Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AUTISME

DI SUSUN OLEH

1. HELGA NOPICA SAPUTRI 2021205201035


2. WINDA ARINI 2021205201025

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat tuhan YME. Karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
sederhana ini. Makalah dengan judul “Autisme” ini kami buat sebagai salah satu
tugas dari mata kuliah kesehatan reproduksi lanjut itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui bahwa “tak ada gading yang tak retak” seperti itu
pula adanya dengan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman
serta pembaca sangat kami butuhkan untuk makalah kami selanjutnya.

Pringsewu, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Dafta Isi...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi.......................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................4
C. Tanda Dan Gejala........................................................................................5
D. Patofisiologi................................................................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................7
F. Penatalaksanaan..........................................................................................7
G. Pengkajian Keperawatan.............................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16

Daftar pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita laki-
laki 4 kali lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit.
(Maulana,Mirza.2018.Anak Autis.).Dengan kata lain anak laki-laki lebih
rentan menyandang sindrom autism di bandingkan anak perempuan.Bahkan di
prediksikan oleh parah ahli bahwa kuantitas anak autisme di tahun 2011
meningkat mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh
dunia.Survei menunjukan bahwa anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu
kalangan ekonomi keatas.Ketika di kandung dengan asupan gizi ibunya tidak
seimbang.(kompas,2 maret 2015).Gejala-gejala autis mulai tampak sejak masa
yang paling awal dalam kehidupan mereka.Hal ini tampak ketika menolak
sentuhan orang tuanya,tidak merespon kehadiran orang tuanya,dan melakukan
kebiasan-kebiasan yang lain yang tidak di lakukan oleh bayi-bayi normal pada
umumnya.(Maulan,Mirza.2018.Anak Autis.).Sebagian besar penderita autism
mengalami gejala-gejala negative skizoprenia,seperti menarik diri dari
lingkungan,serta lemah dala berpikir ketika menginjak dewasa.Sebagian besar
penderita autis yakni,sekitar 75% termasuk dalam kategori keterlambatan
mental,tapi sejumlah 10% malah di dapat di golongkan sebagai orang
jenius,salah contohnya seperti yang di tayangakan pada acara KICK ANDY di
Metrotv beberapa bulan lalu.Sejak autis mulai di jabarkan dan di kenal
mendunia,berbagai jenis penyembuhan telah di lakukan.Beberapa
implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,tapi juga beruaa
fisik,mental,emosional,hingga fisiologis.Tetapi penyembuhan di lakukan atau
di terapkan dengan berbagai varian teknik belajar dan bermain yang dapat
dilakukan secara verbal dan non verbal.Dari beberapa jenis terapi yang di
implementasikan secara meluas ada yang melibatkan peran serta orang tua dan
juga yang tidak.Adapula yang bias dilakukan sendiri oleh orang tua dirumah
tapi ada juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah para ahli atau

1
terapis.Inti dari sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir
berbagai symptom yang diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang di sandang
anak.Yang terpenting dari terapi yang diberikan kepada anak autism
hendaknyatetap melibatkan peran srta orang tuan secara aktif.Tujuannya agar
orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai anak autism
mereka dalam setiap fase terapi.(Purwati,H,Nyimas.(2019).

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan autisme

C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mengetahui tentang autisme

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism
seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak
tahun 1943 oleh Leo Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-
abad lampau (Handojo,2013).Kartono (2010) berpendapat bahwa autism
adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau berhubungan lagi
dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi
sendiri.Supratiknya (2014) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki
cirri-ciri penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau
bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di
beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian terhadap
lingungan sekitarnya,tidak mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau
mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka
dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi
senang melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan –
gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit
menangkap.
Kartono (2011) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia
berdasarka penglihatandan harapan sendiri serta menolak realitas ,oleh karena
itu menurut Faisal Yatim (2013) penyandang autism akan berbuat semuanya
sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku.
Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang
berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan
berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2012).menurut
Rutter (2012) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk

3
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam
pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan
konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain
(Sacharin,R,M.2016:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social
timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.2019:120).
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai
seseorang (anak) sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat
membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang tidak normal.

B. ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui
dan hanya terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian
mengenai autisme semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme
mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan
neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan
lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak
faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak,
antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma,
keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan
maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein
tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2015).

Menurut Dewo (2016) gangguan perkembangan pervasive autisme


dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain:

1. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas


pertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak
2. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin
imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu
hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.sehingga

4
para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme terkandung
timah hitam dan mercury dalam kadar yang relative tinggi.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya
jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor
ekonomi.
4. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan
tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri
penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh
tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting
dalam tubuh dan menghancurkannya.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan
membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus
diwaspadai:
1. Usia o-6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
2. Usia 6-12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Usia 1-2 tahun:

5
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
4. Usia 2-3 tahun:
a. Tidak bias bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
5. Usia 3-5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitasyang seharus berubah
d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk
mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik
(dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak
berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada
trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara
genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor
dan proses belajar anak.

6
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan
akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan
pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak
digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
4. MRI(Magnetic resonance imaging)
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau
penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis
mempunyai kadar serotonin dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan
serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling
berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis.Terapi
psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis
tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur.
Risperidone bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan

7
seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku
yang menyakiti diri sendiri.

2. PENATALKSANAAN KEPERAWATAN:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya
sringkali tidak memahami mereka.mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering
mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

8
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive


menurut Isaac, A (2015) dan Townsend, M.C (2018) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri
sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang
lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri
dengan orang lain
Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau
gerakkan-gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan
ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan,
ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk
menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal
seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

9
Menurut Townsend, M.C (2018) diagnosa keperawatan yang dapat
dirumuskan pada pasien/anak dengan gangguan perkembangan pervasive
autisme antara lain:

1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:


a. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya
terhadap rasa tidak percaya
b. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
c. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons
terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu,
fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberkulosa sclerosis, anoksia
selama kelahiran dan sindroma fragilis
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
f. ejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons
terhadap ansietas yang meningkat.
g. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang
histeris terhadap perubahan-perubahan pada lingkungan

2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:


a. Gangguan konsep diri
b. Tidak adanya orang terdekat
c. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak
percaya
d. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons
terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu
fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia
selama kelahiran sindrom fragilis
e. Deprivasi ibu
f. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

10
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan:
a. Ketidakmampuan untuk mempercayai
b. Penarikan diri dari diri
c. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap
kondisi-kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria
tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia selama kelahiran
sindrom fragilis X)
d. Deprivasi ibu
e. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

4. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan:


a. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
b. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak
percaya
c. Deprivasi ihu
d. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai

C. PERENCANAAN DAN RASIONALISASI


Menurut Townsend, M.C (2018) perencanaan dan rasionalisasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan gangguan
perkembangan pervasife autisme antara lain:

1. Resiko terhadap mutilasi diri


Tujuan: Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai
respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
a. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak
memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri

11
b. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa
cemas
Intervensi :
a. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan
yang kondusif untuk mencegah perilaku merusak diri
Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan
anak)
b. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai
respon terhadap kecemasan
Rasional : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara
/alternative pemecahan yang tepat
c. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak
memukul-mukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik –
narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah luka
pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris
Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital dari cidera
d. Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat
Rasional : Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien
e. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu
mening-katnya kecemasan agar tidak terjadi mutilasi
Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada
perilaku-perilaku mutilasi diri dan memberikan rasa aman

2. Kerusakan interaksi sosial


Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang
pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah
dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil:

12
Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain, pasien
menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-
perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain, pasien
tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain.
Intervensi
a. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan keper-
cayaan
Rasional : Interaksi staf dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan.
b. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan,
selimut) untuk memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu
agar anak tidak mengalami distress
Rasional : Benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-
waktu aman bila anak merasa distres
c. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika
anak berusaha untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hubungan
saling percaya
Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hubungan saling percaya
d. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-
interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada kontak mata,
perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman ,
dan pelukan
Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
e. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha
keras untuk membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya
Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk hubungan saling
percaya dapat memberikan rasa aman

13
3. Kerusakan komunikasi verbal
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi
perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam
waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh
orang lain
b. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
c. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang
lain
Intervensi :
a. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-
tindakan dan komunikasi anak
Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk
memahami tindakan-tindakan dan komunikasi pasien
b. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan
pola komunikasi terbentuk
Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi
kecemasan anak sehingga anak akan dapat mulai menjalin
komunikasi dengan orang lain dengan asertif
c. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk
menguraikan kode pola komunikasi ( misalnya :" Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan bahwa…..?" )
Rasional: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi
dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-pengertian yang
tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tidak "berbicara atas
nama pasien tanpa seinzinnya"
d. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan
ekspresi-ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan
contoh

14
Rasional: Kontak mata mengekspresikan minat yang murni terhadap
dan hormat kepada seseorang

4. Gangguan Indentitas Pribadi


Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan
bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang
ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain
saat pulang dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya
dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
b. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari
lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi kata-
kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang
dilihatnya)

Intervensi:
a. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak
Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan data
kepercayaan
b. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama
kegiatan-kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makan
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan
anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
c. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian
tubuhnya
Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan
anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
d. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan
sentuhan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien
dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai kepercayaan
anak telah terbentuk

15
Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai suatu
ancaman oleh pasien
e. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari
batas-batas tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta
gambar-gambar dari anak
Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan
gambaran diri pada anak secara tepat

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism
seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak
tahun 1943 oleh Leo Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-
abad lampau (Handojo,2013).Kartono (2010) berpendapat bahwa autism
adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau berhubungan lagi
dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi
sendiri.Supratiknya (2014) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki
cirri-ciri penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau
bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di
beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian terhadap
lingungan sekitarnya,tidak mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau
mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka
dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi
senang melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan –
gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit
menangkap.

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat mengerti tentang apa itu autism, bagaimana cara
menerapkan perawatan pada anak autisme.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dzulkifli. 2019. Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Mappiare, Andi. 2012. Psikologi Remaja. Usaha Nasional: Surabaya

18

Anda mungkin juga menyukai