Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Ditujukan untuk memenuh tugas praktek klinik keperawatan dasar


Dosen Pengampu : Tatang kusmana M.Kep

Disusun oleh :
Nur afni yuliani
E2114401006

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan tubuh
(WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan.
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin,
tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan. Anemia juga didefinisikan
dengan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis kelamin (Adriani, 2012).
Menurut Maryanti, 2015, anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang
paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia
dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi zat besi.

2. Etiologi
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor
misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria, mengalami
perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit
kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing).
Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat besi,
sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin. Zat besi merupakan
salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hemoglobin
(Proverati, 2011).
1. Berdasarkan ukuran sel darah merah (VarneyH,2006):
- Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah
a. Kekurangan zat besi
b. Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis yang
mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan hemoglobin)
c. Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan
di AsiaTenggara)
d. Keracunan timah
e. Penyakit kronis (infeksi,tumor)

- Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)


a. Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
b. Kehilangan sel darah merah akut.
c. Gangguan hemolysis darah
d. Penyakit sel sabithemoglobin (sicklecelldisease)
e. Ganggauan Chemoglobin
f. Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara
g. Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphatedehi-drogenase)
h. Anemia hemolitik (efek sampingobat)
i. Anemia hemolisisautoimun.

- Penurunan produksi seldarah merah


a. Anemia aplastic (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa)
b. Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

- Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan


2. Anemia defisiensi zat besi (Fe) :
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan
baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh
berbagai hal yaitu:
a. Asupan yang kurang mengandung zat besi.
b. Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau karena banyak mengkonsumsi teh.
c. Kebutuhan yang meningkat
d. Jika kebutuhan Fe tidak di pasok denang pemberian nutrisi yang mencukupi ,maka
akan mengalami efisiensi Fe.
3. Anemia megaloblastik
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat atau disebut
dengan anemia defisiensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis
DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme inti sel.
16 DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA untuk pematangan sel.
Berdasarkan bentuk sel darah, anemia megaloblastik tergolong dalam anemia makrositik,
seperti pada anemia pernissiosa. Ada beberapa penyebab penurunan asam folat yaitu:
a. Masukan yang kurang.
b. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/ ganggguan pada gastrointestinal dapat
menghambat absorbs bahan makanan yang diperlukan tubuh.
c. Pemberian obat yang antagonisteh ada asamfolat. Obat-obat tersebutdapat
menghambat kerja asam folat dalam tubuh,karena mempunyai sifat yang
bertentangan.
4. Anemia pernisiosa
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemia
pernisiosa ini tergolong anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong
anemia makrositik normokromik, yaitu ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk
abnormal tetapi kadar Hbnormal VitaminB12 (kobalomin) berfungsi untuk pematangan
normoblas ,metabolisme jaringan saraf dan purin. Selain asupan yang kurang, anemia
pernisiosa dapat di sebabkan karena adanya kerusakan lambung, sehingga lambung
tidak dapat mngeluar kansecret yang berfungsi untuk absorbs B12.
5. Anemia pasca pendarahan
Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang passif (perdarahan terus menerus dalam
jumlah banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan
hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun. Akibat kehilangan darah
yang mendadak maka akan terjadi reflek cardiovascular yang fisiologis berupa
kontraksiarteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital dan
penambahan aliran darah ke organvital (otakdanjantung). Kehilangan darah yang
mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu lama.
Selain reflek kardiovaskuler, akanter jadi pergeseran cairan ekstravaskuler ke
intravaskuler agar tekanan osmotic dapat dipertahankan.
Akibatnya,terjadi hemodialisis dengan gejala:
a. Rendahnya Hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit
b. Leucositosis
c. Kadang terdapat gagal jantung
d. Kelainan cerebral akibat hiposekmia
e. Menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebab
kanoliguria/anuria.
6. Anemia aplastic
Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
darah) darah tepi dan menurunya selularitas sumsum tulang.
Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia ini termasuk anemia normisitik seperti
anemia pasca perdarahan. Beberapa penyebab terjadinya anemia aplastik adalah:
a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah merah.
Penurunan sel induk terjadi karena bawaan, selain karena bawaan penurunan sel
induk bisa terjadi karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan,
kloranfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut mengakibatkan penekanan pada
sumsum tulang.
b. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama
dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasisel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah
dalam sumsum tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T. limposit) sehingga menekan / menghambat maturasi sel-sel
induk pada sumsumtulang.
7. Anemia hemolik
Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/
prematur.Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120hari. Adanya penghancuran
eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan
terjadinya peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8kali
lebih banyak system eritropoetik dari biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrositdan
retikulosit pada darah tepi.
Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi
dapat mengyebabkan ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan system
eritropoetik. Penyebab anemia hemolitik diduga adalah:
a. Congenital, misalnya kelainan rantai Hemoglobin dan difisiensi enzim G6PD
b. Didapat,misalnya infeksi,sepsis,penggunaanobat-obatan,dankeganasansel
8. Anemia sickle cell
Merupakan anemia yang terjadi karena sintesa Hemoglobin abnormal dan mudah
rusak, serta merupakan penyakit keturunan (hereditary hemoglobinopathy). Anemia
sickle cell ini menyerupai anemia hemolitik.

3. Epidemiologi
Anemia adalah masalah yang dihadapi secara global. World Health Organization
(WHO) mencatat, secara global pada tahun 2011, terdapat lebih dari 273 juta anak usia 6-
59 bulan menderita anemia dengan dengan 9,6 juta diantaranya merupakan anemia berat,
lebih dari 496 juta wanita tidak hamil usia 15-49 tahun menderita anemia dengan 19,4
juta diantaranya merupakan anemia berat, dan 32,4 juta wanita hamil usia 15-49 tahun
menderita anemia dengan 800 ribu diantaranya merupakan anemia berat. Kurang lebih
50% dari angka ini berkaitan dengan defisiensi besi (anak: 42%, wanita tidak hamil 49%,
dan wanita hamil: 50%).
Berdasarkan data dari Rikerdas tahun 2013, diIndonesia terdapat 21,7% anak
>1tahun, 28,1% balita 12-59 bulan, dan 37,1% ibu hamil mengalamianemia.

4. Patafisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darahmerah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanantoksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darahmerah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal≤1mg/dl, kadar diatas 1,5mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (padakelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengandasar:
a. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
b. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hiper
bilirubinemia dan hemoglobinemia

5. Manisfestasi klinis
Menurut Baugman (2000) tanda dan gejala umum anemia:
1. Kelemahan, keletihan, malaise umum
2. Pucat pada kulit dan membrane mukosa

Sedangkan gejala yang spesifik pada kadar hemoglobin:

1. Sedikit takikardia pada aktifitas (HB:9-11gr/dl)


2. Dispnea pada aktifitas (Hbdibawah7gr/dl)
3. Kelemahan (Hbdibawah6gr/dl)
4. Dispnea pada saat istirahat (Hbdibawah3gr(dl)
5. Gagal jantung hanya pada kadar Hb yang sangat rendah misalnya 2-25gr/dl.
6. Farmakoterapy

Kategori Nama generic Dosis , Kerja obat Kontra indikasi Efek samping
obat dan nama frekuensi
dagang
Obat resep Ranitidine 25 mg/2ml 2x1 Riwayat alergi Mual dan
terhadap muntah, sakit
raditidin, ibu yg kepala,
sedang insomnia
menyusui,
pemberian
ranitidine juga
perlu di awasi
pada kondisi
gagal ginjal
Obat keras Nacl 0.9% 500ml/12jam 20 tetes/menit Hipertermia Tangan kaki
asidosis, mengalami
hypokalemia. bengkak, nyeri
sendi , kaku
kramotot, sakit
kepala, mual,
dan mungkin
juga terjadi
reaksi alergi
walaupun
sangat jarang
Obat keras KRS 600mg 2x1 Gangguan Mual, muntah,
ginjal, blok AV, perut
hipersensitivitas, kembung, sakit
konsentrasi perut, diare,
plasma kalium pendarahan,
gastrointestinal
Obat resep Sukralfat sinistra 500mg 3x1 Tidak boleh Konstipasi,
untuk pasien sakit kepala ,
memiliki mulut kering,
riwayat pusing , diare,
hipersensitif insomnia,
terhadap perut
sukralfat, tidak kembung mual
dianjurkan dan muntah
digunakan pada
anak usia < 15

7. Pemeriksaan penunjang
- Jumlah darah lengkap(JDL): hemoglobin dan hematocrit menurun. Jumlah eritrosit:
menurun, menurun berat(aplastik).
- MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan.Pansitopenia
(aplastik).
- Jumlah retikulosit: bervariasi ,misal; menurun, meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah /hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi
perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
- Laju Endap Darah: Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal:
peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit mal ignasi Masa hidup sel
- Darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
- Tes kerapuhan eritrosit : menurun. Sel Darah Putih : jumlah sel total samadengan sel
darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
- Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi (hemolitik)
- Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin
serum(takterkonjugasi): meningkat(hemolitik).
- Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
- Besiserum: takada tinggi(hemolitik
- BC serum :meningkat
- Feritin serum :meningkat
- Masa perdarahan : memanjang(aplastic)
- LDH serum :menurun
- Tesschilling: penurunan eksresi vitamin B12 urine
- Guaiak:mungkin positif untuk darah pada urine, feses,dan isigaster,menunjuk kan
pendarahan akut/kronis.
- Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas.
- Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah(aplastik).
- Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
Gastro Intestinal (Doenges2009).

8. Penatalaksanaan medis
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat,
vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah (Kemenkes RI,
2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3
yakni,:
- Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
- Pemberian oral
- Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya resiko gagal
jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah yang diberikan adalah PRC
dengan tetesan lambat.
a. Anemia MikrositikHipokrom
 Anemia DefisiensiBesi
- Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada ankilostomicis
diberikan artelmintik yangsesuai.
- Pemberian preparat Fe:
1) Ferosulfat 3x3,25 mg secara oral dalam keadaan perut kosong dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap pada pasien
yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.
2) Fero Glukonah 3x200mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat
intogransi terhadap pemberian praparat Fe oral atau gangguan
pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara
parental dengan dosis250mgFe (3mg/kgBB). Untuk tiap gram%
penurun kadar Hb dibawah normal.
3) Iron Dextran mengandung Fe50mg/l, diberikan secara inframuskular
mula-mula 50mg, kemudian 100-250mg tiap1-2hari sampai dosis total
sesuai perhitungan dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml
sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi
boleh diberikan 250-500mg.
b. Anemia penyakit kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang
mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah seperlunya. Pengobatan
dengan suplementasi besi tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada
artrifis rheomatoid. Pemberian Kobalt dan eritprotein dikatakan dapat memperbaiki
anemia pada penyakit kronik.
c. Anemia makrositik
- Defisiensi Vitamin B12 /Pernisiosa
Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1 x / buan.
- Defisiensi asamfolat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan
pemberian/suplementasi asam folatora l1mg/hari.
d. Anemia karena pendahrahan
- PerdarahanAkut
1. Mengatasin pendarahan
2. Mengatasi renjatan dengan transfuse darah atau pemberian cairan perinfus
- Pendarahan Kronik
1. Mengoati sebab pendarahan
2. Pemberian preparatFe
e. Anemia hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena
reaksi toksiki munologik yang dapat di berikan adalah: Kortikasteroid (predmison,
predmisolon), kalau perlu dilakukan splene ktomi apabila keduanya tidak berhasil
dapat diberikan obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan siklophosfamit.
f. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya.
Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukanm seperti :
 Transfusidarah,sebaiknya diberikan Packedred cell .Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar/platetconcencrate.
 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic hygiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.
 Kortikostreoid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombosit openia berat.
 Androgen,seperti pluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon dan
nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan
garam, perubahanhati dan amenore.
 Imunosupresif, seperti siklosporin, globu linantitimosit. Champlindkk
menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang tidak dapat
menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat
transfusi berulang.
 Transp
 lantasi sumsumtulang

9. Komplikasi
Komplikasi menurut Betzdan Sowden (2009) :
a. Perkembangan ototburuk
b. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
c. Interaksi sosial menurun
d. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-
anakkematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskularse hingga hematokrit
mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat
berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptic kaputfemoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena
kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan
infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya
ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga
dapat mengalami hematuria. (NoerSjaifullahH.M,2007)
a. Jantung :Menyebabkan gagal jantung kongestif
b. Paru:Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
c. SSP :Menyebabkan thrombosis serebral
d. Genitourinaria: Menyebabkan disfungsi ginjal ,priapismus
e. GastroIntestinal: Menyebabkan kolesisfitis, fibrosis hati dan abses hati
f. Ocular: Menyebabkan ablasia retina, penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
g. Skeletal :Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)
h. Kulit:Menyebabkan ulkustung kaikronis.
10. Diet / nuutrisi
Anemi aadalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kadar nutrisi tertentu di
dalam tubuh. Sehingga cara paling efektif untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan
memenuhinya. Ada dua kelompok nutrisi utama yang harus diperhatikan oleh para
penderita anemia,yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro.
1. Zat gizi makro
Saat mengonsumsi, penderita anemia harus memastikan jumlah asupan kalori dan
zat gizi makro yang masuk ke tubuh. Komponen yang dikelompokkan sebagai zat
gizi makro adalah karbohidrat, protein,dan lemak.
Kebutuhan jumlah kalori dipengaruhi oleh beberapa factor sperti:
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Berat badan
d. Tinggi badan
e. Aktivitas fisik
f. Riwayat penyakit tertentu
2. Zat gizi mikro
a. Mineral yang penting terpenuhi penderita anemia
b. Vitamin yang harus dipenuhi oleh penderita anemia

Anda mungkin juga menyukai