Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ANEMIA DI RUANG CEMPAKA 3


RSUP PROF.DR.I.G.N.NGOERAH DENPASAR

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. N.L.K Sulisnadewi, M.Kep.,Sp.Kep.An

Oleh :
Nama : Ni Luh Luzia Amanda Prihandini
Nim : P07120121017
Kelas : 3.1
Prodi : D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ANEMIA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah
suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi
ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya,
jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng
Jitowiyono, 2018).

Anemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit


yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit.
Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam
tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk
molekul hemoglobin yang baru ( Nasruddin dkk, 2021).

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
haemoglobin kurang dari normal. Kadar haemoglobin normal umumnya berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
haemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai haemoglobin
kurang dari 12,0 gram/100ml.

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel
darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah karena
kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah,
pendarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah.
Ada beberapa penyebab anemia menurut (Suryani,dkk 2021) yaitu:
1) Defisiensi zat gizi
a) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan pangan
sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan hemoglobin
sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan
penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan vitamin
B12.
b) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat gizi
atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2) Perdarahan karena trauma, perdarahan karena pasca persalinan, dan perdarahan
karena menstruasi yang lama.
3) Hemolitik, misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada pasien
thalasemia.
4) Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
5) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa tumbuh
kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya

3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, anemia dikelompokkan sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi
sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
2) Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi
dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari kekurangan
vitamin B-12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik
Merupakan anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah normalnya adalah
120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa kehamilan, kebutuhan
asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia apalastic
Merupakan anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.

5. Manifestasi Klinis
Menurut (Saferi dan Wijaya, 2013), sistem organ dapat terkena, maka pada anemia
dapat menimbilkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya
anemi, usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah:
1) Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis/ trombositopenia, pansitopenia
2) Penurunan BB, Kelemahan
3) Takikardia, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi,
kulit pucat
4) Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).
5) Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
penyakit anemia adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksan in, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi : kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
apusan darah tepi.
2. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikulosit.
3. Pemeriksaan sumsum tulang : Pemeriksaan ini memberikan gambaran informasi
mengenai keadaan system hematopoesis.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam urat,
faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : thorak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler
(Nurarif & Kusuma, 2015)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat dilakukan
pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat anemia yaitu :
a. Perkembangan daya otot buruk
b. Daya konsentrasi menurun
c. Hasil uji perkembangan menurun
d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
e. Sepsis
f. Sensitisasi terhadap anti endonor yang bereksi silang menyebabkan perdarahan
yang tidak terkendali
g. Cangkokanvs penyakithospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)
h. Kegagalan cangkok sum-sum
i. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi
(Wijaya &Putri,2013)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif
(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif
(data hasil pengukuran atau observasi). Menurut biasanya data fokus yang didapatkan
dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu,
pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus. Sementara data
objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau
makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir
tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji
riwayat kesehatan pasien yang meliputi :
1. Keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan
profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh
lemah, pusing, adanya pendarahan, kadang - kadang sesak nafas dan penglihatan
kabur;
2. Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis;
3. Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang
berlebihan, penggunaan obat- obatan maupun pendarahan. Untuk itu penting
dilakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agardapat mendukung data subjektif
yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4
cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam
pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering,
tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis,
biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada
pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien
tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun)
berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan
perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun
untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan
seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potesial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, atau
komunitas terhadap yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosis keperawatan yang
mungkin muncul menurut SDKI:
1) Intoleransi aktivitas b.d. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Tirah baring, Kelemahan, Imobilitas, Gaya hidup monoton d.d.
mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,
dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa
lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia, sianosis.
2) Keletihan b.d. gangguan tidur, gaya hidup monoton, kondisi fisiologis, program
perawatan/pengobatan jangka panjang, peristiwa hidup negatif, stres
berlebihan, depresi d.d merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa
kurang tenaga, mengeluh lelah, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin,
tampak lesu, merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab,
libido menurun, kebutuhan istirahat meningkat.
3) Ansietas b.d.krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional,
ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekhawatiran
mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak
tidak memuaskan, faktor keturunan, penyalahgunaan zat, terpapar bahaya
lingkungan, kurang terpapar informasi d.d. merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsenterasi, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak
berdaya, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata
buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan
pasien. Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu
rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).

No. Diagnosis Tujuan Keperawatan dan Rencana Tindakan/Intervensi


Dx keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) keperawatan selama …x... Observasi
b.d. maka diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi
Ketidakseimbangan Toleransi Aktivitas tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan (L.05047) meningkat, kelelahan
kebutuhan oksigen, dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
Tirah baring, 1. Kemudahan emosional
Kelemahan, melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
Imobilitas, Gaya sehari-hari meningkat 4. Monitor lokasi dan
hidup monoton d.d. 2. Kecepatan berjalan ketidaknyamanan selama
mengeluh lelah, meningkat melakukan aktivitas
frekuensi jantung 3. Jarak berjalan Terapeutik
meningkat >20% dari meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman
kondisi istirahat, 4. Kekuatan tubuh dan rendah stimulus (mis.
dispnea saat/setelah bagian atas meningkat cahaya, suara, kunjungan)
aktivitas, merasa tidak 5. Kekuatan tubuh 2. Lakukan latihan rentang gerak
nyaman setelah bagian bawah pasif dan atau aktif
beraktivitas, merasa meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi
lemah, tekanan darah 6. Toleransi menaiki yang menenangkan
berubah >20% dari tangga meningkat 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
kondisi istirahat, 7. Keluhan lelah tidur, jika tidak dapat
gambaran EKG menurun berpindah atau berjalan
menunjukkan aritmia 8. Dyspnea saat aktivitas Edukasi
saat/setelah aktivitas, menurun 1. Anjurkan tirah baring
gambaran EKG 9. Dyspnea setelah 2. Anjurkan melakukan aktivitas
menunjukkan aktivitas menurun secara bertahap
iskemia, sianosis. 10. Aritmia saat aktivitas 3. Anjurkan menghubungi
menurun perawat jika tanda dan gejala
11. Aritmia setelah kelelahan tidak berkurang
aktivitas menurun 4. Ajarkan strategi koping untuk
12. Sianosis menurun mengurangi kelelahan
13. Perasaan lemah Kolaborasi
menurun 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
14. Frekuensi nadi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Terapi Aktivitas (I.05186)


Observasi :
1. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
2. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
4. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas
rutin (mis. bekerja) dan waktu
luang
6. Monitor respon emosional,
fisik, social, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik :
1. Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan devisit
yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis,
dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas, jika
sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis. ambulansi, mobilisasi,
dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai Fasilitasi
aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
12. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit
dan emosional (mis. kegiatan
keagamaan khusu) untuk
pasien dimensia, jika sesuai
13. Libatkan dalam permaianan
kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan
aktif
14. Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis.
vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kart)
15. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
16. Fasilitasi mengembankan
motivasi dan penguatan diri
17. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
18. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
19. Berikan penguatan positfi atas
partisipasi dalam aktivitas

Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik
seharihari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk
member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
2. Keletihan b.d. Setelah dilakukan Edukasi Aktivitas Istirahat (
gangguan tidur, gaya asuhan keperawatan selama I.12362)
hidup monoton, …x... maka diharapkan Observasi :
kondisi fisiologis, Tingkat Keletihan 1. Identifikasi kesiapan dan
program (L.05046) menurun dengan kemampuan menerima
perawatan/pengobatan kriteria hasil : informasi
jangka panjang, 1. Verbalisasi kepulihan
peristiwa hidup energy meningkat Terapeutik
negatif, stres 2. Tenaga meningkat 1. Sediakan materi dan media
berlebihan, depresi 3. Kemampuan melakukan pengaturan aktifitas dan
d.d merasa energi aktivitas rutin meningkat istirahat
tidak pulih walaupun 4. Verbalisasi lelah 2. Jadwalkan pemberian
telah tidur, merasa menurun pendidikan kesehatan sesuai
kurang tenaga, 5. Lesu menurun kesepakatan
mengeluh lelah, tidak 3. Berikan kesempatan kepada
mampu pasien dan keluarga untuk
mempertahankan bertanya
aktivitas rutin, tampak
lesu, merasa bersalah Edukasi
akibat tidak mampu 1. Jelaskan pentingnya melakukan
menjalankan aktivitas fisik/olahraga secara
tanggung jawab, rutin
libido menurun, 2. Anjurkan terlibat dalam
kebutuhan istirahat aktivitas kelompok, aktivitas
meningkat. bermain atau aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesaj napas saat
aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

Terapi Oksigen (I. 01026)


1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri, analisa
gas darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat makan
6. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan
napas
3. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
5. Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
6. Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakkan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
3. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Efektif (D.0005) b.d. asuhan keperawatan selama (1.01011 )
depresi pusat …x... maka diharapkan Observasi :
pernapasan, hambatan Pola Napas (L.01004) 1. Monitor pola napas
upaya napas, membaik dengan kriteria 2. (frekuensi, kedalaman, usaha
deformitas dinding hasil : napas)
dada, deformitas 1. Dispnea Menurun (5) 3. Monitor bunyi napas tambahan
tulang dada, 2. Penggunaan otot bantu (mis. gurgling, mengi,
gangguan napas Menurun (5) wheezing, ronkhi kering)
neuromuskular, 3. Pemanjangan fase 4. Monitor sputum (jumlah,
gangguan neurologis, ekspirasi Menurun (5) warna, aroma)
imaturitas neurologis, 4. Frekuensi napas Terapeutik :
penurunan energi, Membaik (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan
obesitas, posisi tubuh 5. Kedalaman napas napas dengan head-tilt dan
yang menghambat Membaik (5)
ekspansi paru, 6. Ortopnea Menurun (5) chin-lift (jaw thrust jika curiga
sindrom hipoventilasi, 7. Pernapasan pursed-lip trauma servikal)
kerusakan inervasi Menurun (5) 2. Posisikan semi-fowler atau
diafragma, cedera 8. Pernapasan cuping fowler
pada medula spinalis, hidung Menurun (5) 3. Berikan minum hangat
efek agen 9. Ekskursi dada Membaik 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
farmakologis, (5) perlu
kecemasan d.d. 10. Ventilasi semenit 5. Lakukan penghisapan lendir
dispnea, penggunaan Membaik (5) kurang dari 15 detik
otot bantu 11. Kapasitas vital 6. Lakukan hiperoksigenasi
pernapasan, fase Membaik (5) sebelum penghisapan
ekspirasi memanjang, 12. Diameter thoraks endotrakeal
pola napas abnormal, anterior-posterior 7. Keluarkan sumbatan benda
ortopnea, pernapasan Membaik (5) padat dengan forsep McGill
pursed-lip, 13. Tekanan ekspirasi 8. Berikan oksigen, jika perlu
pernapasan cuping Membaik (5) Edukasi :
hidung, diameter 14. Tekanan inspirasi 1. Anjurkan asupan cairan 2000
thoraks anterior- Membaik (5) ml/hari, jika tidak
posterior meningkat, kontraindikasi
ventilasi semenit 2. Ajarkan teknik batuk efektif
menurun, kapasitas Kolaborasi :
vital menurun, 1. Kolaborasi pemberian
tekanan ekspirasi bronkodilator, ekspektoran,
menurun, tekanan mukolitik, jika perlu
inspirasi menurun,
ekskursi dada Pemantauan Respirasi (I.01014)
berubah. Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

4. Implementasi
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut.
5. Evaluasi
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan yang ditulis pada catatan perkembangan. Focus
evaluasi sumatif (hasil) adalah kondisi status kesehatan klien setelah diintervensi pada
akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah :
A. Tujuan tercapai / masalah teratasi jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
B. Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian jika klien menunjukkan
perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
C. Tujuan tidak tercapai / masalah tidak teratasi jika klien tidak menunjukkan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
D. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi dapat diketahui
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
- S (Subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
- O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelahtindakan
dilakukan
- A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
- P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria

Offset

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anonim. BAB II.Tinjauan Pustaka Konsep Kebutuhan Dasar (Oksigenasi). Terdapat di :

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1514/6/BAB%20II.pdf Diakses pada 7

Oktober 2022.

Anonim. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Oksigenasi. Terdapat di:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50938/Chapter%20II.pdf;se

quence=4. Diakses pada, 7 Oktober 2022.

Anonim.BAB II, Tinjauan Pustaka Konsep Kebutuhan Oksigen. Terdapat di :

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1422/6/6.%20BAB%20II.pdf. Diakses pada 7

Oktober 2022.

Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media.

Dewi, I.A. Putu Apsari. (2021). Gambaran Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak

Efektif. Terdapat di : http://respiratory.poltekkes-denpasar.ac.id/7672/. Diakses pada

tanggal 7 Oktober 2022.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta :

Salemba Medika.

Potter, D. F., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,

dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC.


PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.


LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 31 Juli 2023


Clinical Instruction/CI Nama Mahasiswa

Ni Luh Luzia Amanda Prihandini


NIM. P07120121017

Clinical Teacher/CT

N.L.K Sulisnadewi,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
NIP. 197406221998032001

Anda mungkin juga menyukai