Anda di halaman 1dari 35

Oleh :

Dr. Vega Christina Paath

Pembimbing :
dr. Irwin Prijatna K., Sp.PD
dr. Aufa Niami
dr. Saniah
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. A
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 50 tahun
• Alamat : Griya Kencana, Mojosari, Driyorejo
• Status : Menikah
• Suku : Jawa
• Pekerjaan : Petani
• Tanggal kunjungan ke poli umum Puskesmas Driyorejo : 22 Juli 2019
ANAMNESA

• Keluhan utama
– Pasien datang ke poli umum Puskesmas dengan
keluhan sela jari kaki kanan terasa sangat gatal,
bersisik dan mengelupas
Riwayat Penyakit Sekarang
– Keluhan tersebut dirasakan pasien sudah sekitar 2
minggu
Anamnesa
• Riwayat Penyakit Sekarang
– 1 minggu yang lalu, pasien sudah berobat ke
Puskesmas Driyorejo lalu diberi obat oles dan
obat minum. Salep tersebut dioleskan oleh
pasien pada kulit yang bersisik 2x sehari pagi dan
sore setelah mandi. Obat minum berbentuk
tablet, diminum oleh pasien 1x1 sehari sesudah
makan. Pasien lalu kembali untuk kontrol. Pasien
merasa keluhan membaik setelah diberi salep
dan obat minum. Pasien masih mengeluh gatal,
perih, kulit bersisik dan mengelupas. Keluhan
gatal dirasakan sangat mengganggu kehidupan
sehari-hari.
Anamnesa

• Riwayat Penyakit Dahulu


– Pasien menyangkal pernah menderita keluhan
yang sama sebelumnya. Gejala seperti ini baru
dirasakan pertama kali. Pasien juga menyangkal
pernah memiliki riwayat penyakit kulit. Pasien
tidak punya riwayat penyakit DM. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi berupa asma, obat-obatan,
alergi dengan barang yang terbuat dari besi
ataupun alergi jika terkena deterjen atau sabun.
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Generalis
– Keadaan umum : Baik
– Kesadaran : Compos mentis
– Tekanan darah : 120/80 mmHg
– Nadi : 80 x/menit
– Suhu : 36,5 ° C
– Pernapasan : 20 x/menit
– Tinggi badan : 167 cm
– Berat badan : 75 kg
PEMERIKSAAN FISIK

– Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik


– THT : Tidak ditemukan kelainan, kelenjar getah bening
preaurikular tidak membesar
– Leher : JVP 5-2 cm H2O, KGB tidak membesar
– Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
– Abdomen : Perut tidak tampak membesar, hepar dan
lien tidak teraba, perkusi timpani, bising usus normal
– Ekstremitas : Perfusi baik, akral hangat
PEMERIKSAAN FISIK

• Status Dermatologis
– Lokasi : regio pedis dextra
– Distribusi : regional
– Lesi : konfluens, berbentuk tidak beraturan,
batas tidak tegas
– Efloresensi: maserasi, skuama, eritema & fissura
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan mikologi kerokan kulit pada bagian lesi


dengan ditambah larutan KOH 10%
• Tidak dilakukan
TERAPI

• Medikamentosa
– P.O. Ketokonazole 1x200mg
Cetirizine 1x10mg
– U.E. Ketokonazole zalf 2x1
• Non-Medikamentosa
– Menjaga kebersihan diri
– Menghindarkan kaki dari kondisi basah atau
lembab
– Tidak menggaruk kaki apabila terasa gatal.
PROGNOSIS

– Ad Vitam : Bonam
– Ad Functionam : Bonam
– Ad Sanactionam : Bonam
PEMBAHASAN
DEFINISI

• Tinea pedis merupakan infeksi


dermatofita (dermatofitosis) pada kaki
terutama mengenai sela jari dan
telapak kaki.1
• Istilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis. Dermatofitosis
adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk atau stratum
korneum pada lapisan epidermis di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan
oleh golongan jamur dermatofita. Dermatomikosis merupakan arti umum,
yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.5
EPIDEMIOLOGI

• Tinea pedis dan tinea manus bentuk dermatofitosis yang


paling umum.
• Hampir semua orang dalam populasi umumnya terkena jamur
yang menyebabkan Tinea pedis.
• Sistem kekebalan tubuh masing-masing orang menentukan
apakah hasil infeksi dari eksposur tersebut.
• Prevalensi Tinea pedis sekitar 10%, terutama disebabkan oleh
penggunaan alas kaki yang oklusif di masa modern.3
• Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan
jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat.
Insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit
pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%.6
ETIOLOGI

• Tiga spesies antropofilik :


– T. rubrum
– T. mentagrophytes var interdigitale
– E. Floccosum
merupakan penyebab utama tinea pedis dimana
paling umum ditemukan infeksi T. rubrum.3
PATOGENESIS

• Terjadinya penularan dermatofitosis adalah melalui 3


cara yaitu:3,6
1. Antropofilik : manusia ke manusia. Ditularkan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lantai
kolam renang dan udara sekitar rumah sakit/klinik,
dengan atau tanpa reaksi keradangan (silent “carrier”).
2. Zoofilik : hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak
langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang
yang terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai
kontaminan pada rumah / tempat tidur hewan, tempat
makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama
adalah anjing, kucing, sapi, kuda dan mencit.
3. Geofilik : tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi
manusia dan menimbulkan reaksi radang.
• Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur
harus dapat mengatasi pertahanan tubuh non
spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai
kemampuan melekat pada kulit dan mukosa
pejamu, serta kemampuan untuk menembus
jaringan pejamu, dan mampu bertahan dalam
lingkungan pejamu, menyesuaikan diri dengan
suhu dan keadaan biokimia pejamu untuk dapat
berkembang biak dan menimbulkan reaksi
jaringan atau radang.1
• Terjadinya infeksi dermatofit melalui 3 langkah utama, yaitu:
1. Perlekatan Dermatofit Pada Keratinosit
Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6
jam, dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi
keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi
pertumbuhan jamur ini di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan
aktivitas proteolitik dan lipolitik dengan mengeluarkan serine proteinase
(urokinase dan aktivator plasminogen jaringan) yang menyebabkan katabolisme
protein ekstrasel dalam menginvasi pejamu.
2. Penetrasi Dermatofit Melewati dan di antara Sel
Spora harus tumbuh dan menembus masuk stratum korneum dengan
kecepatan melebihi proses deskuamasi. Proses penetrasi menghasilkan sekresi
proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang menjadi nutrisi bagi jamur.
Diperlukan waktu 4–6 jam untuk germinasi dan penetrasi ke stratum korneum
setelah spora melekat pada keratin.7,10
3. Respons Imun Pejamu
Terdiri dari dua mekanisme, yaitu imunitas alami yang memberikan respons
cepat dan imunitas adaptif yang memberikan respons lambat.
Pada kondisi individu dengan sistem imun yang lemah (immunocompromized),
cenderung mengalami dermatofitosis yang berat atau menetap. Pemakaian
kemoterapi, obat-obatan transplantasi dan steroid dapat meningkatkan
kemungkinan terinfeksi oleh dermatofit non patogenik.3
a. Mekanisme Pertahanan Nonspesifik / pertahanan alami :
1) Struktur, keratinisasi, dan proliferasi epidermis, bertindak sebagai
barrier terhadap masuknya dermatofit. Stratum korneum secara
kontinyu diperbarui dengan keratinisasi sel epidermis sehingga dapat
menyingkirkan dermatofit yang menginfeksinya. Proliferasi epidermis
menjadi benteng pertahanan terhadap dermatofitosis, termasuk
proses keradangan sebagai bentuk proliferasi akibat reaksi imun yang
dimediasi sel T.
2) Adanya akumulasi netrofil di epidermis, secara makroskopi berupa
pustul, secara mikroskopis berupa mikroabses epidermis yang terdiri
dari kumpulan netrofil di epidermis, dapat menghambat pertumbuhan
dermatofit melalui mekanisme oksidatif.
3) Adanya substansi anti jamur, antara lain unsaturated transferrin dan
2-makroglobulin keratinase inhibitor dapat melawan invasi dermatofit.

b. Mekanisme Pertahanan Spesifik : Cell-Mediated Immunity


KLASIFIKASI

• Tinea pedis Intertriginosa / Interdigitalis


• Tinea pedis Papuloskuamosa Hiperkeratotic Kronik
(Moccasin foot)
• Tinea pedis Vesiculo-bulosa
• Tinea pedis Ulcerative akut(3)
Tinea Pedis Papuloskuamosa
Hiperkeratotic Kronis
Tinea Pedis Ulcerative Akut

Tinea Pedis Vesikulo-bulosa


GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS

Biasanya dapat didiagnosis dengan inspeksi dari


kulit, tetapi jika diagnosis tidak pasti, maka
dilakukan pemeriksaan kalium hidroksida dari
kerokan kulit dan diperiksa menggunakan
mikroskop (dikenal sebagai tes KOH). Tes ini dapat
membantu penegakan diagnosis dari tinea pedis
dan membantu menyingkirkan kemungkinan
penyebab lainnya.
Dermatofitosis diketahui menyebabkan Athlete’s
foot dan akan menunjukkan beberapa hifa bersepta
dan bercabang pada mikroskop.3
DIAGNOSIS BANDING
• Dermatitis Kontak Alergi
• Psoriasis Pustulosa
• Skabies
• Lichen Simplex Kronis
• Interdigital Erythrasma
TERAPI
Terapi
PROGNOSIS
• Pengobatan yang diterapkan dalam beberapa minggu pada
kaki biasanya dapat menyembuhkan Tinea pedis pada
penderita dengan gejala yang baru.
• Infeksi Tinea pedis kronis atau berulang juga bisa
disembuhkan dengan cara ini, tetapi mungkin memerlukan
perubahan signifikan dalam perawatan kaki dan beberapa
minggu pengobatan.
• Bahkan setelah pengobatan berhasil, penderita tetap
berisiko terhadap infeksi ulang jika mereka tidak mengikuti
pedoman pencegahan.
• Sebagian besar kasus tinea pedis sembuh dalam waktu dua
minggu. Kasus yang lebih parah dapat mencapai waktu satu
bulan atau bahkan lebih
KESIMPULAN
Tn. A usia 50 tahun adalah seorang penderita tinea pedis
dengan keluhan terdapat rasa sangat gatal pada sela-sela jari
kaki kanan dan juga kulit bersisik dan mengelupas pada
bagian tersebut sudah 2 minggu. Pasien mendapat obat salep
anti jamur topikal, anti jamur per oral dan anti histamin untuk
mengurangi rasa gatal. Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu
lagi. Prognosis pasien ini adalah bonam.

Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita (dermatofitosis)


pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak kaki.
Daftar Pustaka
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Indonessia, Jakarta: 2011
2. Patel GA, et.al. Tinea Pedis In children. Pediatric
dermatology. New Jersey.2010
3. Wolff Klaus, et.al. Fitzpatrick Dermatology in General
Medicine, ed. 7th. Mcgraw Hill. 2008
4. Mcphee SJ, et.al. Current Medical Diagnosis & Treatment.
Mcgraw Hill.2010.
5. Siregar, R.S. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2.
EGC. Jakarta: 2009
6. Adiguna MS. Epidemiologi Dermatomikosis Superfisialis.
Dalam: Budimulja, U., et al. Dermatomikosis Superfisialis.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai