DisusunOleh :
NAMA :
Prodi : D3 Keperawatan
SEMESTER : 4 (EMPAT)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan bimbingan-Nya berupa kesehatan.Sehingga pada kesempatanyang ini
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan keperawatan anak dengan
autisme. Makalah ini merupakan tugas kelompok, untuk belajar dan mempelajari
tentang asuhan keperawatan anak dengan autisme. Penyusunan makalah ini
bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
asuhankeperawatan anak dengan autisme.
Dalam penyusunan makalah ini masih belum terlihat sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi
pembaca, kami sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya.Terimakasih
atas perhatiannya dan semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
2
DAFTAR ISI
COVER ..1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI ...3
BAB I .................................................................................................................5
2.Rumusan Masalah...........................................................................................6
BABII..................................................................................................................7
PEMBAHASAN
1.DEFINISI.........................................................................................................7
2.ANATOMI FISIOLOGI … ...8
3.Etiologi.............................................................................................................10
4.MANIFESTASI KLINIS.....................................................................................11
5.PATOFISIOLOGI.............................................................................................13
6.KOMPLIKASI .15
7.Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................15
8.Penatalaksanaan.............................................................................................16
1.Pengkajian.......................................................................................................18
2.Diagnosa Keperawatatan.................................................................................20
3.Intervensi Keperawatan ...20
4.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ....23
3
5. EVALUASI KEPERAWATAN
.24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan,
maupun secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap
orang tidak mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus
kaji lebih dalam tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak
informasi mengenai siapa anak Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya
bantuan baik itu pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak
tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri.
Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak
Autisme tersebut. Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan
pria lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan
yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit
sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau
memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik. Juga
ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme,
maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pada anak autism?
3. bagaimana etiologi pada anak Autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
5. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
6. apa saja komplikasi pada anak autism?
5
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan
Khusus Autisme?
6
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
(AUTISME)
1. DEFINISI
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan,perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin,
R, M, 1996: 305).Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan
kehilangan kontak denganrealitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 :305). Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada
komunikasi verbal dan nonverbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
yang terjadi sebelum usia 30bulan.(Behrman, 1999: 120). Menurut Isaac, A (2005)
autisme merupakan gangguanperkembangan pervasive dengan masalah awal tiga
area perkembangan utama yaituperilaku, interaksi sosial dan komunikasi. Gangguan
ini dicirikan dengan gangguan yangnyata dalam interaksi sosial dan komunikasi,
serta aktivitas dan minat yang terbatas.Autisme adalah kelainan yang mempunyai
dampak besar terhadap kehidupan penderita,keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Kadang keadaan ini membuat kebingungan dansangat menyakitkan hati orang tua
penderita. Definisi Autisme adalah kelainanneuropsikiatrik yang menyebabkan
kurangnya kemampuan berinteraksi sosial dankomunikasi, minat yang terbatas,
perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik,dimana kelainan ini muncul
sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja, J, 2007). Suatugangguan
perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis ditandai oleh adanya3
gejala utama berupa : kualitas yang kurang dalam kemampuan interaksi sosial
danemosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan
minatyang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa
tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalamansensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun.Autisme adalah gangguan
perkembangan serius yang mengganggu kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi.
7
2. anatomi fisiologi
Berdasarkan fungsinya, otak manusia terbagi atas 3 bagian, yaitu batang otak,
system limbic (limbic system) dan cerebrum (cerebral cortex).
a. Batang Otak
Batang otak, terletak di bagian paling atas dari struktur tulang belakang, adalah
bagian otak yang telah terbentuk sempurna saat bayi dilahirkan. Batang otak
mengatur semua gerakan reflex bayi seperti menangis bila lapar, mengenyot jarinya
untuk menstimulasi sensor, dan mengatur fungsi dasar hidup manusia seperti
bernafas, tekanan darah, denyut jantung, pencernaan dan tidur. Batang otak bekerja
sama dengan amygdale (bagian dari system limbic yang mengatur soal emosi)
bertugas mengatur perasaan/emosi. Pada batang otak anak autis, para ahli
menemukan bahwa batang otak anak autis lebih pendek daripada anak normal.
Struktur jarak antara pons dan medulla dengan lower medulla juga lebih pendek
(seolah-olah ada bagian yang hilang). Juga ditemukan tidak adanya superior olive
dan facial nucleus yang lebih kecil. Hilangnya neuron di superior olive
mengakibatkan anak autis kesulitan dalam mencerna pendengaran yang berakibat
pada kesulitan berkomunikasi. Hilangnya neuron di facial nucleus mengakibatkan
anak autis kehilangan kemampuan mengekspresikan emosinya lewat ekspresi
8
wajah (facial nucleus mengatur otot-otot di wajah). Kerusakan di facial nucleus yang
parah mengakibatkan expresi wajah berubah. Mata dan mulut tertarik ke bawah,
ekspresi wajah seperti kosong.
b. Cerebellum
Pada otak bagian cerebellum, ditemukan adanya degenerasi sel Purkinje, adanya
glial dan kerusakan axon. Dulu hal ini diperkirakan karena otak cerebellum anak
autis belum matang. Tapi sekarang kita tahu bahwa hal ini diakibatkan adanya
inflamasi sel dan dilanjutkan pada fase penuaan sel (neuro degeneration) akibat dari
masuknya mercury ke cerebellum. Akibat kerusakan ini, otak anak autis kesulitan
dalam memproses informasi (membutuhkan waktu lama). Kerusakan ini juga
mengakibatkan anak autis tidak halus/lancar dalam bergerak (ataxia). Contohnya :
pergerakan tubuh dan tangan anak autis kalau sedang berjalan jadi mirip seperti
pergerakan tubuh dan tangan anak yang baru belajar jalan/gait. Anak juga
mengalami kesulitan dalam koordinasi tangan dan mata, kesulitan dalam
menggerakkan motorik halus.
c. Sistem Limbic
Begitu masuk ke otak, logam berat langsung menyebar. Tapi daerah konsentrasinya
tentu saja di Limbic System, yaitu daerah pusat komando otak manusia. Ini sangat
masuk akal mengingat limbic system berada di pusat peredaran darah di otak,
9
sebelum aliran darah dipecah dan disebar keseluruh otak. Akibatnya limbic system
pun runtuh. Sementara limbic system lah yang membuat kita menjadi manusia, yang
membedakan kita dengan binatang. Dalam limbic system terdapat fungsi-fungsi
penting otak, seperti Amygdala (berfungsi untuk mengatur emosi, kelakuan, siapa
kita dan bagaimana kita bereaksi terhadap ransangan), hippocampus (berfungsi
untuk menyimpan memori), hypothalamus (berfungsi untuk mengatur enzim yang
berperan dalam metabolism tubuh).
Limbic system padat berisi neuron. Limbic system lah yang menghubungkan otak
kanan dan otak kiri. Dengan runtuhnya Limbic system, otomatis otak bagian kiri dan
otak bagian kanan tidak bisa saling berkomunikasi. Sementara untuk menjalankan
fungsinya (cognitive, bicara, berpikir, mengambil keputusan) otak membutuhkan
komunikasi dari satu bagian ke bagian lain.
3. ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan
hanyaterbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai
autismesemakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab
neurobiologistyang sangat kompleks. Gangguasn neurobiologist ini dapat
disebabkan oleh interaksifaktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif
selama masa perkembangan otak.Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh
negatif selama masa perkembangan otak,antara lain; penyakit infeksi yang
mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunanlogam berat dan zat kimia lain
baik selama masa dalam kandungan maupun setelahdilahirkan, gangguan
imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan diusus (Suriviana,
2005).Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat
disebabkankarena beberapa hal antara lain:
4. MANIFESTASI KLINISl
1. Interaksi sosial.
a) Gangguan kualitatif interaksi sosial, muncul paling sedikit 2 dari gejala berikut :
1. Gangguan yang jelas dalam perilaku non verbal (perilaku yangdilakukan tanpa
bicara) misalnya kontak mata, ekspresi wajah, posisitubuh dan mimik untuk
mengatur interaksi sosial.
b). Gangguan kualitatif komunikasi, paling sedikit satu dari gejala berikut :
3. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang tidak dapat
dimengerti.
4. Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermainmenirukan
secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
c). Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak
berubah(stereotipik), yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut :
1. Minat yang terbatas, stereotipik dan meneetap dan abnormal dalamintensitas dan
fokus.
2. Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kakudan tidak
fleksibel.
3.Gerakan motorik yang stereotipik dan berulang, misalnya flapping tangandan jari,
gerakan tubuh yang kompleks.
5. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkanimpuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).
Akson dibungkus selaputbernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel
12
saraf berhubungan satu samalain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia
kandungan tiga sampai tujuh bulan. Padatrimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson,dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai
anak berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan
pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnyastruktur akson, dendrit, dan
sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melaluisejumlah zat kimia yang
dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.Makin banyak sinaps
terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dansinaps sangat
tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakandalam
belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan
bagianotak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson,
dendrit, dansinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak
adekuat dapatmenyebabkan terjadinya gangguan pada proses proses tersebut.
Sehingga akanmenyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada
pemeriksaan darah bayi-bayiyang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada
penderita autis dipicu olehberlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-
derived neurotrophic factor,neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-
related gene peptide) yangmerupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk
mengatur penambahan selsaraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf. Braingrowth factors ini penting bagi pertumbuhan
otak.Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan
pertumbuhanabnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi
growth withoutguidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak
beraturan.
6. komplikasi
Beberapa anak autis tumbuh dengan menjalani kehiduypan normal atau
mendekati normal. Anak anak dengan kemunduran kemampuan bahasa di awal
kehidupan, biasanya sebelum usia 3 tahun,mempunyai resiko epilepsi atau aktivitas
kejang otak. Selama masa remaja, beberapa anak dengan autisme dapat menjadi
depresi atau mengalami masalah perilaku.Beberapa komplikasi y ang dapat muncul
pada penderita autis antara lain (masalah sensorik pasien dengan autis dapat
14
sangat sensitive terhadap input sensorik. Sensasi biasa dapatmenimbulkan
ketidaknyamanan emosi. Kadang)kadang, pasien autis tidak beresponterhadap
beberapa sensai yang ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri.Kejang-Kejang
merupakan komponen yang sangat umum dari autisme. Kejang sering dimulai pada
anak)anak autis muda atau remaja.masalah kesehatan mental menurut national
Autistic Society, orang dengan AS+ rentan terhadap depresi,kecemasan, perilaku
impulsi, dan perubahan suasana hati.-uberous sclerosis gangguan langka ini
menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ, termasuk otak./ubungan antara sclerosis
tuberous dan autisme tidak jelas. namun, tingkat autisme jauhlebih tinggi di antara
anak)anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yangtanpa kondisi
tersebut.
7. pemeriksaan diagnostic
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara
behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka
beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan
untuk mendiagnosa autisme: - Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala
peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun
1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga
15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan
tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi
verbal
-The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme
pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,
dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
-The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40
skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi
kemampuan komunikasi dan sosial mereka
-The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak
usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3
bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
15
8. PENATALAKSANAAN
a. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur. Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem
dopamin dan serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi
baru, yaitu antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor
serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai
antagonis reseptor dopamin D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas,
hiperaktivitas, dan tingkah laku menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena
mampu menghambat secara luas pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi
hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi, gangguan reaksi afektual (alam perasaan),
gangguan respons sensori, gangguan penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri
sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari, penyandang
autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai disiplin
ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara
lain terapi edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi
perilaku untuk mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi
wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi lewat
semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk mengurangi
hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya. Untuk
memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk kondisi dan
gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan diet dengan
menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian
16
suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang
berada di dinding usus. Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis
bisa menjalani hidup sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang
dewasa yang mandiri dan berprestasi
b. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a). Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
c). Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Temantemannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak
heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.
17
Asuhan Keperawatan Teoritis
Konsep Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas: Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan:
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan) Sering terpapar zat
toksik, seperti timbale, Cidera otak.
Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang
menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan
atau keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
- Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
18
- Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik:
- Terdapat ekolalia.
-Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
- Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
e. Psikososial
-Permainan stereotip
19
2. diagnosa keperawatan
3.intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : promosi komunikasi:
komunikasi keperawatan selama
x..jam, deficit bicara
verbal di harapkan pasien dapat 1. monitoring kecepatan,
berhubungan berkomunikasi, dengan criteria tekanan, kualitas, volume,
dengan hasil: dan diksi bicara
gangguan SLKI: komunikasi verbal 2. identifikasi perilaku
neuromuskuler emosional dan fisik sebagai
1. dengan baik tanpa bentuk komuniasi
hambatan 3. gunakan metode
2. dengan normal komunikasi alternative (mis:
3. menyesuaikan ekspresi menulis, mata berkedip,
wajah dan tubuh papan komunikasi dengan
gambar dan huruf, isyarat
tangan dan computer).
4. berikan dukungan
psikologis
5. anjurkan berbicara
berlahan
6. rujuk ke ahli patologi
atau therapy.
20
intraksi sosial keperawatan selama
x..jam, keterampilan sosial
berhubungan di harapkan intraksi sosial 1. id entifikasi focus
dengan pasien membaik, dengan
hambatan criteria hasil:
perkembangan pelatihan keterampilan sosial
SLKI : intraksi sosial 2. motivasi untuk berlatih
keterampilan sosial
1. diharapkan perasaan 3. libatkan keluarga selama
pasien nyaman dengan latihan keterampilan sosial
situasi sosial 4. edukasi keluarga untuk
2. diharapkan prasaan dukungan keterampilan sosial
pasien mudah menerima 5. latihan keterampilan sosial
atau mengkomunikasi secara bertahap
perasaan
3. pasien mampu respon
pada orang lain
Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI: manajemen halusinasi
persepsi dan keperawatan selama
x..jam, 1. monitor perilaku yang
sensori di harapkan pasien mampu mengidentifikasi halusinasi
berhungan melihat dan mendengar dengan 2. monitor dan sesuaikan
dengan normal,, dengan criteria hasil: tingkat aktivitas dan
gangguan SLKI : persepsi sensori stimulasi lingkungan
penglihatan dan 3. pertahankan lingkungan
pendengaran 1. mendengarkan bisikan yang aman
2. bayangan 4. anjurkan melalukan intraksi
3. sesuatu melalui indra (mis. mendengarkan music,
peraba melakukan aktivitas dan
4. sesuatu memalui indra teknik relaksasi)
penciuman 5. kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas.
4.implementasi keperawatan
22
5.evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak, untuk mengatasi
suatu masalah yang dihadapi klien.
23
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara
klinis ditandai oleh gejala gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam
kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar,
disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula
adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia
3 tahun. Sampai saat ini penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal
yang dapat memicu adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai
faktor yang berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya
perubahan perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap
dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan
cenderung suka mengamati hal hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi
bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik. Terapi perilaku sangat dibutuhkan
untuk melatih anak bisa hidup dengan normal seperti anak pada umumnya, dan
melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
24
DAFTAR PUSTAKA
Sutadi Rudi dkk, 1998. Tatalaksana Perilaku (Metode Lovas) dan COMPIC Pada
Penyandang Autisme. Jakarta : Yayasan Autisme Indonesia
Christie, Phil, dkk. 2011. Langkah Awal Berinteraksi dengan Anak Autis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Maulana, Mirza. 2010. Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju
Anak Cerdas dan Sehat. Jogyakarta: Kata Hati.
25