DISUSUN OLEH :
INDRIANI GOBEL
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas kuliah yang diberikan oleh dosen mata kuliah
keperawatan anak
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun teknik
penulisannya. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati demi kesempurnaan makalah ini.
Akhrinya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
memahami definisi autisme dan asuhan keperawatan anak dengan autisme.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita laki-laki 4 kali
lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit.(Maulana,Mirza.2008.AnakAutis.).Dengan
kata lain anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autism di bandingkan anak
perempuan.Bahkan di prediksikan oleh parah ahli bahwa kuantitas anak autisme di tahun 2011
meningkat mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh dunia.Survei menunjukan
bahwa anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi keatas.Ketika di kandung dengan
asupan gizi ibunya tidak seimbang.(kompas,2 maret 2005).Gejala-gejala autis mulai tampak
sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka.Hal ini tampak ketika menolak sentuhan
orang tuanya,tidak merespon kehadiran orang tuanya,dan melakukan kebiasan-kebiasan yang
lain yang tidak di lakukan oleh bayi-bayi besar normal pada autis umumnya.(Maulan,Mirza.2008.
Anak mengalami gejala-gejala negativeAutis.).Sebagian penderita skizoprenia,seperti menarik
diri dari lingkungan,serta lemah dala berpikir ketika menginjak dewasa.Sebagian besar penderita
autis yakni,sekitar 75% termasuk dalam kategori keterlambatan mental,tapi sejumlah 10%
malah di dapat di golongkan sebagai orang jenius,salah contohnya seperti yang di tayangakan
pada acara KICK ANDY di Metrotv beberapa bulan lalu.
Sejak autis mulai di jabarkan dan di kenal mendunia,berbagai jenis penyembuhan telah
di lakukan.Beberapa implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,tapi juga berupa
fisik,mental,emosional,hingga fisiologis.Tetapi penyembuhan di lakukan atau di terapkan
dengan berbagai varian teknik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal dan non
verbal.Dari beberapa jenis terapi yang di implementasikan secara meluas ada yang melibatkan
peran serta orang tua dan juga yang tidak.Adapula yang bias dilakukan sendiri oleh orang tua
dirumah tapi ada juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah para ahli atau terapis.Inti dari
sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai symptom yang
diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
tingkatan sindrom yang di sandang anak.Yang terpenting dari terapi yang diberikan kepada anak
autism hendaknyatetap melibatkan peran srta orang tuan secara aktif.Tujuannya agar orang tua
merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai anak autism mereka dalam setiap fase
terapi.(Purwati,H,Nyimas.(2009).
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Autisme”.Merupakan tugas kelompok dari mata kuliah “Keperawatan Anak” .
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakanakan
hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo
Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau(Handojo,2003).Kartono
(2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau
berhubungan lagi dengan Dunia luar keasyikan ekstrimdengan pikiran dan fantasi sendiri.
Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki cirri-ciri penderita
senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi,misalnya dengan tidak merespon
diri (tersenyum dan sebagainya) bila di beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh
perhatian terhadap lingungan sekitarnya,tidak mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau
mengatakan ya atau tidak atupun ucapanucapan yang tidak jelas.Tidak suka dengan stimuli
pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi senang melakukan stimuli
diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan –gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi
kan obyek,namun sulit menangkap.
Kartono (1989) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan harapan
sendiri serta menolak realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003) penyandang autism
akan berbuat semuanya sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku. Autisme adalah gangguan
yang parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun
pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme
menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970) adalah
gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan
konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif
pada komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social timbale balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak) sejak
lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang tidak normal.
B. ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya terbatas
pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme semakin maju dan
menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks.
Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan
seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang menyebabkan
pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai
susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam
kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein
tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat disebabkan
karena beberapa hal antara lain:
1. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel-sel saraf
dan sel otak
2. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada
makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam
berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme
terkandung timah hitam dan mercury dalam kadar yang relative tinggi.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak
tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak
terpenuhi karena factor ekonomi
4. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya
sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun
adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal
terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang
terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat
sejak bayi dan harus diwaspadai: 1. Usia o-6 bulan: a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang
menangis) b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik c. Tidak ditemukan senyum social diatas
10 minggu d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan e. Perkembangan motorik kasar/halus
sering tampak normal 2. Usia 6-12 bulan: a. Bayi tampak terlalu tenang b. Terlalu sensitive c.
Sulit di gendong d. Tidak ditemukan senyum sosial e. Menggigit tangan dan badan orang lain
secara berlebihan 3. Usia 1-2 tahun: a. Kaku bila di gendong b. Tidak mau bermain permainan
sederhana (ciluk ba,da...da) c. Tidak mengeluarkan kata d. Tidak tertarik pada boneka e.
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus 4. Usia 2-3 tahun: a.
Tidak bias bicara b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya) c.
Hiperaktif d. Kontak mata kurang 5. Usia 3-5 tahun: a. Sering didapatkan ekolalia (membeo) b.
Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar) c. Marah bila rutinitasyang seharus
berubah d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)
D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus
listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada
lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin
terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel
saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester
ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps
yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir,terjadi proses
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan
sinaps.proses ini di pengaruhi secara genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai
brai growth factor dan proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin
cerdas,pembentukan akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite
dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya
akson,dendrite dan sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak
adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neutrologis
2. Test neupsikologis
3. Test pendengaran
5. EEG(elektro encepalogram)
6. Pemeriksaan darah
7. Pemeriksaan urine.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin
5Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-
50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan
serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling berhubungan.Akan tetapi,tidak
demikian pada penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias digunakan
sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi
agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara
yang lebih baik.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005)
dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan
orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain
Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkangerakkan
mimik orang lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Townsend, M.C (1998) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada
pasien/anak dengan gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain:
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:
a. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya terhadap rasa
tidak percaya
b. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
c. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-
kondisi fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis,
tuberkulosa sclerosis, anoksia selama kelahiran dan sindroma fragilis
d. Deprivasi ibu
e. Deprivasi ibu
c. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu
seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia
selama kelahiran sindrom fragilis X)
d. Deprivasi ibu
b. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya
c. Deprivasi ihu
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagianbagian tubuh dari
pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah
dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
a. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari
tubuh orang lain
Intervensi:
1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak Rasional : Interaksi pasien staf meningkatkan
pembentukan data kepercayaan
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatankegiatan perawatan
diri, seperti berpakaian dan makan Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan
kewaspadaan anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya Rasional : Kegiatan-
kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah
dari orang lain
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk
menjelaskan perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans
entuhan sampai kepercayaan anak telah terbentuk Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat
diintepretasikan sebagai suatu ancaman oleh pasien
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan
menggunakan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak
Rasional: Dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak
secara tepat
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Sikap orangtua pada anak autis dapat diketahui bahwa sebagian besar orangtua memiliki
sikap yang negatif (50%), yang positif 44%, dan netral (6%).
2) Tingkat kemandirian anak autis dapat diketahui sebagian besar memiliki tingkat kemandirian
yang mandiri (56%).
3) Ada hubungan antara sikap orangtua dengan tingkat kemandirian anak autis. Hasil analisis uji
statistik dengan menggunakan Rank Spearman yang diperoleh hasil koefisien korelasi r = 0,759
dengan tingkat signifikan 0,000 (p < α 0,05). Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan yang
positif dan signifikan yang kuat antara sikap orangtua dengan tingkat kemandirian anak autis. Ini
berarti bahwa orangtua yang mengasuh anak dengan sikap yang baik akan menstimulasi
pembentukan perilaku mandiri anak dengan baik.
B. SARAN
Bagi:
1. Pelayanan Keperawatan Dalam perannya sebagai health educator diharapkan dapat
memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan berupa informasi tentang pentingnya
pemberian sikap yang positif agar anak dapat mencapai kemandirian yang optimal
2. Dapat membantu orangtua untuk selalu memberikan sikap yang positif pada anak dalam
melatih kemandirian anak autis seperti membimbing dan mendampingi anak selama
melakukan aktivitasnya dirumah.
3. Bagi SDK Autis Dapat mengembangkan dan meningkatkan metode belajar yang dapat
meningkatkan kemandirian anak autis seperti kegiatan melatih cara berkomunikasi misalnya
menggunakan kartu-kartu bergambar, keterampilan buang air besar (BAK) dan buang air
kecil (BAK) secara mandiri maupun kegiatan lainnya. Selain itu juga, perlu adanya kerja sama
bagi orangtua misalnya memberikan informasi untuk melatih anak agar bisa mandiri,
sehingga anak tidak tergantung terhadap orangtua terus-menerus.
4. Bagi Peneliti selanjutnya Dapat meneruskan penelitian ini tentang kemandirian anak autis
dengan menggunakan metode observasi sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan
sesuai dengan kondisi anak autis yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA