Anda di halaman 1dari 38

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PADA TN.P DENGAN DIAGNOSA ANEMIA DI RPU RSU UMC

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

DIVA NOVIANDARI

NIM. 200721032

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2020
2

BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Anemia adalah keadaan yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah

merah, kadar hemoglobin, dan hematocrit di bawah normal. Anemia bukan

merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan pencerminan

terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh.Secara

fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin

untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevalensi anemia di Indonesia

menurut kelompok populasi paling sering terjadi pada populasi wanita dewasa

hamil dengan prevalensi 50-70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%,

laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah 25-35% (Elita Fitriani,

dkk, 2019).

Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk

dunia mederita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara-negara

sedang berkembang. Prevalensi anemia adalah sekitar 8-44%, dengan

prevalensi tertinggi pada laki-laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil

studi lainya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki-laki adalah 27-40%

dan wanita adalah 16-21%. Sebagai penyebab tersering anemia pada adalah

anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia

defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin B12,

defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik.

Lansia Penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan


penyembuhanya akan semakin lama (Elita Fitriani, dkk, 2019).

Berbagai sebab penyakit anemia defisiensi Fe antara lain adalah faktor

kekurangan nutrisi, kegagalan sumsum tulang, perdarahan hemolisis dan

kehilangan sel darah merah. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda gejala

muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana

terjadi kegagalan sempurna dan irreversibel. Oleh karena itu perawat sangat

penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien anemia defisiensi

Fe, serta diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisiknya saja tetapi juga

psikologis penderita. (Elita Fitriani, dkk, 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas, laporan pendahuluan ini dibuat

bertujuan untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan. Diharapkan

dengan adanya laporan pendahuluan ini, dapat membantu dalam pemberian

asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan diagnosa anemia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan

suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan

keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak

memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara

laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta

hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Elita Fitriani, dkk, 2019).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO

pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Elita Fitriani, dkk, 2019):

 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl

 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl

 Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl

 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl

 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Elita Fitriani,

dkk, 2019).
 Hb < 10 gr/dl

 Hematokrit < 30%

 Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang

umum dipakai adalah (Elita Fitriani, dkk, 2019):

 Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl

 Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

 Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl

 Berat Hb < 6 gr/dl

B. Klasifikasi

Menurut (Elita Fitriani, dkk, 2019)., klasifikasi anemia adalah:

1. Anemia Aplastik

Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada

prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak.

Anemia ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati

akibat dari infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan

akibat radiasi. Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat

diantisipasi jika pemajanan pada pasien dihentikan secara dini.Jika

pemajanan tetap berlangsung setelah terjadi tanda-tanda hipoplasi,


depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang menjadi gagal

sumsum tulang dan irreversible.


2. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam

tubuh menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat

menyebabkan berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses

pematangan eritrosit. Ini merupakan tipe anemia yang paling

umum.Anemia ini dapat ditemukan pada pria dan wanita pasca

menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor

gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi serat (mencegah

absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga dapat menyebabkan masukan

besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui darah dari saluran

gastrointestinal.

3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam

Folat)

Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B 12 dan defisiensi asam

folat memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah

perifer yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi

dapat terjadi akibat ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang

ketat, kegagalan absorpsi saluran gantrointestinal, penyakit yang

melibatkan ilium atau pankreas yang dapat merusak absorpsi vitamin

B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal setelah beberapa tahun,

biasanya akibat gagal jantung kongesti sekunder akibat dari anemia.

Sedangkan defisiensi asam folat terjadi karena asupan makanan yang

kurang gizi asam folat, terutama dapat ditemukan pada orang tua,
individu yang jarang makan sayuran dan buah,alkoholisme, anoreksia

nervosa, pasien hemodialisis.

4. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh

defek molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri.Anemia ini

ditemukan terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta

terutama pada orang-orang kulit hitam.Anemia sel sabit merupaka

gangguan resesif otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan

gen hemoglobin defektis, satu buah dari masing-masing orang

tua.Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S (HbS), menjadi

kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan oksigen

berkadar rendah.

5. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses

hemolysis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum

waktunya. Anemia hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai,

tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat.

Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria,

penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi transfuse.

C. Etiologi

Menurut (Elita Fitriani, dkk, 2019).penyebab anemia dapat dikelompokan


sebagai berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,

Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.

b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat

menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.

c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan

anemia aplastik dan leukemia.

d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah

a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi

secara mendadak.

b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)

Hemolisis dapat terjadi karena:

a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah

kerusakan eritrosit.

b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak

eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau

penggunaan obat acetosal.

4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada

Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12,

dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh


kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12)

yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa

juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi

cacing tambang.

D. Tanda Gejala

Menurut (Elita Fitriani, dkk, 2019), tanda dan gejala dari anemia,

meliputi:

1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).

2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.

3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak

tangan menjadi pucat.

Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia

dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:

1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah

gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah

menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat

diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:

 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak

nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan

dingin pada ekstremitas.

 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.


 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, serta rambut tipis dan halus.

2. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah

sebagai berikut:

 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis

angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas

 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).

 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda

infeksi.

3. Gejala akibat penyakit yang mendasari

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia

tersbut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi

cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran

parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

E. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum

tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,

atau akibat penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan

limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk

dalam fagositi akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah

mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul

dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin

plasma, makan hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke

dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia

organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh

darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut

sindrom anemia (Handayani, 2008).

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada

tiga kelompok (Elita Fitriani, dkk, 2019) :

1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit

atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini

terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan

mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari

eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini

antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell,

anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan

kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan

untuk proses eritropoesis.


2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu

bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur

lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia

hemolitik yang diketahui atara lain:

a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.

b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau

beberapa jenis makanan.

c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.

d. Autoimun.

e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,

paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis.
3. Anemia akibat kehilangan darah

Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada

perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis

umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus,

hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat

obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),

menstruasi, dan proses kelahiran.

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose

anemia adalah (Handayani, 2008):

1. Pemeriksaan laboratorium hematologis

 Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.

Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen,

seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan

MCHC), asupan darah tepi.

 Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit

dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap

darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.

 Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan

diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya

tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.


2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis

 Faal ginjal

 Faal endokrin

 Asam urat

 Faat hati

 Biakan kuman

3. Pemeriksaan penunjang lain

 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.

 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.

 Pemeriksaan sitogenetik.

 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,

FISH: fluorescence in situ hybridization).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya,

dapat dilakukan dengan (Elita Fitriani, dkk, 2019) :

1. Anemia Aplastik

 Transplantasi sumsum tulang.

 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).

 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.


 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel

darah merah dan trombosit.

 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan

orang-orang yang menderita infeksi.

2. Anemia defisiensi besi

 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi

gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.

 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.

 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.

 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.

 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.

3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)

Anemia defisiensi vitamin B12:

 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada

vege tarian ketat).

 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak

terdapatnya faktor-faktor instriksik.

 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien

anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.

Anemia defisiensi asam folat:

 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.

 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.


 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin

prenatal).

4. Anemia sel sabit

 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.

 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari Berikan dosis adekuat
analgesik narkotik.

 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih

ringan.

 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak

responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan

darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk

mencegah krisis.
H. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN ANEMIA

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn.P
Umur : 48 tahun
Tanggal Lahir : 05 Juni 1972
Agama : Islam
Alamat : Ds.Ender Kec. Pangenan Kab. Cirebon
Nomor Medrek : 85148
Tanggal Masuk RS : 23 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 24 Februari 2021
Diagnosa Medis : Anemia
2. Identitas Penangggungjawab
1) Istri
Nama : Ny.M
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds.Ender Kec. Pangenan Kab. Cirebon
2. Keluahan Utama
Pasien mengatakan Nyeri Ulu hati
3. Alasan Masuk RS
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, mual, BAB keras berdarah, keringat dingin, lemas,
pusing dan tidak mampu jalan jauh.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri ulu hati, mual, BAB keras berdarah, keringat dingin, lemas,
pusing dan tidak mampu jalan jauh. Nyeri ulu hati mulai dirasakan sejak tahun 1997 (23
tahun yang lalu)

Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan


Pasien mengatakan sebelum sakit klien tidak bisa menjaga pola
makannya. Klien mengatakan kesehatan merupakan hal penting. Jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke rumah sakit atau
puskesmas terdekat. Klien mengatakan ingin cepat pulang dan
berkumpul dengan keluarganya.

Pola Nutrisi/Metabolik
A (Antopometri) : BB : 68 Kg, TB : 170 Cm

B (Biomecanical) :

Jenis pemeriksaan Hasil Rentang normal Satuan Ket


Hb 7,5 g/dl L : 13-18/ g / dl Rendah
P : 11-16.5
C(Clinical) : klien tampak lemah dan terbaring dikasur,
conjugtiva anemis, sianosis pada bibir dan akral
D (Diet) : Pasien makan 3xsehari dengan makanan bubur ,
sayur, lauk, buah. Pasien mampu menghabskan ½ porsi
makanan.
Pola nutrisi
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3x1 hari 3x1 hari
Jenis Nasi, lauk, sayur Bubur nasi, lauk, sayur
Porsi Habis ½ porsi
Keluhan Tidak ada Nyeri ulu hati,Mual

Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Konsistensi Lunak keras
Warna Coklat coklat
Penggunaan
Tidak ada Tidak ada
pencahar (laktasif)
Keluhan Tidak ada Nyeri saat BAB

BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 6x /hari 5x / hari
Jumlah urine Lebih kurang 800 Lebih kurang 600
cc/hari cc/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Pancaran Normal Normal
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Pola Aktivitas dan Latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

Ket :
0 = mandiri, 1 = dengan alat bantu, 2 = dibantu oang lain, 3 =
dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total

Pola Istirahat Tidur


Sebelum sakit Saat sakit
Jumlah tidur siang Tidak tidur siang 2 jam
Jumlah tidur malam 7 jam 8 jam
Penggunaan obat
Tidak ada Tidak ada
tidur
Gangguan tidur Tidak Tidak
Peraasaan waktu
Segar Tidak segar
bangun
Kebiasaan sebelum
- -
tidur

Pola Kognitif – Perseptual


a. Status mental : Sebelum dan selama sakit pasien dapat
berkomunikasi dengan baik, tidak ada gangguan status mental
b. Kemampuan penginderaan :
Kemampuan penginderaan berfungsi dengan baik
c. Pengkajian nyeri
Paliatif/provoktaif : Nyeri ulu hati
Quality : Seperti ditonjok
Region : Di Ulu hati
Severity : Skala 6
Time : Terus menerus

1. Pola Persepsi Konsep Diri


a. Gambaran diri/ citra tubuh : klien tidak mengalami gangguan
citra tubuh.
b. Ideal diri : klien mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan
klien tidak mengeluh terhadap masalah yang di alaminya.
c. Harga diri : klien tidak mengalami harga diri rendah
d. Peran diri : tidak ada masalah
e. Identitas diri : tidak ada masalah.

2. Pola Hubungan Peran


Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya dan
lingkungan sekitarnya baik. Pola interaksi klien dengan perawat
sangat baik dan kooperatif.

3. Pola Mekanisme Koping


Klien sadar kesehatan itu penting setelah mendapat
penyakitnya karna klien tidak tahu tentang penyakit yang
dideritanya. Namun klien berencana jika penyakitnya sembuh klien
akan menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan yang sehat.

4. Pola seksual reproduksi


Klien sudah menikah, klien berjenis kelamin laki-laki dan
tidak mengalami gangguan genetalia.
5. Pola Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam. Aktivitas ibadah setiap
hari adalah solat dan klien menganggap penyakitnya merupakan
sebuah ujian dan berusaha untuk tegar menghadapinya.

Keadaan Penampilan Umum


a. Kesadaran : Composmetis
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 100/70 mmhg
2) Nadi
o Frekuensi : 100x/menit
o Irama : Teratur
3) Pernafasan
o Frekuensi : 24 x/menit
o Irama : Teratur
4) Suhu : 36,5 oC

1. Kepala
a. Bentuk kepala : Mesosefal
b. Kulit kepala : Bersih
c. Rambut :Warna hitam, lurus dan tidak mudah dicabut

2. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Tidak ada oedema
2) Konjungtiva : Anemis
3) Sklera : Warna putih, tidak ikterik
4) Pupil : Isokor
5) Diameter pupil kiri/kanan : 2mm
6) Reflek terhadap cahaya : Reflek normal
7) Pengguanaan alat bantu penglihatan : Tidak menggunakan
alat bantu penglihatan
b. Hidung
Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nafas
cuping tambahan

c. Mulut
Gigi lengkap, bibir kering, stomatitis tidak ada.
d. Telinga
Fungsi pendengaran normal, bentuk simetris, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri telinga

3. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe, tidak teraba
benjolan
c. JVP : Tidak teraba

4. Dada ( Thorax)
a. Paru-paru
o Inspeksi : Simetris, pengembangan dada
kanan dan kiri sama
o Palpasi : Vokal premitus kanan kiri sama
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Suara vesiculer
b. Jantung
o Inspeksi : Ictus cordic tidak tampak
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : BJ I BJ II Lup Dup
5. Abdomen
o Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas, simetris
o Auskultasi : Peristaltik 10x/menit
o Perkusi : Hypertimpani, perut kembung
o Palpasi : Turgor kulit kembali dalam 1 detik,
nyeri ketika ditekan
6. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada odema, tidak ada kelainan, dan
tidak menggunakan selang kateter

7. Rektum
Terdapat Hemoroid

8. Ektremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot Lemah Lemah
Rentang gerak Lemah Lemah
Akral Dingin Dingin
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT > 2 detik > 2 detik
Keluhan Lemas Lemas
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot Lemah Lemah
Rentang gerak Lemah Lemah
Akral Dingin Dingin
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT > 2 detik > 2 detik
Keluhan Lemas Lemas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selasa, 23 Februari 2021


Jenis pemeriksaan Hasil Rentang normal Satuan Ket
Darah
Hb 7,5 L : 13-18 g / dl Rendah
P : 11-16.5
Rapid Negatif Normal
Swab PCR Negatif Normal
EKG Normal

TERAPI MEDIS
Hari/ Golongan
Fungsi dan
Tanggal Jenis Terapi Dosis dan
farmakologi
kandungan
Selasa, Infus RL 30 tpm Kristaloid Untuk
23 mengganti
Februari cairan yang
2021 hilang
Inject : 40mg/ 24 Penghamba Mengurangi
Omeprazol jam t pompa produksi
proton asam
duodenum lambung
Inject : Ondan 4mg/12 Antibiotik Untuk
jam mengobati
infeksi
bakteri
Oral : Rebani 3x1 Obat untuk
pid mengatasi
masalah
fungsi
pencernaan
atau diare.
Oral : Asam 2x1 Analgesik Meredakan
folat atau rasa sakit
antipiretik dan demam
2. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds : Anemia Domain 12. Kelas I.


Kode Diagnosis 00132.
- Klien mengatakan nyeri ulu hati Suplai O2 menurun Nyeri akut b.d agen
seperti ditonjok cidera biologis
- Klien mengatakan pusing
Peningkatan kerja
Liver
Do :
Nyeri
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Akral teraba dingin
- BAB klien keras berdarah
- Mual (+)
- Tensi 100/80 mmHg
- Nadi 100x/menit
- RR 21x/menit
- Suhu 36,5˚C
- Peristaltik klien 10x/menit
- Auskultasi Perut klien
Hypertimpani, kembung
2. Ds : Absorbsi Fe, B12, Gangguan perfusi
dan Asam Folat jaringan perifer
- Klien mengatakan lemas berkurang
- Klien mengatakan sedikit sesak
- Klien mengatakan keringat
dingin Kehilangan
komponen
pembentuk eritrosit
Do :
Eritrosit tidak
- Klien tampak lemas sempurna
- Mukosa bibir sianosis
- CRT > 2 detik
- Akral tampak sianosis
Eritrosit mudah
- Konjungtiva tampak pecah
anemis
- Tensi 100/80 mmHg
- Nadi 100x/menit
- RR 24x/menit
- Suhu 36,5˚C Hemolisis
- HB 7,5g/dl
Anemia

Transport O2
menurun

Gangguan Perfusi
jaringan perifer

3. Ds : Anemia Intoleransi Aktifitas


- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan tidak
mampu melakukan aktifitas Hipoksia sel dan
secara mandiri jaringan

Do :
- Klien tampak lemas Metabolisme
- Klien tampak tidak mampu anaerob
melakukan aktifitas secara
mandiri
- Klien tampak melakukan
aktifitas dibantu oleh Penumpukan asam
istrinya laktat pada
- Tensi 100/80 mmHg jaringan kelelahan
- Nadi 100x/menit
- RR 24x/menit
- Suhu 36,5˚C Intoleransi aktifitas
3. Diagnosa Keperawatan

N DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL PARAF


O FOKUS
1 DX 1 Domain XII. Kelas I. Kode Rabu, 24/02/21 Diva
Diagnosis 00132.
Nyeri akut b.d Agen Cidera
Biologis.

DX II Domain 4 kelas 4 kode diagnosis Rabu, 24/02/21 Diva


00204 ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

2 DX III Domain IV. Kelas IV. Kode Rabu, 24/02/21 Diva


Diagnosis 00092. Intoleransi
aktivitas b.d kelelahan ditandai
dengan penurunan HB
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Domain XII. Domain II. Domain 1. - Identifikasi
Kelas I. Kode Fungsi Fisiologi Dasar, yang
Diagnosis Kesehatan, Kelas D. komprehens
Kelas K. Dukungan if dilakukan
00132.
Pencernaan dan Nutrisi, 1400 : untuk
Nyeri akut b.d Nutrisi, 1004 : Manajemen mengkaji
Agen Cidera Kepuasan Nyeri tingkat nyeri
Biologis. Klien : - Lakukan pasien
Manajemen manajemen - Mengetahui
nyeri nyeri penyebab
Setelah komperehensif terjadinya
dilakukan yang meliputi nyeri yang
tindakan lokasi, dirasakan
keperawatan karakteristik, pasien
selama 3x24 jam durasi, - Mengurang
diharapkan frekuensi, i tingkat
pasien dapat kualitas, nyeri yang
meningkatkan intensitas, atau
dirasakan
status nutrisi beratnya nyeri
kriteria hasil: dan faktor pasien
 Nyeri pencetus secara
terkontrol - Gali komperehe
dari skala 3 pengetahuan nsif
(Cukup dan
puas) – 5 kepercayaan
(Sepenuhnya klien
puas). mengenai
 Ambil nyeri
tindakan - Berikan
untuk informasi
mengurangi mengenai
nyeri nyeri
 Manajemen - Pertimbangka
nyeri sesuai n pengaruh
dengan budaya
keyakinan terhadap reson
budaya nyeri dengan
 Masalah cara mengajak
keamanan pasien
ditangani berdzikir dan
dengan beribadah
penggunaan - Kolaborasi
obat nyeri dengan dokter
terkait
pemberian
obat
- Dorong klien
untuk
menggunakan
obat-obatan
penurun nyeri
yang adekuat
2 Domain 4 kelas Keseimbangan Domain 2. - Meningk
4 kode cairan Fisiologi atkan
diagnosis Setelah Kompleks, Kelas HB
00204 dilakukan N. 4030 :
pasien
Ketidakefektif tindakan Pemberian
an Perfusi keperawatan produk-produk - Meningk
jaringan selama 3x24 jam darah atkan
perifer diharapkan - Cek kembali suplai
keseimbangan intruski oksigen
cairan pasien dokter didalam
dapat tubuh
- Dapatkan
ditingkatkan
riwayat pasien
dengan kriteria
hasil: transfuse
 HB klien pasien
meningkat - Dapatkan
 Konjugtiva atau
merah muda verifikasi
 Akral teraba kesediaan
hangat
(Informed
 CRT < 2
consent)
detik
 Mukosa bibir pasien
lembab - Cek kembali
bahwa
produk darah
telah
disiapkan,
diketik, dan
dicocokkan
bagi
penerima
- Cek kembali
pasien
dengan
benar, tipe
darah, tipe
Rh, jumlah
unit, waktu
kadaluarsa,
dan catat
perprotokol
di agensi.
- Intruksikan
pasien
mengenai
tanda gejala
reaksi
terhadap
transfuse
(Gatal,
pusing, nafas
pendek dan
atau nyeri
dada)
- Monitor
adanya reaksi
transfusi
- Monitor
perubahan
TTV
- Monitor
adanya
sianosis
3 Domain IV. Domain I. Domain 1. - Lingkun
Kelas IV. Kode Fungsi Fisiologi Dasar, gan
Diagnosis Kesehatan, Kelas A. yang
00092. Kelas A. Manajemen aman
Intoleransi Pemeliharaan Aktifitas dan dan
aktivitas b.d Energi, 0007 : Latihan, 0226 : nyaman
kelelahan Tingkat Terapi Latihan ; dapat
ditandai Kelelahan Kontrol Otot meningk
dengan Setelah - Sediakan atkan
penurunan HB dilakukan lingkunga keselam
tindakan n yang atan
keperawatan aman dan pasien
selama 3x24 jam nyaman saat
diharapkan selama melakuk
pasien dapat latihan an ADL
mengotrol pola aktifitas - Pakaian
aktivitas kriteria (sesuaikan yang
hasil: suhu, nyaman
1. Kelelahan peneranga dan
dan n, dan sesuai
Kelesuan, tingkat dapat
skala 3 kebisinga memini
(sedang) – 4 n). malisir
(ringan). - Anjurkan terjadiny
2. Kegiatan pasien a resiko
sehari-hari mengguna jatuh
(ADL) dapat kan - Step
ditingkatkan pakaian guidance
ke skala 3 yang tidak diberika
(cukup mengham n untuk
terganggu) – bat memban
5 (tidak pergeakan tu pasien
terganggu) . dalam
3. Kualitas - Berikan melaksa
istirahat petunjuk nakan
dapat langkah ADL
dipertahanka demi - Redemo
n pada skala langkah nstrasi
4 (sedikit untuk latihan
terganggu) – setiap dilakuka
5 (tidak aktifitas n untuk
terganggu) motorik meningk
4. Keseimbang selama atkan
an antara latihan psikomo
kegiatan dan atau ADL tor
istirahat - Instruksik pasien
dapat an pasien dalam
dipertahanka untuk menerap
n pada skala mengulan kan
3 (cukup g kembali ADL
terganggu) – gerakan - Sebagai
5 (tidak setiap kali bentuk
terganggu) latihan. pencega
- Bantu han
pasien terjadiny
untuk resiko
berada jatuh
pada saat
posisi melakuk
duduk an ADL
atau - Healing
berdiri touch
untuk merupak
melakuka an terapi
n protocol alternati
latihan, ve untuk
sesuai memban
kebutuhan tu
. meringa
- Gunakan nkan
stimulasi kram
sentuhan otot
untuk - Lingkun
menguran gan
gi kram yang
otot. baik
- Sediakan dapat
lingkunga meningk
n yang atkan
baik untuk kualitas
beristiraha tidur
t bagi sehingga
pasien memper
setelah cepat
periode proses
latihan. pemulih
- Kolaboras an
i dengan - Kolabor
ahli terapi asi
fisik, dilakuka
okupasion n
al dan sebagain
rekreasion tindakan
al dalam alternati
mengemb ve untuk
angkan memaksi
dan malkan
menerapk penerapa
an n
program program
latihan latihan
sesuai
kebutuhan
pasien.
3. Catatan Perkebangan Keperawatan
No Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal Keperawata
n

1 Jumat Domain XII. Domain 1. Fisiologi S;


26/02/21 Kelas I. Dasar, Kelas D.
Kode Dukungan Nutrisi, 1400 : - Klien mengatakan
Diagnosis Manajemen Nyeri nyeri ulu hati sedikit
00132. - Melakukan berkurang
Nyeri akut manajemen nyeri - Klien mengatakan
b.d Agen komperehensif yang sudah tidak pusing
Cidera meliputi lokasi,
- Klien mengatakan
Biologis. karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, nyeri saat BAB
intensitas, atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus O:
- Menggali pengetahuan
dan kepercayaan klien - Klien tampak
mengenai nyeri meringis
- Memberikan informasi kesakitan
mengenai nyeri
- Akral teraba
- Mempertimbangkan
pengaruh budaya dingin
terhadap reson nyeri - BAB klien keras
dengan cara mengajak berdarah
pasien berdzikir dan - Mual (+)
beribadah - Tensi 100/80
- Berkolaborasi dengan mmHg
dokter terkait
- Nadi 100x/menit
pemberian obat
- Mendorong klien - RR 21x/menit
untuk menggunakan - Suhu 36,5˚C
obat-obatan penurun - Peristaltik klien
nyeri yang adekuat 10x/menit
A;
Masalah teratasi
sebagian.

P;
Tetap monitor status
pasien, lanjutkan
intervensi.
-
Jumat Domain II. Domain 2. Fisiologi S;
26/02/21 Kelas V. Kompleks, Kelas N.
Kode 4030 : Pemberian - Klien mengatakan
Diagnosis produk-produk darah sudah tidak lemas
00027. - Mengecek kembali - Klien mengatakan
Defisien intruski dokter sudah tidak sesak
volume - Mendapatkan riwayat
cairan b.d transfuse pasien
Dehidrasi - Mendapatkan atau O:
ditandai verifikasi kesediaan
dengan (Informed consent)
mual pasien - Klien tampak
muntah - Mengecek kembali sedikit segar
(asupan bahwa produk darah - Mukosa bibir
cairan telah disiapkan,
mulai lembab
berkurang) diketik, dan
dicocokkan bagi - CRT < 2 detik
penerima - Akral tampak
- Mengecek kembali merah muda
pasien dengan benar, - Konjungtiva
tipe darah, tipe Rh, tampak merah
jumlah unit, waktu muda
kadaluarsa, dan catat
- Tensi 110/80
perprotokol di agensi.
- Mengintruksikan mmHg
pasien mengenai - Nadi 90x/menit
tanda gejala reaksi - RR 20x/menit
terhadap transfuse - Suhu 36,5˚C
(Gatal, pusing, nafas - HB 9,2g/dl
pendek dan atau nyeri A;
dada) Masalah teratasi sebagian
- Memonitor adanya
reaksi transfusi P;
- Memonitor perubahan Tetap monitor status
TTV pasien, lanjtkan
- Memonitor adanya intervensi.
sianosis

Jumat Domain IV. Domain 1. Fisiologi S;


26/02/21 Kelas IV. Dasar, Kelas A.
Kode Manajemen Aktifitas dan - Klien mengatakan
Diagnosis Latihan, 0226 : Terapi lemas
00092. Latihan ; Kontrol Otot - Klien mengatakan
Intoleransi - Menyediakan mulai mampu
aktivitas b.d lingkungan yang melakukan beberapa
kelelahan aman dan nyaman aktifitas secara
selama latihan
mandiri
aktifitas (sesuaikan
suhu, penerangan,
dan tingkat O:
kebisingan). - Klien tampak
- Menganjurkan
lemas
pasien
menggunakan - Klien tampak
pakaian yang tidak mulai mampu
menghambat melakukan
pergeakan. beberapa aktifitas
- Memberikan secara mandiri
petunjuk langkah - Klien tampak
demi langkah
melakukan
untuk setiap
aktifitas motorik aktifitas sedikit
selama latihan atau dibantu oleh
ADL istrinya
- Menginstruksikan - Tensi 100/80
pasien untuk mmHg
mengulang - Nadi 100x/menit
kembali gerakan
- RR 24x/menit
setiap kali latihan.
- Membantu pasien - Suhu 36,5˚C
untuk berada pada
posisi duduk atau A;
berdiri untuk Masalah teratasi sebagian
melakukan
protocol latihan, P;
sesuai kebutuhan. Tetap monitor status
- Menggunakan pasien, lanjtkan
stimulasi sentuhan intervensi.
untuk mengurangi
kram otot.
- Menyediakan
lingkungan yang
baik untuk
beristirahat bagi
pasien setelah
periode latihan.
- Berkolaborasi
dengan ahli terapi
fisik, okupasional
dan rekreasional
dalam
mengembangkan
dan menerapkan
program latihan
sesuai kebutuhan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai