Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di
seluruh dunia,dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia.
masyarakat indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat
gizi, karena itu prevalensi anemia di di Indonesia sekarang ini masih cukup
tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin
B12.. Bahaya anemia yang sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan
jantung, otak, dan organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian. Sel
darah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan menjabarkan
tentang konsep teori penyakit anemia dan asuhan keperawatan pada pasien
anemia.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada TN.K
secara umum.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pelaksaanaan pengkajian pada TN.K di bangsal
Penyakit Dalam Pria
2. Mengetahui gambaran pelaksaanaan diagnosa pada TN.K di bangsal
Penyakit Dalam Pria
3. Mengetahui gambaran pelaksaanaan intervensi pada TN.K di bangsal
Penyakit Dalam Pria
4. Mengetahui gambaran pelaksaanaan implementasi pada TN.K di
bangsal Penyakit Dalam Pria
5. Mengetahui gambaran pelaksaanaan evaluasi pada TN.K di bangsal
Penyakit Dalam Pria
C. Sistematika penulisan

Dalam makalah gangguan system sirkulasi (ANEMIA) ini, ditulis


dalam bahasa Indonesia yang baku dan makalah ini juga terbagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Bagian pembuka, berupa sampul, kata pengantar dan daftar isi.
2. Tubuh tulisan, berupa :
a) BAB 1 (Pendahuluan)
1) Latar belakang
2) Tujuan
3) Sistematika penulisan
b) BAB 2 (Tinjauan Teori)
1) Konsep dasar teori Appendisitis
2) Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
c) BAB 3 (Pembahasan)
d) BAB 4 (Kesimpulan dan saran)
3. Bagian akhir atau pelengkap, berupa daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Behrman E Richard, IKA Nelson;1680)
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM,
kualitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100
ml darah. (Sylvia A.Price. 2006)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia bukan merupakan satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari
berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth; 935)
Rentang hemoglobin normal
Kategori

Rentang Angka normal (gr/dl)

Pria

14 gr/dl 18 gr/dl

Wanita

12 gr/dl 16 gr/dl

Anak anak

12 gr/dl 24 gr/dl

Bayi baru lahir

10 gr/dl 16 gr/dl

Kriteria anemia menurut WHO adalah :


1. Laki-laki dewasa

: Hb < 13 g/dl

2. Wanita dewasa tidak hamil

: Hb < 12 g/dl

3. Wanita hamil

: Hb < 11 g/dl

4. Anak umur 6-14 tahun

: Hb < 12 g/dl

5. Anak umur 6bulan 6 tahun : Hb < 11 g/dl

B. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya
1. Anemia mikrositik
Anemia hipokromik mikrositik, mikrositik: sel kecil, hipokromik:
pewarnaan yang berkurang, karena darah berasal dari Hemoglobin, sel- sel
ini mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal.
Keadaan ini umumnya mencerminkan isufisiensi sintetis heme/ kekurangan
zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronis, dan gangguan sintesis globin.
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gangguan transportasi oksigen yang
dikarenakan defisiensi sintesis hemoglobin. Penyakit ini sering terjadi
dan tersebar luas di seluruh dunia ini menyerang 10% hingga 30%
penduduk dewasa yang tinggal di Amerika Serikat. Anemia defisiensi
besi paling sering dialami wanita pascamenopause, bayi (khususnya bayi
prematur atau bayi dengan berat lahir rendah), anak-anak, serta remaja
(khususnya remaja putri). Anemia sideroblastik merupakan kelompok
gangguan heterogen dengan defek yang umum, yaitu penyakit ini tidak
mampu menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin meskipun
simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia dapat bersifat
herediter atau akuisita (didapat).

b. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang pendek.
Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran
labolatoris yang sama: (1) jumlah retikulosit, (2) fraksi bilirubin indirek
meningkat dan (3) haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin
bebas).Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya
hemolitikal berakibat defek pada molekul hemoglobin dan disertai
dengan serangan nyeri. Defeknya adalah satu subsitusi asam amino pada
rantai hemoglobin. Karena hemoglobin A normal mengandung dua
rantai dan dua rantai . Trait sel sabit : orang dengan trait sel sabit
hanya mendapat satu gen abnormal, sehingga sel darah merah mereka
masih mampu mensintesa kedua rantai

s
dan .

2. Anemia makroskopik/ Normositik Makrositik


a. Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi asam folat merupakan anemia megaloblastik yang
sering terjadi dan berjalan progresif secara lambat. Biasanya anemia ini
terdapat pada bayi, remaja, ibu hamil, dan menyusui, peminum minuman
keras (alkohol), lanjut usia (lansia), dan pasien dengan penyakit yang
malingnan atau dengan penyakit intestinal.
b. Anemia defisiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 tidak saja terjadi karena asupannya yang kurang.
Asupan vitamin lain berlebihan pun dapat mengakibatkan defisiensi
vitamin B12. Misalnya, karena berlebihan mengkonsumsi vitamin
C.Anemia pernisiosa yang merupakan tipe anemia megaloblastik yang
paling sering ditemukan, terjadi karena mallabsospsi vitamin B12. Anemia
ini biasanya terjadi pada usia antara 30 dan 60 tahun, dan insidensi
anemia ini meningkat seiring dengan pertambahan usia.Jika tidak
ditangani, anemia pernisiosa merupakan keadaan yang fatal.
3. Anemia normositik
a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak,


sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui
pasien.

Penyebab

yang

sering

antara

lain

ulkus

peptikum,

menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksi.


c. Anemia aplastik
Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi karena cedera atau destruksi sel
tunas (stem cells) di dalam sumsum tulang atau matriks sumsum tulang
sehingga

terjadi

pansitopenia

(anemia,

leukopenia,

serta

trombositopenia)dan karena hipoplasia sumsum tulang. Gangguan ini


umumnya menimbulkan pendarahan atau infeksi yang fatal, khususnya
jika bersifat idiopatik atau disebabkan oleh pemakaian kloramfenikol
(Chloromycetin) atau oleh hepatitis infeksiosa. Angka kematian pada
anemia aplastik yang berat berkisar dari 80% hingga 90%.
d. Anemia penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis
normostik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artitis rematoid, abses paru, osteomielitis,
tuberkulosis, dan berbagai keganasan. Anemia biasanya ringan dan tidak
progresif. Berkembang secara bertahap selama periode waktu 6 sampai 8
minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang dari
25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 gr/dl. Dan sumsum
tulang mempunyai selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Kadar eritropoetin rendah, mungkin karena menurunnya produksi, dan
adanya penyekat pada penggunaan besi oleh sel eritroid juga terjadi
penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.

C. Manifestasi klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia,
usia, mekanisme kompensasi, tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala anemia adalah :
1. Hemoglobin

menurun

(<10g/dl),

trombositosis/trombositopenia,

pansitopenia
2. Penurunan berat badan dan kelelahan
3. Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat, palpitasi,
kulit pucat
4. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk
(bayi)
5. Sakit kepala, pusing, kunang-kunang, peka rangsang.
Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia :
a. Anemia karena perdarahan
Perdarahan akut akibat kehilangan darah yang cepat, terjadi refleks
kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan
arteri darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang vital
(anggota gerak, ginjal). Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan
banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih bisa mengadakan
kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan
gejala pucat, transpirasi, takikardi, tekanan darah rendah atau normal.
Kehilangan darah sebanyak 15-20% akan mengakibatkan tekanan
darah menurun dan dapat terjadi renjatan (shock) yang masih reversibe.
Kehilangan darah lebih dari 20% akan menimbulkan renjatan yang
irreversible

dengan

angka

kematian

yang

tinggi.

Perdarahan

kronik,leukositosis(15.000-20.000/mm3) nilai hemoglobin, eritrosit dan


hematokrit rendah akibat hemodelusi.
b. Anemia defisiensi
1). Anemia defisiensi besi (DB)
Pucat merupakan tanda yang paling sering, pagofagia (keinginan untuk
memakan bahan yang tidak biasa seperti es atau tanah), bila Hemoglobin
menurun sampai 5 gr/dl iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising

sistolik. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan kulit dan dan
mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, keilosis, terdapat tandatanda malnutrisi. Monoamine oksidase suatu enzim tergantng besi
memainkan peran penting dalam reaksi neurokimiawi disusun saraf pusat
sehingga defisiensi besi dapat mempengaruhi fungsi neurologis dan
intelektual. Temuan laboratorium hemoglobin 6-10gr/dl, trombositosis
600.000-1000.000.
2). Anemia defisiensi asam folat
Gejala dan tanda pada anemia defisiensi folat sama dengan anemia
defisiensi vitamin B12, yaitu anemia megaloblastik dan perubahan
megaloblastik pada mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala
neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.
Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum
normal dan asam folal serum rendah, biasanya kurang dari 3 mg/ml. Yang
dapat memastikan diagnosis adalah kadar folat sel darah merah kurang dari
150 mg/ml.
c. Anemia hemolitik
1). Anemia hemolitik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang ringan sampai yang berat (mengancam
jiwa). Terdapat keluhan fatiguee dapat terlihat bersama gagal jantung
kongestif dan angina. Biasanya ditemukan iktterus dan splenomegali.
Apabila pasien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia
Limfositik Kronik, gambaran klinis penyakit tersebut dapat terlihat.
Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar hemoglobin yang bervariasi
dari ringan sampai berat (HT< 10%) retikulositosis dan sferositosis
biasanya dapat terlihat pada apusan darah tepi. Pada kasus hemolisis berat,
penekanan pada susmsum tulang dapat mengakibatkan SDM yang
terpecah-pecah.
2). Anemia hemolitik karena kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai dari anemia hemolitik neonatus berat
sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak
pertama

pada

dewasa.

Polikromatofilia

dan

mikrositosis

ringan

menggambarkan angka lenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat


8

beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim


glutation reduktase kadang-kadang disertai trombopenia dan leukopenia
dan sering disertai kelainan neurologis. Defisiensi piruvatkinase khasnya
ada peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Defisiensi triose
phospate (TPI) gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian
fragilitas osmotik dan hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit.
3). Sferitosis herediter
Sferitosis herediter mungkin menyebabkan penyakit hemokitik pada bayi
baru lahir dan tampak dengan anemia dan hiperbillirubinemia yang cukup
berat. Keparahan penyakit pada bayi dan anak bervariasi. Beberapa
penderita tetap tidak bergejala sampai dewasa, sedangkan lainnya mungkin
mengalami anemia berat yang pucat, ikterus, lesu dan intoleransi aktivitas.
Bukti hemolisis meliputi retikulositosis dan hiperbillirubinemia. Kadar
hemoglobin biasanya 6-10 gr/dl. Angka retikulositosis sering meningkat
dari 6-20% dengan nilai rerata 10%. Eritrosit pada apus darah tepi
berukuran bermacam-macam dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik
dari sferosis.
4). Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar.
Pada anak yang besar biasanya disertai dengan keadaan gizi yang jelek
dan mukanya memperlihatkan fasies mongoloid. Jumlah retikulosit dalam
darah meningkat.
5). Anemia aplastik
Awitan anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Temuan laboratorium
biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah normositik dan
normokromik artinya ukuran dan warnanya normal, perdarahan abnormal
akibat trompositopenia.

D. Patofisiologi (pathway)

Kekurangan Nutrisi

Perdarahan Hemolisis (Destruksi sel darah

Kegagalan Sumsum

Kehillangan sel darah merah

Anemia (Hb)
Pertahanan sekunder tidak
Resistensi aliran darah
Penurunan transport O2

Resiko Infeksi

Hipoksis

Lemah lesu

Intoleransi aktivitas

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

Defisit perawatan diri

Gg fungsi otak

Intake nutrisi turun

Pusing

Anemia adalahKetidak
keadaan
dimana jumlah
darah merah atau
jumlah
seimbangan
nutrisiselkurang
Nyeri
akut
dariOkebutuhan
tubuh
hemoglobin (protein pembawa
2) dalam sel darah merah berada dibawah normal.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau


kehilangan sel sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya : berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui.

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis

(destruksi).

10

Masalah dapat diakibatkan defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahahanan sel darah merah normal akibat beberapa faktor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah
(disolusi)

terjadi

terutama

dalam

sel

fagositik

atau

dalam

sistem

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan billirubin plasma (normalnya 1 mg/dl atau kurang : kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi

kapasitas haptologlobin

plasma

untuk mengikat semuanya

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas)

(misalnya: apabila jumlahnya lebih dari sekitar

100mg/dl),hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine


(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan
oleh peghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya diperoleh dengan data dasar: 1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah: 2. Derajat poliferasi sel darah merah mudadalam sumsum tulang
dan cara pematangan seperti yang terlihat dengan biopsi: dan 3. ada atau tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia .
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang
anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik,
memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali
lipat umurnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam
makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan
tidak mencukupi, terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi
karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6
bulan)dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI
sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi yang berlebihan tanpa tambahan

11

makanan padat kaya zat besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat
besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih
tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia
defisiensi besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada bayi
hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan protein dalam usus
sapi yang tidak tahan panas.
Pada anak sembarang umur, kehilangan darah sebanyak 1-7ml dari saluran
cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada remaja putri
anemia defisiensi besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
Anemia defisiensi ditandai dengan suatu bentuk kelemahan, sering berdebar, cepat
lelah, dan juga sakit kepala.Defisiensi vitamin B12 maupun asam folat
menyebabkan anemia megaloblastik yang mungkin disertai dengan gejala
neurologi. Anemia bukanlah satu kesatuan penyakit tersendiri, namun merupakan
gejala berbagai macam penyakit dasar, yang apabila tidak segera mendapat
penanganan maka dapat menimbulkan keparahan dari berbagai penyakit yang
menyertai.

E. Pemeriksaan Penunjang
Mean

Uji
Corpuscular

Rentangan Normal
Volume 80 100 fl

(MCV)
Jumlah eritrosit total

Makna Penting
Ukuran rata rata eritrosit. Hasil ini a

darah merah berukuran besar (makros


4,5-6,50 x 1012/L

ukurannya kecil (mikrostik)


Jumlah eritrosit normal bervariasi sesu
ketinggian

tempat

dan

olahraga.

mempengaruhi hasil uji: hipervolemia

efek pengenceran dengan jumlah e

hipovolemia akan memperlihatkan efe

jumlah eritrosit lebih rendah pad

homokonsentrasi akan mencerminkan


lebih besar

12

Hemoglobin (Hb)

130 180 g/L

Nilai normal sesuai dengan usia, jen

tempat, dan olahraga. Volume darah jug

kadar Hb : hipervolemia akan memperl


Mean corpuscular hemoglobin 26 33 pg

Hb akan lebih tiinggi


Jumlah rata rata hemoglobin dalam se

(MCH)
Mean corpuscular hemoglobin 310 360 g/L

Berat rata rata (gram) hemoglobin

concentration (MCHC)

merah.

Vitamin B12 serum

120 600 pmol/L

Faktor penting dalam eritropoesis: dig

Folat serum

7 25 nmol/L

anemia makrositik
Faktor penting dalam eritropoesis: digu

Feritin serum

20 300 ug/L

anemia makrositik
Menunjukkan jumlah total simpanan za

Volume sel darah merah (Ht)

0,40 0,54

Volume sel darah merah yang diny

Jumlah leukosit

3,5 11 x 10 /L

volume darah total


Mengukur jumlah dan jenis sel darah pu

Biopsi sumsum tulang

Tidak ada

Mengambil sedikit sumsum tulang

memungkinkan evaluasi komponen

tulang dan simpanan zat besi dalam s


Pengukuran koagulasi

Bervariasi

Waktu perdarahan

dengan faktor
1 9 menit

International normalized ratio Bervariasi

kontraindikasi bagi pasien kelainan koa


sesuai Mengukur faktor koagulasi yang spe

mengkaji tingkat keparahan defisiensi


Waktu berhentinya perdarahan secara s

sesuai Waktu terjadinya koagulasi sesudah pe

(INR)
alasan teurapetik
dan kalsium kedalam spesimen darah
Activated partial prothrombin 30 40 detik ;60 70 Mengevaluasi lintasan pembekuan intr
time (APPT)

detik (tanpa aktivator ) terbentuknya bekuan darah ketika

Laju endap darah (LED)

pada individu dewasa


Bervariasi

kedalam spesimen memperpendek wakt


Perubahan protein darah mengakibatk

Uji sel sabit

Negatif

kenaikan LED menunjukkan proses infl


Memperlihatkan keberadaan hemoglob

13

yang mengandung HbS akan berben


Direct coombstest

Negatif

aglutinasi

mengandung oksigen
tanpa Mendeteksi antibodi atau komplemen

darah merah dan merupakan indikasi a


darah merah dicampur dengan reagen

Indirect coombstest

Negatif
aglutinasi

aglutinin yang menimbulkan penggump


tanpa Digunakan untuk silang pandan darah
transfusi darah dan selama kehamilan,
mendeteksi antibodi dalam serum

F. Pengobatan Anemia
1. Anemia Kekurangan Zat Besi
Bentuk anemia ini di obati dengan suplemen zat besi yang untuk
menggantikan kurangnya asupan dari zat besi dalam diet atau kelebihan
hilangnya besi. Suplemen umum yang biasa digunakan adalah besi sulfat.
Diambil sebagai pil dua atau tiga kali sehari. Untuk penderita sakit maag
suplemen penambah zat besi ini harus di konsumsi dua jam sebelum atau
empat jam sesudah mengonsumsi obat antasida. Wanita hamil disarankan
untuk meningkatkan asupan zat besinya. Bayi didalam kandungan
membutuhkan pasokan darah dan zat besi yang cukup.
Zat besi melalui oral/mulut mendatangkan sejumlah efek samping yang
mencakup mual, muntah, sakit perut, mulas, sembelit, diare, gigi hitam,gusi
dan lidah. Meminum zat besi bersamaan dengan makanan atau
meminumnya tak lama setelah makan membantu untuk mengurangi efek
samping. Apabila besi oral tidak dapat diabsorbsi atau tidak dapat
ditoleransi maka pemberian besi dekstran IM dan IV perlu diresepkan
alternatif lain adalah glukonat besi. Besi dapat digantikan oleh mengambil
makanan yang kaya akan besi. Ini termasuk sayuran berdaun hijau gelap,
roti dan sereal, daging, kacang-kacangan, aprikot, plum, kismis, kurma dll.
Makan yang harus dihindari karena mengandung zat yang menghambat
penyerapan zat besi yaitu teh, kopi, seledri, kemangi coklat, makanan
mengandung kalsium tinggi susu dan yogurt dan lain lain. Serta, suplemen

14

vitamin C membantu menyerap besi lebih baik. Pasien mengecek setelah


dua sampai empat minggu untuk melihat apakah ada tanggapan.Jika
penyebab kekurangan zat besi adalah kehilangan darah selain dari haid
maka sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan untuk mencegah
kembali kemunculan kondisi ini. Hal ini melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin B12
Ini dapat diobati dengan suntikan vitamin B 12. Vitamin adalah dalam
bentuk suatu zat yang dikenal sebagai hydroxocobalamine. Pada tahap awal
pengobatan biasanya suntikan dilakukan 6 kali dalam satu bulan, kemudian
satu atau tiga bulan sekali tergantung tingkat keparahan. Jika kekurangan
vitamin

B12

disebabkan

karena

seseorang

vegetarian

atau

tidak

mengonsumsi makanan hewani, maka pola makan orang tersebut harus


diubah dengan mengonsumsi suplemen vitamin B12 (cyanocobalamin). Jika
tidak ditangani secara serius dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen,
jika tidak segera diatasi setelah 6 bulan gejala di mulai. Selain di dalam obat
obatan, vitamin B12 dapat ditemukan dalam daging, susu, telur, salmon dll.
Vegetarian atau vegan mungkin perlu suplemen sebagai tablet atau sereal
berbentuk produk kedelai.
3. Anemia defisiensi asam folat
Untuk anemia yang kekurangan folat harian, resepkan tablet asam folat
dan tablet ini harus di konsumsi 1mg per hari

selama 4bulan untuk

mencapai kadar yang normal dalam tubuh. Asam folat hanya diberikan
intramuskuler pada pasien dengan gangguan absorbsi,kecuali pada
pemberian vitamin selama kehamilan. Kebanyakan preparat vitamin tidak
mengandung asam folat, sehingga harus diberikan terpisah. Untuk
membantu tubuh menghasilkan sel darah merah, folat biasanya diresepkan
bersamaan

dengan suplemen vitamin B12. Vitamin B12 biasanya juga

berguna membantu menjaga sistem saraf tetap sehat termasuk otak, saraf,
dan saraf tulang belakang.

15

Pada sisi lain folat juga sangat penting bagi wanita hamil, karena
kekurangan folat bisa meningkatkan resiko kelainan bawaan atau cacat lahir
pada bayi yang belum dilahirkan. Vitamin B12 bisa ditemukan pada daging,
telur, dan produk olahan susu. Jika kekurangan vitamin B12, akan terjadi
kerusakan otak, saraf dan sumsum tulang belakang.Folat juga ditemukan di
brokoli, kubis hijau, wheatgerm, brussel, kacang-kacangan, sayuran berdaun
hijau dll.apabila nilai hemoglobin telah kembali ke normal, pemberian asam
folat dapat dihentikan. Namun pasien yang menderita alkoholisme harus
tetap mendapat asam folat selama mereka masih mengonsumsi alkohol.
4. Pengobatan anemia sel sabit
Banyak percobaan pengobatan yang mempunyai sifat anti sabit telah
dilakukan,meskipun jumlah sampelnya masih terlalu sedikit, namun ada
harapan

yang

menjanjikan

dengan

hydroxyurea.

Obat

ini

meningkatkanproduksihemoglobin fetal (Hb F) pada pasien dengan anemia


sel sabit. Persentase sel sabit irreversible menurun dan terjadinya nyeri
berkurang. Obat ini juga mengurangi hemolisis dan memperpanjang
ketahanan hidup sel darah merah. Obat ini masih dianggap eksperimental
dan mempunyai berbagai resiko seperti karsinogenesis dan teralogenesis
yang belum dipahami Cetiedil citrate, suatu modifier membran sel darah
merah juga mempunyai efek anti sabit yang efektif Pentoxyfyline, obat yang
menurunkan kekentalan darah dan tahanan vaskuler perifer, memberikan
harapan menurunkan lamanya krisis sel sabit. Karena nampaknya infeksi
mencetuskan krisis, maka setiap infeksi harus ditangani dan dicegah karena
dehidrasi dan hipoksia memacu terjadinya penyabitan sel, maka pasien
dianjurkan untuk menghindari ketinggian, anestesia,atau kehilangan cairan.
Karena adanya defek ginjal, pasien ini mudah mengalami dehidrasi. Terapi
asam folat diberikan setiap hari. Karena kebutuhan sumsum tulang sangat
tinggi.
5. Anemia akibat infeksi cacing tambang

16

Anemia akibat infeksi cacing tambang terjadi karena cacing parasit ini
mengonsumsi darah anda. Selain anemia, cacing
menyebabkan

komplikasi

seperti malnutrisi

tambang juga bisa

sehingga menghambat

pertumbuhan pada anak. Pada wanita hamil, cacing tambang bisa


mengakibatkan kelahiran prematur dan berat bayi rendah saat lahir.
Pengobatan cacing tambang bertujuan menghilangkan infeksi yang ada,
meningkatkan nutrisi dan mengobati komplikasi dari anemia. Dokter akan
memberikan resep obat cacing yang menghancurkan parasit

seperti

albendazole dan mebendazole.


Kedua obat itu digunakan untuk mengatasi infeksi cacing. Pengobatan
biasanya diberikan sekitar satu sampai tiga hari. Penderita anemia akan
diberi tambahan resep suplemen penambah besi. Anemia yang disebabkan
oleh infeksi biasanya akan meningkat ketika

infeksi. Hal ini terutama

berlaku untuk bayi yang baru lahir dengan infeksi berat yang disebut sepsis.
6. Anemia berhubungan dengan sumsum tulang.
Beberapa obat yang diresepkan adalah untuk merangsang sumsum tulang
dan untuk menghasilkan sel lainnya. Ini sangat berguna dalam aplastik
anemia dan leukemia.Transplantasi sumsum tulang juga dapat digunakan.
Dalam prosedur ini, tulang sumsum sel-sel yang diambil dari donor yang
cocok (biasanya dengan pertandingan genetik misalnya saudara kandung
atau hubungan darah).Ini kemudian disuntikkan ke dalam vena. Kemudian
perjalanan melalui aliran darah ke sumsum tulang dan menghasilkan sel
darah baru.
7. Anemia pada kehamilan
Konsumsi suplemen zat besi, suplemen asam folat atau suplemen vitamin
B12, konsultasikan kepada dokter mengenai porsi makanan yang dapat
dikonsumsi selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia seperti
daging merah, sayuran, telur, buah buahan dan lain lain. Serta lakukan
pemeriksaan darah untuk melihat hemoglobin dan kadar hematokrit.

17

8. Anemia penyakit kronis


Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini, dokter berfokus pada
pengobatan penyakit yang mendasari, suplemen zat besi dan vitamin
umumnya tidak mebantu jenis anemia ini. Namun, jika gejala makin parah,
transfusi darah/suntikan eritroprotein sintesis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.

G. Pencegahan Anemia
Bayi dan anak-anak prasekolah anemia dapat dicegah dengan mendorong
eksklusif menyusui bayi (tanpa tambahan cairan, air, formula atau makanan)
selama empat sampai enam bulan setelah kelahiran. Selama penyapihan dari
payudara padatan sumber tambahan dari besi (sekitar 1 mg per kilogram per hari
dari besi) harus diperkenalkan dalam makanan. Jika bayi tidak payudara makan,
hanya dibentengi besi rumus sebagai pengganti ASI dianjurkan.
Dalam payudara makan bayi yang memiliki besi kekurangan diet 1 mg per
kilogram per hari dari besi tetes yang direkomendasikan jika tidak dilengkapi
makanan lain. Karena susu menghambat penyerapan zat besi dari usus, itu harus
menyarankan bahwa anak-anak berusia satu sampai lima tahun membutuhkan
tidak lebih dari 24 oz sapi susu, kambing, susu dan susu kedelai per hari. Serta
makanan yang kaya vitamin C (misalnya, buah -buahan, sayuran dan jus) yang
direkomendasikan luar enam bulan untuk meningkatkan penyerapan besi.
Untuk remaja gadis-gadis dan perempuan pencegahan besi kekurangan
termasuk diet kaya besi sehat. Semua gadis-gadis remaja dan perempuan
nonpregnant perlu diputar untuk anemia setiap lima sampai 10 tahun hingga
menopause. Dalam kehamilan dosis rendah lisan (30 mg per hari) suplemen besi
dahulu pralahir kunjungan mungkin mulai untuk mencegah anemia. Wanita hamil
dianjurkan untuk makan makanan kaya besi dan makanan yang meningkatkan
penyerapan besi.

18

II.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

A. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, Umur, Tempat Tanggal Lahir, Nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ ibu,
Agama, Pendidikan, Alamat.
b. Keluhan Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Keluhan saat pengkajian
Klien pucat
Kelemahan
Sesak napas
Gelisah
Diaphoresis
Takikardi
Penurunan kesadaran
d. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang
mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat

19

Riwayat kehilangan darah kronis misalnya : perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)


Riwayat endokarditis infektif kronis.
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Riwayat TB, abses paru.
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya: benzene,

insektisida, fenilbutazon, naftalen.


Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
Riwayat kanker, terapi kanker.
Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit
malabsorbsi, seperti : enteritis regional, manifestasi cacing pita,
Poli endokrinopati, masalah autoimun.
Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen
kemoterapi, aspirin, obat anti inflamasi, atau anti koagulan.
Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup
prostetik, eksisi bedah duodenum.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia.
Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia kongenital
Keluarga adalah vegetarian berat.
Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
Riwayat penyakit-penyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan
f. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat
Kesadaran
: compos mentis kooperatif sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran apatis, samnolen-sopor-koma
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah

: tekanan darah menurun (N = 90-110/60-70mmHg)

Nadi

: frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N =


60-100 kali/menit)

Suhu
: bisa meningkat atau menurun (N = 36,5-37,2 0C)
Pernapasan
:meningkat (anak N = 20-30 kali/menit)
Tinggi Badan dan Berat Badan: menurut rumus dari behermen, 1992
pertambahan berat badan anak adalah sebagai berikut:
1. Lahir = 3,25 kg
2. 3 -12 bulan =
Umur (bulan)-9

20

2
3. 1-6 tahun =Umur (tahun)x 2-8
4. 6-12 tahun = Umur (tahun)x 7-5
2
Tinggi badan rata-rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai beriku :
1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir
4 tahun = 2 x tinggi badan lahir
6 tahun = 1,5 x tinggi badan setahun
13 tahun = 3 x tinggi badan lahir
Dewasa = 3,5 x tinggi baan lahir (2 x tinggi badan 2 tahun )
Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
terdapat perdarahan sub konjungtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex
cahaya biasanya tidak ada kelainan.
Hidung
Keadaan atau bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasa tidak ada kelainan.
Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecahpecah atau perdarahan.
Leher
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid lidah membesar,
tidak ada distensi vena junggularis
Thoraks
Pergerakan

dada,

biasanya

pernapasan

cepat

irama

tidak

teratur.Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bisa vaskuler


atau ronki, whezzing. Frekuensi napas neonatus 40-60 kali/ menit, anak
20-30 kali/ menitirama jantung tidak teratur, frekuensi pada anak : 60100 kali/ menit
Abdomen
21

Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga
dibawah normal dan bisa juga meningkat.
Genitalia
Laki-laki: testis turun kedalam skortum
Perempuan: labia minora tertutup labia mayora
Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral
dingin
Neurologis
Refleksi fisiologis (+) seperti patella, refleks patologi (-) seperti
babinski, tanda kerniq (-) dan bruzinski I-II = (-)
g. Pemeriksaan penunjang
Kadar
hemoglobin menurun, pemeriksaan darah : eritrosit dan
berdasarkan penyebab.
h. Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah.Kebersihan di daerah tempat tinggal,
orang yang terdekat dengan klien.Keadaan lingkungan, pekarangan,
pembuangan sampah.
i. Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia,
diet yang harus dijalani, pasang NGT,
cairan IVFD yang digunakan jika ada.
Pola tidur bisa terganggu
Mandi dan aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan
fisik
Eliminasi : biasanya terjadi perubahan frekuensi, konsistensi,diare atau
konstipasi
j. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
k. Data psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan
terlihat cemas atau takut.Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya
sangat bervariasi. Psikologis orang tua yang harus diperhatikan:
Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
Prosedur medis yang akan dilakukan
Adanya support sistem
Kemampuan koping orang tua

22

Agama, kepercayaan, adat


Pola komunikasi dalam keluarga
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang mencakup
berikut ini :
a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
C. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama meliputi toleransi terhadap aktivitas pencapaian atau
pemeliharaan nutrisi yang adekuat, dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas diagnosa
dan rencana keperawatan. Perencanaan perawatan adalah menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas
diagnosa yang ada.
a. Diagnosa 1: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak
menunjukkan perfusi yang adekua
Kriteria Hasil :
23

Tanda-tanda vital stabil


Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler
Haluaran urine adekuat
Intervensi :
No
1.

Intervensi
Rasional
Ukur tanda-tanda vital, observasi memberikan
pengisian

2.

kapiler,

warna keadekuatan

informasi
perfusi

tentang

jaringan

dan

kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

membantu kebutuhan intervensi.

Auskultasi bunyi napas.

dispnea, gemericik menunjukkan CHF


karena regangan jantung lama/peningkatan

keluhan

nyeri

kopensasi curah jantung.


dada, Iskemia seluler mempengaruhi jaringan

Observasi

palpitasi
miokardial/potensial resiko infark.
Evaluasi respon verbal melambat, dapat mengindikasikan gangguan perfusi

agitasi, gangguan memori, bingung


serebral karena hipoksia
Evaluasi
keluhan
dingin, vasokonstriksi
(ke

organ

vital)

pertahankan suhu lingkungan dan menurunkan sirkulasi perifer.


tubuh supaya tetap hangat.

Kolaborasi
No
1.

Intervensi
Observasi

Rasional
pemeriksaan mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan

hasil

laboratorium darah lengkap


2.

3.

Berikan

transfusi

pengobatan/respons terhadap terapi.


darah meningkatkan

jumlah

sel

pembawa

lengkap/packed sesuai indikasi

oksigen, memperbaiki defisiensi untuk

Berikan oksigen sesuai indikasi

mengurangi resiko perdarahan


memaksimalkan transpor oksigen
jaringan

24

ke

b. Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
Asupan nutrisi adekuat
Berat badan normal
Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 5,8 g/dL
Hb : 11 16 g/dL
Ht : 31 43 %
Trombosit : 150.000 400.000 L
Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012
Intervensi :
No

Intervensi

Rasional

.
1.

Observasi dan catat masukan mengawasi

2.

makanan anak
kualitas kekurangan konsumsi makanan
Berikan makanan sedikit dan makan sedikit dapat menurunkan

masukan

kalori

atau

frekuensi sering

kelemahan dan meningkatkan asupan

3.

Observasi mual / muntah, flatus

nutrisi
gajala GI menunjukkan efek anemia

4.

Bantu

anak

melakukan

(hipoksia) pada organ.


oral meningkatkan napsu

higiene, gunakan sikat gigi yang pemasukan

oral.

makan

dan

Menurunkan

halus dan lakukan penyikatan pertumbuhan bakteri, meminimalkan


yang lembut

kemungkinan infeksi. Teknik perawatan


mulut

diperlukan

rapuh/luak/perdarahan

25

bila

jaringan

Kolaborasi
No.
1.

Intervensi
Observasi

Rasional
pemeriksaan mengetahui

laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, pengobatan,


2.

efektivitas
mengetahui

program
sumber

diet

Trombosit, Albumin
nutrisi yang dibutuhkan
Berikan diet halus rendah serat, bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe
hindari makanan pedas atau terlalu makanan yang dapat ditoleransi anak

3.

asam sesuai indikasi


Berikan suplemen nutrisi mis : meningkatkan masukan protein dan kalori.
ensure, Isocal

c. Diagnosa 3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Anak bermain dan istirahat dengan tenang
Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Anak tidak menunjukkan tanda tanda keletihan

Intervensi :
No.
1.

Intervensi
Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam

26

Rasional
manifestasi kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru untuk membawa


2.

jumlah oksigen adekuat ke jaringan


Observasi adanya tanda tanda membantu menetukan intervensi yang
keletihan

takikardia,

palpitasi, tepat

dispnea, pusing, kunang kunang,


lemas, postur loyo, gerakan lambat
3.

dan tegang
Bantu anak dalam aktivitas diluar mencegah kelelahan

4.

batas toleransi anak


Berikan aktivitas bermain pengalihan meningkatkan
sesuai toleransi anak

istirahat,

mencegah

kebosanan dan menarik diri

d. Diagnosa 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh


sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Tanda tanda vital dalam batas normal
Leukosit dalam batas normal
Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi
No.
1.

Interverensi
Rasional
Ukur tanda tanda vital setiap 8 demam
mengindikasikan
jam.

2.

terjadinya

infeksi

Tempatkan anak di ruang isolasi mengurangi

resiko

bila memungkinkan dan beri tahu mikroorganisme kepada anak.

27

penularan

keluarga
3.

supaya

menggunakan

masker saat berkunjung


Pertahankan teknik aseptik pada mencegah infeksi nosokomial
setiap prosedur perawatan

Kolaborasi
No.
1.

Intervensi
Observasi

hasil

Rasional
pemeriksaan lekositosis mengidentifikasikan terjadinya

leukosit

infeksi

dan

leukositopenia

mengidentifikasikan penurunan daya tahan


tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi
Promosi istirahat dan aktivitas. Pasien didorong untuk menjaga kekuatan
energi fisik dan emosional. Dianjurkan istirahat yang sering, dan dukungan
keluarga untuk menjaga suasana istirahat. Jadwal teratur mengenai istirahat dan
tidur, wajib dipertahan kan untuk toleransi terhadap aktivitasnya. Dianjurkan
untuk tetap bergerak dan aktif sejauh dapat ditoleransi. Begitu anemia ditangani
dan nilai darah kembali normal, pasien harus didorong untuk ke aktivitas normal
secara bertahap.
Menjaga nutrisi yang adekuat. Penurunan asupan nutrisi essensial, seperti
besi dan asam folat dapat mengakibatkan anemia tertentu. Gejala sehubungan
dengan anemia, seperti kelemahan dan anoreksia, akan mempengaruhi nutrisi. Diit
yang seimbang dengan makanan tinggi protein, tinggi kalori, buah- buahan dan
sayuran yang dianjurkan. Alkohol akan mempengaruhi penggunan nutrisi
essensial, jadi pasien harus dilarang atau membatasi konsumsi minuman
beralkohol. Makanan berbumbu yang mengiritasi lambung dan makanan yang
mengandung gas harus dihindari.
Monitor dan penatalaksanaan komplikasi. Dengan adanya kekurangan
oksihemoglobin yang berlangsung lama jantung menjadi kurang mampu
menyuplai darah kejaringan yang mengalami hipoksia. Jantung kemudian

28

mengalami pembesaran, curah jantung menurun, dan terjadi gagal jantung


kongesti. Upaya keperawatan ditujukan kearah menurunkan aktivitas dan stimuli
yang menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan peningkatan curah
jantung.Latihan yang tidak perlu harus dihindari.
D. Evaluasi
Berdasarkan buku brunner dan suddarth, evaluasi adalah proses penilaian
pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi
adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan, menilai efektivitas rencana keperawatan atau strategi asuhan
keperawatan.
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal
yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)

Menunjukkan perfusi adekuat.


Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal dan mengembalikan pola normal dari fungsi usus.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Infeksi tidak terjadi.

(smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth; 938).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. K DENGAN ANEMIA
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agam
Suku
Pendidikan
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk
Tanggal dikaji
Diagnosa medis

: Tn K
: 44 tahun
: laki-laki
: khatolik
: Dayak
: SMP
: Dsn Sengkruh Landak
: Tani
: 23-07-2016
: 25-07-2016
: Hematomisis Melena dengan Anemia

29

b. Identitas penanggung jawab


Nama
: Ny. D
Jenis kelamin
: perempuan
Hub dg pasien
: Istri
2. Riwayat penyakit
a. Alasan masuk RS
Pasien rujukan dari rs landak dirawat selama 2 minggu dengan
diagnosa anemia, HB 2 gr/dl . dan dirujuk ke RS soedarso untuk
melakukan endoskopi dan perawatan lebih lanjut .
Pasien mengatakan smrs psien pingsan dan BAB berwarna hitam,
cair dan muntah.
b. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan sering pusing dan mual jika terlalu lama baring
dan kadang-kadang muntah dan merasa sedikit sesak.
Pasien juga mengatakan badannya terasa lemah , BAB masih
berwarna hitam cair, tidak nafsu makan, terasa selalu kenyang,
kadang merasa mual jika makan dan muntah.
pasien mengatakan selama dirumah sakit sering kesulitan untuk
tidur dan selalu terjaga dimalam hari karna suasana yang berbeda
dan berisik dan pasien tidur hanya 3-4 jam pada malam hari
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit yang kronis
dan juga tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga lain yang
mengalami penyakit yang sama.
3. Genogram

Keterangan :
30

: Laki-laki hidup

: Pasien

: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal

4. Data biologis
a. Pola nutrisi
SMRS : pasien makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi dan
makan satu porsi selalu habis.
MRS : pasien makan 3 kali sehari dengan menu RS, satu porsi
makan tidak habis terkadang setengah porsi.
b. Pola minum
SMRS : pasien minum 6-7 gelas sehari ( 1-2 liter)
MRS : pasien minum 4-5 gelas sehari ( 0,5-1 liter)
c. Pola eliminasi
SMRS : pasien BAB 1 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari
MRS : pasien BAB 2 kali sehari berwarna hitan dan keras, BAK
4-6 kali sehari
d. Pola istirahat / tidur
SMRS : pasien tidur 6-8 jam dalam sehari, malam hari dari pukul
21.00 05.00 dan siang hari terkadang 2 jam
MRS : pasien tidur hanya 3-4 jam dalam sehari, selalu terjaga
pada malam hari.
e. Pola hygiene
- Mandi
SMRS
: pasien mandi 2 kali sehari
MRS
: pasien mandi 2 kali sehari dengan dibantu keluarga
ke kamar mandi untuk mandi dan biasanya hanya di
-

seka di tempat tidur.


Cuci rambut
SMRS
: psien mencuci rambutnya saat mandi.
MRS
: pasien hanya membasahi rambutnya saja setiap
diseka.
Gosok gigi
SMRS
: pasien gosok gigi 2 kali sehari.
MRS
: pasien gosok gigi 2 kali sehari dengan bantuan
keluarga.

f. Pola aktivitas

31

Pola aktivitas
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Makan dan minum

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan dan alat
4 : Tergantung orang lain
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Compos mentis
TTV :
TD
: 100/70 mmhg
N
: 76 x/ menit
RR
: 25 x/menit
T
: 36,70 C
Berat badan
SMRS
: 65 kg kurang lebih 3 bulan yang lali
MRS
: 60 kg
Tinggi badan
: 160 cm
IMT
: BB/ (TB)2 = 60/(1,60)2= 23,43 kg/ m2
Keterangan : IMT normal : 18,5-24,5 kg m2
IMT pasien dalam rentang normal.
b. Kepala
Inspeksi

: Bentuk kepala simetris, rambut hitam tipis, kulit


kepala

Palpasi
c. Mata
Inspeksi

lembab, rambut tidak rontok, tidak ada

ketombe, rambut berminyak, bau, tidak ada lesi.


: tidak terdapat nyeri tekan dan juga benjolan.
: Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera
merah

muda, reaksi pupil terhadap cahaya

membesar.
d. Hidung
Inspeksi
Palpasi
e. Mulut

: bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada secret.


: tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan

32

Inspeksi

: Gigi tampak bersih, mulut simetris, tidak sariawan,


bibir tampak lembab, lidah bersih, , gigi tidak ada
yang berlubang.

f. Telinga
Inspeksi
Palpasi
g. Leher
Inspeksi

: bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada


lesi, tidak ada pendarahan, fungsi pendengaran baik.
: tidak ada nyeri tekan pada prosesus mastoideus
: bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan limfa serta pembesaran vena jugularis,

Palpasi

tidak ada lesi.


: tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
pada kelenjar tiroid dan limfa

h. Thoraks dan paru


Inspeksi
: Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris,
tidak ada lesi, respirasi 25 x/ menit, tidak terdapat
Palpasi

benjolan.
: Tidak terdapat nyeri tekan, ekspansi simetris, taktil

Perkusi
Auskultasi

vremitus kanan dan kiri normal


: dullness
: bunyi nafas vesicular di seluruh lapang paru

i. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak terlihat


: terdapat pulsasi (denyutan aorta teraba)
: bunyi redup pada intercosta ke 2-5 (batas-batas

jantung normal)
Auskultasi
: s1 dan s2 regular lup dup
j. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

: tidak terdapat lesi, bentuk simetris, perut


cembung.
: peristaltic usus 10 x/m
: Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran pada hati,

ginjal dan limfa


Perkusi
: tympani
k. Genetalia

33

Inspeksi
l. Ekstremitas
4
5

: pasien tidak terpasang kateter

5
5
Keterangan:
Terpasang infus disebelah kiri (RL500 cc 20 TPM)
6. Pemeriksaan laboratorium
23 juli 2016
Parameter
Leokosit
Eritrosit
HB

Hasil
6,88 10^3/uL
2,85 10^6/uL
7,8 g/dl

Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW-CV
RDW-SD
PDW
MPV
D-LCR

24,4 %
85,6 fl
26,7 pg
31,1 g/dl
288 10^3/uL
15,0 %
45,5 fl
11,0 fl
9,8 fl
23,6 %

Normal
4,5-11
M & F: 4,6-6,0
M : 14-18
F : 12-16
M & F :36-54
82-92
27,0-31,0
32,0-37,0
150-440
11,5-14,5
35-47
9,0-13,0
7,2-11,1
15,0-25,0

7. Penatalaksanaan Medis
25-07-2016
26-07-2016
27-07-2016
RL 500 ccc 20 tpm
RL 500 ccc 20 tpm
RL 500 ccc 20 tpm
Injeksi omeprazol 2x1 Injeksi omeprazol 2x1 Injeksi omeprazol 2x1
amp
amp
amp
Injeksi ondacentron 3x Injeksi ondacentron 3x Injeksi ondacentron 3x
40 mg
Injeksi kalnex 3x 5mg
Vit K 1x1 tab

40 mg
Injeksi kalnex 3x 5mg
Vit K 1x1 tab

40 mg
Injeksi kalnex 3x 5mg
Vit K 1x1 tab

B. ANALISA DATA
N

DATA

ETIOLOGI

O
34

MASALAH

Ds :
-Pasien

mengatakan

badannya

terasa

lemah.
-pasien

mengatakan

pusing
-pasien

mengatakan

sedikit sesak,
Do :

Perubahan status

Ketidakefektifan

kesehatan

Perubahan aktivitas

perfusi jaringan

Hb

Penurunan
konsentrasi Hb

Perubahan perfusi
jaringan

-Hb 7,8 g/dl


TD
N
RR
T
2

:100/70 mmhg
: 76 x/ menit
: 25 x/menit
: 36,70 C

-pasien tampak pucat


Ds :
-Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
-pasien
mengatakan
selalu kenyang
-kadang merasa mual
jika

makan

dan

muntah
Do :
-pasien tampak lemah
-berat badan menurun
3

dari 65 menjadi 60 kg
Ds :
-pasien
mengatakan
selama dirumah sakit
sering kesulitan untuk
tidur
-pasien

mengatakan

selalu terjaga dimalam


hari

karna

suasana

Penurunan kesehatan

Ketidakseimban

tubuh

Mual muntah

Hilang nafsu makan

Ketidakseimbangan

gan
kurang

nutrisi
dari

kebutuhan tubuh

nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Perubahan status
kesehatan

Suasana berbeda dan


berisik

Tidak bisa tidur

Gangguan pola tidur

35

Gangguan
tidur

pola

yang

berbeda

dan

berisik. -Pasien tidur


hanya 3-4 jam pada
malam hari
Do :
-Mata pasien tampak
cekung
-pasien

tampak

menguap
TD :100/70 mmhg
N
: 76 x/ menit
RR
: 25 x/menit
T
: 36,70 C
C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
N

Diagnosa keperawatan

Tanggal
Timbul

o
1

Ketidakefektifan perfusi 25-07jaringan b.d penurunan 2016


konsentrasi
darah

Hb

yang

dengan :
Ds :
-Pasien

dan

ditandai

mengatakan

badannya terasa lemah.


-pasien

mengatakan

pusing
-pasien

mengatakan

sedikit sesak
Do :
-Hb 7,8 g/dl
TD
N
RR

:100/70 mmhg
: 76 x/ menit
: 25 x/menit

36

Masalah
Teratasi

Paraf

T
: 36,70 C
-pasien tampak pucat
Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

kebutuhan

26-07dari 2016

tubuh

intake

yang

adekuat

b.d
tidak

anoreksia

ditandai dengan :
Ds :
-Pasien
mengatakan
tidak nafsu makan
-pasien
mengatakan
selalu kenyang
-kadang merasa

mual

jika makan dan muntah


Do :
-pasien tampak lemah
-berat badan menurun
dari 65 menjadi 60 kg
3

Gangguan pola tidur b.d 27-07faktor lingkungan dan 2016


perubahan

status

kesehatan

ditandai

dengan :
Ds :
-pasien
selama

mengatakan
dirumah

sakit

sering kesulitan untuk


tidur
-pasien

mengatakan

selalu terjaga dimalam


hari karna suasana yang
berbeda dan berisik.
- Pasien tidur hanya 3-4
jam pada malam hari

37

Do :
-mata

pasien

tampak

cekung
-pasien tampak menguap
TD :100/70 mmhg
N
: 76 x/ menit
RR
: 25 x/menit
T
: 36,70 C
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
N

DIAGNOSA

NOC

KEPERAWATA

N
Ketidakefektifan

NIC

Setelah

1. guidance
-Kaji

perfusi jaringan dilakukan


perifer
penurunan
konsentrasi

kesehatan

b.d intervensi

jam posisi

ditandai

diharapkan

dengan :
Ds :
-Pasien

masalah

mengatakan
badannya terasa
-pasien
mengatakan
pusing
-pasien
mengatakan
sedikit sesak,
Do :
-Hb 7,8 g/dl

dapat

semi

fowler
3. Teaching
-Ajarkan
relaksasi

dengan

Untuk

mengetahui
umum pasien
2.
Untuk

teknik

teratasi

1.

kesehatan

pasien
keperawata
2. support
hb n
selam -Berikan

dan darah yang 3x24

lemah.

RASIONAL

dan

memperlanca
r sirkulasi
3.
Pasien
lebih

rileks

dan tenang
4.
Pasien

hasil:
-nafas

lebih tenang
batuk efektif
5.
Untuk
4.
Dev.
mengembalik
Evironment
-ciptakan
an Hb dalam

sirkulasi

lingkungan

kriteria

rentang

baik
yang kondusif normal
-ttv dalam
dan tenang
rentang
5.
normal TD: Collaboration
-Kolaborasi
120/90mm
dengan dokter
hg, N: 60-

38

TD

:100/70 100

x/m, dalam

mmhg
RR: 16-20 pemberian
N
: 76 x/
x/m,
T: terapi medis.
menit
36,5-37,5
RR
:
25
x/m
x/menit
-Hb dalam
T
: 36,70 C
rentang
-pasien tampak
normal 14pucat
16 g/dl
Ketidakseimban Setelah
1. Guidance
-Kaji
pola
gan
nutrisi dilakukan
makan pasien
kurang
dari intervensi
2. Support
kebutuhan tubuh keperawata -Hidangkan
b.d intake yang n

selam makanan yang

tidak adekuat / 3x24


anoreksia
ditandai
dengan :
Ds :
-Pasien
mengatakan
tidak

nafsu

makan
-pasien
mengatakan
selalu kenyang
-kadang merasa
mual jika makan
dan muntah
Do :
-pasien tampak
lemah
-berat

badan

menurun dari 65

jam disukai pasien


3. Teaching
diharapkan
-Anjurkan
masalah
kepada
dapat
keluarganya
teratasi
agar
tetap
dengan
menjaga
kriteria
kesegaran
hasil:
makanan dan
-Nafsu
kebersihan
makan
makan
dan
pasien
menyimpanny
kembali
a dengan baik
normal
4.
Dev.
-Makanan
Evironment
diberikan
Jaga
habis
kebersihan
-BB
makanan
kembali
bebas
dari
normal
39

1.

Untuk

memonitorin
g pola makan
pasien
2.
Untuk
menambah
intake
nutrient
pasien
3.
Untuk
menjaga
kesegaran
dan
kebersihan
makanan
agar

tidsk

terkontamina
si bakteri
4.
untuk
menjaga
nafsu makan
pasien
5.
Untuk
mempercepat

menjadi 60 kg

kotoran
5.

proses
pengembalia

Collaboration
-Kolaborasi
dengan
gizi
3.

Gangguan

pola Setelah

tidur b.d faktor dilakukan


lingkungan dan intervensi
perubahan status keperawata
kesehatan

ditandai

3x24

dengan :
Ds :
-pasien

diharapkan

selama dirumah
sakit

sering

kesulitan

untuk

mengatakan
selalu

terjaga

dalam

pemberian diit
1. Guidance
1.
-Kaji
pola
mengetahui
tidur
perubahan
2. Support
-kaji
faktor pola
tidur
pasien

jam masalah susah 2.mengetahui

dapat
teratasi
dengan
kriteria
hasil:
-Pasien

tidur
-pasien

ahli

selam penyebab

masalah

mengatakan

tidur
penyebab
3. Teaching
masalah
-Bantu pasien
3. membantu
untuk
pasien untuk
mempertahank
tertidur
an
aktivitas
4.
sebelum tidur
4.
Dev. memberingan

Evironment
dapat tidur -Ciptakan
dengan

lingkungan

nyenyak
dimalam
hari
-Pasien
karna
suasana
tidur dalam
yang
berbeda
rentang
dan berisik.
normal 6-8
- Pasien tidur
jam sehari
hanya 3-4 jam
-pasien
pada malam hari
merasa

yang nyaman

Do :
-mata

segar

terapi

ketika

tepat

pasien

n bb pasien

40

dan kondusif
5.
Collaboration
-Kolaborasi

ketenangan
dan

rasa

nyaman bagi
pasien
5.
memberikan
terapi

dengan dokter tepat

yang
sesuai

dalam

dengan

pemberian

indikasi.

yang

tampak cekung
bangun
-pasien tampak
tidur.
menguap
TD
:100/70
mmhg
N
: 76 x/
menit
RR
:

25

x/menit
T
: 36,70 C
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N

Hari/

O
Dx

tanggal
Hari

pertama
Senin
25-072016

Implementasi

Evaluasi

1. Mengkaji tingkat S:
kesehatan pasien.
R/:

pasien

Paraf

pasien

mengatakan

masih masih

merasa

mengalami kesulitan kesulitan


bernafas,
sediakan

px
o2

sesak muncul
2.

di bernafas,
jika 25 x/m
Badan

Memberikan

posisi semi fowler


R/:

posisi

pasien

semi fowler
3.

terasa

lemah
O:

tampak

retraksi dada
-Pasien

selalu

terbaring

mengajarkan

pasien teknik nafas


dalam

di

tempat tidur
A:

masalah

belum teratasi

R/:

pasien

melakukan

teknik

nafas dalam
4.

RR:

Menciptakan

lingkungan

yang

41

P:

intervensi

dilanjutkan

tenang

dengan

membatai
pengunjung
R/: pasien tampak
lebih rileks
5.

memberikan

tranfusi darah
R/: pasien ditranfusi
D

Hari

pertama
Senin
25-07-

II

2016

darah 1 kolf
1. Mengkaji

pola S: pasien masih

makan pasien
R/:pasien

tidak

makan , merasa

mengatakan
nafsu

tidak

makan

merasa

nafsu

dan

cepat

kenyang

dan mual saat

cepat

makan
kenyang, terkadang O:
makanan
mual ketika makan
pasien
sering
2.
Mengajarkan
tidah
habis,
kepada
keluarga
makanan sering
untuk menyediakan
bersisa
makanan
yang A:
masalah
disukainya

seperti belum teratasi


P:
intervensi

buah buahan
R/:
keluarga dilanjutkan
menyediakan buahbuahan untuk pasien
3.
mengajarkan
kepada

keluarga

untuk

menjaga

kesegaran

dan

kebersihan makanan
R/:
keluarga
menyimpan

42

makanan
baik
4.

dengan
menjaga

kebersihan
lingkungan
dianjurkan

untuk

keluarga pasien
R/:
keluarga
menjaga kebersihan
lingkungan
5. memberikan diit
makanan dan obat
penghilang

rasa

mual
R/: pasien diberikan
makanan
serat,

tinggi
seperti

sayur,buah

dan

daging
Pasien diberi injeksi
iv
D

Hari

pertama
Senin
25-07-

III

2016

ondansentron

4mg
1. Mengkaji

pola S:

tidur pasien
R/:

pasien

mengatakan

tidur

pasien

mengatakan

hanya 3-4 jam pada

masih kesulitan
tertidur karena
lingkungan

malam hari
yang berisik
2. Mengkaji faktor
O: mata pasien
penyebab sulit tidur
tampak
R/:
pasien
berkantong
mengatakan susah
-Pasien sering
tidur karena ruangan
menguap
terlalu berisik, dan A:
masalah

43

kondisi

keshatan belum teratasi


P:
intervensi

pasien
3. Membantu pasien dilanjutkan
untuk
mempertahankan
aktivitas

sebelum

tidur
R/: pasien diberikan
susu hangat sebelum
tidur
4.

Menciptakan

lingkungan

yang

tenang
R/: pasien merasa
tenang namun masih
belum bisa tertidur
D

Hari

X I kedua
Selasa
26-072016

pulas
1. Mengkaji tingkat S:

pasien

kesehatan pasien.

mengatakan

R/: pasien masih

masih

merasa

mengalami kesulitan kesulitan


bernafas,RR: 24 x/m bernafas,
px di sediakan o2
jika sesak muncul
2.

Memberikan

posisi semi fowler


R/:

posisi

pasien

semi fowler
3.

24 x/m
Badan
lemah
O:

pasien teknik nafas


dalam

terasa
tampak

retraksi dada
-Pasien tampak
lebih

mengajarkan

RR:

segar,

sudah

bisa

beraktivitas
banyak

R/:

pasien

melakukan

teknik
44

A:

masalah

nafas dalam
4.

teratasi

Menciptakan sebagian

lingkungan

yang P:

tenang

intervensi

dengan dilanjutkan

membatai
pengunjung
R/: pasien ditemani
oleh is
5.

memberikan

tranfusi darah
R/: pasien ditranfusi
D

Hari

kedua
Selasa
26-07-

II

2016

darah 1 kolf
1. Mengkaji

pola S:

makan pasien
R/:pasien
mengatakan
ada

namun
tidak

mengatakan
sudah ada nafsu
sudah

nafsu

makan
makanan

habis

pasien

dan

merasa masih cepat

makan

namun

makanan tidak
habis
merasa

dan
masih

cepat kenyang,

kenyang, terkadang

terkadang mual
mual ketika makan
ketika makan
2.
Mengajarkan
O:
makanan
kepada
keluarga
pasien
masih
untuk menyediakan
sering
tidak
makanan
yang
habis, makanan
disukainya seperti
sering bersisa
buah buahan
A:
masalah
R/:
keluarga
belum teratasi
menyediakan buah- P:
intervensi
buahan untuk pasien dilanjutkan
3.
mengajarkan
kepada

keluarga
45

untuk

menjaga

kesegaran

dan

kebersihan makanan
R/:
keluarga
menyimpan
makanan

dengan

baik
4.

menjaga

kebersihan
lingkungan
dianjurkan

untuk

keluarga pasien
R/:
keluarga
menjaga kebersihan
lingkungan
5. memberikan diit
makanan dan obat
penghilang

mual

dan muntah
R/: pasien diberikan
makanan

tinggi

serat,

seperti

sayur,buah
daging.
diberi
D

Hari

kedua
Selasa
26-07-

III

2016

dan
Pasien

injeksi

iv

ondansentron 4mg
1. Mengkaji pola S:
tidur pasien
R/:

pasien

mengatakan
pasien

mengatakan tidur 45 jam pada malam

tidur 4-5 jam


pada

malam

hari
namun
hari
terkadang
2. Mengkaji faktor
terjaga jika ada
penyebab sulit tidur
46

R/:

pasien suara berisik


O: mata pasien
mengatakan sudah
tampak
mulai tidur nyenyak
berkantog
namun
terkadang
-Pasien sering
terjaga ketika ada
menguap
suara berisik
A:
masalah
3. Membantu pasien
teratasi
untuk
sebagian
mempertahankan
P:
intervensi
aktivitas

sebelum dilanjutkan

tidur
R/: pasien diberikan
susu hangat sebelum
tidur
4.

Menciptakan

lingkungan

yang

tenang
R/: pasien merasa
tenang namun masih
belum bisa tertidur
D

Hari

X I ketiga
Rabu
27-072016

pulas
1. Mengkaji tingkat S:

pasien

kesehatan pasien.

mengatakan

R/: sudah bernafas

sudah bernafas

normal, RR: 20 x/m

normal, RR: 20

2.

Memberikan x/m
O:
posisi semi fowler
-Pasien tampak
R/: pasien sudah
lebih
segar,
bisa duduk dan
sudah
bisa
berjalan
secara
beraktivitas
mandiri
banyak
4.
Menciptakan
A:
masalah
lingkungan
yang
47

tenang

dengan teratasi

membatai

P:

intervensi

pengunjung

diberhentikan

R/: pasien ditemani


oleh istrinya
5.

memberikan

tranfusi darah
R/: pasien ditranfusi
darah

Hari

ketiga
Rabu
27-07-

II

2016

kolf,

tranfusi

di

berhentikan,

hb

pasien 12 g/dl
1. Mengkaji

pola S:

makan pasien
R/:pasien
mengatakan
ada

mengatakan
sudah ada nafsu
sudah

nafsu

makan

makanan

makan,
makanan selalu

selalu

habis
habis, Pasien tidak Pasien
mual

lagi

tidak

saat mual lagi saat

makan
2.

pasien

makan
O:
makanan
Mengajarkan

kepada
untuk

disukainya

masih

sering habis,
tetap A:
masalah

menyediakan
makanan

pasien

keluarga

yang
seperti

buah buahan
R/:
keluarga
menyediakan buahbuahan untuk pasien
4.
menjaga

48

teratasi
P:
intervensi
diberhentikan

kebersihan
lingkungan
dianjurkan

untuk

keluarga pasien
R/:
keluarga
menjaga kebersihan
lingkungan
5. memberikan diit
makanan
R/: pasien diberikan
makanan
serat,

Hari

ketiga
Rabu
27-07-

III

2016

tinggi
seperti

sayur,buah

dan

daging
1. Mengkaji

pola S:

tidur pasien
R/:

pasien

mengatakan

tidur

pasien

mengatakan

sudah 6-8 jam pada

tidur 6-8 jam


pada

malam

hari dan tidak

malam hari
terjaga
lagi
2. Mengkaji faktor
pada
malam
penyebab sulit tidur
R/:
pasien hari
O:
pasien
mengatakan sudah
tampak
lebih
tidur tidak terjaga
segar
lagi pada malam
hari
4.

A:

masalah

Menciptakan

lingkungan

teratasi
yang P:
intervensi

tenang
diberhentikan
R/: pasien merasa
tenang namun masih
belum bisa tertidur
pulas

49

50

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan

kadar

hematokrit

dibawah

normal.

Anemia

bukan

merupakan

penyakit,melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan)


fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia bukan merupakan
satu kesatuan, tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari (smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth; 935).
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia,
mekanisme

kempensasi,

tingkat

aktifitasnya,

keadaan

penyakit

yang

mendasarinya dan beratnya anemia.


Diagnosa keperawatan penyakit anemia yang ditemukan diantaranya adalah :
a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
c) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
d) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Intervensi dari diagnosa keperawatan diatas diantaranya adalah :
a) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
b) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
c) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
d) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga
supaya menggunakan masker saat berkunjung.
e) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.

51

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal


yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
a) Menunjukkan perfusi adekuat.
b) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal dan mengembalikan pola normal dari fungsi usus.
c) Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.Infeksi tidak terjadi.
Jika tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan evaluasi maka
tindakan tersebut berhasil dan apabila terjadi sebaliknya maka tindakan serta
asuhan keperawatan akan dilakukan perubahan maupun perbaikan.

B. Saran
Diperlukannya penanganan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik,
biologis dan sosial ekonomi). Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan
komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia. Jika keluarga mendukung
terhadap intake nutrisi yang adekuat untuk menghindarkan klien mengalami
anemia kembali. Perawat sebagai konselor diharapkan bisa memberikan konseling
kepada klien maupun keluarga klien agar selalu menjaga keseimbangan nutrisi
dan gaya hidup yang baik.

52

DAFTAR PUSTAKA
Corwin j,Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi edisi revisi 3.jakarta :EGC
Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC
Chang

,ester

dkk.2012.Patofisiologi

aplikasi

pada

praktek

keperawatan.Jakarta:EGC
Kowalak dkk.2013.Buku Ajar Patofisiologi.jakarta :EGC
Ekawati,Asih.2014.Anemia.4

September

2015.http://www.academia.edu/9871777/anemia
Putri.M.Y.,Andra

Saferi

wijaya.2013.Keperawatan

Medikal

Bedah.Yogjakarta:Nuha Medika
Sugeng.Anemia mikrositik hipokromik.4 september 2015.
http://www.referensisehat.com/2014/12/anemia-mikrositikhipokromik.html
Najib,Muhammad.2015.Asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia.6
september
http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan-anemia-43534264

53

Anda mungkin juga menyukai