi atau supinasi) atau shorthening
• Nyeri
• Bengkak
• Pemeriksaan fisik harus meliputi evaluasi
neurovascular dan pemeriksaan elbow dan wrist.
Dan evaluasi kemungkinan adanya sindrom
kompartemen
• Tipe Fraktur
• Fraktur komplet
• Faktur inkomplet
• Klasifikasi Fraktur
• Klasifikasi fraktur terbuka Gustilo-Anderson

Type 1 – The wound is usually a small,


clean puncture
through which a bone spike has
protruded.
Type II – The wound is more than 1 cm
long, but
there is no skin flap.
Type III – There is a large laceration, type III A the fractured bone can be
extensive adequately covered by soft tissue
damage to skin and underlying soft despite the laceration.
tissue and, in the type III B there is extensive periosteal
most severe examples, vascular stripping and fracture cover is not
compromise. possible without use of local or distant
flaps.
Type III C if there is an arterial injury that
needs to be repaired
• Klasifikasi Nicol
• Fase penyembuhan Fraktur
• Fase hematoma
• Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
• Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
• Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
• Fase remodeling
• Penatalaksanaan
• Prinsip penatalaksanaan fraktur terdiri dari 4R yaitu
Recognition berupa diagnosis dan penilaian fraktur,
Reduction, Retention dengan imobilisasi, dan
Rehabilitation yaitu mengembalikan aktifitas
fungsional semaksimal mungkin.
• REPOSISI  tujuan mengembalikan fragmen
keposisi anatomi. Tehnik reposisi terdiri dari reposisi
tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit
dan skeletal.

• Cara lain yaitu dengan reposisi terbuka yang


dilakukan pada pasien yang telah mengalami
gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi
dini, fraktur multiple, dan fraktur patologis.
• IMOBILISASI / FIKSASI  mempertahankan posisi
fragmen post reposisi sampai Union. Indikasi
dilakukannya fiksasi yaitu pada pemendekan
(shortening), fraktur unstabel serta kerusakan hebat
pada kulit dan jaringan sekitar.
• Jenis Fiksasi :
Eksternal / OREF (Open Reduction External Fixation)
• Gips ( plester cast)
• Traksi
• Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur humerus
• Skin traksi
• Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail.
• Komplikasi Fraktur
• Komplikasi umum1
• Syok karena perdarahan ataupun oleh karena
nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi
pernafasan.
• Komplikasi Lokal 1
• Komplikasi dini
• Pada tulang (infeksi, osteomielitis)
• Pada jaringan lunak (lepuh, dekubitus)
• Pada otot (sindroma crush /trombus)
• Pada pembuluh darah
• Pada saraf (kompresi, neuropraksi, neurometsis dll)
• Komplikasi lanjut
• Delayed union
• Non union
• Mal union
• Osteomielitis
• Kekakuan sendi
• Luka
• Definisi
• Luka (Vulnus) adalah hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh.

• Penyebab luka dapat berasal dari tusukan/goresan


benda tajam, benturan benda tumpul,
kecelakaan, terkena tembakan, gigitan hewan,
bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau
terbakar, listrik dan petir.
• Klasifikasi Luka
• Luka dibagi 2 jenis, yaitu:
• Luka tertutup
• Kontusio
• Hematoma

Luka terbuka
Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka
lecet (ekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka
iris/sayat (vulnus scissum), luka bacok (vulnus caesum),
luka robek (vulnus traumaticum), luka tembak (vulnus
sclopetinum), luka hancur (vulnus lacerum) dan luka
bakar.
Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, yaitu
hemostasis, inflamasi, proliferasi dan maturasi
• Penanganan Luka
• Diagnosis
• Pertama-tama, dilakukan pemeriksaan secara teliti
untuk memastikan apakah ada perdarahan yang
harus dihentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma,
tajam atau tumpul, luasany kematian jaringan,
banyaknya kontaminasi, dan berat ringannya luka.
• Tindakan
• Pertama dilakukan anestesia setempat atau umum
• Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik kalau
perlu dicuci dengan air sebelumya menggunakan
larutan yodium povidone 1% dan larutan klorheksidin
0,5%.
• Daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril
dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka
secara mekanis dari kontaminan, misalnya
pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau
(debridemen) dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran,
atau semprotan cairan NaCL.
• Dilakukan penjahitan dengan rapi.
• Luka ditutup dengan bahan yang dapat
mencegah lengketnya kasa, misalnya kasa yang
mengandung vaselin, ditambah kasa dengan kasa
penyerap, dan dibalut dengan pembalut elastis.8
• Komplikasi Penyembuhan Luka
• Infeksi
• Dehisen
• Eviserasi
• Fistul
IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Reno Santana Putra bin Khairul


Hadi
• Umur : 16 tahun
• Jenis Kelamin : Laki - laki
• Tanggal Lahir : 01-01-2002
• Pendidikan Terakhir : Indonesia
• Alamat : Desa Sungai Rasau, Pemulutan,
Ogan Ilir
• Status Perkawinan : Belum menikah
• Tanggal MRS : 30-10-2018
• No. RM : 56.41.87
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA

• Lengan kiri nyeri dan sulit digerakkan setelah


kecelakaan lalu lintas sejak + ½ jam SMRS.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT (1)

• Pasien datang dengan keluhan lengan kiri nyeri


dan sulit digerakkannya terjadi setelah kecelakaan
lalu lintas sejak + ½ jam SMRS.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT (2)

• Saat sedang mengendarai sepeda motor, pasien


ditabrak lari oleh mobil. Pasien jatuh dengan
motornya ke arah kiri. Sebelum jatuh, pasien
berusaha turun dari motor namun tidak berhasil
hingga akhirnya jatuh dengan motornya ke arah kiri
dengan lengan kiri sebagai tumpuan jatuh ke jalan
beraspal. Saat jatuh, kepala pasien mengenai jalan
beraspal. Pasien tidak memakai helm dan
berkendara sendirian.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT (3)

• Setelah terjatuh, lengan pasien terasa nyeri dan sulit


digerakkan. Tampak perubahan bentuk pada
lengan kiri pasien dan disertai luka lecet tanpa
laserasi. Lengan sulit digerakkan karena terasa
nyeri. Pasien juga mengalami luka robek di dahi.
• Saat dan setelah terjatuh, pasien tidak mengalami
penurunan kesadaran. Setelah jatuh, pasien
mengalami muntah darah berwarna kemerahan
sebanyak 1 kali. Pasien dibawa berobat ke IGD
RSUD Palembang BARI.
RIWAYAT PENYAKIT

Dahulu Keluarga
• Riwayat keluhan yang • Riwayat keluhan yang sama
pada keluarga tidak ada.
sama tidak ada. • Riwayat penyakit hipertensi
• Riwayat trauma pada tidak ada.
• Riwayat penyakit kencing
fisik tidak ada. manis tidak ada.
• Riwayat pasca operasi • Riwayat penyakit lambung
tidak ada.
tidak ada. • Riwayat penyakit alergi
tidak ada.
• Riwayat penyakit asma
tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
PRIMARY SURVEY

• Airway
• Jalan nafas bersih, obstruksi benda asing pada
jalan nafas (-), gurgling (-), stridor (-), snoring (-).
PRIMARY SURVEY

• Breathing
• Pengembangan dada simetris, laju respirasi 24
x/menit, ronchii (-/-), wheezing (-/-), bunyi
pernapasan vesikuler, tipe pernapasan
thoracoabdominal.
PRIMARY SURVEY

• Circulation
• Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit,
regular, kuat. Tampak bekas perdarahan yang
telah mengering disekitar luka pada tubuh.
Perdarahan (-).
PRIMARY SURVEY

• Dissability
• Pasien sadar penuh, GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor
Ø 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+/+).
PRIMARY SURVEY

• Environment
• Suhu axilla 37,0oC, akral hangat (+/+), edema (-/-).
Terdapat vulnus laceratum regio frontalis dan
edema periorbital pada palpebra dextra dan
sinistra. Terdapat vulnus excoriatum, krepitasi dan
deformitas pada regio antebrachialis posterior
sinistra. Terdapat vulnus excoriatum pada regio
tibialis anterior dextra et sinistra.
SECONDARY SURVEY
KEADAAN UMUM
Keadaan sakit: • Tekanan darah:
• Tampak sakit berat 140/90 mmHg

Kesadaran : • Nadi : 88 x/menit,


• Compos mentis reguler, isi cukup,
tegangan kuat

• RR: 24 x/menit,
reguler,
torakoabdominal

• T: 37,0°C
SECONDARY SURVEY
KEADAAN SPESIFIK
• Kepala : Normocephali, tampak vulnus laceratum di regio
frontalis jumlah 1 berukuran 2x0,5x0,2 cm, bentuk luka tidak
teratur, tepi luka tidak rata, jembatan jaringan ada, folikel
rambut tidak terpotong, dasar luka tidak teratur, dan sekitar
luka ada lecet.

• Mata : pupil bulat, isokor, reflex


cahaya +/+, edema palpebra +/+, konjungtiva
anemis -/-, sclera ikterik -/-
• Telinga : secret -/-, serumen (+)
• Hidung : secret (-), epistaksis (-)
• Tenggorok : faring hiperemis (-), T1/T1
• Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB tidak ada
SECONDARY SURVEY
KEADAAN SPESIFIK

Thorax : Paru-paru Thorax : Jantung


Inspeksi Inspeksi
• Simetris • pulsasi (-), iktus (-)

Palpasi Palpasi
• stem fremitus normal • iktus (-), thrill (-)

Perkusi Perkusi
• Sonor • dalam batas normal

Auskultasi Auskultasi
• vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), • HR=88x/mnt, irama regular,
wheezing (-/-) murmur & gallop (-)
SECONDARY SURVEY
KEADAAN SPESIFIK

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Eutoni, eutropi, gerakan Eutoni, eutropi, gerakan
bebas, kekuatan 5, bebas, kekuatan 5,
edema (-/-), edema (-/-),

Akral hangat (+) Akral hangat (+),

vulnus excoriatum (+) vulnus excoriatum (+)


regio antebrachialis regio tibialis anterior
posteriorsinistra dextra et sinistra
STATUS
LOKALIS
(REGIO ANTEBRACHIALIS
POSTERIOR SINISTRA)
• LOOK :
• Terdapat vulnus excoriatum berukuran 7x1 cm
pada regio antebrachialis posterior sinistra bagian
1/3 distal. Tampak perubahan warna sekitar luka
menjadi lebih gelap dari sekitarnya, tampak memar
dan deformitas berupa angulasi. luka kotor (-),
bone expose (-), perdarahan (-).
• FEEL :
• Nyeri tekan (+) sekitar luka. Skala nyeri 4. Krepitasi
(+). Sensibilitas baik. Pulsasi arteri radialis (+), CRT
<2”.

• MOVE :
• Pergerakan pergelangan tangan dan siku secara
aktif minimal dan disertai rasa nyeri. Skala nyeri 4.
ROM siku 30o. ROM pergelangan tangan 20o.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin 14.6 14.0 – 16.0 g/dL

Eritrosit 5.12 4.5 – 5.5 10*6/uL

Leukosit 19.01 5.0 – 10.0 10*3/uL

Trombosit 319 150.0 – 400.0 10*3/uL

Hematokrit 43 40.0 – 48.0 %


Basofil 0 0.0 – 1.0 %
Eosinofil 0 1.0 – 3.0 %
Batang 0 2.0 – 6.0 %
Segmen 74 50.0 – 70.0 %
Limfosit 22 20.0 – 40.0 %
Monosit 4 2.0 – 8.0 %
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

KIMIA DARAH

Glukosa Darah
157 < 140.0 mg/dL
Sewaktu

LAIN-LAIN

Golongan Darah O

Rhesus Positif (+)


• Rontgen Antrabrachii

Kesan: Tampak Fraktur


Tertutup Os Radius dan Os
Ulna Sinistra 1/3 Distal
Fraktur Oblik Komplit
DIAGNOSA
DIAGNOSA

Diagnosis Banding Diagnosis Kerja


• Fraktur Tertutup Os Radius dan
Os Ulna Sinistra 1/3 Distal Fraktur • Fraktur Tertutup Os
Oblik Komplit + Vulnus Radius dan Os Ulna
Laceratum Regio Frontalis Sinistra 1/3 Distal Fraktur
Oblik Komplit + Vulnus
• Fraktur Tertutup Os Radius dan
Os Ulna Sinistra 1/3 Distal Fraktur Laceratum Regio
Oblik Komplit + Trauma Capitis Frontalis
TATALAKSANA DAN
PROGNOSIS
TATALAKSANA

• Non Medikamentosa
• Pre Operatif
• Bedrest
• Perawatan Luka
• Pemasangan Elastic Bandage
• Operatif
• Pro Closed Reduction : Reposisi tertutup dengan cara
imobilisasi menggunakan Gips
• Medikamentosa
• IVFD RL gtt XX x/menit
• Injeksi Ceftriaxone 2x1 g
• Injeksi Ketorolac 3x30 mg
• Injeksi Asam Traneksamat 2x500 mg
• Injeksi Ranitidine 2x50 mg
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : Bonam


• Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
ANALISIS MASALAH
• Pasien berinisial R.S datang ke IGD RSUD Bari dengan
keluhan lengan kiri nyeri dan sulit digerakkan setelah
kecelakaan lalu lintas sejak + ½ jam SMRS.

• Pasien ditabrak oleh mobil. Pasien jatuh dengan


motornya ke arah kiri. Sebelum jatuh, pasien berusaha
turun dari motor namun tidak berhasil hingga akhirnya
jatuh dengan motornya ke arah kiri dengan lengan kiri
sebagai tumpuan jatuh ke jalan beraspal. Saat jatuh,
kepala pasien mengenai jalan beraspal. Pasien tidak
memakai helm dan berkendara sendirian.
• Setelah terjatuh, lengan pasien terasa nyeri dan sulit
digerakkan. Tampak perubahan bentuk pada
lengan kiri pasien dan disertai luka lecet tanpa
laserasi. Lengan sulit digerakkan karena terasa
nyeri. Pasien juga mengalami luka robek di dahi.
Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Setelah jatuh, pasien mengalami muntah darah
berwarna kemerahan sebanyak 1 kali.
• Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik KU : tampak
sakit sedang, TD : 140/90 mmHg, Nadi : 88 x/m,
Pernafasan 24x/m, Temperatur : 37,00C. Dari primary
survey didapatkan, environment: terdapat vulnus
laceratum regio frontalis dan edema periorbital
pada palpebra dextra dan sinistra. Terdapat vulnus
excoriatum, krepitasi dan deformitas pada regio
antebrachialis posterior sinistra. Terdapat vulnus
excoriatum pada regio tibialis anterior dextra et
sinistra.
• Kemudian secondary survey, Status Lokalis (Regio
Antebrachialis Posterior Sinistra), LOOK: Terdapat
vulnus excoriatum berukuran 7x1 cm pada regio
antebrachialis posterior sinistra bagian 1/3 distal.
Tampak perubahan warna sekitar luka menjadi
lebih gelap dari sekitarnya, tampak memar dan
deformitas berupa angulasi. luka kotor (-), bone
expose (-), perdarahan (-).
• FEEL: Nyeri tekan (+) sekitar luka. Skala nyeri 4.
Krepitasi (+). Sensibilitas baik. Pulsasi arteri radialis
(+), CRT <2”. MOVE: Pergerakan pergelangan
tangan dan siku secara aktif minimal dan disertai
rasa nyeri. Skala nyeri 4. ROM siku 30o. ROM
pergelangan tangan 20o.
• Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan
bahwa diagnosis pasien ini sudah tepat, dan dari
gejala yang telah didapatkan sesuai dengan teori
bahwa pemeriksaan klinis fraktur radius ulna
didapatkan beruapa deformitas di daerah yang
fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau
shorthening, nyeri, dan bengkak.
• Pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen
antebrachii menunjukkan adanya Fraktur Tertutup
Os Radius dan Os Ulna Sinistra 1/3 Distal Fraktur
Oblik Komplit.
• Penatalaksanaan yang diberikan adalah
nonmedikamentosan dan medikamentosa. Untuk
nonmedikamentosa yaitu bedrest, perawatan luka
dan pemasangan elastic bandage dan pasien
juga direncakan akan dilakukan reposisi tertutup
dengan cara imobilisasi menggunakan Gips.
• Berdasarkan teori yang telah ada bahwa
penatalaksanaan sudah tepat  yang terdiri dari
4R yaitu Recognition berupa diagnosis dan
penilaian fraktur, Reduction, Retention dengan
imobilisasi, dan Rehabilitation yaitu mengembalikan
aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
• Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan
imobilisasi fraktur dengan splint. Status neurologis
dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik
sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi.
• Untuk terapi medikamentosa diberikan IVFD RL gtt XX x/menit
untuk stabilisasi hemodinamik, injeksi Ceftriaxone 2x1 g
sebagai profilaksi untuk mencegah terjadinya infeksi, injeksi
Ketorolac 3x30 mg adalah golongan NSAID sebagai
penghilang nyeri, injeksi Asam Traneksamat 2x500 mg untuk
mengatasi perdarahan, dan injeksi Ranitidine 2x50 mg
sebagai golongan antihistamin H2, untuk menghambat sekresi
asam lambung, dikarenakan pasien mendapat obat
golongan NSAID.
• Prognosis quo ad vitam bonam, quo ad fungsionam
dubia ad bonam, dan quo ad functionam dubia
ad bonam karena dengan diagnosis yang akurat
dan penanganan yang cepat dan tingkat
keparahan yang tidak terlau berat maka
prognosisnya baik dan penyembuhan juga akan
berlangsung cepat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai