DOSEN PEMBIMBING :
Ns. N.L.K Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An
Oleh :
Nama : Ni Luh Luzia Amanda Prihandini
Nim : P07120121017
Kelas : 3.1
Prodi : D-III Keperawatan
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
haemoglobin kurang dari normal. Kadar haemoglobin normal umumnya berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
haemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai haemoglobin
kurang dari 12,0 gram/100ml.
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel
darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah karena
kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah,
pendarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah.
Ada beberapa penyebab anemia menurut (Suryani,dkk 2021) yaitu:
1) Defisiensi zat gizi
a) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan
sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin
sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan
penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin
B12.
b) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi
atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2) Perdarahan karena trauma, perdarahan karena pasca persalinan, dan perdarahan
karena menstruasi yang lama.
3) Hemolitik, misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada pasien
thalasemia.
4) Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
5) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh
kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya
3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, anemia dikelompokkan sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi
sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi
dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari kekurangan
vitamin B-12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik
Merupakan anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya adalah
120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan, kebutuhan
asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia apalastic
Merupakan anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
5. Manifestasi Klinis
Menurut (Saferi dan Wijaya, 2013), sistem organ dapat terkena, maka pada anemia
dapat menimbilkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya
anemi, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah:
1) Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis/ trombositopenia, pansitopenia
2) Penurunan BB, Kelemahan
3) Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat
4) Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).
5) Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
penyakit anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksan in, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi : kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
apusan darah tepi.
2. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikulosit.
3. Pemeriksaan sumsum tulang : Pemeriksaan ini memberikan gambaran informasi
mengenai keadaan system hematopoesis.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : thorak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler
(Nurarif & Kusuma, 2015)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan
pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat anemia yaitu :
a. Perkembangan daya otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Sensitisasi terhadap anti endonor yang bereksi silang menyebabkan perdarahan
yang tidak terkendali
g. Cangkokanvs penyakithospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
h. Kegagalan cangkok sum-sum
i. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi
(Wijaya &Putri,2013)
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan
pasien. Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu
rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik
seharihari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
2. Keletihan b.d. Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas Istirahat (
gangguan tidur, gaya asuhan keperawatan selama I.12362)
hidup monoton, …x... maka diharapkan Observasi :
kondisi fisiologis, Tingkat Keletihan 1. Identifikasi kesiapan dan
program (L.05046) menurun dengan kemampuan menerima
perawatan/pengobatan kriteria hasil : informasi
jangka panjang, 1. Verbalisasi kepulihan
peristiwa hidup energy meningkat Terapeutik
negatif, stres 2. Tenaga meningkat 1. Sediakan materi dan media
berlebihan, depresi 3. Kemampuan melakukan pengaturan aktifitas dan
d.d merasa energi aktivitas rutin meningkat istirahat
tidak pulih walaupun 4. Verbalisasi lelah 2. Jadwalkan pemberian
telah tidur, merasa menurun pendidikan kesehatan sesuai
kurang tenaga, 5. Lesu menurun kesepakatan
mengeluh lelah, tidak 3. Berikan kesempatan kepada
mampu pasien dan keluarga untuk
mempertahankan bertanya
aktivitas rutin, tampak
lesu, merasa bersalah Edukasi
akibat tidak mampu 1. Jelaskan pentingnya melakukan
menjalankan aktivitas fisik/olahraga secara
tanggung jawab, rutin
libido menurun, 2. Anjurkan terlibat dalam
kebutuhan istirahat aktivitas kelompok, aktivitas
meningkat. bermain atau aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesaj napas saat
aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
4. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan yang ditulis pada catatan perkembangan. Focus
evaluasi sumatif (hasil) adalah kondisi status kesehatan klien setelah diintervensi pada
akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah :
A. Tujuan tercapai / masalah teratasi jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
B. Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
C. Tujuan tidak tercapai / masalah tidak teratasi jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
D. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi dapat diketahui
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
- S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
- O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelahtindakan
dilakukan
- A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
- P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Fitri Respati. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria
Offset
Oktober 2022.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50938/Chapter%20II.pdf;se
Oktober 2022.
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Dewi, I.A. Putu Apsari. (2021). Gambaran Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, D. F., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Clinical Teacher/CT
N.L.K Sulisnadewi,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
NIP. 197406221998032001