Anda di halaman 1dari 44

DIAGNOSA & TATALAKSANA AWAL

FRAKTUR

Lily Khalidatussofina – 210131017


Krishnaabalan Sivabalan Logawathi – 210131020
Maydline Tiofanny – 210131080
Chyntia Caroline – 210131168
Aurelia Ariska Tanjung – 210131169
Calvin Sanjaya – 210131199
Pembimbing : dr. Iman Dwi Winanto, Sp. OT (K)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
• Diskontinuitas tulang disebabkan tekanan yang tinggi / berat pada tulang
• Terbagi kepada beberapa klasifikasi seperti klasifikasi Salter-Harris, fraktur terbuka
(open fracture), fraktur tertutup (closed fracture)
• Penyebab paling utama adalah kecelakaan lalu lintas (KLL).
• Diagnosa diawali dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(radiologi).
• Tatalaksana fraktur menggunakan prinsip 4R (Recognition, Reduction, Retention dan
Rehabilitation).
BAB II
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

• Patah tulang yang terjadi akibat dari tekanan tinggi / berat pada tulang.
• Tekanan yang mengenai tulang dan jaringan lunak sekitar akan menentukan
kondisi fraktur.
• Fraktur dapat bersifat total atau sebagian (partial).
• Fraktur dapat terjadi disebabkan oleh trauma atau non-trauma (kelainan tulang
seperti osteoporosis)
EPIDEMIOLOGI
>
> 50 tahun
< 17 tahun
>
Durasi

Ekstrinsik Arah
ETIOLOGI

Besar
Gaya
Faktor Kapasitas
energi

Kelelahan
Intrinsik
Kekuatan

Kepadatan
Trauma

Tidak
Langsung
langsung

Fraktur Gaya tarik


Cedera Tekan
tembus (traksi)

Crush
Rotasi
fracture
Non
Trauma

Repetitive
Metabolik
stress

Obat-
Genetik
obatan
KLASIFIKASI
(LOKASI)
1. Proximal end segment

2. Diaphyseal segment

3. Distal end segment


KLASIFIKASI (MORFOLOGI)

Bila di segmen diafisis

• Tipe A: fraktur simple

• Tipe B: fraktur wedge

• Tipe C: fraktur multifragmen


KLASIFIKASI (MORFOLOGI)

Bila di end segmen

• Tipe A: extra-articular

• Tipe B: partial articular

• Tipe C: complete articular


KLASIFIKASI (HUBUNGAN DENGAN DUNIA LUAR)

Fraktur simpel yang tidak


Fraktur tertutup menyebabkan robeknya kulit (integritas
kulit masih utuh)

Fraktur kompleks/kompound yang


menyebabkan luka pada kulit
Fraktur terbuka
(integritas kulit rusak dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit)
KLASIFIKASI (FRAKTUR TERTUTUP)
KLASIFIKASI
(FRAKTUR
TERBUKA)
DIAGNOSIS (ANAMNESIS)

Anamnesis yang dilakukan adalah untuk menggali riwayat mekanisme


cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial
ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat
alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
DIAGNOSIS (PEMERIKSAAN FISIK)

• Look/Inspeksi:

- Deformitas : Penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekkan

• Feel: Terdapat nyeri tekan

• Moving: Krepitasi, Nyeri bila di gerakan, memeriksa seberapa jauh


gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu di
lakukan
DIAGNOSIS (PEMERIKSAAN PENUNJANG)

Radiologi
Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two:
• two views: memuat 2 gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral
• two joints: memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
• two limbs: memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas
yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak)
• two occasions: yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan
TATALAKSANA AWAL FRAKTUR
PRINSIP PENANGANAN
1. Survei primer (ABC)

Bila cedera ekstremitas yang menggangu ABC misalnya shock karena luka
dan perdarahan aktif, harus dilakukan dalam bentuk control perdarahan.

2. Survei Sekunder

Kerusakan pada ekstremitas sudah harus mendapat perhatian.

3. Memperioritaskan penanganan trauma ekstremitas dan luka hanya


apabila mengancam ABC.
PENATALAKSANAAN
Dalam survey primer, harus sangat berhati-hati pada fraktur pelvis dan
tulang besar, dan harus mengontrol perdarahan.

Pada survey sekunder yang dilakukan adalah :

1) Look : Lihat, inspeksi. Melihat jika ada luka

2) Feel : Raba, palpasi.

3) Move : Gerakan. Jangan lakukan bila jelas fraktur.

4) Ukur : Adakah perbedaan panjang ekstremitas


A. PERDARAHAN
• Beberapa hal yang perlu dicermati saat menghentikan perdarahan pada
korban gawat darurat.
1. Anatomi dan letak pembuluh darah yang terkena
a. Humerus, femur
b. Arteri : carotis, axillaris, cubiti, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis
dan
2. Perdarahan dapat dihentikan dengan berbagai cara
a. Balut tekan
b. Torniquet
A. PERDARAHAN
3. Waspada pada “Life before limb” berakibat pada kematian jaringan
a. Shock dikelola oleh tenaga Kesehatan yang bersertifikasi ALTS
b. P3K yang tepat : Tourniquet, klem arteri
• Shock hemoragic akibat perdarahan dapat menjadi risiko untuk cedera
otot dan tulang
• Laserasi langsung arteri, fraktur pelvis dan femur sering disertai
pendarahan dan menimbulkan shock dan merupakan komplikasi yang
sering terjadi.
B. FRAKTUR

• Fraktur bisa terjadi dengan patah tulang dimana tulang bisa tetap berada
didalam fraktur tertutup atau diluar dari kulit pada frakur terbuka. Fraktur
ujung tulang yang tajam dapat menyebabkan bahaya untuk jaringan lunak,
biasanya otot sedikit banyak akan ikut rusak yang mengelilingi tulang
tersebut. Saraf dan pembuluh darah yang berjalan dekat tulang ikut
terluka.
B. FRAKTUR
• Tertutup
- Reposisi
- Imobilisasi
- Operasi elektif
PENATALAKSANAAN
A . Recognition -> diagnosis

B . Reduksi / reposisi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik)

C . Retention/fixation/immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi,


memfasilitasi union :

- Eksternal -> gips, traksi

- Internal -> nail dan plate

D. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula


PENANGANAN FRAKTUR
IGD
- Life saving
→ ABCD
→Perdarahan
→Cedera lain
2. Limb saving
- Reevaluasi
→Neurovaskular
- Imobilisasifraktur
→ Pemeriksaan penunjang
PENANGANAN FRAKTUR (BIDAI)
• Lurus, kuat, pipih + bantalan
- Stabil
- Aman

• Immobilisasi
- Mencakup 2 sendi
- 3 dimensi

• Alignment/posisi anatomi

• Kondisi saraf dan vascular


C. DISLOKASI

• Sendi tulang keluar dari lokasi yang seharusnya berada.

• Nyeri hebat

• Perubahan anatomi yang normal

• Dislokasi sendi tidak mengancam jiwa tetapi memerlukan tindakan


emergensi karena dapat menyebabkan gangguan pada distal > amputasi
PENATALAKSANAAN
• Sendi yang terkena diimobilisasi saat pasien dipindahkan
• Dislokasi direduksi(bagian yang tergeser dikembalikan ke tempat semula
yang normal), biasanya di bawah pengaruh anestesi.
• Caput tulang yang mengalami dislokasi dikembalikan ke dalam rongga
sendi.
• Sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips/traksi
• Jaga agar tetap dalam posisi stabil beberapa hari sampai minggu setelah
dapat mengembalikan kisaran gerak sendi.
• Sendi harus tetap disangga diantara dua saat Latihan dilakukan.
D. TERKILIR
E. AMPUTASI
• Mengancam jiwa

• Potensial menyebabkan perdarahan yang massif

• Perdarahan terkontrol dengan adanya tekanan dari alat penekan.


F. LUKA

• Luka ditutup dengan kasa steril

• Kontaminasi

• Bahan yang menyebabkan kontaminasi harus diirigasi dari luka dengan


larutan salin

• Penekanan arteri proksimal yang besar dari luka.


KOMPLIKASI
Intraoperatif Pasca operatif

• Cedera neurovascular • Sindrom emboli lemak


• Fraktur iatrogenic • Emboli paru
• Sindrom kompartemen • Infeksi
• Nekrosis termal • Osteomielitis
• Malalignment • Malunion
• Nonunion
• Malrotasi
• Nyeri
BAB III
Kesimpulan
Fraktur atau dikenal dengan patah tulang terjadi akibat dari tekanan yang tinggi / berat
yang diberikan pada tulang. Patah tulang dapat terjadi disebabkan oleh trauma dan
kondisi-kondisi tulang seperti degenerasi tulang atau osteoporosis dengan atau tidak
disertai kerusakan otot, kulit atau pembuluh darah di sekitar tulang.

Kejadian fraktur secara anatomi dengan fraktur terbanyak terjadi pada patella, pergelangan
kaki (tibia / fibula), radius / ulna, dan klavikula / scapula / humerus. Dari penelitian juga
didapatkan rata-rata kasus fraktur terjadi pada perempuan dengan usia 50 – 54 tahun dan
65 – 69 tahun pada laki-laki dan kasus fraktur juga banyak terjadi pada individu seusia 80
tahun dengan kondisi tulang yang rapuh.
Etiologi dari fraktur secara umum dapat dibagi menjadi trauma dan non trauma dengan
faktor resiko intrinsic dan ekstrinsik. Secara umum, klasifikasi fraktur dapat
diklasifikasikan menurut lokasi, morfologi, dan hubungan dengan dunia luar. Diagnosis
dari fraktur dpat ditegakkan dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik orthopedi,
dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula
(reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi). Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri,
Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, Agar terjadi penyatuan
tulang kembali, Untuk mengembalikan fungsi seperti semula. Berbagai komplikasi
intraoperative dan pascaoperatif tak luput dari kejadian fraktur ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Campagne D. MSD Manuals. [Online].; 2022 [cited 2023 Maret 28. Available from:
https://www.msdmanuals.com/professional/injuries-poisoning/fractures/overview-of-
fractures.
2. MS, Z. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Muskuloskeletal Aplikasi Nanda Nic & Noc Lubuk Begalung: Pustaka Galeri Mandiri;
2019.
3. GBD 2019 Fracture Collaborators. Global, regional, and national burden of bone
fractures in 204 countries and territories, 1990–2019: a systematic analysis from the
Global Burden of Disease Study 2019. The Lancet Healthy Longevity. 2021
September; 2(9): 580-952.
4. Yasa IKW. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Fraktur Terbuka di IGD RSD
Mangusada Kabupaten Badung Tahun 2021. 2021.
5. HP, RC, UR. Karakteristik Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah. Jurnal Keperawatan
'Aisyiyah. 2020 Juni; 7(1): 49-53.
6. Denisiuk M, Afsari A. Femoral Shaft Fractures. [Updated 2023 Jan 2]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556057/
7. Bennet WF and Browner B (1994). Tibial plateau fractures: A study of associated soft
tissue injuries. J Orthop Trauma. 8(3):183-188
8. Ibrahim DA. Swenson A, Sassoon A, Fernando ND (2017). Classification in brief L
The Tscherne Classification of soft tissue injury. Clin Orthop Relat Res. 475:560-564.
9. Orthopaedic Trauma Association : Open Fracture Study Group (2010). A new
classification scheme for open fractures. J Orthop Trauma. 24 (8): 457-465.
10. Hughes JM, Popp KL, Yanovich R, Bouxsein ML, Matheny Jr RW. The role of
adaptive bone formation in the etiology of stress fracture. Experimental Biology and
Medicine. 2017 May;242(9):897-906.
11. Watkins JP. Etiology, diagnosis, and treatment of long bone fractures in foals. Clinical
Techniques in Equine Practice. 2006 Dec 1;5(4):296-308.
12. Reksoprodjo.2013.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
13. Denisiuk M, Afsari A. Femoral Shaft Fractures. [Updated 2023 Jan 2]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556057/
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai