Anda di halaman 1dari 10

Makalah Tentang Rubella

Annisa Syafira Firliana


Lusiana Widyastuti
D III Kebidanan TK 2

1. Pengertian Rubella
Rubella atau di kenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang
di sebabkan oleh Virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti
hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat di bandingkan orang dewasa.
Rubella virus adalah virus RNA dari keluarga togavirus ukuran c.60 nm, struktur
ikosahendral, memiliki amplop virus, sensitif terhadap eter pathogen kausatif rubella. Transmisi:
mungkin infeksi tetes. Kultur: pada kultur telur (korioallantois), di lakukan pertama kali oleh
Anderson ( Melbourne, 1955). Serologi: immunitas sepanjang hidup bebas dari cacar air dan
gondok. Pada eksperimen dengan binatang, biasa ditransmisikan ke kera.
Rubella adalah penyakit infeksi akut oleh virus yang di tandai dengan demam ringan
dan bintik dan berkas merah pada seluruh badan mirip dengan campak.
Congenital rubella syndrome terjadi pada kehamilan trimester ke tiga yang dapat menyebabkan
cataract, microphtalmia, microcephaly, mental retardation. hepatomegaly, glaucoma, kelainan
pada katup jantung dan tulang. Perlu di lakukan diferesial diagnosis dengan measles dan
erisepalas. Distribusi penyakit dan prevalensi penyakit tersebar di seluruh dunia dan bersifat
endemis.
Penyakit rubella atau seringkali di sebut campak jerman (campak 3 hari) adalah infeksi
virus akut yang menyebabkan gangguan kesehatan ringan pada anak-anak, namun cenderung
lebih berat pada orang dewasa.
Rubella berbeda dengan (campak rubeola), meskipun kedua penyakit ini cenderung memiliki
karakteristik yang sama seperti ruam merah yang khas. Rubella di sebabkan oleh virus yang
berbeda dari campak dan tidak separah campak. Rubella yang mengenai ibu hamil terutama pada
trimester pertama dapat mengakibatkan kompikasi serius pada janin seperti kecacatan lahir
bahkan kematian janin. Rubella pada saat hamil juga menjadi penyebab paling umum dari tuli
kongenital.
Virus rubella memiliki waktu inkubasi 3 sampai dengan 5 hari. 1-7 hari biasanya 1-3 hari
dan ada juga yang memakan waktu 2-3 minggu, atau 14-17 hari kisaran antara 14-21 hari.
2. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala rubella sebagai berikut:
- Pembekakan pada kelenjar getah bening
- Demam di atas 38o C
- Mata terasa nyeri
- Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh
- Kulit kering
- Sakit pada persendian
- Sakit kepala
- Hilang nafsu makan
- Wajah pucat dan lemas
- Terkadang di sertai dengan pilek
Gejala rubella terutama pada anak-anak tanda atau gejala rubella seringkali sangat ringan
sehingga sulit untuk di identifikasikan. Jika memang tanda dan gejala terjadi, umunya baru akan
muncul antara 2 atau 3 minggu setelah terpapar virus. Gejala-gejala umum dari rubella antara
lain:
- Ruam merah (di mulai dari wajah lalu menjalar ke leher dan ekstremitas kaki dan tangan yang
berlangsung sekitar 3 hari)
- Demam ringan 38,9o C atau lebih rendah
- Pembesaran kelenjar getah bening (di dasar tengkorak, bagian belakang leher dan belakang
telinga).
- Mata merah
- Hidung tersumbat atau meler
- Nyeri sendri terutama pada wanita muda
- Sakit kepala
Gejala rubella bisa berbeda-beda pada tiap orang dan gejalanya juga mirip dengan gejala
penyakit atau kondisi kesehatan lain.
Anak yang mengalami rubella pertama kali datang dengan ruam eritematosa,
makulopapular dan pruritik yang di mulai pada wajah dan menyebar ke ekstremitas. Ruam
biasanya berlangsung selama 3 hari, dengan bagian yang pertama kali bersih adalah wajah.
Orang dewasa dapat datang dengan gejala prodromal (demam, malaise, batu, nyeri tenggorokan
dan limfadenopati). Beberapa hari sebelum timbul ruam, limfadenopati berlangsung sekitar 1
minggu dan paling menonjol pada aurikular posterior, suboksipital dan rantai servikal posterior.
Artralgian dan asrtritis yang jarang terjadi pada anak, lebih sering terjadi pada remaja dan orang
dewasa terutama perempuan.

3. Masa Inkubasi
Periode inkubasi rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata inkubasi adalah
16 – 18 hari. Masa inkubasi campak Measles adalah 9 – 11 hari antara hari pertama
tertular penyakitnya dan munculnya gejala pertama yaitu gatal –gatal. Penyakit ini
biasanya biasanya dialami antara 10 – 14 hari dari gatal pertama sampai gatal –gatal
hilang. 90% orang yang belum imunisasi campak dapat terkena penyakit ini dengan
mudahnya, karena tingkat penularannya sangat tinggi. Penyebaran virus ini dalam bentuk
cairan yang bersal dari mulut dan hidung melalui udara.

4. Pencegahan
Imunisasi MMR pda usia 12 bulan dan 4 tahun. Vaksin rubella merupakan bagian
dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Vaksin MMR di berikan pada usia 12-15
bulan, dosis kedua di berikan pada usia 4-6 tahun.
Wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk rubella. Jika tidak memiliki
antibodi, di berikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikkan. Vaksin
sebaiknya tidak di berikan ketika ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami
gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun terapi
penyinaran.
Vaksin campak, gondong dan rubella (MMR) merupakan kombinasi vaksin yang
berfungsi melindungi anak-anak dari serangan tiga virus ini. Vaksin MMR efektif
memberikan kekebalan pada kebanyakkan orang dan orang yang sudah terkena rubella
biasanya akan kebal seumur hidupnya.
Vaksin MMR yang pertama biasanya di berikan pada saat anak berusia 12 bulan, vaksin
ke dua di berikan saat usia 4-6 tahun. Walau sebenarnya vaksin ke dua sudah bisa di
berikan setelah 28 hari sejak pemberian vaksin pertama, meskipun belum berusia 4 tahun.
Perawatan pencegahan terdiri dari regimen vaksin dua dosis (bagian dari vaksin
MMR campak (measles) parotitis Imumps) rubella). Vaksin rubella adalah vaksin yang
hidup dan di lemahkan dan di kontraindikasikan pada kehamilan. Tata laksana infeksi
rubella biasanya terdiri dari perawatan suportif karena rubella biasanya bersifat ringan
dan swasirna. Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) efektif untuk pasien dengan
artralgia.
Profilaksis pascapajana untuk perempuan yang terpajan pada awal kehamilan yang tidak
menginginkan terminasi kehamilan terdiri dari imunoglobulin intramuskular (20Ml).
Konsultasi dengan spesialis penyakit obstetrikatau infeksi (atau keduanya) di anjurkan.
Pemberian imunoglobulin dalam waktu 72 jam setelah pajanan paling efektif dalam
mencegah infeksi. Tidak ada pengobatan yang efektif untuk infeksi selama kehamilan
atau untuk bayi dengan CRS. Isolasi kontak harus di lakukan untuk setiap bayi untuk
kecurigaan CRS.
Usaha-usaha pencegahan:
- Imunisasi aktif
- Pemberian immune globulin (IG) pada wanita hamil setiap trimester kehamilan
Kontrol/terapi:
- Medikamentosa
- Simtomatis
Pencegahan rubella juga dapat di lakukan dengan:
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara penularan dan
pentingnya imunisasi rubella.
2. Berikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus rubella yang di lemahkan
Irubella Virus Vaccine, Live), dosis tunggal ini memberikan respon antibodi yang
signifikan yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang rentan.
3. Vaksin ini di kemas dalam bentuk kering dan sesudah di larutkan harus di simpan
dalam suhu 2-80C (35,60-46,40F) atau pada suhu yang lebih dingin dan di lindungi dari
sinar mata hari agar tetap poten.
4. jika di ketahui adanya infeksi alamia pada awal keahimaln, tindakan aborsi
sebaiknya di pertimbangkan karena riko terjadinya cacat pada janin sangat tinggi.
5. IG yang di berikan sesudah pajanan pada awal masa kehamilan mungkin tidak
melindungi terhadap terjadinya infeksi atau viremia, tetapi mungkin bisa mengurangi
gejala klinis yang timbul.

IMUNISASI
CARA PEMBERIAN VAKSIN MR

Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun tanpa melihat
status imunisasi dan riwayat penyakit campak atau rubella sebelumnya. Berikut adalah
langkah-langkah dalam melakukan penyuntikan vaksin MR:

1. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (autodisable


syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk
menghindari pemakaian berulang jarum sehingga dapat mencegah penularan penyakit
HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.

2. Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan cara memasukkan jarum
ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan
larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.

3. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan
udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai
pada skala 0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.

4. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali pakai atau
kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga kering. Apabila lengan anak
tampak kotor diminta untuk dibersihkan terlebih dahulu. Penyuntikan dilakukan pada
otot deltoid di lengan kiri atas.
5. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45o).
5.
6. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil kapas kering baru lalu
ditekan pada bekas suntikan, jika ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan
hingga darah berhenti.

Jadwal Pemberian Vaksin MR

1. Pada program imunisasi rutin, vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan untuk
imunisasi dasar, 18 bulan pada imunisasi lanjutan, dan anak kelas 1 SD/MI/sederajat
pada BIAS.

2. Vaksin MR dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin lainnya seperti DPT-
HB-Hib, TT, Td, DT, BCG, OPV dan IPV.

Catatan:
1. Jika anak belum mendapatkan imunisasi MR pada usia 9 bulan, maka imunisasi
MR masih dapat diberikan sampai usia 11 bulan

2. Jika anak belum mendapatkan imunisasi lanjutan pada usia 18 bulan, maka
imunisasi MR masih dapat diberikan sampai usia 24 bulan.
Tabel 1 Jadwal Imunisasi Rutin Setelah Introduksi MR

Usia
Anak Jenis Imunisasi
<24 jam Hepatitis HBO

1 bulan BCG, OPV1


2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3

DPT-HB-Hib 3, OPV 4 dan


4 bulan IPV
9 bulan MR
18 bulan MR, DPT-HB-Hib

Kelas 1 MR, DT

Kelas 2 Td

Kelas 5 Td

5. Cara Penularan
Cara penularan rubella melalui sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi
terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup
seperti asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi
dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofarin dan urin mereka dalm jumlah
besar, sehingga menjadi sumber infeksi. Penularan juga terjadi melalui kontak dengan
cairan yang berasal dari nasopharynx penderita. Virus ini juga menular melalui partikel
udara. Rubella biasanya di tularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya di sarankan
untuk melakukan tes rubella sebelum hamil.
Penularan virus rubella dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk atau
bersin atau menular melalui kontak langsung dengan sekret pernapasan (seperti lendir)
orang yang terinfeksi. Rubella juga dapat di tularkan dari wanita hamil ke janinya melalui
aliran darah. Orang yang terinfeksi rubella juga dapat menularkan penyakitnya bahkan
sebelum gejalanya muncul. Rubella di tularkan dari orang ke orang.

6. Pengobatan
Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus. Pengobatan Rubella dapat
dilakukan di rumah dengan beberapa langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk
meringankan gejala, namun bukan untuk mempercepat penyembuhan Rubella. Berikut ini
sejumlah langkah sederhana yang bisa dilakukan, antara lain:

 Memperbanyak waktu istirahat.


 Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
 Anda dapat mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen untuk menurunkan demam dan
meredakan nyeri pada sendi.
 Hindari kontak dengan orang lain khususnya dengan ibu hamil hingga gejala Rubella
membaik.
7. Gambar
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org
www.medkes.com
Erlangga, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2008.
Laut Mayor, Hisnindarsyah, Kamus Kedokteran, Oscar Publisher, Jakarta, 2012.
Chandra, Budiman, Kontrol Penyakit Menular, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2012.
http://www.cabdirect.org
cabdirect.org/abstracts/19472701363.html
nejm.org/doi/abstracts/pdf
cabdirect.org/abstracts/19572700822.html
cabdirect.org/abstracts/19702700285

Anda mungkin juga menyukai