Anda di halaman 1dari 13

HOMECARE

Dosen Pembimbing :
Mariyani, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok:


Jalvina Hastia
Lita Ratnasari
Lusiana Widyastuti
Rentika Silvia Sari
Sri Wahyuni

Program Studi Diploma III Kebidanan


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang mengira bahwa rumah merupakan tempat yang paling aman untuk
melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan dari luar (Sofyani dalam Tjipta, Ali,
Mardina, 2009). Kecelakaan yang terjadi lingkungan rumah tangga, ternyata paling tinggi
kejadiannya dibandingkan dengan kecelakaan di tempat lain bahkan di jalan raya. Angka
kejadian kecelakaan di rumah tangga di Inggris yaitu 46,2%. Di United Kingdom terdapat
sekitar 30 kematian pertahun. Sekitar 12.000 anak-anak dibawa ke RS setiap tahunnya
karena menelan racun Kecelakaan di rumah tangga ini terutama dialami oleh anak-anak
usia dini. Di Indonesia, kasus-kasus cidera dan kematian anak akibat kecelakaan anak di
rumah jarang dilaporkan apalagi sampai dibawa kemeja hijau. Anak usia dini (0 – 6 tahun)
merupakan anak-anak yang sangat unik dan memiliki karakteristik yang beragam sehingga
diperlukan berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan untuk memahaminya.
Karakteristik anak yang beragam ini terkadang membuatorang tuakesulitan
dalammenerapkan polapengasuhan dan pengawasan pada anak, terutama pada keluarga
yang memiliki anak lebih dari satu.
Beberapa karakteristik anak usia dini yang perlu dipahami oleh orang tua antara lain:
1) Anak memiliki keunikan yang sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya,
2) Anak memiliki kemampuan untuk belajar secara bertahap,
3) Anak bukanlah miniatur orang dewasa yang harus dibentuk dan diatur sesuai dengan
keinginan orang dewasa yang ada di sekitarnya,
4) Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat progresif
(Puspita,2010).
Keunikan karakteristik anak ini memungkinkan perilaku anak yang beragam.Perilaku
anak yang beragam ini dapat memungkinkan timbulnya kecelakaan di rumah tangga
apabila anak-anak dibiarkan tanpa pengawasan yang baik, ataupun karena lingkungan di
rumah kurang aman atau kurang nyaman. Menurut Jazan (1992) bahwa sebab cidera
terbanyak adalah jatuh, sedangkan jenis cidera terbanyak adalah luka. Cidera paling banyak
terjadi di halaman rumah dan lebih banyak terjadi pada siang hari. Kejadian kecelakaan
pada anak yang terjadi di Dusun Cepet Purwobinangun Pakem SlemanYogyakarta pada
tahun 2010 terdapat kematian karena tenggelam dikolam yang terdapat lingkungan rumah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua anak dan masyarakat sekitar kematian
terjadi karena kurangnya pemantauan oleh orang tua/orang terdekat dan kurangnya
pengetahuan tentang cara pertolongan pertama pada korban tenggelam. Oleh karena itu,
orang tua atau orang terdekat anak perlu memahami berbagai jenis kecelakaan yang
mungkin terjadi dan pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada anak yang
mengalami kecelakaan. Dengan demikian, tidak menimbulkan kondisi yang fatal bagi
anak,karena kecelakaan yang kecil pun bisa berakibat fatal.

B. TUJUANKEGIATAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pelatihan kepada ibu-ibu rumah
b. Tujuan Khusus
1. Orang tua mampu mengidentifikasi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelaka anak dirumah
2. Orang tua mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan anak di rumah

C. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat adanya kegiatan ini adalah:
1. BagiAnak Menurunkan kejadian kecelakaan pada anak dirumah
2. Bagi Orangtua (Ibu)
Meningkatkan kemampuan orangtua (ibu) untuk memberikan lingkungan yang aman
bagi anak serta mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dirumah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KECELAKAAN
Kecelakaan adalah kejadian atau peristiwa yang membuat orang celaka (Kamus besar
bahasa Indonesia, 2002).
Faktor-Faktor penyebab kecelakaan antara lain:
a. Internal
1). Usia dan tingkat perkembangan anak
Seiring dengan pertumbuhan anak akan banyak keahlian baru yang
dimilikinya. Kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling,
merangkak dan lain-lain sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Jazan (1992) umur anak merupakan salah satu faktor risiko yang
berpengaruh pada kejadian kecelakaan rumah tangga pada anak balita.
2). Jenis kelamin
Kematian lebih banyak terjadi pada awal-awal kehidupan dan lebih banyak
pada anak laki-laki di semua umur , yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan
pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak usia sekolah (Meadow & Newel, 2005).
Anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan disebabkan
karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil risiko. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian menurut Jazan (1992).
3). Keadaan psikologis anak
Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi
kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaaan stress
(Espeland, 2005).
b. Eksternal
1). Lingkungan
Lingkungan merupakan factor penyebab kecelakaan tersering. Cidera pada anak
di mana saja dan kapan saja. Sampai umur 4 tahun anak belum mampu mendeteksi
adanya bahaya.
2). Keadaan psikologis orang yang mengasuh
Riset telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang
sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi, atau ketika mereka sedang capek. Keadaan
stress yang terjadi pada keluarga, seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain
sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan berisiko tinggi (Espeland, 2005). Hal ini
sesuai dengan penelitian Jazan () bahwa pengasuh anak merupakan faktor risiko yang
berpengaruh pada kejadian cidera karena kecelakaan rumah tangga pada balita.
3). Keadaan sosial
Risiko kecelakaan dapat pula dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga
besar dengan perumahan buruk, yang sebagian besar waktunya dihabiskan di jalan,
dan hanya diawasi oleh anak yang lebih besar, berada dalam bahaya besar (Meadow
& Newel, 2005).

B. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN ANAK DI RUMAH


Pada dasarnya, beberapa hal yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan pada
anak antara lain :
(1) berikan oksigen atau udara bersih;
(2) kalau ada pendarahan, tekan bagian yang luka dan sekitarnya dengan benda bersih,
bersihkan dengan alkohol atau antiseptik dan balutlah;
(3) kalau terkena benda panas, siramkan bagian tersebut dan sekitarnya dengan air dingin
dan jangan mengoles luka/lepuh - bakar dengan minyak atau pasta gigi.

Selanjutnya, berikut ini disajikan pertolongan pertama pada anak-anak apabila terjadi
kecelakaan sebagai berikut:
a. Tertelan benda asing
Adalah hal yang sangat mungkin pada bayi atau anak-anak tertelan benda asing
yang kecil-kecil, mulai dari koin, rokok, silica gel, tanaman hias, kapur barus, ataupun
benda-benda kecil yang ada di sekitar kita. Untuk itulah maka disarankan agar benda-
benda kecil dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Akan tetapi, apabila hal ini tanpa
sengaja terjadi, orang dewasa di sekitar anak harus bisa segera mengambil
tindakan yang penting. Ketika tiba-tiba tertelan sesuatu, maka yang pertama kali
harus diketahui adalah jenis benda yang sudah tertelan, waktu tertelan, jumlah
yang sudah tertelan dan memastikan apakah wajah anak pucat serta marah-marah
(berteriak). Karena cara memberikan pertolongan pertama di dalam hal ini berbeda-
beda menurut benda asing yang tertelan, periksalah selalu sampai ke dalam mulut.
Jepitlah kedua belah pipi anak dengan jari dan bukalah mulutnya. Periksalah dengan
tenang “Apakah benda asing itu, dan ada di mana?”. Dalam hal benda asing yang
tertelan itu masih tersisa di dalam mulut, keluarkanlah perlahan-lahan dengan
memasukan jari anda. Karena ada kemungkinan benda yang tersisa terdorong sampai
ke mulut bagian dalam, maka sangatlah berbahaya apabila anda berusaha dengan paksa
mengorek-ngorek benda asing yang ada di mulut bagian dalam. Apabila baik untuk
dimuntahkan, bukalah mulut anak lebar- lebar, tekanlah lidah yang terdapat
dibagian paling dalam, dan setelah itu berusahalah membantu anak untuk
memuntahkan benda tersebut. Ketika hal itu menimbulkan gejala shock dan kejang-
kejang, maka segeralah bawa anak ke rumah sakit tanpa menyuruhnya memuntahkan
benda yang tertelan itu.
Apabila benda asing tersebut menyumbat tenggorokan maka bukalah mulut anak
dengan menggunakan jari tengah anda dan telungkupkanlah, di antara tulang belikat,
lalu dengan menggunakan telapak tangan tepuk-tepuklah dengan keras sebanyak 5
kali, usahakanlah agar tepukan mendorong ke arah atas. Dalam hal berat badan anak
terasa berat, dan apabila ketika ditelungkupkan pada lengan anda merasa sakit, tidak
ada salahnya apabila ditelungkupkan di atas paha. Ketika anak berwajah pucat dan ada
kemungkinan kerongkongan terluka, maka segera bawa ke rumah sakit. Apabila anda
mengalami kesulitan di dalam memberikan pertolongan pertama, segeralah bawa
anak ke rumah sakit.

b. Timbul memar pada anak-anak


Memar pada anak-anak seringkali terjadi, dan ini biasanya timbul karena
trauma/benturan benda keras, misalnya jatuh ke lantai atau terbentur
meja/tembok. Tanda yang terlihat adanya benjolan pada bagian yang terantuk,
kadang disertai wama kebiruan (dapat muncul sehari setelah kejadian). Benjol dan
kebiruan disebabkan oleh pembuluh darah pada bagian yang terkena benturan
pecah dan darah masuk ke dalam jaringan sekitarnya.
Cara mengatasinya jika tidak ada luka langsung dikompres dingin pada
bagian yang terbentur. Hal ini untuk mencegah bertambah banyak darah yang
merembes ke jaringan. Pengompresan juga akan mengurangi odema
(pembengkakan). Pada hari berikutnya dilihat kondisi pembengkakan, berkurang atau
tidak. Pada periode ini penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan pembengkakan. Cara yang digunakan adalah dengan
memberikan kompres panas selama 3-5 menit, untuk melebarkan pembutuh
darah setempat, setelah itu dikompres dingin selama 1-2 menit. Hal ini dilakukan 4 -
5 kali sehari sampai bengkak menghilang. Hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan kompres panas yakni suhu panas jangan sampai menimbulkan luka
bakar. Kompres panas dapat menggunakan air panas dalam kantong atau dengan obat
pemanas kulit (salep/krim/balsam). Penggunaan obat yang ditempatkan pada
kulit perlu diperhatikan efeknya. Memar dapat terjadi di semua bagian tubuh.
Untuk memar yang terjadi di sekitar mata, misalnya terkena tinju, cara
penatalaksanaan sama yakni dalam 24 jam pertama diberikan kompres dingin,
selanjutnya kompres panas dingin berganti-ganti. Hal yang perlu diperhatikan
adalah penyebab dan kondisi memar mata yang dapat menimbulkan penyulit,
misalnya tulang dasar kepala retak atau tulang sekitar bola mata retak/patah.
Untuk memastikan biasanya diawali dengan melihat ukuran trauma, ada tidaknya
gangguan penglihatan. Jika diduga terjadi keadaan semacam ini maka harus
segera dirujuk ke rumah sakit.

c. Kepala Terbentur
Jika kepala Anda atau anak-anak tidak sengaja terbentur dinding, segera
kompres area yang terbentur dengan es. Tunggu dan lihat apakah ada reaksi
seperti sakit kepala, pandangan mengabur, kehilangan memori, dan menjadi
sensitif terhadap cahaya dan suara.
Jika ya, berarti ada cedera serius dalam kepala. Apabila ada muntah
bahkan terlalu pusing untuk berjalan jarak dekat segera periksakan ke dokter.

d. Timbul laserasi atau luka parut


Anak-anak wajar terjadi luka parut. Luka parut biasanya disebabkan karena
benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh pada saat
berlari. Permukaan kulit yang rusak mengakibatkan terjadi perdarahan. Banyaknya
perdarahan tergantung dari lokasi luka, dalam dan luas luka. Luka parut di kepala
(misalnya terantuk) umumnya minimbulkan perdarahan lebih banyak dibanding
di tempat lain. Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan
terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan
kasa steril atau saputangan/kain bersih, kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka
dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang
cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing (kerikil, kayu, atau
benda lain) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah
bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-
infeksi.

e. Terpotong atau teriris


Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,
bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada
pembuluh darah arteri yang putus terpotong.
Pencegahan:
1) Simpanlah pisau pada tempat yang aman, sebaiknya setelah dicuci segera
dikeringkan dan langsung dimasukkan ke dalam lemari penyimpan yang
terkunci. Jangan diletakkan begitu saja di rak piring atau tempat sendok-
garpu yang terbuka dan mudah terjangkau oleh anak-anak.
2) Beritahukanlah pada anak-anak tentang bahaya bermain-main dengan benda
tajam tanpa menakut-nakutinya.
3) Pisau silet yang sudah tidak terpakai sebaiknya dibungkus sebelum dibuang ke
tempat sampah.

Pertolongan Pertama jika teriris benda tajam:


1) Cara menangani pertama, perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan
dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa
steril atau kain yang bersih.
2) Jika luka iris dangkal dan pendek, maka dapat diatasi dengan
menggunakan plester yang sudah mengandung obat (misal Handyplast, dll).
Namun sebelumnya, bersihkan dulu dengan air dan obat antiseptik.
3) Jika luka dalam dan panjang yang membutuhkan jahitan, maka bersihkan
dengan cairan antiseptik kemudian tutup dengan kasa steril atau
sofratulle dan segera kirim ke petugas kesehatan.

f. Stop Kontak dan Steker


Stop Kontak dan Steker Pencegahan:
a. Stop kontak dalam rumah terkadang dipasang rendah sehingga mengundang
keingintahuan anak-anak untuk memegang atau mencukil-cukilnya. Untuk
menghindari bahaya, sebaiknya stop kontak yang tidak terpakai lagi ditutup
dengan steker kosong. Atau pergunakanlah stop kontak yang mempunyai tutup
berpegas.
b. Satu stop kontak jangan dipakai untuk bermacam-macam alat listrik
sekaligus, karena akan mempercepat pemanasan kabel sehingga merusak selubung
isolasinya.
c. Ketika hendak melepas steker sebaiknya dalam kondisi tangan tidak basah
dan jangan menarik kabelnya, tapi peganglah stekernya. Memberikan contoh
yang baik pada anak akan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Pertolongan pertama pada kesetrum:


a. Penolong harus melindungi dirinya juga, misalnya dengan memakai alas
kaki (sandal) karet.
b. Segera lepaskan penderita dari kabel atau sumber arus yang
mengenainya.
c. Matikan sumber arus dan usahakan agar kabel terlepas dari korban.
d. Setelah itu berikan nafas buatan atau pijat jantung (jika penolong mampu
melakukannya)
e. Bila sudah sadar kembali, bawa ke tempat pelayanan kesehatan untuk
menghindari timbulnya perdarahan atau akibat lain di jantung yang
biasanya timbul kemudian.

g. Tercekik
Apabila timbul kejadian ini, segera lepaskan benda yang mencekik leher anak.
Jika leher terikat, lepaskan dengan gunting, tapi tetap sanggah tubuhnya
sementara Anda melepaskan ikatan. Jangan menunggu terlalu lama melepaskan
ikatan, karena kecelakaan tercekik sangat cepat dapat menghambat jalan napas

h. Terkilir atau lepas sendi


Keadaan ini sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Cara
mengatasi terkilir, pertama dilakukan kompres dingin untuk mengurangi
pembengkakan sendi, kemudian dilakukan pembalutan ketat dua lapis untuk
mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Istirahatkan sampai bengkaknya
hilang. Apabila kondisi nyeri tidak berkurang, segera bawa anak ke pelayanan
kesehatan terdekat.

i. Mimisan atau pendarahan hidung


Kejadian ini sering terjadi pada anak-anak, baik karena memang pembuluh
darah anak rentan (mudah pecah), dikorek-korek atau karena hal lain misalnya anak
sedang demam. Cara mengatasi yang paling mudah dengan mendudukkan anak agak
menunduk, cuping hidung kanan kiri dipencet bersamaan, dan bernapas melalui
mulut. Tunggu sampai 10 menit. Bila darah masih keluar, segera rujuk ke rumah sakit.
Penggunaan cara tradisional dengan daun sirih, dapat membantu menghentikan
perdarahan.

j. Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan seseorang kehilangan kesadarannya. Hal ini
sering terjadi karena kondisi fisik ataupun mental tidak baik. Cara mengatasi
keadaan ini, sebelum melakukan tindakan perhatikan pernapasannya. Bila masih
bernapas segera baringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari dada dan kaki,
pakaian yang kencang dilonggarkan. Badan dihangatkan. Pingsan karena kejiwaan
agak sulit ditangani sebab biasanya disertai kejang (misalnya dalam keadaan
histeris). Bila tidak bernapas, raba nadinya, bila tidak teraba, lakukan resusitasi
jantung paru. Bila tidak dapat diatasi, segera rujuk ke rumah sakit

k. Benda asing dalam tubuh


Benda asing adalah benda yang tidak biasa di dalam tubuh, seperti duri menusuk
dan tertinggal dalam kulit, biji-bijian yang dimasukkan ke dalam hidung telinga,
telinga kemasukan serangga, dan saluran napas tersumbat makanan. Kejadian yang
sering dijumpai adalah anak-anak yang memasukkan benda asing ke lubang
hidung.
Cara mengatasinya, bila benda asing tidak terlalu besar, diusahakan untuk
bersin. Caranya dengan mencium bubuk merica. Jika dengan cara tersebut tidak
berhasil segera dirujuk ke rumah sakit. Jangan mengkorek atau menyemprot dengan
air karena hal ini dapat memperparah keadaan atau benda asing semakin dalam. Jika
ditemukan benda asing di telinga, misalnya serangga harus dikeluarkan dengan
meneteskan minyak mineral (gliserin/parafin cair) atau obat tetes telinga,
kemudian miringkan dan amati benda asing tersebut keluar atau tidak. Bila tidak
keluar, jangan melakukan tindakan apapun sebab dapat merusak saluran atau selaput
kendang telinga. Benda asing di mata, prinsip jangan menggosok-gosok kelopak
mata. Bila ada darah segera rujuk ke rumah sakit. Bila debu yang halus, dapat
dilakukan dengan membalik kelopak mata, dengan ujung kapas atau saputangan
yang dibasahi ambil debu yang ada di mata. Dapat juga dilakukan dengan gelas
pencuci mata, atau dengan mengaliri air bersih. Bila benda asing menancap pada
selaput lendir bola mata, segera rujuk ke rumah sakit.
Benda asing di kulit, misalnya duri, bila ujung duri masih teraba cabut dengan
alat penjepit yang telah dibersihkan/disucihamakan. Bila halus, duri
bambu/kaktus/ulat bulu, dapat dengan cara menempelkan plester pada kulit yang
tercancap duri halus, kemudian plester dicabut dengan cepat. Lakukan berulang-
ulang sampai duri/bulu halus tercabut semua. Bila benda asing masuk ke dalam
tenggorokan, sehingga menyumbat saluran nafas, perlu dilakukan tindakan yang
cepat dan segera. Pada bayi dilakukan dengan cara mengangkat kedua kaki dan tepuk
punggungnya. Pada anak-anak, dengan cara tengkurapkan pada lutut, atau kursi
yang dibalik tepuk punggungnya. Duri ikan yang tercancap ditenggorokan dapat
diatasi dengan menelan bakpao, atau nasi/ketan yang dikepal kemudian ditelan. Bila
tidak berhasil rujuk ke rumah sakit.

l. Gigitan hewan, sengatan serangga dan racun dari tumbuh-tumbuhan


Kejadian gigitan/sengatan dari hewan maupun tumbuhan dapat terjadi pada
rumah tangga. Mulai dari hewan kecil, seperti tungau, pinjal, lebah, nyamuk, kaki
seribu, kelabang, sampai ular, anjing. Akibat yang nyata terlihat adanya perlukaan
pada kulit dan adanya tanda peradangan (merah bengkak, sakit/nyeri). Pada kondisi
yang lebih buruk dapat terjadi kekakuan atau kelumpuhan bagian yang terluka.
Khusus pada gigitan ular yang beracun ada dua lubang bekas masuknya taring ular
berbisa.
Cara mengatasi gigitan hewan (anjing, kucing, kera) korban ditenangkan luka
dicuci dengan air bersih dan sabun, beri antiseptik balut, dan rujuk ke rumah sakit.
Bila terjadi perdarahan hentikan dengan cara seperti luka potong atau luka sayat. Jika
luka karena sengatan serangga, segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan
menggunakan minyak pelumas, atau terpentin atau minyak cat kuku. Setelah
terlepas (kepala dan tubuh serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi
calamine atau krim antihistamin. Bila tersengat lebah, ambil sengatnya dengan
jarum halus, bersihkan dan oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang
tersengat. Bila menunjukkan adanya tanda-tanda membahayakan, seperti kepala
berputar-putar, mual-muntah, pucat apalagi sampai sesak napas, segera rujuk ke
rumah sakit. Sementara, penanganan gigitan ular beracun dengan melakukan torniquet
antara bekas gigitan dengan jantung, istirahatkan bagian yang tergigit, seperti kita
menangani patah tulang. Rujuk ke rumah sakit. Jangan melakukan sayatan silang dan
menghisap darah dari luka sayatan tersebut, sebab selain membahayakan diri bagi
yang menghisap darah, juga akan menimbulkan luka infeksi pada korban.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil masyarakat yaitu tentang pelatihan pertolongan pertama
pada kecelakaan anak di rumah, sebagian besar anak balita. Dengan demikian, risiko
terjadi kecelakaan anak di rumah akan lebih tinggi.

B. Saran
Berdasarkan kegiatan masyarakat yang telah dilakukan, maka penyusun
memberikan beberapa saran, antara lain :
1. Orang tua
Orang tua/pengasuh perlu melakukan identifikasi bahaya-bahaya yang
berisiko memunculkan kecelakaan pada anak baik di dalam rumah maupun di
lingkungan sekitar rumah. Selain itu, perlu ditingkatkan pemantauan dan
pengawasan pada anak di rumah untuk meminimalkan kecelakaan pada anak
balita.
Referensi

Espeland, N. (2005). Panduan keselamatan Anak. Jakarta: Prestasi Pustakakarya.

Puspita, W.A (2010). Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3 K) untuk anak usia dini di
rumah tangga. Diunduh dari http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/di-rumah.html

IDAI. (2009). Kecelakaan rumah tangga. Diunduh dari


http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1974415142532

Purwoko,S.(2006).Pertolongan PertamadanRJP.EdisiIV. Jakarta:Arcan

Anda mungkin juga menyukai