1. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung, biasanya disertai cidera di jaringan sekitarnya.
2. ETIOLOGI
Akibat Trauma/Kekerasan 1. Kekerasan langsung 2. Kekerasan tidak langsung 3. Kekerasan akibat tarikan otot
Fraktur Non Trauma 1. Kelelahan atau stres fraktur 2. Kelemahan tulang/ fraktur patologis
Jenis-Jenis Fraktur
Pada anak-anak masih ada lempeng pertumbuhan (lempeng epifisis) dapat terjadi fraktur lempeng epifisis yang oleh Salter-Harris dibagi menjadi lima tipe.
Secara Klinis dibagi menjadi, fraktur terbuka/ open fracture/ compound fracture dan fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture)
memerlukan
yang
penanganan
untuk
terstandar
mengurangi infeksi. Selain mengurangi infeksi , juga diharapkan dapat terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak.
KLASIFIKASI
Gustillo Anderson :
13
4. PATOFISIOLOGI FRAKTUR
5. DIAGNOSIS FRAKTUR
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri, dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasi frakturnya belum dapat ditentukan.
5.1. ANAMNESIS
1. Identitas (misal pasien perempuan usia >50; Apakah berkaitan dengan fraktur patologis?) 2. Keluhan utama 3. Riwayat Penyakit Sekarang 4. Riwayat Penyakit Dahulu 5. Riwayat Penyakit Keluarga 6. Riwayat Sosial Ekonomi
2. Palpasi (feel) Adanya perubahan suhu, nyeri tekan (tenderness), dan nyeri sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. 3. Gerakan (moving) Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. - Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan. Krepitasi timbul karena pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang kortikal. - Nyeri apabila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. - Memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan yang tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuatan. - Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang tidak terjadi pada sendi, misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling penting adanya fraktur yang membuktikan terputusnya kontinuitas tulang.
5.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Foto Polos Prinsip; - Harus terlihat dari dua pandangan/proyeksi dan saling tegak lurus - Minimal terfoto 2 sendi - Perbandingan kanan dan kiri (perbandingan dengan sisi yang sehat) - Umur dan jenis kelamin harus diperhatikan - Faktor keturunan juga diperhatikan
Interval Foto Saat mendiagnosis Pasca reposisi 1 sampai 2 minggu pada kontrol posisi 3 sampai 8 minggu pada evaluasi khusus Setiap perubahan beban Sebelum pulang dari RS
b. CT Scan c. MRI Biasanya tidak digunakan Metode pencitraan dalam evalusi rutin pada yang lebih canggih, fraktur. CT scan bisa sangat biasanya diindikasikan diperlukan apabila terjadi untuk menilai keadaan Complicated Fracture. columna spinalis Termasuk apa bila terjadi apabila terjadi trauma. fraktur periartikular yang pada kasus tersebut dicurigai juga terjadi fraktur intra articular. CT scan juga penting untung menilai reduksi dan fiksasi dari fraktur
POSISI
EXTREMITAS: Radiografi: Posisi Anteroposterior Posisi lateral Posisi tambahan (k/p) VERTEBRA: Radiografi: 1. Posisi Anteroposterior 2. Posisi Lateral 3. Posisi Oblik kanan atau kiri. 4. Posisi khusus
6. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Tujuan pengobatan fraktur : 1. Menghilangkan nyeri 2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yg memadai dari fragmen fraktur 3. Mengharapkan dan mengusahakan union 4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan sendi, mencegah atrofi otot, adhesi, dan kekakuan sendi, mencegah terjadinya komplikasi seperti dekubitus, trombosis vena, infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal 5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur
c. Reduksi/Reposisi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna, mempergunakan gips Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dan imobilisasi eksterna,di lakukan baik dengan pembiusan umum ataupun lokal. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur. d. Reduksi/Reposisi tertutup dengan traksi berlanjut, diikuti dengan imobilisasi Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut (misalnya dalam beberapa minggu) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi tulang. e. Reduksi/Reposisi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas,bidai brown,bidai Thomas dengan pearson, Pearson knee flexion attachment.
f. Reduksi/Reposisi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan k-wire Setelah di lakukan reduksi tertutup pada fraktur pada fraktur yang bersifat tidak stabil ,maka reduksi dapat di pertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus . Tehnik ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensif . g. Reduksi/Reposisi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang (dijelaskan lebih lanjut pada terapi operatif) Tindakan operasi harus diputuskan dengan cermat dan dilakukan oleh ahli bedah serta pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan yang aseptik. Operasi harus dilakukan secepatnya (dalam satu minggu) kecuali ada halangan. Alat alat yang di gunakan dalam operasi yaitu kawat bedah,kawat kirscer,screw,dan plate ,pin kuntsher intra meduler,pin rush,pin Steinmann,pin Trephine,plate,dan screw Smith Peterson,pin plate telescope, pin Jewet dan protesis.
9. TERAPI OPERATIF
Indikasi Operatif, 1. Fraktur terbuka 2. Fraktur yang tidak dapat direduksi/reposisi secara memuaskan dengan cara-cara lain. 3. Fraktur dengan komplikasi perlukaan pada syaraf, pembuluh darah, atau alat-alat dalam. 4. Bila tidak dikehendaki immobilisasi yang lama, seperti pada penderita yang tua dengan fraktur pada collum femoris. 5. Penyambungan tulang patah yang gagal (non-union) yang telah menetap. 6. Fraktur patologis