Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DIGITI MANUS


(CF Phalanx Proximal Digiti Manus)

Dosen Pembimbing : Ns. I Made Sukarja,S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Nama : Putu Arditha Pramesti
Nim : P07120121027
Kelas : 2.1 D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023
Laporan Pendahuluan Penyakit Fraktur Digiti Manus

A. Konsep Dasar Penyakit Fraktur Digiti Manus


1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawanepifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, Chairuddin. 2007).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnyafraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah,
dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya
(Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
a Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan seperti : Tumor
tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti osteomyelitis, dan Rakhitis.
c Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
3. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur dibagi menjadi beberapa yaitu :
a. Berdasarkan komplet atau ketidakklomplitan fraktur :
1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
2) Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
b. Berdasarkan sifat fraktur :
Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
a) Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm.
b) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
c) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
yang paling berat.
c. Berdasarkan bentuk garis patah :
1) Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
2) Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara
rinci sebagai berikut :
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm(1 sampai 2 inci).
3. Krepitasi
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cedera.
5. Fals moment merupakan pergerakan/bentuk yang salah dari tulang (bengkok)
5. Patofisiologi
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. jaringan lunak biasanya
mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah
tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan
aliran darah ke area tersebut. fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai.
Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai
jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan segera terstimulasi dan
terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan sel
tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi.
Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada
anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila
hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang
baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.(Elizabeth J. Corwin, 2009; 337)
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis (rontgen) pada daerah yang dicurigai fraktur, harus
mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
• Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
• Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian pro:imal dan distal.
• Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun
yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
• Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
• Darah rutin,
• Faktor pembekuan darah,
• Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi)
• Urinalisa
• Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginja).
3) Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler
akibat fraktur tersebut.
8. Penatalaksanaan
Prinsip terapi fraktur :
1) Reduksi
Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reposisi memerlukan
pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan rotasional. Reposisi
mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura ekstremitas distal (tangan,
pergelangan tangan.kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan. Traksi
bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin
tranversa melalui tulang, distalterhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai
oleh sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat " pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi
tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi atau displaced.
Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian analgesik. Selanjutnya
diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan reposisi terbuka dikamar
operasi dengan anestesi umum. Kontraindikasi reposisi tertutup:
• Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
• Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
• Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar
fracture.
2) Imobilisasi.
Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai
timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur ekstremitas dapat
diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara
komersial.
3) Rehabilitasi.
Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan
masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum
berkontraksi membatasigerakan sendi sewaktu gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan
terapi fisik untuk Gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.
9. Komplikasi
1) Komplikasi awal
a Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot,yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada
otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka,
rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen,
rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang
hasta (radius atau ulna).
c Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal init
erjadi ketika gelembung-gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh-pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup
dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia,demam, ruam kulit ptechie.
d Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
traumaorthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e Vaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkmans Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang
kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi
dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya
sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan
hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan bebanf
f Shock
terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. ini biasanya terjadi pada fraktur.
g Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka,
luka tembus, atau selama operasi. Auka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur
terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur-fraktur
dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama.
a Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
suplai darah ke tulang.
b Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang-kadang
dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan
lebar dari fragmen Contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Pasien
Dalam mengkaji identitas pasien diperlukan beberapa data antara lain : nama, no. rm,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah sakit, dan tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang menyebabkan ia datang ke pelayanan kesehatan. Biasanya
klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas / mobilisasi pada
daerah fraktur tersebut.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji pasien apakah sebelumnya pernah mempunyai riwayat pengobatan ataupun
pernah dirawat dirumah sakit dengan sakit yang sama atau berbeda. Kaji apakah
pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak sebelumnya
dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan dan pernah menderita
osteoporosis sebelumnya.
b Riwayat Kesehatan Sekarang
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit
sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang memperberat dan meringankan
keluhan. Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma
/kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat/
perubahan warna kulit dan kesemutan.
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang
mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa
tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty)
adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau
frekuensi nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis,arthritis
dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.
4) Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum: kesadaran, tanda – tanda vital, sikap, keluhan nyeri
2. Kepala: bentuk, keadaan rambut dan kepala, adanya kelainan atau lesi
3. Mata: bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva, dan lain-lain
4. Hidung: adanya secret, pergerakan cuping hidung, adanya suara napas
tambahan, dan lain-lain
5. Telinga: kebersihan, keadaan alat pendengaran
6. Mulut: kebersihan daerah sekitar mulut, keadaan selaput lendir, keadaan
gigi,keadaan lidah
7. Leher: pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakan leher
8. Thoraks: bentuk dada, irama pernapasan, tarikan otot bantu pernapasan, adanya
suara napas tambahan
9. Jantung: bunyi, pembesaran
10. Abdomen: bentuk, pembesaran organ, keadaan pusat, nyeri pada perabaan,
distensi
11. Ekstremitas: kelainan bentuk, pergerakan, reflex lutut, adanya edema
12. Alat kelamin : Kebersihan, kelainan
13. Anus : kebersihan, kelainan
5) Data Biopsikososial Spiritual
Kaji kebutuhan biopsikososial spiritual pasien dengan pola kebutuhan menurut
Virginia Handerson, yaitu :
1. Bernafas :
Menanyakan pada klien bagaimanakah pola bernafas pasien sebelum dan saat
sakit.
2. Nutrisi :
Menanyakan bagaimana pola makan pasien sebelum dan saat sakit.
3. Eliminasi :
Menanyakan bagaimana kebiasaan BAB (frekuensi, penggunaaan obat
pencahar, kesulitan, ada atau tidaknya darah. Kebiasaan BAK (frekuensi, bau,
warna, kesulitan BAK : disuria, nokturia, inkontinensia )
4. Aktivitas :
Menanyakan bagaimana rutinitas sehari-hari apakah sering terganggu karena
rasa sesak napas yang mungkin sering hilang timbul.
5. Istirahat dan Tidur :
Menanyakan bagaimanaa pola tidur pasien, apakah terganggu atau tidak.
6. Berpakaian :
Menanyakan bagaiamana pola berpakaian pasien sebelum dan saat sakit.
7. Suhu Tubuh :
Menanyakan ke pasien bagaimana suhu tubuhnya sebelum dan saat sakit.
8. Kebersihan Diri :
Menanyakan bagaimana kebersihan diri pasien sebelum dan saat sakit.
9. Rasa Aman dan Nyaman :
Menanyakan ke pasien bagaimana rasa aman dan nyaman sebelum dan saat sakit.
10. Pola Komunikasi :
Menanyakan bagaimana pola komunikasi pasien sebelum dan sesudah sakit.
11. Ibadah :
Menanyakan bagaimana pendekatan agama untuk membantu proses
penyembuhan pasien sebelum dan saat sakit.
12. Produktivitas :
Menanyakan bagaimana produktivitas pasien sebelum dan saat sakit.
13. Rekreasi :
Menanyakan bagaimana rekreasi atau hiburan pasien sebelum dan saat sakit.
14. Kebutuhan Belajar :
Menanyakan bagaimana kebutuhan belajar pasien sebelum dan saat sakit.

2. Diagnosis Yang Mungkin Muncul


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas erhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul yaitu :
a. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma),
agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik
(mis. abses, amputasi, terbakar,terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan) d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,
diaphoresis. D.0077
b. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan integritas struktur tulang, Perubahan
metabolism, Ketidakbugaran fisik, Penurunan kendali otot, Penurunan massa otot,
Penurunan kekuatan otot, Keterlambatan perkembangan, Kekakuan sendi,
Kontraktur, Malnutrisi, Gangguan musculoskeletal, Gangguan neuromuscular,
Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, Efek agen farmakologis,
Program pembatasan gerak, Nyeri, Kurang terpapar informasi tentang aktivitas
fisik, Kecemasan, Gangguan kognitif , Keengganan melakukan pergerakan,
Gangguan sensoripersepsi d.d Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak,
enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, Gerakan
tidak terkoordinasi, Gerakan terbatas, fisik lemah. D.0054
c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Perubahan sirkulasi, Perubahan status
nutrisi (kelebihan atau kekurangan), Kelebihan/kekurangan volume cairan,
Penuruna mobilitas, Bahan kimia iritatif, Suhu lingkungan yang ekstrem, Faktor
mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang,gesekan), Efek samping terapi
radiasi, Kelembaban, Proses penuaan, neuropati perifer, Perubahan pigmentasi,
Perubahan hormonal. Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan d.d kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit, nyeri, pendarahan, kemerahan, hematoma. D.0129

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Keperawatan Keperawatan
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen
b.d. agen pencedera tindakan keperawatan (I.08238) Nyeri (I.08238)
fisiologis (mis. ...x... jam diharapkan Observasi Observasi
inflamasi, iskemia, Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
neoplasma), agen menurun dengan kriteria karakteristik, durasi, mengetahui
pencedera kimiawi hasil : frekuensi, kualitas, lokasi,
(mis. terbakar, bahan 1. Kemampuan intesitas nyeri karakteristik,
kimia iritan), agen menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala durasi, frekuensi,
nyeri
pencedera fisik (mis. meningkat kualitas, intesitas
3. Identifikasi respons
abses, amputasi, 2. Keluhan nyeri nyeri
nyeri non verbal
terbakar,terpotong, menurun 2. Untuk
4. Identifikasi faktor
mengangkat berat, 3. Meringis menurun mengetahui rasa
yang memperberat
prosedur operasi, 4. Sikap protektif nyeri yang
dan memperingan
trauma, latihan fisik menurun dirasakan
nyeri
berlebihan) d.d. 5. Gelisah menurun 3. Untuk
5. Identifikasi
mengeluh nyeri, tampak 6. Kesulitan tidur pengetahuan dan mengetahui
meringis, bersikap menurun keyakinan tentang respon non
protektif (mis. waspada, 7. Menarik diri menurun nyeri verbal pasien
posisi menghindari 8. Berfokus pada diri 6. Identifikasi terhadap rasa
nyeri), gelisah, sendiri menurun pengaruh budaya nyeri
frekuensi nadi 9. Diaphoresis menurun terhadap respon 4. Untuk
meningkat, sulit tidur, 10. Perasaan depresi nyeri mempermudah
tekanan darah (tertekan menurun) 7. Identifikasi mengatasi rasa
meningkat, pola napas 11. Perasaan takut pengaruh nyeri pada nyeri
berubah, nafsu makan mengalami cedera kualitas hidup 5. Untuk
berubah, proses berpikir berulang menurun 8. Monitor mengaahui
terganggu, menarik diri, 12. Anoreksi menurun keberhasilan terapi persepsi pasien
berfokus pada diri 13. Perineum terasa komplementer yang terhadap rasa
sendiri, diaphoresis. tertekan menurun sudah diberikan nyeri
14. Uterus teraba 9. Monitor efek 6. Untuk
membulat menurun samping mengetahui
15. Ketegangan otot penggunaan pengaruh budaya
menurun analgetik terhadap nyeri
16. Pupil dilatasi menurun pasien
17. Muntah menurun Terapeutik 7. Untuk
18. Mual menurun 10. Berikan teknik mengetahui
19. Frekuensi nadi nonfarmakologis apakah nyeri
membaik untuk mengurangi mengganggu
20. Pola napas membaik rasa nyeri (mis. aktivitas pasien
21. Tekanan darah TENS, hypnosis, atautidak
membaik akupresur, terapi 8. Untuk
22. Proses berpikir music, biofeedback, mengetahui
membaik terapi pijat, keberhasilan
23. Focus membaik aromaterapi, teknik terapi yang
24. Fungsi berkemih imajinasi diberikan
membaik terbimbing, kompres 9. Untuk
25. Perilaku membaik hangat/dingin, mengetahui efek
26. Nafsu makan terapi bermain) dari analgetic
membaik 11. Kontrol lingkungan yang diberikan
Pola tidur membaik yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu Terapeutik
ruangan, 10. Untuk membantu
pencahayaan, proses
kebisingan) penyembuhan
12. Fasilitasi istirahat pasien
dantidur 11. Untuk
13. Pertimbangkan jenis memberikan rasa
dan sumber nyeri nyaman pada
dalam pemilihan pasien
strategi meredakan 12. Untuk
nyeri memberikanrasa
nyaman pada
Edukasi pasien
14. Jalaskan penyebab, 13. Untuk
periode, dan pemicu memberikan
nyeri pengobatan yang
15. Jelaskan strategi tepat kepada
meredakan nyeri pasien
16. Anjurkan
memonitor nyeri Edukasi
secara mandiri
14. Agar pasien
17. Anjurkan
mengetahui
menggunakan
penyebab,
analgetik secara
periode,dan
tepat
pemicu nyeri
18. Ajarkan teknik
15. Agar pasien bisa
nonfarmakologis
untuk mengurangi melakukan terapi
rasa nyeri secara mandiri
16. Agar pasien
Kolaborasi mengetahui rasa
19. Kolaborasi nyeri yang
pemberian dirasakan
analgetik, jika 17. Untuk
perlu mempermudah
memanajemen
nyeri
18. Untuk membantu
penyembuhan rasa
nyeri

Kolaborasi
19. Untuk membantu
memanajemen
rasa nyeri
2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi Dukungan Ambulasi
Fisik D.0054 b.d tindakan keperawatan (I.06171) Observasi
Kerusakan integritas selama…x…jam Observasi 1. Mengidentifikasi
struktur tulang, diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya adanya nyeri atau
nyeri atau keluhan
Perubahan metabolism, fisik L.05042 meningkat keluhan fisik pada
fisik lainnya
Ketidakbugaran fisik, dengan kriteria hasil pasien
2. Identifikasi
Penurunan kendali otot, 1. Pergerakan toleransi fisik 2. Mengidentifikasi
melakukan
Penurunan massa otot, ekstremitas toleransi fisik
ambulasi
Penurunan kekuatan meningkat 3. Monitor frekuensi melakukan ambulasi
otot, Keterlambatan 2. Kekuatan otot jantung dan tekanan 3. Untuk memonitor
darah sebelum
perkembangan, meningkat memulai ambulasi frekuensi jantung dan
Kekakuan sendi, 3. Rentang gerak 4. Monitor kondisi tekanan darah pasien
Kontraktur, Malnutrisi, (ROM) meningkat umum selama sebelum memulai
Gangguan 4. Nyeri menurun melakukan ambulasi
ambulasi
musculoskeletal, 5. Kecemasan 4. Untuk memonitor
Terapeutik
Gangguan menurun kondisi umum pasien
1. Fasilitasi aktivitas
neuromuscular, Indeks 6. Kaku sendi selama melakukan
ambulasi dengan
masa tubuh diatas menurun ambulasi
alat bantu (mis.
persentil ke-75 sesuai 7. Gerakan tidak Terapeutik
tongkat, kruk)
usia, Efek agen terkoordinasi 1. Memfasilitasi
2. Fasilitasi
farmakologis, Program menurun aktivitas ambulasi
melakukan
pembatasan gerak, 8. Gerakan terbatas dengan alat bantu
mobilisasi fisik,
Nyeri, Kurang terpapar menurun seperti tongkat/kruk
jika perlu
informasi tentang 9. Kelemahan fisik 2. Memberikan
3. Libatkan keluarga
aktivitas fisik, menurun fasilitas mobilisasi
untuk membantu
Kecemasan, Gangguan fisik jika diperlukan
pasien dalam
kognitif , Keengganan 3.Untuk membantu
meningkatkan
melakukan pergerakan, proses penyembuhan
ambulasi
Gangguan pasien
Edukasi
sensoripersepsi d.d Edukasi
1. Jelaskan tujuan
Mengeluh sulit 1. Agar pasien
dan prosedur
menggerakkan mengetahui tujuan
ambulasi
ekstremitas, kekuatan dan prosedur
2. Anjurkan
otot menurun, rentang ambulasi
melakukan
gerak (ROM) menurun, 2. Untuk melatih
ambulasi dini
nyeri saat bergerak, pasien turun dari
enggan melakukan 3. Ajarkan ambulasi tempat tidur dan
pergerakan, merasa sederhana yang berjalan secepat
cemas saat bergerak, harus dilakukan mungkin
sendi kaku, Gerakan (mis. berjalan dari 3. Melatih pasien
tidak terkoordinasi, tempat tidur ke berjalan dari tempat
Gerakan terbatas, fisik kursi roda, berjalan tidur ke kursi roda,
lemah. dari tempat tidur dan ke kamar mandi.
ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
3. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Integritas Perawatan
Kulit/Jaringan D.0129 b.d tindakankeperawatan Kulit (I.11353) Integritas Kulit
Perubahan sirkulasi, ...x... jam diharapkan Obersvasi (I.11353)
Perubahan status nutrisi Integritas Kulit dan 1. Identifikasi penyebab Obersvasi
(kelebihan atau Jaringan (L.14125) gangguan integritas 1. Mengidentifikasi
kekurangan), meningkat dengan kulit (mis. Perubahan dan mengelola
Kelebihan/kekurangan kriteria hasil : sirkulasi, perubahan penyebab
volume cairan, Penuruna 1. Elastisitas status nutrisi, gangguan
mobilitas, Bahan kimia meningkat penurunan kelembaban, integritas kulit
suhu lingkungan
iritatif, Suhu lingkungan 2. Hidrasi meningkat
ekstrem, penurunan
yang ekstrem, Faktor 3. Perfusi jaringan Terapeutik
mobilitas)
mekanis (mis. penekanan meningkat 2. Mengubah posisi
pada tonjolan 4. Kerusakan lapisan pasien setiap 2
Terapeutik
tulang,gesekan), Efek menurun jam agar pasien
2. Ubah posisi tiap 2
samping terapi radiasi, 5. Kerusakan lapisan nyaman
jam jika tirah baring
Kelembaban, Proses kulit menurun 3. Melakukan
3. Lakukan pemijatan
penuaan, neuropati perifer, 6. Nyeri menurun pemijatan pada
pada area penonjolan
Perubahan pigmentasi, 7. Perdarahan area penonjolan
tulang, jika perlu
Perubahan hormonal. menurun tulang
4. Bersihkan perineal
Kurang terpapar informasi 8. Kemerahan 4. Menjaga perineal
dengan air hangat,
tentang upaya menurun agar tetap bersih
terutama selama
mempertahankan/melindu 9. Hematoma 5. Menjaga kulit
periode diare
ngi integritas jaringan d.d menurun agar tetap lembab
5. Gunakan produk
kerusakan jaringan 10. Pigmentasi 6. Menjaga kulit
berbahan petrolium
dan/atau lapisan kulit, abnormal menurun yang sensitive
atau minyak pada
nyeri, pendarahan, 11. Jaringan parut 7. Menjaga kulit
kulit kering
kemerahan, hematoma. menurun agar tidak iritasi
6. Gunakan produk
12. Nekrosis menurun
berbahan
13. Abrasi kornea
menurun ringan/alami dan Edukasi
14. Suhu kulit membaik hipoalergik pada kulit 8. Untuk menjaga
15. Sensasi membaik sensitive kelembaban pada
16. Tekstur membaik 7. Hindari produk area kulit
17. Pertumbuhan berbahan dasar 9. Menganjurkan
rambut membaik alcohol pada kulit minum air yang
kering cukup
10. Agar nutrisi
Edukasi pasien terpenuhi
8. Anjurkan 11. Untuk memenuhi
menggunakan asupan nutrisi
pelembab(mis.lotion, dari sayur dan
serum) buah
9. Anjurkan minum air 12. Untuk
yang cukup menghindari
10. Anjurkan iritasi pada kulit
meningkatkan asupan
yang sensitive
nutrisi
13. Untuk
11. Anjurkan
melindungi kulit
meningkatkan asupan
dari paparan
buah dan sayur
sinar UV
12. Anjurkan menghindari
14. Menjaga agar
terpapar suhu ekstrem
13. Anjurkan tubuh tetap

menggunakan tabir bersih


surya SPF minimal 30
saat berada diluar
rumah
14. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Disna, Y. (2020) repository.bku.ac.id. Available at:


http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/773/Disna%20Yuni
rianita-1-91.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses Maret 13, 2023.
Poltekkes (2018) repository.poltekkes-denpasar. Available at: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/2398/3/BAB%20II.pdf diakses Maret 13, 2023
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Mengetahui, Bangli, 13 Maret 2023
Pembimbing Klinik/CI Mahasiswa

Ns. Ida Ayu Gede Eka Kariyani S.Kep Putu Arditha Pramesti
NIP. 198203112006042025 NIM : P07120121027

Menyetujui,
Pembimbing Akademik/CT

Ns. I Made Sukarja,S.Kep.,M.Kep


NIP. 196812311992031020

Anda mungkin juga menyukai