Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Nama : Kartika Saselah


NIM : PO7120423106
Ruangan : ICU

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.
Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari
biasanya. Kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah normal erosit dalam
sirkulasi. Akibatnya, jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh juga
berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018)
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah (WHO, 2015). Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah
sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq & Veretamala, 2017).
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah erosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi.
Akibatnya, jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang.
Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda
adanya gangguan yang mendasari (Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam
tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto, 2014).

2. Etimologi
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau gangguan genetik. Yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah cukup banyak,
seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan juga dapat
menghilangkan zat besi dalam tubuh. Wanita yang mengalami menstruasi setiap
bulan beresiko menderita anemia. Kehilangan banyak darah secara perlahan-
lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat
menyebabkan anemia (Briawan, 2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada
anak-anak dan remaja. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi
butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal ini dapat terjadi
karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu. Adapun jenis
berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah
hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh yang memperbaharuinya.
Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam , bisa bawaan seperti talasemia atau
sickle cell anemia (Adriani & Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak dan Remaja penyebab anemia
antara lain :
a. Meningkatkan Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada masa remaja memuncak
pada usia antara 14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun
kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan
kebutuhan zat terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja
perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak
pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi
sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi
saat menstruasi. Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan
mengalami anemia dibanding remaja putra.
b. Kurangnya asupan zat besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan
dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada usia remaja
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara
di asia tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umumnya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap
semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami
remaja perempuan.
d. Penyakit infeksi dan infeksi parasit
Sering terjadi penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan
memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial - ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan
dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas
dibandingkan pedesaan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 juga
menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak
mengalami anemia dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di
perkotaan (20,6%)

f. Status gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian
anemia. Remaja dengan status gizi kurus mempunyai resiko mengalami
anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal
tersebut juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Briawan dan
Hardiasyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor
protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu
sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberapa
penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka yang memiliki
pengetahuan yang rendah terbaik anemia.
3. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadi anemia, dapat digolongkan pada
tiga kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014) :
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu
sedikit atau sel darah merah yang di produksi tidak berfungsi dengan
baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau
kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja
dari eritrosit berjalan normal. Kondisi-kondisi yang mengakibatkan
anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan
stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12 dan folat, serta
gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormone yang
diperlukan untuk proses eritropoesis.
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur
lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui antara lain :
1.) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
2.) Adanya stressor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau
berbagai jenis makanan
3.) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
4.) Autoimun
5.) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

c. Anemia akibat kehilangan darah


Anemia ini terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
pendarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Pendarahan kronis
umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat-
obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),
menstruasi, dan proses kelahiran.
4. Tanda dan gejala
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul
kelainan darah menyebutkan gejala anemia sebagai berikut :
a. Kulit pucat
b. Detak jantung meningkat
c. Sulit bernapas
d. Kurang tenaga atau cepat lelah
e. Pusing terutama saat berdiri
f. Sakit kepala
g. Siklus menstruasi tidak menentu
h. Lidah yang bengkak dan nyeri
i. Kulit mata dan mulut berwarna kuning
j. Limpa atau hati membesar
k. Penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk
anemia adalah sebagai berikut :
a. Jumlah Hb rendah dari normal (12-14 g/dL)
b. Kadar Ht menurun (normal 37-41%)
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada
anemia aplastik)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang
dapat dilakukan pada pasien anemia adalah sebagai berikut :
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d.Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Jenis kelamin
Adanya proses perubahan seksual pada remaja putri yakni menstruasi
yang terjadi setiap bulan merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya
anemia, karena pada saat itu remaja putri kehilangan banyak darah.
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa proporsi anemia pada perempuan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Kemenkes R.I, 2014).
b. Usia
Prevalensi anemia diindonesia yaitu sebesar 21,7% dengan penderita
berubur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% berumur 15-24 tahun (Kemenkes
R.I, 2014).
c. Riwayat Kesehatan
1.) Keluhan utama
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan pucat. Kelelahan,
kelemahan, pusing.
2.) Riwayat penyakit sekarang
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya gejala gelisah, takikardi dan
penurunan kesadaran.
3.) Riwayat penyakit dahulu
a) Menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi
b) Adanya riwayat utama, pendarahan
c) Adanya riwayat demam tinggi
d) Adanya riwayat ISPA
4.) Riwayat penyakit keluarga
a) Riwayat anemia dalam keluarga
b) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
d. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum
Apakah klien tampak lemah sampai sakit berat
2) Kesadaran
Apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai lemah,
suhu meningkat atau menurun, pernafasan meningkat.
4) TB dan BB

5) Kulit
Apakah kulit klien teraba dingin, keringan yang berlebihan , pucat, terdapat
pendarahan dibawah kulit.
6) Mata
Apakah ada kelainan bentuk mata, konjugntiva anemis, kondisi sklera,
terdapat pendarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, pulpebra, dan refleks
cahaya.
7) Hidung
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung
atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga
Apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, pendarahan gusi, lidah kering,
bibir pecah-pecah atau pendarahan.
10) Leher
Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid membesar, dan
kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks
Periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas tidak
teratur.
12) Abdomen
Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias dibawah
normal.
13) Genetalia
Pada laki-laki apakah testis sudah turun kedalam skrotuk dan pada
perempuan apakah labia minora tertutup labira mayora
14) Ekstremitas
Apakah klien mengalami nyeri esktremitas, tonus otot kurang.

2. Analisis data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Penurunan Perfusi perifer tidak
konsentrasi efektif (D.0009,
1. Pasien mengeluh kesemutan hemoglobin SDKI Hal. 37)
(parastesia)

DO :
1. Pengisian kapiler > 3 detik
2. Nadi perifer menurun atau tidak
teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun
6. Bruit femoral
2. DS : kelemahan Intoleransi aktivitas
1. Pasien mengeluh lelah (D.0056, SDKI Hal.
2. pasien mengeluh sesak saat atau 128)
setelah aktivitas
3. pasien merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas

DO :
1. frekuensi jantung meningkat
2. tekanan darah berubah
3. kulit membiru (sianosis)
3. DS : Kurang terpapar Ansietas (D.0080,
1. pasien merasa khawatir dengan informasi SDKI Hal. 180)
akibat dari kondisi yang dihadapi
2. pasien merasa bingung
3. pasien merasa sulit berkonsetrasi

DO :
1. pasien tampak gelisah
2. pasien tampak tegang
3. pasien sulit tidur
3. Rencana Keperawatan

No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan Perawatan sirkulasi (I.02079,
efektif b/d penurunan tidak terjadi perfusi perifer tidak efektif, dengan kriteria hasil : Hal.345)
konsentrasi hemoglobin (L. 02011, Hal.84) Observasi :
d.d pengisian kapiler > - periksa sirkulasi perifer
3 detik (D.0009, SDKI tujuan keseluruhan 1 2 3 4 5 - identifikasi faktor risiko
Hal.37) warna kulit pucat √ gangguan sirkulasi
Terapeutik :
Parasetia √ - hindari pemasangan infus
bruit formitas √ atau pengambilan darah
Ket : diarea keterbatasan
1. meningkat perfusi
2. cukup meningkat - lakukan pencegahan
3. sedang infeksi
4. cukup menurun Edukasi :
5. menurun - anjurkan menghindari
penggunaan obat
Tujuan Keseluruhan 1 2 3 4 5 penyekat beta
Denyut Nadi Perifer √ - informasikan tanda dan
ket : gejala darurat yang harus
1. menurun dilaporkan
2. cukup menurun
3. sedang
4. cukup meningkat
5. meningkat
2. Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan Manajemen energi (I.05178,
kelemahan d.d tubuh tidak terjadi intoleransi aktivitas, dengan kriteria hasil : Hal.176)
terasa lemah, mudah (L.05047, Hal.149) Observasi :
lelah lesu. - identifikasi gangguan
Tujuan fungsi tubuh yang
Keseluruhan 1 2 3 4 5 mengakibatkan kelelahan
Kemudahan dalam -
monitor kelelahan fisik
melakukan dan emosional
aktivitas sehari - monitor lokasi dan
hari √ ketidaknyamanan selama
Keluhan Lelah √ melakukan aktivitas
Dipsnea saat Terapeutik :
aktivitas √ - sediakan lingkungan
Perasaan lemah √ nyaman dan rendah
Sianosis √ stimulus
Ket : - berikan aktivitas distraksi
1. menurun yang menenangkan
2. cukup menurun Edukasi :
3. sedang - anjurkan melakukan
4. cukup meningkat aktivitas secara bertahap
5. meningkat - ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
- kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3. Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan Reduksi Ansietas (I.09134,
terpapar informasi d.d tidak terjadi ansietas, dengan kriteria hasil : (L.09093, Hal.387)
tampak gelisah Hal.132) Observasi :
(D.0080, SDKI - identifikasi saat tingkat
Hal.180) ansietas berubah
- monitor tanda-tanda
Tujuan ansietas
Keseluruhan 1 2 3 4 5 Terapeutik :
Verbalisasi - ciptakan suasana
kebingungan √ terapeutik untuk
Verbalisasi menumbuhkan
khawatir akibat kepercayaan
kondisi yang - temani pasien untuk
dihadapi √ mengurangi kecemasan.
perilaku gelisah √ Jika memungkinkan
perilaku tegang √ - pahami situasi yang
Konsentrasi √ membuat ansietas
pola tidur √ - motivasi
Ket : mengidentifikasi situasi
1. memburuk yang memicu kecemasan
2. cukup buruk Edukasi :
3. sedang - jelaskan prosedur,
4. cukup membaik termasuk sensasi yang
5. membaik mungkin dialami
- informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
obat ansiantietas, jika
perlu.
4. Evaluasi secara teoritis
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan
selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif,
berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan
terhadap keadaan pasien.

a. S Subjektif berisi tentang keluhan subyektif pasien setelah dilakukan


tindakan pemberian oksigen, keluhan sesak napas ketika istirahat atau
beraktivitas.

b. O (Objektif) berisi hasil pengukuran (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,


dan saturasi oksigen) dan hasil observasi tentang kondisi pasien meliputi
(inpeksi, palpasi, perkusi serta auskultasi).

c. A (Analisis) membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan


tujuan dan kriteria hasil

d. P ( Planning) berisi rencana tindak lanjut setelah dilakukan intervensi sesuai


tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ani, LS. 2016. Buku Saku Anemia Defiiensi Besi. Jakarta: EGC. Arisman, 2014. Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Bakta, IM. 2015. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta :
EGC.

Chauhan, U., Sandeep, G., Dahake, P, 2016. Correlation Between Iron Deficiency Anemia And
Cognitive Achievement In School Aged Children. Annals Of International Medical And
Dental Research, Vol (2), Issue (4). DOI: 10.21276/aimdr.

Ersila, W., Prafitri, LD, 2016. Efektifitas Pemberian Tablet Zat Besi Ditambah Pepaya (Carica
Papaya L.) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Anemia Di
Stikes Muhammadiyah Pekajangan The 4 th University Research Coloquium 2407-
9189.

Jyothirmayi, n., & rao, nm. (2015). Banana medicinal. Journal of medical science & technology,
4 (2);page no: 152-160.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Pemberian Pemantauan Mutu Tablet Tambah
Darah Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Challenge Corporation.

Marmi, 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yokyakarta : Pustaka Pelajar.

Rokim, K. F., Eka, Y., Firdaus, W. (2014). Hubungan usia dan status nutrisi terhadap kejadian
anemia pada pasien kanker kolorektal. (Karya Tulis Ilmiah). Malang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai