with Musculoskeletal
Trauma : FRACTURE
• Aoladul Muqarrobin,S.Kep.,Ns.,M.Kep
• Departemen Medical Surgical Nursing
TO
R
1 2 3 4 5 6
Definisi Klasifikasi Patofisiologi Pemeriksaan Penatalaksanaan Tahap
Penunjang Penyembuhan
Tulang
Definisi
Fraktur
• Rusaknya / Terputusnya
kontinuitas (hubungan
kesinambungan) jaringan tulang
dan atau tulang rawan.
• Mayoritas fraktur karena tulang
gagal menahan tekanan
terutama membengkok,
memutar, atau tarikan.
Penyebab
Fraktur
Trauma Langsung dan Trauma Tidak Langsung
Trauma Langsung contohnya benturan pada
lengan bawah (#radius, #ulna);
Trauma Tidak Langsung missal jatuh bertumpu
tangan menyebabkan #clavicula, #radius)
Fatigue / Stress Fracture
Akibat Trauma kecil berulang pada lokasi
tertentu (sering dijumpai pada tulang tibia,
fibula, metatarsal). Pada atlet lari, senam,
dancer, tentara
Fraktur Patologis
Kelemahan di tulang yang disebabkan adanya
kelainan patologis. Fraktur terjadi pada beban
ringan / normal pada tulang yang rapuh akibat
penyakit tumor, osteoporosis)
Patofisiolog
i Fraktur
Pemende
Deformit kan Pembengka Kurangnya
Nyeri Krepitus
as tulang
kan sensasi
Manifestasi
Tanda dan Gejala Fraktur
• Deformitas = Perubahan struktur dan bentuk
• Bengkak atau penumpukan cairan dan darah karena kerusakan
pembuluh darah, vasodilatasi, eksudasi plasma, dan penungkatan
leukosit pada jaringan sekitar tulang
• Nyeri = kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi fraktur
• Kurangnya sensasi = Gangguan syaraf karena terjepit atau putus
• Krepitasi = karena pergerakan bagian fraktur sehungga menyebabkan
kerusakan jaringan sekitar
Klasifikasi Berdasarkan
Hubungan (patahan) dengan
Dunia Luar
Fraktur Tertutup
Fraktur (fragmen tulang) yang
tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar, dimana kulit
masih intak.
Fraktur Terbuka
Fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak.
Klasifiasi Fraktur Terbuka (Gustillo-
Anderson)
• Grade 1 : Luka < 1 cm
• Grade 2 : Luka 1-10 cm
• Grade 3 : Luka > 10 cm
• A Luka yang masih bisa
ditutup
• B Luka yang tidak bisa
ditutup
• C Disertai kerusakan
Neurovasculer
Berdasarkan Garis
Patah
1 2
Komplet (Patah Total) Inkomplet
Tulang terbagi menjadi Tulang tidak terbagi
dua atau lebih fragmen. seutuhnya dan terdapat
Contoh # transversal, # kontinuitas periosteum.
Kasus pda anak-anak yang
oblik, # spiral tulngnya lebih elastis.
Contoh # buckke, #
greenstick.
Berdasarkan
Jumlah Garis
Patah
• Simple fraktur hanya menjadi 2
bagian
• Segmental fraktur / garis patah
lebih
dari satu dan tidak berhubungan
• Kominutif fraktur/garis patah lebuh
dari satu dan saling berhubungan/
tulang patah berkeping-keeping
• Multiple garis patah lebih dari satu
tapi pada tulang yang berlainan tempat
contoh fraktur humerus dan femur
Berdasarkan Arah
Garis Patah
• Transversal fraktur yang arahnya melintang
pada tulang
• Oblik arah garis patahnya membentuk
sudut terhadap sumbu tulang
• Spiral arah garis patahnya membentuk
spiral karena trauma rotasi
• Kompresi karena trauma aksiak fleksi
yang
mendorong tulang ke arah permukaan
lain
Berdasarkan Lokasi
Tulang Panjang
• 1/3 proksimal
• 1/3 tengah
• 1/3 distal
Berdasarkan
Lokasi
Tulang Melintang
• 1/3 medial
• 1/3
mid /
tengah
• 1/3
lateral
Diagnosa
Fraktur
Anamnesa
Keluhan Utama nyeri
Mekanisme trauma (History of
accident) Langsung / Tidak
langsung
Riwayat Penyakit dahulu & Peny
keluarga Untuk menjelaskan
penyakit dasar
Pemeriksaan
Umum
Lokal
• Deformitas
• Luka / Tidak
• Nyeri Tekan & Nyeri sumbu
Diagnosa
3.
Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium Darah
Diagnos
a Fraktur Radiologis Rontgen Foto
CT Scan
MRI
Pemeriksaan Dari hasil radiologis dapat
Rontgen diklasifikasi
Lokasi anatomi
Foto Konfigurasi
Aligment garis fraktur
Fase Penanganan Fraktur
Limb saving
Life saving • Penanganan Nyeri
Prioritas utama (Relieve pain)
ABCD Obstruksi • Mengembalikan fungsi
(Restore optimum
Airway, Shock function)
Perdarahan • Tindakan Non
Operatif
• Tindakan Operative
Pengelolaan Fraktur di RS
1 2 3
Mengembalikan Idealnya: Kembali Metode reposisi
posisi fraktur ke posisi anatomis • Reposisi tertutup
keposisi semula • Kontak 100 % • Reposisi terbuka
• Angulasi tidak ada Dengan pembedahan
• Rotasi tidak ada
Reposisi Tertutup
Tanpa pembiusan
Fraktur masih fase shock
Fr. yang sedikit bergeser dll
Dengan pembiusan
Anestesi lokal
Anestesi umum
Teknik
Dengan tarikan, tekanan secara
perabaan
Memakai C Arm (Portable radiologis)
Indikasi Reposisi Terbuka
Gagal reposisi tertutup
Avulsion fracture
Epiphyseal fracture
Interposisi Jaringan
Disertai gangguan
vascular
Fraktur Patologis
Reposisi Terbuka
Teknik
Debrideman
Reposisi
Manusia bersifat
dinamis
Mempertahankan
hasil reposisi sampai
tulang menyambung
Adanya tarikan
tarikan otot
Retaining Kenapa harus
(Imobilisasi) retaining
Agar penyembuhan
lebih cepat
Menghilangkan
nyeri
Isitrahat
Splint
Cara Imobilisasi
Casting / Gips
Hemispica gip
Umbrical slab
Retaining (Imobilisasi)
Traksi
Kulit
Tulang
Retaining (Imobilisasi)
• Osteoporosis
Akibat gaya beban tidak lewat tulang
tetapi dialihkan ke Ext Fix , 6 – 8 minggu
Komplika harus dicabut atau konversi dg ORIF
si • Pin tract infection
OREF
Rehabilitasi
Mengembalikan fungsi organ fraktur kembali normal
Otot supaya jangan atropi (mengecil)
■ Isometric Exersice
■ Isotonik Exersice
Bentuk latihan
Latihan sendiri